By Pizaro on November 21, 2012
Oleh, Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali
Nubuwat al-Qur’an Tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah …
Berbesar hatilah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقَضَيْنَا إِلَى
بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ
وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا فَإِذَا جَاء وَعْدُ أُولاهُمَا
بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ
خِلاَلَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ
الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ
لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاء وَعْدُ الآخِرَةِ
لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ
أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْاْ تَتْبِيرًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَن يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ
لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا
“Dan Telah kami tetapkan terhadap
Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan
di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu
hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka
merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti
terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan
mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak
dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid,
sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan
Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu
kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami
jadikan Neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” ( QS al-Israa’ 17:4-8)
Pertama : Ayat
ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani
Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa
lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat
kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang
dimaksudkan di dalam Al-Qur’an ini merupakan puncak kerusakan yang
mereka lakukan. Oleh karena itulah Allah mengirim kepada mereka
hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada
mereka.
Kedua :
Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas
orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas
menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan
musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan
yang pertama. Allah mengatakan : “Kemudian kami berikan kepadamu giliran
untuk mengalahkan mereka kembali.”
Ketiga :
Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang
telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat)
untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua
kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan
adalah lamma bukan idza. Juga katalatufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta’kid(penegasan) pada masa mendatang.
Keempat : Demikian pula firman Allah : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”
menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah
disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.
Kelima :
Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu
adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas : “Kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar”.
Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang
beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan
kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.
Keenam :
Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat
aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung
pencakar langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani
Israil memiliki bangunan-bangunan tersebut.
Kesimpulan :
Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi
pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah
turunnya surat al-Israa’ di atas.
Realita :
Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis. Mereka
banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita,
orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan
diri. Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai puncaknya.
Mereka menyebarkan kenistaan,
kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan darah, pelecehan kehormatan kaum
muslimin, penyiksaan dan pelanggaran perjanjian.
Jadi, aksi pengerusakan yang kedua
sedang berlangsung sekarang dan telah mencapai titik klimaks dan telah
mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi pengerusakan yang lebih
keji daripada yang berlangsung sekarang.
Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Allah?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan menginjak-injaknya?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih
sadis daripada membunuhi anak-anak, orang tua dan kaum wanita serta
mematahkan tulang mereka dengan bebatuan?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih
besar daripada pernyataan perang secara terang-terangan siang dan malam
melawan Islam dan para juru dakwahnya?
Sungguh demi Allah, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!
Lalu Allah Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : “dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
Artinya, hamba-hamba Allah kelak akan
meruntuhkan apa saja yang dibangun dan dikuasai oleh bangsa Yahudi.
Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan meluluhlantakkan serta
meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah disaksikan
bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada masa
kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan
rumah-rumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang
diberkahi.
Kami katakan kepada mereka : Dirikanlah
terus wahai anak keturunan Zionis, tinggikan bangunan sesukamu!
Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin Allah.
Dan tak lama lagi kalian akan luluhlantak dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan Allah takkan memungkiri janjinya : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.
Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan pada kali yang kedua.
Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh
kaum muslimin akan berakhir. Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan
yang kedua merupakan lanjutan dari yang pertama. Akan tetapi berhubung
penguasaan Masjidil Aqsha yang pertama akan berakhir, maka penguasaan
untuk yang kedua kalinya merupakan peristiwa baru.
Dan itulah realita yang terjadi!
Penguasaan pertama telah berakhir sesudah bangsa Yahudi menguasai
al-Quds serta beberapa wilayah tanah Palestina lainnya dalam satu
serangan yang sangat sporadis pada tahun 1967, orang-orang menyebutnya
tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948 mereka sebut dengan tahun
kemalangan.
Penguasaan yang pertama berakhir
disebutkan karena adanya faktor penghalang yang menghalangi kaum
muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu merupakan musuh bagi Islam
dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh bebuyutan yang
sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela Islam.
Maka kita harus membebaskan tanah kita
yang dirampas dan membuat perhitungan dengan mereka serta menyalakan api
kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka
tanda-tanda kemalangan dan kehinaan.
Kaum muslimin akan kembali menguasai
Masjidil Aqsha –insya Allah- sebagaimana kaum salafus shalih
menguasainya pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah dijanjikan
oleh Allah dalam firman-Nya : “dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama”.
Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Allah dan kebenaran berita-berita RasulullahShallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin bergembira dengan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.[2]
Nubuwat as-Sunnah ash-Shahihah tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa kaum muslimin akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga
kaum muslimin berperang melawan Yahudi. Sampai-sampai apabila orang
Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pohon dan batu
itu akan berseru, ‘wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini orang Yahudi
ada bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon
Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.” (Muttafaq ‘alaihi dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda
: “Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi, sampai-sampai mereka
bersembunyi di balik batu, maka batu itupun berkata, ‘wahai hamba Allah,
ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah dia!’.”
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :
Pertama : Akan
datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin dan
bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal
yang pasti akan terjadi.
Kedua : Bangsa
Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya di bumi
Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan
tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin
untuk membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.
Ketiga : Hal
ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan kehinaan
akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.
Keempat :
Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas,
dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna” (Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan lam dan nun sebagai ta’kid(penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa
masa depan adalah milik Islam saja –biidznillahi-, namun haruslah
dengan metode para sahabat Nabi dan kaum salaf yang shalih.
Kelima : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai hamba Allah…”
yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang
ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan al-‘Ubudiyah (penghambaan)
yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat Islam di muka bumi dan
melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj nabawi.[3]
Tha`ifah al-Manshurah adalah Pembebas Negeri Syam al-Muqoddasah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberkahi negeri Syam di dalam kitab-Nya al-Majid (yang terpuji) di dalam 5 ayat, sebagai berikut :
“Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang kami Telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS al-Anbiyaa’ 21:71)
“Dan (telah kami tundukkan) untuk
Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya, dan adalah Kami
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Anbiyaa’ 21:81)
“Dan kami pusakakan kepada kaum yang
telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian
baratnya yang telah Kami beri berkah padanya, dan telah sempurnalah
perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan
kesabaran mereka, dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan
kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” ( QS al-A’raaf 7:137)
“Dan kami jadikan antara mereka dan
antara negeri-negeri yang kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa
negeri yang berdekatan dan kami tetapkan antara negeri-negeri itu
(jarak-jarak) perjalanan, berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam
hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS Sabaa` 34:18)
“Maha Suci Allah, yang Telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” ( QS al-Israa` 17:1)
Seluruh ayat di atas menunjukkan akan
keutamaan dan keberkahan negeri Syam, tidak diketahui adanya
perselisihan para ulama tafsir tentangnya. Negeri Syam adalah negeri
yang memiliki fadhilah (keutamaan) dibandingkan negeri-negeri lainnya.
Di negeri inilah risalah-risalah
kenabian banyak diturunkan, para rasul banyak diutus dan menjadi tempat
hijrah para Nabi Allah. Di dalamnya terdapat kiblat pertama kaum
muslimin, di-isra`kannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Di
dalamnya Dajjal akan binasa di tangan al-Masih ‘alaihi Salam, demikian
pula Ya’juj dan Ma’juj serta bangsa Yahudi akan binasa.
Namun negeri ini kini terampas dan
terjajah, dirampas dan dijajah oleh bangsa terburuk di muka bumi ini.
Namun penjajahan mereka atas bumi Palestina dan Syam adalah penggalian
kuburan bagi mereka sendiri. Karena Nabi yang mulia telah memilih negeri
ini sebagai bangkitnya ath-Tha`ifah al-Manshurah (golongan yang
mendapat pertolongan) yang akan membinasakan bangsa Yahudi dan
membebaskan negeri Syam dari kekuasaan mereka serta menegakkan Islam
sebagai agama yang haq.
Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskannya:
Pertama :
Hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu : “Akan senantiasa ada
segolongan dari umatku, yang berperang di atas kebenaran, yang
menampakkan (kebenaran) terhadap orang-orang yang mencela mereka, hingga
terbunuhnya orang yang terakhir dari mereka, yaitu al-Masih ad-Dajjal.”
(HR Abu Dawud : 2484; Ahmad : IV/329 dan IV/343; ad-Daulabi dalam
al-Kuna : II/8; al-Lalika`i dalam Syarh I’tiqod ‘Ushulis Sunnah no. 169;
dan al-Hakim : IV/450; dari jalan Hammad bin Salamah, meriwayatkan dari
Qotadah, dari Mutharif).
Al-Hakim berkata : “Shahih menurut
syarat Muslim” dan Imam adz-Dzahabi menyepakatinya. Syaikh Salim berkata
: “Hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hakim”.
Dan menyertai (tabi’) riwayat ini adalah
riwayat dari Abul ‘Alaa` bin asy-Syakhir dari saudaranya Mutharif,
dikeluarkan oleh Ahmad (IV/434), dan Syaikh Salim berkomentar :
“isnadnya shahih menurut syarat imam yang enam.”
Kedua :
Hadits Salamah bin Nufail radhiyallahu ‘anhu : “Saat ini akan tiba masa
berperang, akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan
(kebenaran) di hadapan manusia, Allah mengangkat hati-hati suatu kaum,
mereka akan memeranginya dan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan
kepada mereka (kemenangan), dan mereka tetap dalam keadaan demikian,
ketahuilah bahwa pusat negeri kaum mukminin itu berada di Syam, dan
ikatan tali itu tertambat di punuk kebaikan hingga datangnya hari
kiamat.” (HR Ahmad : IV/104; an-Nasa`i : VI/214-215; Ibnu Hibban :
1617-Mawarid; al-Bazzar dalam Kasyful Astaar : 1419; dari jalan al-Walid
bin Abdurrahman al-Jarsyi dari Jabir bin Nufair.)
Syaikh Salim berkata : “Dan isnad ini shahih menurut syarat Muslim.”
Ketiga :
Hadits Qurrah radhiyallahu ‘anhu : “Apabila penduduk negeri Syam telah
rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada
segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah
membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya
hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172;
Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam Ma’rifatu ‘Ulumul Hadits hal. 2;
dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurrah, dari ayahnya secara marfu’)
Imam at-Tirmidzi berkata : “hadits hasan
shahih.” Syaikh Salim berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat
Syaikhaini (Bukhari dan Muslim).”
Keempat : Hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu ‘anhu yang memiliki dua lafazh yang berbeda, yaitu :
Pertama : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (diri) di
atas kebenaran, yang senantiasa perkasa hingga hari kiamat.” (HR
al-Lalika`i di dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah :
170).
Kedua : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga
datangnya hari kiamat.” (HR Muslim : XIII/68-Nawawi; Abu Nu’aim di dalam
al-Hilyah : III/95-96; as-Sahmi di dalam Tarikh Jurjaan : 467; dan
selainnya dari jalan Abu Utsman al-Hindi)
Syaikh Salim berkomentar : “Iya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah
menjelaskan negeri al-Firqah an-Najiyah dengan penjelasan yang terang
yang tidak ada lagi keraguan padanya, dan beliau mengabarkan bahwa
negeri itu adalah Syam yang diberkahi dan penuh kebaikan.”
Dan penjelasan Syaikh Salim al-Hilali di sini ditopang oleh penjelasan berikut :
Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu yang diriwayatkan oleh ‘Umair dari Malik bin Yakhomir, Mu’adz
berkata : “Dan mereka ini (ath-Tha`ifah al-Manshurah) berada di Syam.”
Dan ucapan ini dihukumi marfu’ karena tidaklah diucapkan dengan ra’yu
(pendapat) dan ijtihad.
Hadits Sa’ad di atas : “Akan senantiasa
penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga datangnya hari
kiamat.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu menukil dalam
kitabnya Manaqib asy-Syam wa Ahluhu (hal. 72-77) ucapan Imam Ahmad bin
Hanbal : “Penduduk Maghrib, mereka adalah penduduk Syam.
Syaikh Salim mengomentari : “Saya sepakat dengan dua alasan :
Pertama adalah, bahwa seluruh hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa mereka adalah penduduk Syam.
Kedua, bahasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan
penduduk Madinah tentang “penduduk Maghrib (barat)” maksudnya adalah
penduduk Syam, karena mereka (penduduk Maghrib) berada di barat mereka
(Rasulullah dan para sahabatnya), sebagaimana bahasa mereka tentang
“penduduk Masyriq (timur)” adalah penduduk Nejed dan Irak. Karena
Maghrib (barat) dan Masyriq (timur) adalah perkara yang nisbi (relatif).
Seluruh negeri yang memiliki barat maka
bisa jadi merupakan bagian timur bagi negeri lainnya dan sebaliknya. Dan
yang menjadi pertimbangan di dalam ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam ini tentang barat dan timur adalah tempat beliau mengucapkan hadits ini, yaitu Madinah.”
Kesimpulan : Negeri Syam adalah
negeri ath-Tha`ifah al-Manshurah yang akan menampakkan kebenaran,
tidaklah akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan
mencela mereka, mereka akan mendapatkan kemenangan dari Allah dan mereka
tetap dalam keadaan demikian sampai datangnya hari kiamat. Ath-Tha’ifah
al-Manshurah inilah yang akan memenangkan Islam dan membebaskan negeri
Syam dari belenggu penjajahan bangsa Yahudi yang terlaknat, dan
merekalah yang akan membinasakan bangsa Yahudi terlaknat ini.
Catatan Kaki
[1] Sengaja kami pilih kata Nubuwat
daripada kata ramalan, karena kata nubuwat lebih sesuai dan pantas
daripada penggunaan kata ramalan. Kata ramalan seringkali berasosiasi
dengan klenik, khurafat, takhayul ataupun metafisika. Sedangkan nubuwat
maka asosiasinya adalah dengan wahyu : al-Qur’an atau as-Sunnah yang
shahih.
[2] Disarikan dari “Jama’ah-Jama’ah
Islamiyah Ditimbang Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah” (terj. Al-Jama’at
al-Islamiyyah fi Dhou’il Kitaabi was Sunnah), karya Syaikh Salim bin Ied
al-Hilaly, pent. Ust. Abu Ihsan al-Atsari, Pustaka Imam Bukhari, Jilid
I, cet. I, Juni 2003, hal. 90-108.
[3] Dipetik secara ringkas dan bebas dari artikel yang berjudul Haditsu Qitaali al-Yahuudi Riwaayatan
*Disarikan dari artikel yang
berjudul ath-Tha`ifah al-Manshurah wal Bilaad al-Muqoddasah, karya
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali, dalam Majalah al-Asholah, no.
30, th, V, hal. 17-21.
by: http://nahimunkar.com/kehancuran-bangsa-yahudi-menurut-al-quran-dan-sunnah/