ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Suku Misterius: Suku Paling Terasing Di Pedalaman Hutan Amazon

Written By Situs Baginda Ery (New) on Sabtu, 04 Oktober 2014 | 09.07

Suku Indian yang paling terasing di hutan hujan tropis terbesar di dunia,Amazon, akhirnya berhasil terekam video untuk pertama kalinya beserta foto-foto terbarunya, atas hasil usaha dari sebuah organisasi Survival International atas izin yang diberikan oleh pemerintah Brasil, sebagai langkah untuk memberi bukti nyata keberadaan suku tersebut.Diharapkantak ada lagi pihak-pihakbaik parapejabat di Peru, termasuk Presidennya, dan juga pejabat di Brasil yang menganggap keberadaan mereka tidak ada. Hal ini penting dalam langkah usaha pelestarian suku terasing ini, terutama dari pihak-pihak yang terlibat dalam illegal logging atau penebangan hutan Amazon secara illegal di perbatasan kedua negara. Para penebang liarlahyang sering terlibat konflik dan mengancam keberadaan suku-suku tersebut, dan juga telah mengakibatkan suku tersebut terjepit, berpindah jauh ke pedalaman hutan.
 
foto diperoleh dari udara dengan jarak 1 km, agar tak mengganggu suku tersebut. Dan di foto maupun video, telihat jelas bahwa mereka hidup layak, kuat-kuat, dan sehat sebagaimana sebuah komunitas. Mereka punya kebun buah dan sayur, jagung, kentang, labu, papaya, pisang. Mereka juga menanam kapas yang dipintal menjadi rok, ikat pinggang, dan aksesoris kepala. Para lelaki membawa panah untuk berburu. Mereka juga punya keranjang untul menyimpan sayur, dan membawa ikan dan makanan lain. Pada foto terlihat kentang atau manioc, tanaman khas Amerika Selatan yang sudah dikupas, dan juga keranjang penuh papaya.Juga terlihat keranjang yang terisi sesuatu yang ditutupi daun pisang.
suku pedalaman amazon terekam kamera
suku indian pedalaman hutan amazon
kebun suku indian hutan amazon
Sebagaimana suku-suku di Amerika Selatan lainnya, mereka mencat tubuhnya untuk dekorasi dan tujuan lainnya. Keranjang juga bisa diwarnai. Warna-warna mereka dapatkan dari beerbagai tanaman, dan biji-bijian.Mereka juga memiliki rambut panjang dan mencukur rambut di sekitar dahi.
Banyak pihak yang peduli dengan mereka mengatakan agar membiarkan saja mereka, dan terserah pada mereka apakah mau bergabung dengan komunitas manusia kebanyakan atau tidak. Yang jelas mereka sebenarnya tidaklah benar-benar terasing, dalam artian masih hidup sebagaiman orang di zaman batu, dsb, akan tetapi banyak di antara mereka yang terjepit dan terdesak oleh manusia sebelumnya yang menginginkan hasil bumi yang ada di wilayah suku-suku tersebut, termasuk pihak penjajah waktu itu. Karena berbagai pengalaman buruk dan kekerasan yang mereka alami, maka mereka pun mundur ke lokasi yang jauh di dalam hutan.
Adalah penting untuk membiarkan dan melestarikan suku-suku terasing di muka bumi ini untuk berbagai alasan, yang pertama tentunya hak asasi mereka untuk hidup. Selain itu mereka memiliki bahasa yang unik, dan pengetahuan yang mungkin tak dimiliki manusia kebanyakan, terutama menyangkut pengetahuan akan tanaman dan hewan, dan cara pandang hidup mereka. Dan perlu kiranya untuk menjaga keragaman dalam kehidupan, termasuk keragaman manusia.
Tulisan suku paling terasing di hutan amazon yang terekam kamera pertama kali ini bersumber dari situs uncontactedtribes.

http://horizonwatcher.blogdetik.com/2011/06/25/rekaman-video-pertama-dan-foto-terbaru-suku-paling-terasing-di-pedalaman-hutan-amazon/
09.07 | 0 komentar | Read More

Mengenal Suku Dayak: Sekilas tentang Dayak mualang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRcS82enG40bkWh-Yg8eMFAgqMOYXfdKi2GjNNEskm-8P3kGcsMs9_2ZVGV8JBBa_oY8bDu4JE5hmI3mjasDtqLDy2qSiJpx3GzNhwCInvGFJYvc1s5NV3q2ARpQMIVRRET3SLPuuFoW7M/s1600/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_dorpshoofd_in_Koetai_met_kind_voor_het_graf_van_zijn_vader_TMnr_10017057.jpgIstilah Daya’, Dyak, Daya, Dadjak, Dayaker, atau Dayak semakin luas dikenal dan memicu perdebatan berbagai pihak. Maka pada tahun 1992, Institute Dayakology memprakarsai sebuah pertemuan di Pontianak yang dinamai Ekspo Budaya Dayak. Pertemuan ini berhasil menyepakati istilah Daya’, Daya, Dyak, Dadjak, Dayaker dan Dayak menjadi Dayak, yang sebelumnya masih simpang siur penggunaannya, baik di kalangan masyarakat Dayak maupun di berbagai media massa, terutama media massa Indonesia (Bamba, 2008;9,10).
Dayak Mualang adalah salah satu subsuku Dayak yang ada di Kabupaten Sekadau. Kata Mualang merupakan nama sungai yang mengalir dari daerah Ketungau Tengah hingga ke daerah Belitang Kabupaten Sekadau. Sungai Mualang adalah anak Sungai Ketungau dan Sungai Ketungau adalah anak Sungai Kapuas. Mata air Sungai Mualang berada di Tanah Tabo’ dekat Bukit Keramat. Menurut cerita Kuno, Tanah Tabo’ merupakan tempat persinggahan pertama masyarakat Dayak Mualang setelah mereka meninggalkan Tampun Juah. Tampun Juah merupakan daerah ideal yang menjadi tempat masyarakat Dayak Mualang hidup dengan manusia Buah Kana (Manusia Setengah Dewa), karena daerah tersebut diserang oleh penyakit sampar, mereka akhirnya memilih untuk berpindah dari tempat itu (Ilwan, 2009;19).
Hidup keagamaan masyarakat Dayak Mualang ini boleh dikatakan cukup beragam. Alasannya, di satu sisi ada yang masih punya keyakinan terhadap dewa tertinggi dan dewa-dewa lokal, namun di sisi lain, masyarakat Dayak Mualang sudah beragama Katolik. Di samping itu, agama Protestan dan agama Islam juga turut mempengaruhi hidup keagamaan masyarakat Dayak Mualang. Hal ini membuat para pekerja pastoral harus bekerja ekstra dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam misi mewartakan Injil. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh para pekerja pastoral dalam mewartakan Injil sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis dan pengaruh Adat Istiadat
Daerah Masyarakat Dayak Mualang begitu luas dan memiliki jumlah penduduk yang sangat besar untuk kawasan Belitang. ”Bahkan diklaim sebagai subsuku Dayak yang terbesar di wilayah Kabupaten Sekadau” (Bamba.ed., 2008;235). Kondisi geografis yang jauh dan sulit dijangkau ini menjadi tantangan bagi pewarta dalam mewartakan Injil. Hal ini dikarenakan cakupan wilayah Paroki Sungai Ayak terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Belitang Hilir dan Kecamatan Belitang Tengah. Sebenarnya satu kecamatan lagi yang pernah masuk dalam wilayah Paroki Sungai Ayak, yaitu kecamatan Belitang Hulu. Di kecamatan ini banyak hidup masyarakat Dayak Mualang, namun luasnya daerah yang harus dilayani, kecamatan ini akhirnya di serahkan kepada tanggung jawab imam-imam Projo dan menjadi Paroki sendiri. Kampung yang paling jauh dari pusat paroki Sungai Ayak sekarang ini yaitu kampung Nebok dan kampung Tapang Baroh (perbatasan dengan Paroki Jangkang). Selain kondisi georafis, budaya/adat istiadat yang sedemikian kokoh, karena sudah mengakar dari generasi ke generasi juga akan menjadi tantangan dalam pewartaan Injil. ”Fridolin Ukur mencatat bahwa adat mencakup segala-galanya, termasuk bentuk peraturan tindak seremonial, kultus agamaniah, tata hukum yang mengatur seluruh hubungan dengan individu, keluarga, suku, bahkan masyarakat seluruhnya” (1927;63). ”Dengan demikian, cakupan adat tidak terbatas hanya pada sekedar peraturan, norma, tata tertib atau hukum, tetapi melibatkan juga seluruh gerak hidup manusia dalam relasinya dengan sesama, kosmos, leluhur dan dunia adikodrati (Plorus.eds.1994;80).”
”Keseluruhan gerak kehidupan masyarakat tradisional Dayak Mualang sungguh-sungguh diwarnai oleh adat” (Ilwan, 2009;24).” Seperti suku Dayak pada umumnya, masyarakat Dayak Mualang pun pada awal mula sangat memelihara tradisi nenek moyang; termasuk budaya pertanian dan cocok tanam, adat istiadat, kebudayaan, kesenian, kerajinan, upacara, ritus-ritus, serta kepercayaan. Hidup komunal dan gotong-royong merupakan ciri khas dari suku ini. Hubungan kekerabatan dan saling menjaga tradisi menjadi sangat penting. Maka bisa dimengerti, betapa kuatnya penolakan dari beberapa orang Dayak Mualang yang masih kuat memegang adat istiadat ini, terhadap unsur-unsur asing yang dianggap bisa mengancam eksistensi mereka” (Van Loon, 1999;ix). Salah satu contoh yaitu masalah pernikahan. Banyak masyarakat Dayak Mualang yang lebih mengutamakan pernikahan adat terlebih dahulu dari pada pernikahan gereja. Setelah dilangsungkan pernikahan secara adat, barulah mereka memikirkan pernikahan secara gerejawi.
https://www.facebook.com/hendrikusm.123website.co.id/posts/530560090365310
09.04 | 0 komentar | Read More

Sisi Lain Suku Dayak: Pelajaran Hidup dari Pemakaman Suku Dayak

Ada yang menarik jika mengamati makam/kuburan suku dayak di Kalimantan Barat, di mana makam suku dayak sangat berbeda dengan makam-makam yang ada di Indonesia. Di lihat secara visual kuburan suku dayak di penuhi oleh barang-barang yang bersifat duniawi. Sudah menjadi budaya jika seorang suku dayak meninggal maka akan di bekali dengan barang-barang yang bersifat duniawi atau di berikan barang-barang kesayangannya semasa hidup.
Dalam prosesi penguburan seorang suku dayak yang meninggal akan di kubur bersama barang-barang atau “perbekalan hidup” menurut istilah suku dayak bahkan ada juga yang  di letakkan di atas atau sekitar pemakaman maka tidak mengherankan jika banyak kadang di temui alat-alat masak, tikar, ember, chain saw, kasur, handphone, televisi bahkan motor. Seperti gambar di bawah ini
1346209090597076698
Kuburan suku dayak
Namun jika melihat dari sisi lain tata cara penguburan suku dayak, ada pelajaran hidup bagaimana keluarga yang di tinggal dangan penuh keikhlasan menyerahkan barang-barang untuk “perbekalan hidup” bahkan ada salah satu keluarga hampir menyerahkan seluruh harta yang di miliki di rumah. Selanjutnya yang patut di hargai dalam prosesi pemakaman suku dayak setelah barang-barang di tinggal di areal pemakaman dapat di pastikan tidak ada satupun barang-barang “perbekalan hidup” yang hilang, barang-barang tersebut akan hancur karena di telan waktu tetapi tidak akan ada yang mencuri padahal biasanya pemakaman suku dayak berada di pinggir jalan tempat lalu lalang masyarakat baik itu yang berasal dari masyarakat suku dayak maupun masyarakat di luar suku dayak. Jelas terlihat telah terbentuk pola pikir ” bahwa barang yang di letakkan di areal pemakaman bukan untuk milik orang di luar makam”. Pola pikir yang terbentuk ini mengajarkan kita tidak mengambil hak yang bukan menjadi hak kita.
Seandainya pola pikir ini terbentuk di negeri ini maka akan kita temui pejabat pemerintahan yang lebih mementingkan hak rakyatnya di banding kepentingan pribadi, tidak akan ada koruptor di negeri ini karena tidak akan mengambil hak yang bukan miliknya dan kita akan melihat pejabat hukum membela kebenaran dan menindak yang bersalah. Sudah seharusnya para pemimpin di negeri ini mau belajar dari kearifan lokal dari pelosok pedalaman Kalimantan Barat.
salam planter
http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/29/pelajaran-hidup-dari-pemakaman-suku-dayak-482799.html
09.02 | 0 komentar | Read More

Kisah Menarik Tentang Suku Dayak: Kaharingan, Kepercayaan Suku Dayak

Kaharingan1.jpgKaharingan. Kata ini mungkin masih asing bagi kebanyakan orang. Tapi kalau menyebut kata Daya (Dayak), kemungkian besar semua orang akan tahu. Keterkaitan antara Kaharingan dan Daya ada pada sisi kepercayaan. Bahwa Kaharingan adalah kepercayaan Suku Dayak.
Kaharingan berasal dari bahasa Sangen (Dayak kuno) yang akar katanya adalah ’’Haring’’ Haring berarti ada dan tumbuh atau hidup yang dilambangkan dengan Batang Garing atau Pohon Kehidupan.
Seperti halnya dengan agama lokal lainnya di Nusantara, keberadaan mereka nyaris terabaikan, dan terpinggirkan. Bagi sebagian orang,  Kaharingan dianggap sebagai Agama Helo alias agama lama,  Agama Huran alias agama kuno, atau Agama Tato-hiang alias agama nenek-moyang.
Kaharingan yang sudah dianut sebagai kepercayaan sejak zaman leluhur itu terbagi dalam dua jenis. Kaharingan murni yang sangat spesifik mempraktikkan ritualnya, dan Kaharingan campuran, yang sudah berbaur dengan agama lain, namun masih menjaga kepercayaan asli. Meski begitu, perbedaan keduanya tak terlalu mencolok.
Menurut kepercayaan ini, suku Dayak mempercayai banyak dewa. Seperti dewa penguasa tanah, sungai, pohon, batu, dan sebagainya. Dewa tertinggi memiliki sebutan berbeda di antara sub suku Dayak. Dayak Ot Danum, misalnya, menyebut dewa tertinggi “Mahatara”, sedangkan Dayak Ngaju menyebutnya “Ranying Mahatalla Langit”.
Penganut kepercayaan Kaharingan memiliki tempat pertemuan yang berfungsi semacam tempat ibadah disebut dengan Balai Basarah atau Balai Kaharingan. Juga memiliki waktu Ibadah rutin yang dilakukan setiap Kamis atau malam Jumat. Sedangakan untuk hari raya atau ritual penting dari agama Kaharingan adalah upacara Tiwah yaitu ritual kematian tahap akhir dan upacara Basarah,
Sebagai kepercayaan, Kaharingan memuat aturan hidup. Nilai dan isinya bukan sekadar adat-istiadat, tapi juga ajaran berperilaku yang disampaikan secara lisan turun temurun. Aturan hidup tersebut terdapat dalam sejumlah buku suci yang memuat ajaran dan juga seperangkat aturan adalah: Panaturan (sejenis kitab suci), Talatah Basarah (kumpulan doa), Tawar (petunjuk tata cara meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), Pemberkatan Perkawinan dan Buku Penyumpahan / Pengukuhan untuk acara pengambilan sumpah jabatan.
Sebagai agama kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah,  Kaharingan telah ada beribu-ribu tahun sebelum datangnya agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Bedasarkan BPS, pada tahun 2007, di Kalimantan Tengah yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 1 Kotamadya terdapat 223.349 orang penganut agama kepercayaan tersebut.
Kaharingan yang disimbolkan dengan Pohon Kehidupan memiliki rincian makna filosofis sebagai berikut: pemahaman pada Pohon Batang Garing yang menyimbolkan antara pohon sebagai dunia atas dan guci sebagai dunia bawah merupakan dua dunia yang berbeda tapi diikat oleh satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling membutuhkan.
Simbol pada Buah Batang Garing, melambangkan tiga kelompok besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen, dan Maharaja Nunu. Sementara Buah garing yang menghadap arah atas dan bawah mengajarkan manusia untuk menghargai dua sisi yang berbeda secara seimbang atau dengan kata lain mampu menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Tempat bertumpu Batang Garing adalah Pulau Batu Nindan Tarung yaitu pulau tempat kediaman manusia pertama sebelum manusia diturunkan ke bumi. Di sinilah dulunya nenek moyang manusia, yaitu anak-anak dan cucu Maharaja Bunu hidup, sebelum sebagian dari mereka diturunkan ke bumi ini.
Dengan demikian orang-orang Dayak diingatkan bahwa dunia ini adalah tempat tinggal sementara bagi manusia, karena tanah air manusia yang sebenarnya adalah di dunia atas, yaitu di Lawu Tatau. Dengan demikian sekali lagi diingatkan bahwa manusia janganlah terlalu mendewa-dewakan segala sesuatu yang bersifat duniawi.
Pada bagian puncak terdapat burung enggang dan matahari yang melambangkan bahwa asal-usul kehidupan ini adalah berasal dari atas. Burung enggang dan matahari merupakan lambang lambang-lambang Ranying Mahatala Langit yang merupakan sumber segala kehidupan.
Jadi inti lambang dari pohon kehidupan ini adalah keseimbagan atau keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/967/kaharingan-kepercayaan-suku-dayak
09.00 | 0 komentar | Read More

Artikel Menarik Suku Dayak: Menikmati Rendang Kerbau ala Suku Dayak

Kompas/Lucia Fransiska

Makan rendang bersama sebagai ajang diplomasi.
Intisari-Online.com - Taman Budaya Sendawar malam itu, awal November 2013, begitu meriah. Dua kerbau disembelih untuk dijadikan menu makan bersama di tempat berdirinya enam lamin (rumah adat Dayak) itu. Daging kerbau itu akan dimasak menjadi rendang. Kehadiran rendang di wilayah yang mayoritas suku Dayak yang umumnya makan babi itu tentu menarik perhatian.
Rendang menjadi semacam bahasa perdamaian di pedalaman Kalimantan. Rendang yang sudah masak kemudian disajikan dalam ratusan piring yang kemudian secara estafet ditaruh dalam meja panjang. Tangan-tangan yang mengalirkan rendang dan nasi putih itu menyerupai jalinan tali persaudaraan yang sambung- menyambung.
Tak seberapa lama, piring-piring makanan bertumpuk-tumpuk rapi di meja makan. Lalu, dimulailah pesta makan rendang kerbau bersama. Siapa pun yang hadir di Taman Budaya malam itu boleh menikmati sajian sepotong rendang dan nasi putih.
Prosesi masak dan makan bersama itu menjadi puncak dari seluruh acara gugu tahun untuk merayakan Ulang Tahun Ke-14 Kutai Barat. Mengapa rendang jadi pilihan? Lucia Mayo, istri Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, memang tidak bisa menjelaskan secara lebih detail. Namun, budayawan Dayak, Korrie Layun Rampan, melihat, pesta besar pada suku Dayak hampir selalu mengurbankan kerbau. Di sisi lain, masyarakat Dayak sudah lama hidup berdampingan dengan suku lain, seperti Melayu (Kutai), Banjar, dan Bugis.
”Barangkali pengaruh beragam bumbu berempah itu berasal dari luar, sementara dagingnya tetap kerbau,” kata Korrie. Ibarat kata, daging kerbaunya ”berasal” dari Dayak dan bumbunya berasal dari Melayu (Minang).
Lucia menceritakan bahwa rendang sudah lama dikenal di Kutai Barat. Rendang menjadi semacam menu katalisator, tali penyambung rasa persaudaraan di antara suku-suku yang ada di Kutai Barat. Di Taman Budaya ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat membangun enam lamin sesuai dengan jumlah suku yang ada.
”Kita ada masyarakat dari suku Dayak Benoaq, Dayak Bahau, Dayak Tunjung, Dayak Kenyah, Dayak Aoheng, dan Melayu Kutai. Masing-masing memiliki satu lamin di Taman Budaya ini,” tutur Lucia. Konsep pendirian enam lamin ini mungkin mirip anjungan daerah di Taman Mini Indonesia Indah.
Namun, rendang, tambahnya, ada jauh sebelum enam lamin itu dibangun. Olahan makanan ini khusus dimasak saat digelar pesta besar, seperti menyambut gugu tahun. Juru masaknya pun hampir sebagian besar mereka yang memeluk Islam. (Kompas.com)
08.59 | 0 komentar | Read More

Sisi Lain Suku Dayak: Mengenal Lebih Dekat Suku Dayak Punan

Indonesia patut bangga karena memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat. Di setiap pulau-pulau di Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang sangat berbeda dengan yang lain dan ini patut kita lestarikan.
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia ini, yaps, oleh karena itu banyak sekali aktivitas baik dari segi ekonomi atau yang lainnya banyak tumbuh dan cepat berkembang di Pulau Jawa. Tapi, Indonesia itu luas, dan salah satu suku yang masih dibilang primitifi di Indonesia masih banyak, salah satunya adalah Suku Dayak Punan.

Punan merupakan salah satu rumpun suku Dayak yang ada di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Suku Dayak Punan ini juga tersebar di beberapa daerah yaitu Daerah Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang menjadi bagian dari Pulau Kalimantan.
Di Kalimantan Timur jumlah populasi mencapai 8.956 jiwa suku Punan yang tersebar di 77 lokasi pemukiman. Suku Punan memiliki 14 sub rumpun diantaranya Punan Hovongan, Punan Uheng Kereho dan Punan Kelay. Dihitung dari populasi keberadaan Dayak Punan ini kian tahun kian menurun bahkan cendrung punah. Tetapi walau demikian mereka tetap saja tak pula berubah dengan pola adat istiadad dari leluhur mereka yang dipercayai. Dan itulah Budaya yang harus dilestarikan di Indonesia ini.

Asal Usul Suku Dayak Punan

Dari cerita dan riwayatnya, leluhur mereka ini asal-usulnya datang dari negeri yang bernama “Yunan“ sebuah daerah dari daratan Cina. Mereka ini berasal dari sebuah keluarga salah satu kerajaan di Cina yang kalah berperang dan kemudian lari bersama perahu-perahu, sehingga sampai ke tanah Pulau Kalimantan. Dikarenakan di daerah ini mereka merasa aman, maka mereka tinggal dan menetap di Pulau Kalimantan.

Suku Dayak Punan Suku Primitif

Dari berbagai Suku Dayak, orang Punan ini merupakan suku yang paling terbelakang baik dari sisi budaya dan dari sisi kehidupan sehari-hari. Secara umum mereka agak primitif, hal ini ditandai dengan tempat tinggalnya yang berada di goa-goa, di anak sungai dan lain sejenisnya. Di zaman yang sudah serba modern ini, mereka pun belum mengenal pakaian yang layak yang dapat menutupi seluruh anggota tubuh. Dan yang membuat kita bertanya-tanya, kelompok mereka ini merasa takut bahkan sampai alergi dengan yang namanya sabun. Padahal kalau dikehidupan kita, sabun adalah barang yang sangat bermanfaat yaitu untuk membersihkan badan ketika waktu mandi.

Salah satu ciri yang menandakan mereka masih primitif adalah mereka selalu berpindah-pindah tempat tinggal, dari goa satu ke goa yang lain dan hidupnya selalu berkelompok dengan kelompoknya tersebut, biasanya kelompok turunan keluarga. Dan mereka akan menghindar dari kelompok kelompok manusia lain. Inilah mengapa mereka selalu berpindah-pindah tempat.

Makanan pokok mereka adalah umbi-umbian yang berasal dari hutan serta daging hewan hasil buruan. Dan mereka tidak memasaknya hingga matang bahkan terkadang akan dimakannya mentah-mentah, biasanya hanya dipanaskan dibawah terik matahari saja dan tidak memakai bumbu-bumbu seperti kalau kita memasak.

Kepribadian Suku Dayak Punan

Mungkin kita pernah mendengar kalau suku dayak adalah suku yang keras, tetapi dari berbagai Suku Dayak, orang Punan inilah yang paling ditakuti oleh Suku Dayak lainnya. Karena mereka memiliki kemampuan berperang yang baik hingga berani memenggal kepala orang dan memakan daging manusia.

Mereka pun selalu siap untuk berkelahi jika ada sesuatu yang menyerang baik itu dari kelompok lain atau dari binatang buas yang ada dihutan.

Kegiatan Suku Dayak Punan

Kehidupan sehari-hari mereka selalu berharap kekayaan alam. Untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, mereka tidak membelinya dengan mata uang, tetapi dengan barter barang yang mereka miliki seperti hasil alam rotan, damar, kayu gaharu, sarang wallet dan barang-barang itu biasanya dibarter dengan  garam, gula, tembakau atau rokok.

Karena mereka enggan untuk bertemu dengan orang lain kecuali kelompoknya, pada waktu tukar menukar barang Suku Punan ini tidak bertatap muka secara langsung untuk melakukan pertukaran barang, tetapi mereka hanya menempatkan barang yang ingin ditukar disuatu tempat dan akan mengambilnya hasil pertukaran tersebut setelah orang yang menukar itu tidak berada ditempatnya.
Itulah gambaran singkat mengenai Suku Dayak Punan dikehidupan sehari-harinya. Dan kita patut bangga memiliki Suku seperti ini di Indonesia. Meskipun masih dibilang primitif setidaknya kita harus mengenal dan kalau bisa malah berkunjung ke tempat mereka sehingga mereka tidak merasa terasingkan di negeri yang kaya raya ini.
Artikel ini saya sadur dari http://forum.kompas.com/kalimantan/43857-kehidupan-suku-dayak-punan.html , tetapi sudah saya tulis ulang dengan bahasa saya. Dan semoga artikel budaya "Mengenal Lebih Dekat Suku Dayak Punan" ini bisa bermanfaat bagi kita dan menambah rasa cinta kita terhadap tanah air Indonesia.
http://www.virmansyah.info/2013/01/mengenal-lebih-dekat-suku-dayak-punan.html
08.57 | 0 komentar | Read More

KISAH MISTERI DAYAK: Rahasia Dari Senjata Mandau Dari Suku Dayak

Perlu anda ketahui kalau Mandau itu adalah suatu senjata yang sangat kental dengan suku Dayak yang merupakan suatu pusaka yang sudah secara turun temurun di anggap suatu barang yang benda yang sangat keramat yang mempunyai  suatu kesaktian yang tiada duanya. Selain  dari itu pusaka  tersebut adlah suatu alat yang di gunakan untuk bisa menebas tumbuh-tumbuhan dan juga bisa benda-benda lainnya karena nyaris banyak dari penduduk suku dayak memang selalu hidup di dalam hutan maka dari itu senjata ini memang selalu ada di pinggangnya.

Suku dayak adalah suku yang sangat gemar dengan berpetualang maka akan sangat nyaman untuk berjalan dengan menggunakan senjata tersebut. Mandau sudah menjadi Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak.

Kalimantan merupakan suatu pulau yang terdiri dari lima pulau yang sangat besar yang terdapat di Indonesia. Kalimantan adalah suatu pulau yang sangat di huni banyak suku Dayak. Akan tetapi mereka sangat bangga dengan suatu yang menjadi khas dari suku Dayak tersebut. Ya salah satunya senjata Mandau tersebut.

Mandau ini sudah di percayakan mempunyai sesuatu yang tingkat keampuhannya sangat tinggi dan kesaktiannya sangat tinggi juga. Karena dengan tirakat dan juga bertapa untuk bisa menghasilkan suatu Mandau yang sangat sempurna. Sudah di katakan dari orang sana kalau Mandau tersebut sudah di bentuk dari suatu kayu kuno yang di dalamnya ada suatu  roh jahat dari orang yang sudah meninggal dunia. Barang  dasar dari senjata ini adalah besi tua, besi montallat dan juga besi matikei.

Sedangkan Gagang atau hulu mandau terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

Dan yang terdapat di gagangnya sudah di bentuk dengan seperti burung dan paruhnya yang berdasarkan dari tanduk rusa. Di gagangnya memang terdapat suatu rambut yang sangat membuat lebih mistisnya senjata ini.

http://ruangkabar.com/cerita-misteri-rahasia-dari-senjata-mandau-dari-suku-dayak/#sthash.4hb7ChGN.dpuf
Perlu anda ketahui kalau Mandau itu adalah suatu senjata yang sangat kental dengan suku Dayak yang merupakan suatu pusaka yang sudah secara turun temurun di anggap suatu barang yang benda yang sangat keramat yang mempunyai  suatu kesaktian yang tiada duanya. Selain  dari itu pusaka  tersebut adlah suatu alat yang di gunakan untuk bisa menebas tumbuh-tumbuhan dan juga bisa benda-benda lainnya karena nyaris banyak dari penduduk suku dayak memang selalu hidup di dalam hutan maka dari itu senjata ini memang selalu ada di pinggangnya.
Suku dayak adalah suku yang sangat gemar dengan berpetualang maka akan sangat nyaman untuk berjalan dengan menggunakan senjata tersebut. Mandau sudah menjadi Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak.
Kalimantan merupakan suatu pulau yang terdiri dari lima pulau yang sangat besar yang terdapat di Indonesia. Kalimantan adalah suatu pulau yang sangat di huni banyak suku Dayak. Akan tetapi mereka sangat bangga dengan suatu yang menjadi khas dari suku Dayak tersebut. Ya salah satunya senjata Mandau tersebut.
Mandau ini sudah di percayakan mempunyai sesuatu yang tingkat keampuhannya sangat tinggi dan kesaktiannya sangat tinggi juga. Karena dengan tirakat dan juga bertapa untuk bisa menghasilkan suatu Mandau yang sangat sempurna. Sudah di katakan dari orang sana kalau Mandau tersebut sudah di bentuk dari suatu kayu kuno yang di dalamnya ada suatu  roh jahat dari orang yang sudah meninggal dunia. Barang  dasar dari senjata ini adalah besi tua, besi montallat dan juga besi matikei.
Sedangkan Gagang atau hulu mandau terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.
Dan yang terdapat di gagangnya sudah di bentuk dengan seperti burung dan paruhnya yang berdasarkan dari tanduk rusa. Di gagangnya memang terdapat suatu rambut yang sangat membuat lebih mistisnya senjata ini.


















- See more at: http://ruangkabar.com/cerita-misteri-rahasia-dari-senjata-mandau-dari-suku-dayak/#sthash.4hb7ChGN.dpuf
Perlu anda ketahui kalau Mandau itu adalah suatu senjata yang sangat kental dengan suku Dayak yang merupakan suatu pusaka yang sudah secara turun temurun di anggap suatu barang yang benda yang sangat keramat yang mempunyai  suatu kesaktian yang tiada duanya. Selain  dari itu pusaka  tersebut adlah suatu alat yang di gunakan untuk bisa menebas tumbuh-tumbuhan dan juga bisa benda-benda lainnya karena nyaris banyak dari penduduk suku dayak memang selalu hidup di dalam hutan maka dari itu senjata ini memang selalu ada di pinggangnya.
Suku dayak adalah suku yang sangat gemar dengan berpetualang maka akan sangat nyaman untuk berjalan dengan menggunakan senjata tersebut. Mandau sudah menjadi Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak.
Kalimantan merupakan suatu pulau yang terdiri dari lima pulau yang sangat besar yang terdapat di Indonesia. Kalimantan adalah suatu pulau yang sangat di huni banyak suku Dayak. Akan tetapi mereka sangat bangga dengan suatu yang menjadi khas dari suku Dayak tersebut. Ya salah satunya senjata Mandau tersebut.
Mandau ini sudah di percayakan mempunyai sesuatu yang tingkat keampuhannya sangat tinggi dan kesaktiannya sangat tinggi juga. Karena dengan tirakat dan juga bertapa untuk bisa menghasilkan suatu Mandau yang sangat sempurna. Sudah di katakan dari orang sana kalau Mandau tersebut sudah di bentuk dari suatu kayu kuno yang di dalamnya ada suatu  roh jahat dari orang yang sudah meninggal dunia. Barang  dasar dari senjata ini adalah besi tua, besi montallat dan juga besi matikei.
Sedangkan Gagang atau hulu mandau terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.
Dan yang terdapat di gagangnya sudah di bentuk dengan seperti burung dan paruhnya yang berdasarkan dari tanduk rusa. Di gagangnya memang terdapat suatu rambut yang sangat membuat lebih mistisnya senjata ini.


















- See more at: http://ruangkabar.com/cerita-misteri-rahasia-dari-senjata-mandau-dari-suku-dayak/#sthash.4hb7ChGN.dpuf
08.53 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...