id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta 22-10-2013
Oleh: isson khairul (
Jokowi
marah saat sidak di kantor PTSP Jakarta Timur. Padahal, Jokowi sendiri
yang memilih Jakarta Timur sebagai kota pertama sekaligus pilot project pelaksanaan PTSP. Juli 2013 lalu, Jokowi juga sudah sidak ke sana. Ada apa dengan kebijakan dan manajemen Jokowi?
Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah butir terakhir dari poin ke-9 dari 9
Program Unggulan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bukan mau-maunya
Jakarta Timur untuk dijadikan pilot project PTSP. Itu adalah
pilihan dan kebijakan Jokowi. Jokowi pula yang menyimpulkan bahwa
pemilihan Jakarta Timur sebagai kota pertama karena sudah memiliki
infrastruktur dan fasilitas yang cukup baik. Sidak pertama dilakukan
Jokowi: Selasa, 16 Juli 2013. Jokowi tiba sekitar pukul 15.15 WIB. Sidak
kedua Jokowi: Jumat, 18 Oktober 2013. Jokowi tiba di sana pukul 12.45
WIB.
Antara
16 Juli 2013 hingga 18 Oktober 2013, penataan sistem apa yang sudah
dilakukan Jokowi? Model manajemen seperti apa yang diterapkan Jokowi di
sana? Bentuk pelatihan yang bagaimana yang sudah dilakukan Jokowi di
sana agar sumber daya manusia di sana mampu mengemban tugas tersebut?
Jarak kantor Jokowi di Balaikota, Jakarta Pusat, dengan kantor PTSP di
kantor Walikota Jakarta Timur, sekitar 15 kilometer. Bagaimana Jokowi
membangun sistem kontrol agar program unggulan tersebut berjalan efektif
sebagaimana mestinya? Barangkali jawaban atas sejumlah pertanyaan
tersebut bisa diklarifikasi dengan penilaian Jokowi bahwa Jakarta Timur sudah memiliki infrastruktur dan fasilitas yang cukup baik.
Formula Sidak ala Jokowi
Karena
sidak adalah singkatan dari Inspeksi Mendadak, maka ya semuanya
serbadadakan. Tanpa pemberitahuan. Tanpa persiapan dari pihak yang akan
disidak. Salah satu tujuan sidak adalah untuk menemukan kondisi real,
kondisi tanpa rekayasa. Formula Sidak ala Jokowi, saya sebut demikian,
karena formula ini kerap ia implementasikan di beberapa sidaknya sejak
menjadi orang nomor satu Jakarta, adalah Formula Simulasi.
Misalnya,
ketika Sidak ke beberapa kelurahan di awal-awal kepemimpinannya. Jokowi
memosisikan dirinya sebagai anggota masyarakat yang tengah mengurus
dokumen di kantor pemerintah tersebut. Ia minta petugas kelurahan
menjelaskan step by step pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
misalnya. Mulai dari awal hingga akhir. Dari simulasi tersebut, Jokowi
akan tahu, apakah petugas yang bersangkutan sudah memahami dengan benar
prosedur melayani masyarakat dalam hal pembuatan KTP.
Formula
itu pulalah yang ia terapkan saat Sidak ke pelayanan terpadu satu pintu
(PTSP) di lantai dasar Kantor Walikota Jakarta Timur, Jumat, 18 Oktober
2013. Jokowi tiba di sana pukul 12.45 WIB. Jokowi minta dijelaskan,
bagaimana prosedur jika warga ingin mengurus tanda daftar perusahaan.
Problem pertama muncul ketika penjelasan petugas di lantai dasar tak
cukup memadai, khususnya mengenai jangka waktu pengurusan dokumen
tersebut.
Jokowi
kemudian membawa segepok dokumen dari lantai dasar itu. Problem kedua
muncul ketika beberapa PNS di sana tak tahu pasti, apakah proses
selanjutnya dieksekusi di lantai tiga atau lantai empat. Lha, kalau PNS
yang sehari-hari berkantor di sana saja tidak tahu, apalagi warga yang
datang mengurus dokumen. Sejumlah pihak yang berwenang dan pemangku
jabatan di institusi itu mulai tak nyaman. Jokowi tentu sudah bisa mencermati dari raut muka serta body language mereka.
Akhirnya,
diinfokan ke Jokowi, proses selanjutnya di lantai tiga. Problem ketiga
muncul, di lantai itu hanya ada sekitar enam atau tujuh orang pegawai. Petugas
yang berwenang untuk memproses selanjutnya tak ada di tempat. Beberapa
PNS berusaha menelepon yang bersangkutan. Chusnul Chotimah, Kepala PTSP
yang mendampingi Jokowi, mencoba mengambil alih. Eh, problem keempat
muncul, Kepala PTSP tak bisa mengoperasikan komputer untuk hal tersebut
karena tak tahu password-nya.
Marah, Jokowi Lempar Bundelan Data di Kantor Wali Kota Jaktim
Sumber: kompas.com, Jumat, 18 Oktober 2013 | 14:08 WIB
Sekitar
lima menit menunggu, orang yang dimaksud tak kunjung datang. Jokowi
yang masih memegang sebundel data TDP, beranjak pergi tanpa mengatakan
sesuatu apa pun. Sebundel data itu dilemparkan begitu saja ke salah satu
meja di ruangan itu hingga menimbulkan bunyi keras, brakk! Semua
orang yang ada di dalam ruangan pun tak bersuara melihat Jokowi marah.
Seusai melempar sebundel data, Jokowi didampingi beberapa ajudannya,
berjalan cepat meninggalkan ruangan. Tak ada salam perpisahan dengan PNS
di Kantor Wali Kota tersebut, Jokowi langsung berjalan ke mobil
dinasnya dan masuk sambil membanting pintu mobilnya.
|
Sumber Daya yang Relevan dengan Program
Keempat
problem tersebut di atas, setidaknya menunjukkan, betapa tak ada sistem
manajemen yang dibangun serta ditata di sana. Misalnya, manajemen
informasi. Jika warga datang ke kantor Walikota, sudah seharusnya ada
papan petunjuk yang jelas dan mudah diakses publik untuk mengetahui:
urusan apa dan di mana area pengurusannya. Demikian pula dengan petunjuk
lanjutan agar kebingungan tentang lantai tempat pengurusan dokumen
seperti di atas, bisa diminimalkan. Penataan manajemen informasi
perkantoran ini adalah mutlak adanya untuk ibukota seperti Jakarta.
Ketika ada warga bertanya, karyawan setempat bisa mengarahkan warga
tersebut ke papan informasi yang dimaksud.
Dalam
hal manajemen sumber daya manusia, jika mereka tidak disiapkan untuk
program yang akan dijalankan, bagaimana mungkin mereka menjalaninya.
Bahkan, mereka yang sudah disiapkan pun, masih membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dengan program yang akan dihadapi. Dalam konteks sidak
Jokowi, apakah pelayanan di PTSP direncanakan berlangsung penuh waktu
selama jam kerja? Artinya, tak ada jam istirahat. Karyawan akan bekerja
bergantian pada jam istirahat, hingga pelayanan terhadap warga tidak
terhenti.
Begitu pula dengan hari Jumat. Karyawan yang tidak punya kewajiban untuk shalat Jumat, bisa meng-handle
pelayanan tersebut selama waktu ibadah yang dimaksud. Saya masih ingat
apa yang dikatakan Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Kamis 25 Oktober
2012. “Harus ada penataan ruang di kelurahan, kecamatan,
kantor wali kota, dan diubah seperti bank,” kata Jokowi dalam pertemuan
yang dihadiri 267 lurah, 44 camat, lima wali kota, dan satu bupati
tersebut.
Apakah
yang diubah seperti bank hanya ruangan fisiknya saja? Apakah mekanisme
kerja karyawan juga diubah seperti mekanisme kerja di bank? Secara sumber daya manusia, baik mental maupun skill
PNS di Pemprov DKI, tentu memiliki gradasi. Tentu perlu dilakukan
seleksi, PNS mana yang memenuhi kualifikasi yang setara dengan
kualifikasi karyawan bank, PNS mana yang tidak. Ini agar sumber daya manusia yang ditugaskan relevan dengan program serta target yang hendak dicapai.
Jokowi Ingin Kantor Kelurahan seperti Bank
Sumber: kompas.com, Kamis, 25 Oktober 2012 | 14:50 WIB
Gubernur
DKI Jakarta, Joko Widodo, ingin membenahi semua infrastruktur dan
fasilitas di kantor kelurahan, kecamatan, dan wali kota. Bahkan, saat
pemaparannya, Jokowi ingin mengubah kantor instansi Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI menjadi seperti bank, segala aksesnya terbuka dan tidak
ada ruang tertutup. “Harus ada penataan ruang di kelurahan, kecamatan,
kantor wali kota dan diubah seperti bank,” kata Jokowi di Balaikota DKI
Jakarta, Kamis (25/10/2012).
|
Penataan Otoritas Karyawan
Sangat
menggelikan sebetulnya, ketika seorang Chusnul Chotimah, yang merupakan
Kepala PTSP, tak bisa mengoperasikan komputer di jajarannya karena tak
tahu password-nya. Justru, dialah orang yang seharusnya bisa mengoperasikan seluruh komputer yang ada di area PTSP, istilahnya all access, karena ia memiliki otoritas penuh terhadap kawasan tersebut. Ini juga menunjukkan betapa tak ada sistem berdasarkan hierarki yang dibangun serta ditata di sana.
Barangkali terlalu dini jika dianggap penilaian Jokowi bahwa Jakarta Timur sudah memiliki infrastruktur dan fasilitas yang cukup baik,
adalah penilaian yang keliru. Bisa jadi, penilaian Jokowi tentang
Jakarta Timur yang terlalu dini. Berbagai masukan tentang Jakarta Timur
yang ia terima, berbagai kenyataan yang ia saksikan sendiri di kantor
walikota tersebut, boleh jadi belum cukup komprehensif untuk menetapkan
Jakarta Timur sebagai pilot project PTSP.
Mungkin
juga penilaian atas infrastruktur dan fasilitas yang cukup baik itu,
tidak sama dengan kerangka pikir Jokowi. Dalam hal ini, standar
infrastruktur dan fasilitas adalah komponen yang perlu dikaji ulang.
Juga, perlu evaluasi menyeluruh terhadap standar dan kualifikasi sumber
daya manusia yang ada. Kesetaraan berbagai komponen tersebut dengan
program yang dicanangkan, adalah salah satu kunci bagi tercapainya
target program yang sudah ditetapkan.
Jokowi Marah, Wali Kota Jaktim Panggil Kasudin UMKM
Sumber: kompas.com, Jumat, 18 Oktober 2013 | 18:50 WIB
Wali Kota Jakarta
Timur, HR Krisdianto, mengaku termotivasi dengan inspeksi mendadak
(sidak) Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Hal tersebut mendorong upaya
adanya evaluasi bagi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di wilayahnya.
Jokowi sebelumnya menilai PTSP di wilayah Jakarta Timur masih berjalan
lambat. “Ini memotivasi kita. Karena, menurut saya, pelayanan adalah hal
yang sangat mendasar, Pak Jokowi ingin perbaiki,” kata Krisdianto, saat
ditemui wartawan di kantornya, Jumat (18/10/2013) sore. Menurut
Krisdianto, ketika Gubernur datang melakukan pengecekan di PTSP, Jokowi
kecewa dengan kecepatan pelayanan tanda daftar perusahaan (TDP) dan
surat izin usaha perdagangan (SIUP) di sana. |
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com