ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

RINDU YANG ISLAMI

Written By Situs Baginda Ery (New) on Sabtu, 12 November 2016 | 17.11

"RINDU MENURUT ISLAM DAN PSIKHOLOGI"

"Rindu" itu ialah Cinta yang berlebihan, dan ada "Rindu" yang disertai dengan menjaga diri dan ada juga yang diikuti dengan kerendahan hati".


"Rindu" bukanlah sesuatu hal yang tercela dan keji, akan tetapi perlulah disertai dengan menjaga diri, kesucian dan kerendahan hati. seseorang yang ketika dia "Rindu", tetapi dia menjaga dirinya dengan tidak melakukan hal-hal yang haram menurut "Islam", itu adalah dibolehkan. Dan seandainya "Rindu" itu juga disembunyikan dari orang- orang, maka, pahalalah yang akan diperolehi. Menurut Ath-Thohawi di dalam kitab Haasyia'ah Marakil Falah dari Imam Suyuthi mengatakan bahawa dari Golongan Syuhada di akhirat adalah orang- orang yangMati dalam Ke"Rindu"an  dengan tetap menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari orang- orang meskipun "Rindu" itu hadir dari perkara yang haram.

Seseorang yang me"Rindu"i seseorang sehingga dia mati dan disembunyikan rasa itu dari orang lain, maka dia akan mendapat pahala syahid di akhirat kerana ianya menunjukkan bahawa dirinya memiliki sifat sabar. Dia memendam rasa"Rindu"  dan menyimpannya sendirian kerana dirinya menjaga kehormatan diri, mengikat hatinya, jiwanya,tubuh badannya dari dikuasai oleh rasa "Rindu".

Di sini, saya share bersama 1 kisah antara Saidina Ali dan Fatimah Az-Zahrah: Setelah pernikahan antara Ali dan Fatimah, Fatimah telah berterus terang dengan Saidina Ali akan sesuatu perkara, "Wahai Ali, sebelum aku menikahi engkau di Kota Mekah, ada seorang lelaki yang telah menjadi idola di hatiku. Aku sangat ingin kelak dia menjadi suamiku. Tapi semua itu aku simpan di dalam hatiku". kata Fatimah. "Kalau begitu, engkau menyesalkah mengawini aku?" Tanya Ali. "Tidak, karena pemuda itu adalah engkau," Jawab Fatimah.

Pertanyaanya:
Kenapa bisa "Rindu"? Di dalam kamus besar ditemukan arti kata "Rindu" (sangat ingin dan berharap terhadap sesuatu).
Pertanyaannya adalah bagaimana proses "Rindu" bisa tercipta?

Dalam suatu ukuran abstark sangat sulit kita menjelaskan tentang level kita dengan level orang lain. Saya lebih "Rindu" dari "Rindu"nya kamu. Atau saya lebih sedih dari kamu. Karena itu marilah kita mengkonversi dari abstark menjadi absolut.

Hal-hal yang berkaitan dengan fantasi/pemahaman suatu kejadian, letak pusat otaknya ada di bagian depan (frontal lobe). Maka tidaklah heran, bila zat zat perusak otak besar bagian depan (Narkoba) sangat mengganggu sekali kepribadian manusia.

Zat yang hampir sejenis morphin dan diproduksi oleh tubuh manusia adalah Endomorphin. Zat yang mampu membuat kita bahagia atau sedih. Zat ini pula sangat berpengaruh terhadap terjadinya fantasi "Rindu".

Sekarang mulailah kita memahami "Rindu" dengan kita konversi perasaan ini menjadi absolut.  Maka "Rindu" adalah yang paling ringan dan stress adalah yang paling berat. Sehingga urutannya adalah sebagai berikut : "Rindu" - cemas - takut - stress - stress berat - gila.

Seseorang yang awalnya hanya "Rindu" tetapi tidak kunjung ada berita, akan menjadi cemas.  Takala dalam kondisi cemas dan memastikan hal yang meragukan, maka mulailah timbul rasa takut. Takut yang tidak pernah ada jalan keluarnya pasti menyebabkan seseorang menjadi stress.

Untuk memahami proses terjadinya "Rindu" harus pula kita memahami psikososial. Yang artinya kejiwaan kita terkait dengan lingkungannya. Sesuatu yang diharapkan bisa bentuk manusia atau buah atau suatu kejadian. Artinya ada kebutuhan dengan sesuatu yang terkait waktu dan terkait fantasi otak besar bagian depan. Maka parameternya  minimal terdiri dari “Sesuatu, waktu, pengalaman hidup dan fantasi”.

Sesuatu yang biasanya ada dan hadir tiap hari, contohnya adalah suami (keluarga) yang tiba-tiba hilang. Menjadikan terasa hilang dalam kebiasaan hidup. “Aduh, kemana yah suamiku ?”. Bila saja sang suami langsung ketemu, artinya waktunya sangat singkat sehingga bisa ketemu lagi, maka tidaklah timbul rasa "Rindu". Biasa-biasa saja seperti tidak ada kejadian. Tetapi bila saja waktunya makin lama, maka timbul rasa kehilangan. Rasa tidak terbiasa dalam hidup, dan tiba-tiba hilang. Artinya semakin lama waktunya, maka tingkat ke"Rindu"an makin terasa. Disinilah mulai terjadi ketidak seimbangan antara logika dan perasaan hati. Secara logika paham bahwa suami sedang bertugas. Sedangkan perasaan hati, tidak ingin ditinggalkan terlalu lama.

Lagipula tergantung pula karakter seseorangnya pada saat kecil (psikoanalisa) untuk mampu menganalisa pola-pola hidupnya. Seorang anak kecil yang dimanja akan berbeda pola pikir dengan seorang yang sangat disiplin. Akhirnya kita bisa  katakan bahwa karakter seseorang yang terbentuk sejak kecil akan mempengaruhi kejiwaan saat berkomunikasi dengan lingkungan (keluarga).

Setelah kita pahami bahwa sesuatu yang hilang dalam waktu yang lebih lama dan tergantung karakternya (pembawaannya) maka timbullah pemikiran yang disebut fantasi. Bila saat kecil selalu terulang ulang hal yang negatip, maka fantasi saat ini juga negatip terus. Bila saat kecil selalu terulang yang baik dan bijaksana, maka fantasi saat ini juga yang positip saja.

Karena itu bisa dilihat saat sang suami pulang ke rumah dan bagaimana pengalaman suami saat pergi sebelumnya. Bila suami pergi dan selalu tidak bisa dipercaya maka fantasinya saat penyambutan juga akan negatip pula. Dan saat penyambutan terjadi, ada hal yang tidak disadari (jiwa tidak sadar), tetapi sangat mempengaruhi sikap sambutannya. Contohnya: Sejak kecil dibohongin orang tua dan sudah usia dewasa dibohongin suami pula, yah… pasti deh… sambutannya juga dengan fantasi yang buruk pula.

Tetapi… inilah hebatnya Allah Maha Kuasa. Bahwa Manusia adalah makhluk yang sangat sempurna dengan akal budinya, sehingga akal budinya yang ikut serta menganalisa.

Mungkin saja bentuk sambutan sang istri sangat emosi, acuh atau tidak mau tahu (cuek). Tetapi bisa juga walaupun benci dan marah, tetap saja istri menyambut dengan mesra.
Siapa tahu ? Dalam laut bisa diukur, tetatpi dalamnya hati tidak bisa diukur.

Siapapun itu, pasti pernah mengalami perasaan "Rindu". "Rindu" akan apapun, baik terhadap seseorang, suatu benda maupun situasi tertentu. Nah, secara "psikologi" (perilaku manusia), ada beberapa fakta paling menarik tentang seseorang yang sedang memendam rasa "Rindu".

1. Sedih,
Hal yang paling sering dirasakan oleh seseorang yang sedang memendam "Rindu" adalah sedih. Bahkan,    kondisi itu bisa membuat seseorang tidak bisa melakukan segala aktivitas, layaknya dalam situasi normal.

2. Tersenyum sendiri
Selain sedih, seseorang yang sedang memendam "Rindu" terhadap seseorang atau suatu hal, tanpa sadar akan menyunggingkan senyum sendiri. Tidak jarang, senyum tersebut juga diiringi dengan perkataan yang juga dilakukan tanpa sadar, tentu mengenai seseorang atau suatu hal yang di"Rindu"kannya itu.

3. Mimpi
Sebagain ahli psikologi sependapat, bahwa mimpi merupakan bagian terkecil dari rutinitas yang sudah, sedang atau akan kita lakukan. Seringkali, lantaran perasaan "Rindu", rutinitas itu terbawa sampai alam bawah sadar melalui mimpi. Parahnya, beberapa diantara mimpi itu, akan datang hampir setiap saat dan berkesinambungan.

4. Menangis
Percaya atau tidak, perasaan "Rindu" akan menstimulus jiwa seseorang menjadi lebih melankolis. Hasilnya, seseorang yang tegar sekalipun, ketika sedang dalam situasi "Rindu" menggebu sangat mungkin meneteskan air mata.

5. Bicara ngelantur
Ketika sedang mengalami "Rindu", seseorang sering keceplosan mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya disampaikan. Itu karena perasaan "Rindu" akan membuat fungsi otak dan panca indera menjadi kurang stabil. Sehingga, perintah dari otak sering tidak bisa diterjemahkan secara sempurna oleh indera kita.

6. Emosional
Fakta lain bagi seseorang yang sedang "Rindu" adalah menurunnya ratio stabilitas kejiwaannya. Kondisi itu membuat seseorang akan lebih mudah larut dalam perasaan emosi dan tidak stabil dalam bersikap atau berpikir.

7. Banyak merokok atau hilangnya nafsu makan
Fakta terakhir tentang seseorang yang sedang "Rindu" adalah lebih banyak merokok dari biasanya. Itu berlaku bagi seseorang yang sebelumnya memang sudah memiliki kebiasaan merokok. Namun, bagi yang tidak merokok, terutama kaum Hawa, biasanya akan mengalami penurunan nafsu makan, dan akbibatnya bisa ditebak, berat badan akan  turun secara drastis.

Itulah beberapa faka paling menarik dan sering dialami oleh seseorang yang sedang memendam rasa "Rindu". Silahkan buktikan pada diri anda, teman ataupun keluarga.


Bagaimana mengalihkan rasa "Rindu"?

 1. Berpikirlah positif dan menyadari bahwa anak, teman atau pasangan Anda mungkin lagi sibuk sehingga belum sempat berkomunikasi

2. Alihkan rasa "Rindu" dengan kegiatan dan kesibukan lain. Khususnya di waktu senggang belajar menikmati hobi

3. Miliki beberapa sahabat baik yang membangun dan menjadi tempat anda curhat atau berdiskusi

4. Kirimlah sesuatu yang baik dan dibutuhkan orang yang anda butuhkan. Bisa berupa cerita, makanan atau sesuatu yang menyalurkan rasa sayang Anda.

5. Kalau objek "Rindu" anda adalah pacar dan dia menunjukkan tidak lagi sayang atau me"Rindu"kanmu, maka bersiaplah “mematikan” rasa "Rindu"mu. Secara bertahap usahakan mencari seseorang untuk anda cintai. Sebab cinta sejati tak bertepuk sebelah tangan.

6. Jika orangtua atau sebaliknya anak Anda sedang tidak menunjukkan rasa "Rindu"nya belajarlah “cuek”. Jangan terlalu dipikirkan. Jalani kehidupan dan aktivitas sesehari. Anda bisa mengadakan waktu dan suasana khusus untuk bisa melepas "Rindu". Misalnya buat liburan bersama, acara HUT atau reuni keluarga besar.
7. Salurkan ke"Rindu"anmu kepada ALLAH SWT. dalam doa. Baca Firman-NYA dan nikmati hubungan pribadi yang karib. Maka hatimu akan lega.

Akhirnya, jangan paksakan perasaan "Rindu". Memaksakan rasa "Rindu" hanya menyusahkan dirimu sendiri. "Rindu" itu energi positif, jangan dihamburkan dengan sia-sia. Tunjukkan itu kepada orang yang tepat, pada waktu dan situasi yang tepat pula.

Sumber:
1. imamyazidalsyifa.blogspot.com/.../rindu-menurut-isla...
2. edukasi.kompasiana.com/.../mengapa-aku-rindu-4221...
3. majalahalittihad.blogspot.com › Serba-serbi
4. health.kompas.com/read/.../Mematikan.Rasa.Rindu
5. alhafiz.net398 × 315Search by image
6. gambarunik.co350 × 350Search by image
7. www.pinterest.com320 × 320Search by image
8. laely.widjajati.facebook/Suatu-Pagi-di-#TelagaSarangan......

http://laely-widjajati.blogspot.co.id
17.11 | 0 komentar | Read More

HIKMAH KERJA KERAS (Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda, Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada", 'inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya'.)

Bekerja keras Dan Hikmah Nya


Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.
Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?"
Si tukang batu menjawab, "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."
 Bekerja Keras Dan Hikmah Nya
bekerja-keras+1
Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,
Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada", 'inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya'.

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. 
 
Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.
(HR Thabrani)

Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.

Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bum; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
(QS. Al-Jumu’ah 10)

Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”.
(QS Nuh19-20)

Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”.
(HR. Thabrani dan lbnu Abbas)

Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”.
(HR. Bukhari)

Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.”
(HR. Bukhari)

Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”.
(HR. Ahmad)
 
http://ilmuamalan.blogspot.co.id
17.09 | 0 komentar | Read More

AYO KERJA KERAS, Inilah Ayat dan Hadis tentang Etos Kerja

Ayat Al Qur’an tentang Giat Bekerja

QS Al Mujadalah:11
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS Al Jumu’ah: 9-11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumaat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Surah Al-Jumu’ah (62)  ayat 9).
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Surah Al-Jumu’ah (62)  ayat 10).
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Dan apabila melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah:` Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan `, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.(Surah Al-Jumu’ah (62) ayat 11).
QS Al Qashas: 77

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al Qashash: 77).
Hadis tentang Etos Kerja
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ بِخَيْرِكُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِأَخِرَتِهِ وَتَرَكَ أَخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتَّى يُصِيْبَ مِنْهُمَا جَمِيْعًا فَإِنَّ الدُّنْيَا بَلاَغٌ إِلَآ الْأَخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا كَلاًّ عَلَى النَّاسِ (رَوَاه ابن عساكر(
Dari Anas ra berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak baik orang yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja, atau meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia saja, tetapi harus memperoleh kedua-duanya. Karena kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju akhirat. Oleh karena itu jangan sekali-kali menjadi beban orang lain.” (HR. Ibnu `Asakir).
Kesimpulan dari Ajaran Islam tentang Etos Kerja
  1. Bekerja keras adalah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perintah Allah dalam Al-qur’an yang menyuruh untuk bekerja.
  2. Salah satu prasyarat untuk terhindarnya umat manusia dari kerugian yang sangat besar adalah dengan bekerja yaitu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Yang dalam bahasa Al-qur’an disebut dengan Amilusshalihat.
  3. Bekerja secara produktif adalah merupakan ciri dan karakteristik seorang muslim yang terbaik sesuai dengan implementasi hadits Nabi, tangan diatas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang dibawah (yang menerima).
  4. Bekerja disamakan dengan Jihad Fi Sabilillah.
http://www.rpail.click
17.08 | 0 komentar | Read More

KERJA KERAS ISLAMI: Anjuran Rasulullah, Umatnya Harus Bekerja Keras

BEKERJA keras merupakan bagian dari akhlakul karimah yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Sebab secara syariatnya, dengan kerja keraslah seseorang akan berhasil menggapai yang dicitakan. Seorang Muslim yang paripurna, memiliki sifat etos kerja yang tinggi. Allah SWT berfirman : Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, tentu Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah. Kemudian diberikannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105).

Rasulullah SAW lewat hadits-haditsnya juga menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa bekerja keras. Di antara sabda-sabda rasul yang menerangkan tentang anjuran bekerja keras adalah: Dari Miqdam bin Ma’di, Rasulullah SAW pernah bersabda tidak pernah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan dari makanan yang dihasilkan dari pekerjaan tangannya sendiri. (H.R. Bukhari)[i]

Bekerja keras untuk mendapatkan rizki yang kemudian digunakan untuk menghidupi kebutuhan keluarga adalah perbuatan yang terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW mensejajarkan orang yang bekerja keras untuk mendapatkan rezeki yang halal dengan mereka yang berjihad di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang bersusah payah mencukupi kebutuhan keluarga, maka dia bagaikan berjuang di jalan Allah. (H.R Ahmad). Hal ini dikarenakan, seseorang yang bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya bisa menghindarkan keluarga mereka dari hal-hal yang menjerumuskan, yang seringkali dilatabelakangi faktor keterbatasan ekonomi. [ii]

Allah SWT juga menyediakan ampunan bagi mereka yang bekerja keras, sebagaimana yang dikutip dalam hadits berikut: sungguh sebagian dari dosa manusia ada yang tidak terampuni dengan melakukan ibadah salat, zakat, dan haji. Tetapi dosa itu terampuni dengan sulitnya mencari penghidupan. (H.R Thabrani)[iii]

Dengan demikian, bekerja keras untuk meraih hidup yang berkecukupan serta untuk menata hidup keluarga adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Sebab, Islam tidak ingin melihat para pemeluknya malas-malasan, bertopang dagu, dan tidak mau berusaha untuk mencari rizki. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bekerja. (H.R Ahmad) [iv]

[i] Ahmad Sunarto, Kumpulan Khutbah Jumat Para Kiyai, Jombang: Lintas Media, hlm. 192

[ii] Ahzami Sami’un (2006), Kehidupan dalam Pandangan Alqur’an, Jakarta: Gema Insan Pers, hlm. 52

[iii] Ahmad Sunarto, op.cit, hlm. 196

[iv] Toto Tasmara, (2002), Membudayakan Etos Kerja, Jakarta: Gema Insan Pers, hlm. 127

http://alhikmah.co/
17.07 | 0 komentar | Read More

Mempersiapkan Bekal Sebelum Mati (Abu Bakar berpesan kepada putrinya Aisyah, “Lihatlah kedua pakaianku ini, cucilah keduanya dan kafankanlah aku dengannya. Sesungguhnya mereka yang hidup lebih utama menggunakan baju baru daripada yang sudah mayit.”)

Hidup kita sebagai manusia di dunia hanya sekejap mata, di mana selanjutnya kematian akan menghampiri setiap orang dari kita. Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk selalu bersiap diri pada kematian. Selagi hayat masih dikandung badan, maka hendaklah kita memperbanyak ibadah, mentaati apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, serta banyak-banyak beristighfar memohon ampunan-Nya atas segala dosa.

Diriwayatkan dari Syahr bin Husyab dia berkata, “Rasulullah SAW ditanya tentang beratnya kematian, Beliau Rasulullah SAW bersabda, “Kematian yang paling ringan adalah seperti bulu wol yang tercabut dari kulit domba.”

Dalam riwayat Imam Bukhari diceritakan, ketika ajal datang menghampiri, Beliau SAW berkata, “Sesungguhnya pada (setiap) kematian terdapat sekarat…” itulah sebabnya para sahabat Nabi mempersiapkan kematian dengan sangat sungguh-sungguh. Diriwayatkan, ketika menghadapi hari-hari kematiannya, Abu Bakar As-Shiddieq ra sering membaca surah Qaaf [50] ayat: 19.

Abu Bakar berpesan kepada putrinya Aisyah, “Lihatlah kedua pakaianku ini, cucilah keduanya dan kafankanlah aku dengannya. Sesungguhnya mereka yang hidup lebih utama menggunakan baju baru daripada yang sudah mayit.”

Ketika Umar bin Khattab RA ditusuk oleh seseorang, sahabatnya bernama Abdullah bin Abbas ra datang menjenguknya. Dia berkata, “Engkau telah masuk Islam saat orang-orang (lain) masih kafir. Dan engkau selalu berjihad bersama Rasulullah saat orang-orang lain malas. Saat Rasulullah SAW wafat dia sudah ridha denganmu.”

Umar kemudian berkata, “Ulangi ucapanmu!” maka diulang kepadanya. Dia kemudian berkata, “Celakalah orang yang tertipu dengan ucapan-ucapanmu itu.”

Setelah ditusuk oleh orang-orang yang memberontak hingga darah mengalir ke janggutnya, Utsman bin Affan ra berkata, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim. Ya Allah, aku memohon perlindungan-Mu dan pertolongan-Mu atas segala persoalanku dan aku memohon pada-Mu diberikan kesabaran atas ujian ini.”

Menjelang kematiannya, Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Apa yang sudah dilakukan terhadap orang yang menusukku?” Mereka menjawab, “Kami telah menangkapnya.” Ali berkata, “Beri makan dan minum dia dengan makanan dan minumanku. Jika aku hidup, aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Jika aku mati, maka pukullah ia sekali saja. Jangan kalian tambahkan sedikit pun.”

Ali kemudian berpesan kepada putranya Hasan ra agar memandikannya. Ia berkata, “Jangan berlebih-lebihan dalam mengafaniku. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah bermewah-mewahan dalam berkafan sebab yang demikian itu menghimpit dengan keras.”

Para sahabat tersebut mempersiapkan diri menjelang kematiannya. Karena itu, tak ada kata lain bagi kita untuk selalu bertobat memohon ampunan-Nya atas segala dosa yang kita perbuat.

Dikutip dari hikmah republika.

http://www.halhalal.com/
17.06 | 0 komentar | Read More

Bekal Menghadapi Kematian (Ada seorang tetangga saya yang kini sedang sakit parah. Tumor ganas. Semakin hari tumor itu semakin besar bersarang di lehernya)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.” (QS. an-Nisa [4]: 78).
Ada seorang tetangga saya yang kini sedang sakit parah. Tumor ganas. Semakin hari tumor itu semakin besar bersarang di lehernya. Sudah dua kali saya menjenguknya di rumah mertuanya. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan lemah. Saya kasihan melihatnya. Sebelum sakitnya bertambah parah, sudah banyak orang yang menasihatinya agar di operasi saja tumornya. Saya juga setuju dengan pendapat itu. Di operasi atau di bedah untuk mengangkat tumor dari lehernya merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad Saw.
Diriwayatkan bahwa Ali Ra. berkata, “Saya datang bersama Nabi kepada seseorang yang menderita bengkak di punggungnya. Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bengkak ini mengandung nanah.’ Beliau bersabda, ‘Torehlah!’” Ali menambahkan: “Saya tetap di sana sampai bengkak itu ditoreh dan Nabi menyaksikan operasi itu.”
Menurut ilmu kedokteran, membedah atau menoreh bengkak/ tumor memiliki dua manfaat, yaitu membuang zat merugikan dan mencegah masuknya zat-zat yang lebih berbahaya yang dapat memperburuk penyakit agar tak terhimpun di sekeliling bengkak.
Tetapi tetangga saya itu lebih percaya dukun ketimbang dokter. Karena dia trauma dengan kejadian yang pernah menimpa anaknya (almarhumah) di mana penyakitnya hampir sama dengan yang di deritanya kini. Dalam pandangannya, anaknya itu meninggal karena dokter yang menanganinya. Dia takut kejadian yang sama terulang kembali pada dirinya.
Dari apa yang saya lihat, rasanya hampir tidak mungkin dilakukan operasi bedah pada saat ini karena kondisi tubuhnya yang sudah terlalu lemah – sehari-hari hanya bisa berbaring dengan selang infus ditangannya. Dia tidak mau makan lagi lewat mulutnya. Terang saja tubuhnya semakin hari semakin lemah. Ada tetangga yang bilang, tumornya itu sudah menjalar kemana-mana. Saya pun berandai-andai, seandainya saja dia mau dioperasi saat penyakitnya belum parah, mungkin kondisinya tidak separah saat ini. Ah, semua itu sudah berlalu. Yang kini tinggal apa yang ada di hadapan.
Penyakit sebenarnya bagi manusia bukan penyakit fisik semata, tetapi lebih pada penyakit hati. Penyakit hati menghalangi manusia untuk tampil lebih baik dari hari ke hari. Pengaruhnya terlihat pada cintanya terhadap dunia dan takut mati (hubbud dunya wa karahiyatul maut). Kisah tetangga saya itu merupakan pelajaran berharga untuk kita, agar kita tidak menunda-nunda kesempatan yang ada untuk memperbaiki diri; agar kita tidak takut menghadapi kematian untuk mendapatkan kemuliaan. Jika kita mati pada saat di operasi, insya Allah kita mati syahid karena telah menjalankan perintah agama.
Saya meyakini bahwa hidup dan mati seseorang ada ditangan Allah. Khalid bin Walid Ra., panglima perang yang sudah puluhan kali terjun langsung ke medan tempur, tapi toh dia mati ditempat tidur. Kapan dan di mana kita mati, itu rahasia Allah agar manusia senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Sekali pun kita, sebagaimana disebutkan ayat di atas, berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh, kita tidak mungkin bisa menghindar dari kematian.
Kematian adalah sunnatullah yang sudah pasti terjadi pada makhluk-Nya. Semua ini membuktikan keagungan dan keberadaan-Nya di tengah-tengah kita. Sudah sepantasnya kita memperbanyak bekal untuk masa setelah mati ketimbang memperbanyak bekal untuk masa sebelum mati. 

http://abu-farras.blogspot.co.id
17.04 | 0 komentar | Read More

BEKAL KEMATIAN, Bekal kematian seperti apa yang harus manusia persipkan?

BEKAL KEMATIAN adalah bekal yang harus dipersiapkan umat manusia selama hidup didunia sebelum datangnya kematian yang akan mengahiri kehidupan dalam mempersiapkan bekal kematian.
Kematian pasti akan terjadi, harta yang kita dapatkan dan jabatan yang kita peroleh, anak istri yang selama hidup menyertai kita semuanya akan meninggalkan kita. Kecuali amalan kita yang akan menyertai kita sampai liang lahat.
Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW yang artinya: “yang mengikuti mayat itu ada tiga,yaitu: keluarga, harta benda dan amal perbuatannya, yang dua kembali dan yang satu akan tetap bersamanya yaitu keluarga dan harta bendanya kembali dan amal perbuatanya tetap bersamanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bekal kematian seperti apa yang harus manusia persipkan? Apakah harta kekayaan yang melimpah akan membantu kita kelak diahirat atau malah akan menjadikan kita celaka, lalu bagaimana islam memandang tentang kekayaan? Apakah kita diwajibkan untuk menjadi orang kaya?

Ajaran islam banyak menjelaskan tentang alam Barzah setelah azal menjemput manusia inilah fase awal untuk menuju kehidupan yang abadi,  dan setelah kiamat terjadi manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan. Bagi yang beruntung akan memiliki timbangan amal soleh yang lebih besar maka balasanya surga, namun sebaliknya orang-orang yang tidak beriman dan kufur terhadap nikmat Allah akan mendapat balasan neraka. Namun diantara orang kaya dan orang miskin mereka semuanya beriman dan siapakah yang paling berhak terlebih dahulu masuk surga?
Tidak ada yang dapat dipastikan dalam kehidupan ini kecuali kematian, setinggi apapun pangkat,kedudukan, kekayaan dan ilmu yang ada pada diri manusia maka manusia tidak akan bisa menghindar dari yang namanya kematian. Namun walaupun kematian itu merupakan sesuatu yang pasti, semua manusia pasti akan mengalaminya.
Tapi kenapa manusia masih banyak yang lalai dalam mempersiapkan bekal kematian tersebut. Masalah kematian sendiri Allah telah mengingatkan kepada manusia aga jangn lalai dalam mempersiapkan bekal menuju kematian.
Allah mengingatkan manusia tentang kematian dalam Al-qur’an surat Al-Jum’ah ayat 8 yang artinya: “katakanlah: “sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jum’ah:8)
Seorang penyair arab yang bernama Soqhi memberikan nasehat kepada kita tentang kematian dalam syairnya: “Persiapkanlah dirimu untuk berbuat takwa, sebab kalau malam datang, anda tidak mampu menjamin apakah besok pagi masih bisa hidup atau tidak, berapa banyak yang anda lihat, ada orang yang sehat segar bugar, tapi secara mendadak meninggal dunia, namun sebaliknya, banyak pula orang yang penyakitan tapi belum mati-mati.”
Ungkapan nasehat tersebut dapat kita simpulkan bahwa manusia meski mempersiapkan diri menghadapi kematian. Secara umum manusia meninggal dalam keadaan sakit, tertimpa musibah, dan dengan cara-cara yang lain tergantung kehendak Allah dimana,kapan dan dengan cara apa kita akan dimatikan.
Sudahkah kita mempunyai bekal kematian tersebut? Karena itu ketahuilah bahwa bukan kematian yang kita sesali atau kita takuti tapi yang harus kita takuti adalah kira-kira apa yang sudah kita persiapkan dalam menghadapi kematian tersebut.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197 yang artinya: “Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah:197).
Harta benda dan keluarga akan ditinggalkan apabila kematian menjemput tapi ada bekal amal yang masih mengalir dan tak akan putus. Rosullullah SAW bersabda yang artinya: “Apabila anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalanya terkecuali tiga perkaya yakni, amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini Rosullullah mengajarkan kepada kita tentang bekal kita dalam menghadapi kematian. Tiga perkara amalan yang akan tetap mengalir ketika manusia yang sudah meninggal yaitu: 
1. AMAL JARIYAH
Banyak bentuk amal jariyah yang dapat kita lakukan salah satunya dengan melakukan sodakoh. Nilai sodakoh akan bernilai bertambah besar jika kita mau menginfakka apa yang dicintainya. Sebagaimana Allah berfirman: “Tidak termasuk satu kebaikan sehingga dia membelanjakan harta yang dicintainya..” (QS. Al-Imran:92).
2. ILMU YANG BERMANFAAT
Dalam islam menuntut ilmu adalah suatu perkara yang wajib yang harus dipenuhi, sampai ada sebuah ungkapan “tuntutlah ilmu sekalipun sampai negeri Cina”. Ada juga sebuah hadis yang mengatakan bahwa “menuntut ilmu itu wajib hukumnya dari buaian hingga liang lahat” hadis ini menggambarkan kepada manusia bahwa dalam islam menuntut ilmu itu memiliki tempat tersendiri sehingga para ulama empat mashab berpendapat menuntut ilmu itu wajib hukumnya. Pepatah Arab mengatakan yang artinya: “Barang siapa yang menuntut ilmu kemudia dia tidak mengamalkannya, maka ilmunya itu ibarat pohon yang tidak berbuah”
Maka dari itulah semua yang kita miliki harus diamalkan, misalnya kita mengetahui wajibnya zakat tapi kita enggan untuk melaksanakannya. Kitapun tau bahwa yang tidak mau menyantuni anak yatim itu merupakan yang mendustakan agama namun justru kita malah menelantarkan anak yatim, ilmu yang bermanfaat selain diamalkan juga diajarkan kepada orang lain.
Lihatlah ilmu para ulama seperti Imam Safi’i dan Imam Ghozali meskipun sedah wafat berabat-abat lamanya tetapi kitab-kitabnya masih dibaca hingga saat ini. Inilah yang disebut ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalir pahalanya meskipun pemiliknya sudah wafat.
3. ANAK SOLEH YANG MENDOAKAN ORANG TUANYA
Ketika seseorang meninggal, amalan yang akan tetap mengalir pada mayit adalah doa anak soleh, tanpa didikan,arahan dan suritauladan yang baik dari kedua orang tuanya maka jangan berharap kita mendapatkan anak yang akan mendoakan kita saat kita sudah wafat. Karena itulah pendidikan dalam keluarga sangat penting untuk mendapatkan keturunan yang soleh dan soleha yang dapat mengalirkan pahala ketika orang tua sudah meninggal.
Kita sebagai manusia berharap bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah dan dalam keadaan dialam Barzah kita mendapatkan rahmat Allah, maka mulai dari sekarang berbanyaklah bekal berupa amal soleh sehingga kita bisa membawanya hingga alak Kubur.
Demikianlah pemaparan artikel tentang BEKAL KEMATIAN semoga bermanfaat dan semoga setelah membaca artikel ini kita menjdi orang yang lebih waspada dan lebih giat dalam mempersiapkan bekal kematian yang akan kita bawa menghadap illahi robbi.
 
http://satuilmusejutaumat.blogspot.co.id
17.03 | 0 komentar | Read More

BEKAL SEBELUM MENINGGAL DUNIA: Jangan Takut mati tapi siapkan bekal untuk bertemu Allah

Dua orang penyelam di perintahkan untuk mengambil mutiara di dasar laut. Keduanya menyelam, begitu di dasar laut, kedua penyelam itu terkagum-kagum pada keindahan pemandangan dasar laut, yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Salah seorang diantara keduanya kemudian teringat apa akan tugasnya. Ia begitu terkejut ketika melihat tabung oksigennya yang sudah menipis. Kalau tidak segera mengerjakan tugasnya ia akan mati. Akhirnya
ia hanya bisa mengambil mutiara beberapa saja, kemudian naik ke permukaan. Sedangkan kawannya yang sangat terbius dengan keindahan, akhirnya tidak bisa mengambil apapun. Oksigennya habis sebelum ia sempat mengerjakan tugasnya. Begitu terhanyaut, dengan keindahan yang begitu dahsyat.
            
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa dunia yang begitu indah sangat membius siapapun. Dan manusia mempunyai tugas yang sangat dibatasi oleh waktu. Akankah ia kembali dengan apa yang menjadi tugasnya, atau ia akan kembali dengan tangan hampa?
            
Kehidupan yang merupakan rahmat Allah ini akan berakhir. Kematian akan menghampiri siapa saja, dimana saja, kapan saja, dan bagamanapun keadaannya.
            
Selain tidak pernah mempersiapkan kehidupan yang kekal kelak, kita terkadang selalu beranggapan bahwa waktu itu masih jauh jaraknya. Sebagian orang justru beranggapan bahwa kematian itu sangat menakutkan. Ironisnya, mereka bukan mempersiapkan diri, sebaliknya malah menjauhi pembicaraan hal-hal yang bersifat maut.
             
 Mengapa mati harus ditakutkan? Islam menganggap takut pada kematian menyalahi fitrah dan hanya mendatangkan kesengsaraan. Orang yang takut pada kematian adalah orang yang sengsara. Hidupnya diwarnai dengan kegamangan, kekhawatiran, dan pengecut. Umat yang takut mati adalah umat yang rela hidup dalam kehinaan dan menjadi mangsa umat lainnya.
             
Imam Hasan al Banna berkata : “Tidaklah kalian mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah menjelaskan sebab kelemahan dan kehinaan bangsa. Yaitu karena kerapuhan jiwa mereka, kelemahan hatinya, jauh dari akhlak-akhlak mulia, dan tidak adanya sifat-sifat ksatria dalam diri mereka, sekalipun jumlah mereka banyak dan kekayaan melimpah”.
             
Kematian adalah hak prerogratif Allah swt. Yang perlu dipikirkan dan diupayakan adalah bagaimana nantinya kita mati? Coba bayangkan seandainya di akhir hidup kelak kita mati dalam kemaksiatan. Bagaimana kita mati adalah tolak ukur prestasi dihadapan Allah. Bagaimana kita mati menjadi tolak ukur penentu kehidupan di alam keabadian kelak. Apa saja yang akan kita siapkan?
             
Bekal yang perlu dipersiapkan bukanlah kekayaan, kekuatan fisik, pangkat, kedudukan, banyaknya pengikut, dan hal-hal keduniaan lainnya. Bekal itu seharusnya kejernihan hati, kekuatan iman, ketaqwaan, dan amal saleh.
Allah berfirman :
                
“Berbekallah! Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS: Al Baqarah : 197). Ibnu Abbas r.a, berkata : “Manusia di dunia terbagi tiga : Mukmin, munafik, dan kafir. Mukmin menyiapkan bekal, munafik berhias dan berpura-pura, sedang kafir bersenang-senang”.
             
Selain memanfaatkan waktu, yang tak kalah penting adalah menyusun skala prioritas. Manusia harus menyadari, boleh jadi hari ini merupakan saat-saat terakhir untuk dapat melihat keindahan dunia. Maka ia tidak akan memboroskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, apalagi yang membawa bencana.
             
Setiap muslim berharap di akhir hidupnya berakhir dengan indah. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai agar terhindar dalam su’ul khatimah, yakni : keraguan, panjang angan-angan, dan menunda-nunda taubat.

Diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a.,
“Empat hal yang menyebabkan hati menjadi gelap, yaitu : perut yang selalu kekenyangan, bergaul dengan orang zalim, melupakan dosa yang telah lalu serta angan-angan yang melambung. Sedangkan empat hal yang membuat hati bercahaya adalah
: perut yang lapar agar selalu waspada, bergaul denagn orang saleh, mengingat dosa yang telah lalu dan tidak berangan-angan yang melambung”.
Mengapa Harus Takut?
   
Cetak
   
E-mail

Monday, 27 September 2010
“Lalu siapa di antara kalian yang ingin mati?” Tanya kiai lagi menyusul isyarat nonverbal dari jamaah yang menandakan keinginan mereka masuk sorga. Atas pertanyaan ini pun para jamaah diam tak menjawab. Mereka artinya tidak ingin mati.
“Aneh!” gumam sang kiai. Bagaimana mungkin orang bisa masuk sorga tanpa melalui mati terlebih dahulu. Mati adalah tahapan yang harus dilalui sebelum seseorang bisa atau tidak bisa masuk sorga. Mati memang bukan jaminan masuk sorga. Tapi mati baru merupakan salah satu “tiket” untuk masuk sorga. Setiap orang yang masuk sorga, pasti pernah mati terlebih dahulu. Tapi tidak setiap orang mati pasti masuk sorga. Mungkin, karena tidak ada jaminan kepastian inilah mereka semua enggan mati.
Mati hampir selalu ditakuti. Bagi sebagian – atau bahkan mungkin kebanyakan – orang, mati seolah menjadi momok. Begitu seseorang sakit berat, yang terbayang bukan lagi kesembuhan, tapi kematian. Dia ingat mati bukan karena siap menjemputnya, tapi justeru sebaliknya, karena mati seolah menghantuinya.
Padahal, seperti diisyaratkan Rasulullah, kalau saja setiap orang mengetahui hikmah kematian, niscaya mereka akan tersenyum menjemputnya. Sebab kematian adalah proses penyucian dari berbagai jenis kotoran yang melekat pada tubuh seorang mu’min. Bukankah tidak seorang mu’min pun yang hidup tanpa dosa, meski ia begitu bersih ketika pertama kali lahir ke dunia. Perjalanan hiduplah yang seharusnya merindukan kematian, karena lewat perjalanan itu manusia selalu bersentuhan dengan kesalahan.
Tapi memang tidak sederhana memahami kematian. Selain kematian merupakan sesuatu yang ghaib, kematian juga biasa dicitrakan negatif sejak manusia mengenal kehidupan. Kematian hampir selalu dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang buruk dan negatif. Lihat, misalnya, hukuman mati bagi seseorang yang dinyatakan bersalah; ancaman mati dari seseorang yang terlibat dalam permusuhan; dan masih banyak contoh kasus buruk lainnya yang menggunakan kata “mati”.
Pencintraan yang tidak menguntungkan itu telah membuat manusia takut mati. Prosesnya pun telah berlangsung cukup lama. Sejak pertama kali saya belajar agama di bangku madrasah diniyah, hampir tidak ditemukan ungkapan yang mencitrakan positif bagi kematian. Selain ungkapan penjelasan guru-guru di madrasah, beberapa bahan bacaan anak-anak juga selalu mengungkap kematian sebagi sesuatu yang mengerikan.
Waktu itu, misalnya, sekitar akhir 1960-an, beredar buku komik Karma dan Saleh. Ceritanya sangat menarik karena, paling tidak, ia berkaitan dengan kematian dan gambaran kehidupan sesudah mati. Buku itu bercerita tentang perjalanan dua sosok yang memiliki perangai berseberangan, si Karma dan si Saleh. Saleh mewakili sosok muslim yang baik. Ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan sangat tenang dan membahagiakan. Senyumnya yang terakhir digambarkan dengan apik dan menarik. Kehidupan sesudah matinya pun menggambarkan kesempurnaan amal sebagai individu yang senantiasa berperilaku baik.
Sementara Karma tidak. Sejak kecil ia telah dikenal sebagai trouble maker baik di kalangan sebayanya maupun para orangtua. Watak pribadinya yang sangat materialistis, pragmatis, dan hedonis, sudah nampak sejak usianya yang masih sangat belia. Kematiannya digambarkan dalam buku itu dengan latar belakang yang sangat menakutkan. Ia berteriak, mengerang kesakitan. Senyumnya sirna. Dan yang lebih mengerikan lagi, gambaran kehidupan sesudah matinya yang sangat tidak membahagiakan.
Secara keseluruhan, buku itu menyediakan gambaran dua kehidupan yang sejatinya dilalui oleh setiap manusia. Dua kehidupan yang dijembatani oleh kematian ini disajikan dalam alur yang mudah dipahami oleh hampir semua lapisan usia. Dilengkapi dengan gambar-gambar yang secara khusus didisain untuk memperlihatkan dua kehidupan berbeda, penuh dengan kenikmatan di satu sisi dan sarat kepedihan siksa kubur di sisi lain. Dan, entah kebetulan atau memang disengaja, gambaran kepedihan siksa kubur disajikan lebih banyak dibanding kelezatan akhirat.
Sejujurnya, saya terpengaruh buku itu. Disiplin shalat saya, selain tentu karena asuhan orangtua, sebagiannya karena efek buku itu. Waktu itu, saya takut kena siksa kubur jika lalai melaksanakan shalat. Yang juga terbayang-bayang dalam ingatan saya waktu itu adalah proses kematian Karma yang sangat menakutkan. Malaikat digambarkan sebagai sosok yang mengerikan. Ruh Karma pun ditarik juga dengan sangat menakutkan. Anehnya, gambaran nasib si Saleh yang membahagiakan, justeru kurang melekat dalam ingatan. Mungkin karena faktor psikologis yang negatif sehingga dapat membangun kesan mendalam.
Ini baru satu ilustrasi mengapa citra kematian menjadi begitu menakutkan. Bahkan, efeknya, segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian, seperti keranda, ambulan, kamar mati, kain kafan, dan lain-lain, selalu dicitrakan menakutkan. Akhirnya, orang lebih takut mati, meskipun ia sendiri belum pernah mengalaminya. Orang takut mati bukan karena ia pernah mati, tapi bisa jadi rasa takut itu disebabkan karena takut oleh imajinasinya sendiri tentang mati.
Jadi, tidak perlu takut. Karena sesungguhnya kematian adalah hal wajar bagi setiap orang. Tidak perlu ditakuti, bahkan harus sanggup menjemputnya dengan senyum. Jangan takut. Mati pasti datang menjemput. Bahkan al-Qur’an mengilustrasikan kedatangannya dengan cara yang bisa jadi sangat tiba-tiba: “Jika ajalmu telah datang”, kata Allah, “ia tidak bisa lagi ditunda ataupun dipercepat, meski hanya satu detik.”
Terakhir, saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip sebagian syair lagu Bimbo yang mengungkap pesan Rasul tentang kematian.
 Pesan Nabi jangan takut mati
Meski kau sembunyi pasti menghampiri
Takutlah pada kehidupan sesudah kau mati
Renungkanlah itu..
Maaf, saya mengutip syair lagu dan bukan mengutif langsung sabda Nabi. Sederhananya, saya hanya ingin membangun kesan baru tentang kematian. Ibarat sebuah lagu, ia bukan sesuatu yang menakutkan, tapi menyenangkan. Kematian selayaknya dijemput karena akan memberikan hikmah. Kata Ali Al-Hadi, kematian sama dengan kamar mandi. Lalu, seperti dikutip Kang Jalal dalam Memaknai Kematian, cucu Rasulullah yang kesembilan menjelaskan, “Kematian adalah kesempatanmu yang terakhir untuk membersihkan kamu dari dosa-dosamu dan keburukan-keburukanmu..”
Comments (0) >>
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Cukuplah kematian itu sebagai nasehat bagi orang yang hidup, karena kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tidak menyimpang. Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan oleh kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Dengan begitu mengingat kematian dapat mendorong meraih sukses dalam kehidupan.

Namun, ironisnya, kebanyakan manusia justru lebih suka melupakan kematian. Hidup dan kematian, bagi mereka, seolah dua lembah yang saling berpisah. Satu sama lain seperti tak berhubungan. Mereka mengatakan, bersenang-senanglah di lembah yang satu. Dan, jangan pedulikan lembah lainnya.Mereka kurang menyadari bahwa, kematian adalah garis pemisah antara panggung kepura-puraan dengan kehidupan sebenarnya. Garis yang memisahkan aneka lakon dan peran dengan sosok asli seorang manusia. Garis yang akhirnya menyatakan kesudahan segala peran dan dikembalikannya segala alat permainan.
Sayang sekali, tak sedikit manusia yang lebih cinta dengan dunia kepura-puraan. Mereka pun berkhayal, andai kepura-puraan bisa berlangsung selamanya. Bisa berpuas diri dengan aneka lakon dan peran. Tanpa disadari, kecintaan itu pun berujung pada kebencian. Benci pada kematian.
Allah swt menggambarkan orang-orang yang enggan dan lari dari kematian. Seperti dalam firmanNya di surah Al-Jumu’ah ayat 8, Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Ketakutan adalah alasan yang paling lumrah buat mereka yang tidak suka mengingat kematian, bahkan berusaha lari dari kematian. Banyak alasan kenapa harus takut. Salah satunya, mereka takut berpisah dengan kehidupan. Bagi mereka, perpisahan ini berarti usai sudah pesta kenikmatan. Karena kehidupan sudah terlanjur mereka terjemahkan sebagai kenikmatan.
Selain itu, ada ungkapan batin yang tidak mereka sadari. Bahwa, mereka enggan berjumpa dengan Allah, sebagaimana mereka selalu menghindar dari perjumpaan dengan Allah dalam ibadah yang mereka lakukan. Keengganan itu sebenarnya bukan cuma milik mereka. Karena Allah pun enggan bertemu mereka, manakala mereka juga enggan bertemu dengan-Nya. “Diceritakan oleh Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa menyukai bertemu Allah, maka Allah juga senang berjumpa dengannya. Sebaliknya, siapa yang benci bertemu Allah, maka Allah pun enggan berjumpa dengannya.” (HR. Ahmad)
Keengganan itu sangat bertolak belakang dengan kerinduan yang diungkapkan seorang sahabat Rasul, Hudzaifah. Ketika tak lama lagi ajal kematian menyambang, beliau r.a. berujar, “….Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa kemiskinan itu lebih baik bagiku daripada kekayaan, sakit itu lebih baik daripada kesehatan, dan mati itu lebih membuatku bahagia daripada hidup, maka permudahkanlah kematian itu untukku. Sehingga aku dapat bertemu dengan-Mu.”
Atau boleh jadi ketakutan terhadap kematian lebih karena ketidaktahuan. Persis seperti anak kecil yang lari ketika diminta mandi. Karena yang diketahui si anak tentang mandi tak lebih dari dingin, dipaksa ibu, dan berhenti dari permainan. Begitu pun tentang kematian. Kematian bagi mereka tak lebih dari rasa sakit, berpisah dengan keluarga, harta dan jabatan; serta rasa kehinaan ketika jasad terkubur dalam tanah.
Di situlah perbedaan mendasar antara hamba Allah yang baik dengan yang buruk. Abdullah bin Umar pernah mendapat pelajaran tentang kematian dari Rasulullah saw.
“Aku bersama Nabi saw, kemudian, ada seorang dari kaum Anshar bertanya, ‘Siapakah di antara orang-orang mukmin yang paling mulia, wahai Rasul?’ Beliau saw menjawab, ‘Yaitu, orang yang paling bagus budi pekertinya’. Sahabat itu bertanya lagi, ‘Siapa di antara orang-orang mukmin yang paling pandai?’ Rasul menjawab, ‘Yaitu orang yang terbanyak ingatnya kepada kematian, dan yang paling siap menghadapi kematian. Itulah orang-orang yang pandai.” (HR. Ibnu Majah)
Bagi hamba Allah, tak ada kemuliaan apa pun kecuali dari tetap menjaga ingatannya dengan kematian. Bahkan, seorang yang berada pada puncak kekuasaan sekalipun. Setidaknya, itulah yang hendak diungkapkan seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hampir sepanjang usia kekuasaannya, tak pernah ia lewatkan satu malam pun untuk mengingat kematian. Caranya begitu manis. Ia panggil para pakar fikih, lalu satu sama lain saling mengingatkan tentang kematian, hari kiamat, dan kehidupan akhirat. Kemudian, semuanya pun menangis. Seakan-akan, di samping mereka ada jenazah yang sedang ditangisi.
Itulah mungkin, kenapa Khalifah yang punya kekuasaan luas ini menjadi sosok yang terpuji. Semasa kekuasaannya, hampir tak satu pun rakyatnya yang mengeluh. Mereka hidup sejahtera. Dan inilah sebuah bukti, betapa hidup Umar bin Abdul Aziz begitu berarti ketika kematian menjadi pengingat sejati.
Jadi sebenarnya, kematian itu sungguh berarti bagi sebuah kehidupan. Kematian dapat selalu memberi peringatan, agar kehidupan tetap menjadi sesuatu yang berarti. Sebaliknya, kehidupan juga mengingatkan kematian, sehingga menjadi sesuatu yang dinanti. Kematian mendidik kehidupan, dan kehidupan merindukan kematian
Share
Setiap muslim sangat mengharapkan disaat kematian tiba, dimatikan Allah dalam keadaan “khusnul khatimah”, akhir yang baik, kematian yang diridhai oleh Allah SWT. Sebagian orang ada yang diberi umur panjang dan sebagian yang lain diberi umur pendek, bagi kita yang benar-benar berislam secara kaffah, tidak jadi masalah diberi umur pendek ataupun panjang, semuanya terserah Allah yang memberi hidup.
- Jika detik ini seseorang harus menghadapi kematiannya, seseorang tersebut harus rela, jika dikehendaki oleh Allah SWT mati dalam usia muda.
- Namun jika seseorang hingga usia 63 tahun masih diijinkan untuk menghirup udaranya Allah ini, seseorang tersebut harus terus bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, dan lebih banyak menyiapkan bekal, berupa amalan-amalan shalih untuk kehidupan abadi di akhirat nanti.
Manusia manapun tidak peduli yang kafir maupun yang beriman, tak kuasa menolak “kematian” yang sudah ditetapkan Allah.
Allah berfirman,
Tidak ada satu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak pula dapat mengundurkannya. (Al-Hijr [15]: ayat 5)
- mati pada hari apa
- tempatnya mati dimana
- dan matinya sedang mengerjakan apa
Akan tetapi seseorang bisa mengupayakan diri dalam keadaan seperti apa nantinya disaat-saat seseorang tersebut menghadapi matinya, khusnul khatimah ataukah su’ul khatimah. Khusnul khatimah tentu menjadi cita-cita semua orang, akan tetapi kebanyakan perilaku mereka dan gaya hidup mereka jauh dari sifat-sifat dan tanda-tanda menuju khusnul khatimah. Untuk bisa mencapai khusnul khatimah, tidak hanya menghapal setiap hari kalimat “La illaha illallah”, terus berharap dengan yakin bisa menghadap Allah dengan khusnul khatimah. Kebanyakan yang terjadi, seseorang akan mati sesuai apa yang menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, contohnya adalah:
- Seseorang yang setiap hari selalu dan selalu main catur dan mengabaikan shalat 5 waktu, disaat sakaratul maut tiba, walaupun ditalkin oleh temannya untuk bisa mengucapkan kalimat terakhir sebelum ajal, yang terucap bukannya “la illaha illallah” tapi bisa jadi…”Skak”.. (naudzubillahi mindalliq)
- Lain halnya seseorang yang rajin shalat 5 waktu secara istiqamah, suka menjalin silarurahim, sedekah dalam keadaaan lapang maupun sempit, suka memaafkan kesalahan orang lain, selalu menahan amarahnya, insya Allah disaat menghadapi sakaratul maut, dengan mudah mengucap “la illaha illallah” disertai senyuman.
Type orang inilah type orang yang “merindukan kematian”, karena orang tersebut yakin akan janji Allah, bahwa Surga hanya dihuni oleh orang-orang yang bertaqwa.
Allah berfirman,
Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas untuk mereka. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zukruf [43]: ayat 35)
JANGAN TAKUT MATI
Dalam salah satu hadist, Rasul bersabda agar kita supaya memperbanyak untuk selalu mengingat mati, sebagai pemutus kenikmatan hidup didunia. Ternyata dalam menghadapi kehidupan dunia ini, kesempatan kita kedepan makin sempit, jatah umur kitapun semakin pendek, dan yang pasti…, setiap orang akan mengalami yang namanya “mati”. Kematian jangan ditakuti, tapi disiapkan dengan hati yang ikhlas.
Bahwa orang yang cerdas, orang bijak dimata Allah SWT bukanlah orang-orang yang serba cukup dalam materi dan bergelimang harta, orang yang berhasil mencapai gelar Professor, Doktor, Insinyur, dll. Tapi orang cerdas dan bijak adalah orang yang mengejar dan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya dan dengan sungguh-sungguh dalam menyiapkan diri untuk menghadapi kematian, yang sudah pasti datang menjemputnya. Ia akan selalu beramal shalih dan berjuang dijalan Allah untuk menghadapi kematian, yang datang sewaktu-waktu.
Ada 4 kriteria (4S), tanda-tanda orang yang cerdas dan bijak dalam menyiapkan kematian, yaitu :
1. Semangat untuk beramal shalih.
Allah berfirman,
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia”.(Al-Mukminun [23]: ayat 99)
“Agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(Al-Mukminun [23]: ayat 100)
2. Segera melakukan amal shalih.
Seseorang tersebut tidak suka menunda-nunda untuk beramal shalih dan ibadah-ibadah lainnya, serta hal-hal yang baik yang diridhai Allah SWT. Dalam hatinya selalu ada keinginan untuk berhijrah terus menerus kearah yang lebih baik.
Allah berfirman,
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan raihlah surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.(Ali-Imran [3]: ayat 133)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(Ali-Imran [3]: ayat 134)
3. Sebaik mungkin melakukan amal shalih.
Seseorang tersebut selalu berniat untuk yang terbaik dalam hal ibadah, selalu ingin yang terbaik dalam kebaikan, baik dalam lingkungan kantor, di dalam masyarakat maupun di intern keluarga. Kalau jadi pimpinan, dia berusaha untuk adil & bijaksana, bukannya yang sombong dan membanggakan diri, karena yang berhak sombong itu hanya Allah SWT, dan Allahpun tidak mempunyai sifat sombong. Orang tersebut ingin berbuat yang terbaik setiap menghadap Allah SWT, disaat mendirikan shalat 5 waktu dengan ikhlas & khusuk.
4. Sebanyak mungkin beramal shalih.
Rasul sendiri sebagai kekasih Allah, yang sudah pasti dijamin Allah masuk Surga, setiap hari selalu beristighfar memohon ampun minimal sebanyak 100 kali dalam sehari, apalagi kita-kita manusia biasa…. hanya dengan bertaubatlah maka hati ini akan dibersihkan Allah, insya Allah. Cobalah untuk “mengetuk hati” kita ini agar dengan tulus “ikhlas” mau “membuka hati” untuk :
- lebih mencintai kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia
- banyak mengingat kematian, dan kalau bisa merindukan kematian dan jangan sekali-kali ada rasa “benci” terhadap mati.
Tanda-tanda seseorang yang hatinya bersih, banyak mengingat mati, bahkan merindukan mati, akan tampak dalam perilaku sehari-hari al :
- sering melakukan taubat, istighfar & dzikir
- hati menjadi tentram, bersih bagai salju
- khusuk & istiqamah dalam shalatnya
- tidak silau dengan kehidupan dunia
Sedangkan tanda-tanda seseorang yang hatinya kotor, takut bahkan menbenci kematian akan tampak dalam perilaku sehari-hari, antara lain:
- sedikit istighfar, suka menunda taubat, merasa hidupnya masih lama
- hati merasa selalu kurang dalam segala hal
- dunia adalah tujuan utama, dunia adalah segala-galanya
- bermalas malasan dalam beribadah
Perlu difahami bahwa hampir setiap manusia dibumi ini, sejak nabi Adam hingga Qiamat tiba nanti, setiap hari mereka semua mengalami “latihan mati”, yaitu disaat mereka sedang dalam keadaan “tidur”. Mestinya kita belajar dari kejadian tidur yang tiap hari kita alami, amat sangat dekat hubungan antara tidur dan mati tersebut bagaikan “kakak dan adik”, sebagian ulama menyebut tidur adalah wafat shughra (kematian kecil).
Allah berfirman,
Allah memegang ruh orang ketika matinya dan memegang ruh orang ketika tidurnya. Maka ditahanlah ruh orang yang telah Allah tetapkan kematiannya dan dilepaskanlah ruh yang lain sampai waktu bangunnya. Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang mau berfikir. (Az-Zumar [39]: ayat 42)
Dalam salah satu hadist, Nabi yang menganjurkan kepada kita untuk selalu berdo’a sebelum tidur dengan mengucapkan : “Bismikallahuma ahya wa bismika wa amut”.
Yang artinya : Engkaulah ya Allah yang menghidupkanku dan Engkaulah yang mematikanku..
(Bersambung)
Marilah kita membahas lebih dalam bagaimana manusia setelah mengalami kematian dan apa yang akan terjadi sesuai dengan apa yang digambarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
KEHIDUPAN AKHIRAT
Kehidupan Di dunia ini adalah alam yang ke-3 yang sebelumnya setiap manusia pernah mengalami alam ruh (alam ke-1) kemudian ke alam dalam kandungan (alam ke-2).
Kematian seseorang bukanlah akhir dari segalanya, akan tetapi kematian itulah awal dimulainya kehidupan panjang yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Perlu kami sampaikan proses perjalanan panjang manusia secara garis besar tentang kehidupan akhirat, sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an, hingga seseorang masuk ke Surga yang abadi atau ke Neraka yang abadi.
ALAM KUBUR(ALAM KE-4)
Allah berfirman,
” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.(Al-An’aam [6]: ayat 93)
Alam kubur ini akan dialami setiap manusia, alam penantian sampai terjadinya Qiamat yang waktunya sudah ditentukan oleh Allah SWT, tidak bisa maju maupun diundur sedetikpun. Adapun orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman dan banyak amal shalihnya, selama dialam kubur terhindar dari siksa kubur, mereka merasa nyaman didalamnya, dan terasa hanya sebentar saja selama menunggu datangnya Qiamat. Adapun orang-orang kafir dan yang mendustakan ayat-ayat Allah, mereka akan disiksa hingga Qiamat tiba.
Kriteria orang-orang yang mendapat azab kubur adalah:
- Mereka yang setiap buang air kecil, tidak bersuci.
- Mereka yang suka mengadu domba.
- Mereka yang suka berbohong.
- Mereka yang suka melakukan zina dan tidak bertaubat hingga ajal menjemputnya.
- Mereka yang memakan harta dengan riba.
- Mereka yang suka berhutang dan sengaja tidak mengembalikan.
TERJADINYA QIAMAT
Allah berfirman,
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).(Az-Zumar [39]: ayat 68)
Penjelasan ayat tersebut bahwa tiupan sangkakala yang pertama, maka matilah semua makhluk yang dilangit maupun di bumi, tanpa kecuali dan apa-apa yang ada didalamnya. Setelah semuanya hancur, musnah, maka beberapa saat kemudian ditiuplan terompet yang kedua, bangkitlah semua manusia sejak dari nabi Adam hingga manusia terakhir yang dimatikan Allah. Saat Qiamat tiba, semuanya bangkit dari kuburnya masing-masing.
Qiamat ini terjadi pada hari jum’at, hal ini sesuai dengan salah satu hadist, Nabi Muhammad bersabda :
“Tidaklah hari Qiamat itu terjadi kecuali pada hari jum’at”
Kejadian-kejadian maupun tanda-tanda datangnya Qiamat:
1. Matahari terbit dan muncul dari sebelah barat
2. Adanya binatang ajaib yang muncul, binatang itu dapat berbicara.
3. Keluarnya Imam Mahdi
4. Keluarnya Al Masih Dajjal
5. Turunnya Nabiyullah Isa as
6. Keluarnya asap (awan)
7. Rusaknya Ka’bah (Baitullah)
8. Lenyapnya Al-Qur’an dari muka bumi
9. Seluruh umat di dunia telah menjadi kafir semuanya.
10. Bumi tergenggam dan langit tergulung, bumi akan dibenturkan dengan sekali bentur.
11. Gunung-gunung akan hancur.
12. Lautan meluap
13. Langit terbelah
14. Bintang-bintang berjatuhan
15. Bulan menjadi gelap
16. Matahari akan didekatkan ke bumi.
Allah berfirman,
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqaah [69]: ayat 13 dan 14)
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Mujadilaah [58]: ayat 6)
Pada saat seluruh manusia dibangkitkan dari alam kuburnya, raga/badan yang ada sewaktu didunia dulu sudah berubah sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan selama di dunia. Ruh tetap abadi, yang berubah hanya bentuk fisiknya, dan didalamnya terdapat kekhususan-kekhususan yang baru, seperti tidak mati walau tertimpa musibah, siksaan dan mereka dapat melihat malaikat dan jin.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Saya adalah penghulu anak Adam pada hari Qiamat, dan orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur”. (HR. Muslim)
Hidup sesudah mati diawali dari bangkitnya seluruh manusia sejak dari Nabi Adam hingga manusia-manusia diakhir zaman. Saat Qiamat tiba semua tanpa kecuali bangkit dari kuburnya. Hari Qiamat sudah semakin dekat, tanda-tanda Qiamat sudah banyak terlihat baik tanda-tanda kecil maupun yang besar. Tetapi masih ramai di kalangan kita umat Islam yang masih tidak sadar, ini tidak lain karena kita sudah meninggalkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Orang beriman merasa sudah cukup kalau sudah berhasil menunaikan ibadah haji ke Mekah, kewajiban-kewajiban yang lain sebagai hamba Allah diremehkan, bahkan ditinggalkan terutama shalat wajib 5 waktu sehari semalam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah hampirnya hari Qiamat itu, berlaku banyak kematian manusia secara mendadak.” (Hadist riwayat Thabrani)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan datang hari Qiamat sehinggalah berlakunya banyak gempa bumi.” (HR. Bukhari)
Dari Ali bin Abi Thalib ra, Rasulullah SAW bersabda:
Apabila umatku telah membuat 15 perkara, maka BALA akan turun kepada mereka, yaitu:
1. Apabila harta negara hanya beredar di kalangan orang tertentu sahaja.
2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan.
3. Zakat dijadikan hutang.
4. Suami menurut kehendak isteri.
5. Anak durhaka terhadap ibunya.
6. Akan tetapi (anak tadi) sangat baik terhadap kawan-kawannya.
7. Dan ia suka menjauhkan diri daripada ayahnya.
8. Suara Adzan sudah ditinggalkan di dalam masjid.
9. Yang menjadi ketua sesuatu kaum adalah orang yang paling hina di antara mereka.
10. Seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatannya.
11. Arak sudah diminum secara berleluasa.
12. Kain sutera banyak dipakai oleh kaum lelaki.
13. Para artis-artis disanjung-sanjung.
14. Musik banyak dimainkan/didendangkan.
15. Generasi akhir umat ini akan melaknat generasi pertama (para sahabat terdahulu)
(bersambung)
Hari Perhitungan Amal/Hisab (Alam ke 5)
Allah berfirman,
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, (Al-Ghasyiah [88]: ayat 25)
Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. (Al-Ghasyiah [88]: ayat 26)
Pada hari perhitungan amal (Hisab) ini, Allah SWT akan menampakkan kepada hamba-hamba-Nya semua amal-amal yang telah mereka perbuat, baik berupa amal-amal ketaqwaan maupun amal-amal kekafiran mereka. Maka sebenar-benar kesaksian mereka adalah Rabb yang telah menciptakan manusia.
Allah SWT mempersaksikan manusia atas diri mereka sendiri, demikian pula bumi, harta, malaikat, bahkan “seluruh anggota badan” mereka ikut serta menjadi “saksi” atas perbuatan-perbuatan yang telah mereka perbuat, saat berada dialam didunia yang fana dan sementara, sebagai terminal menuju kehidupan yang abadi.
Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. (Al-Mukminun [23]: ayat 102)
Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,mereka kekal di dalam Neraka Jahannam. (Al-Mukminun [23]:ayat 103)
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Qiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (Al-Anbiya [21]: ayat 47)
“Mizan” adalah nama timbangan amal yang amat sangat teliti, yang diletakkan Allah SWT pada hari Qiamat untuk menimbang amalan-amalan seluruh hamba-Nya, apakah seseorang lebih berat amal kebaikannya yang akhirnya menempati Surga, ataukah seseorang ringan timbangan amal kebaikannya sehingga menempati Neraka.
PENGHUNI SURGA & NERAKA (Alam ke 6)
Allah berfirman,
(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar”. (Al-Hadid [57]: ayat 12)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga ‘Adnin yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka “kekal” di dalamnya “selama-lamanya”. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya… (Al-Bayyinah [98]: ayat 7 dan 8)
Allah berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam; mereka “kekal” di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah [98]: ayat 6)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raaf [7]: ayat 179)
Semoga kita semua benar-benar bisa menyiapkan bekal untuk kehidupan panjang di akhirat nanti dengan menjalankan syariat Islam yang sebanar-benarnya, dengan berislam secara kaffah, amin.

http://quranku1234.blogspot.co.id
17.01 | 0 komentar | Read More

RAHASIA MANDI SEBELUM SUBUH: 7 Keutamaan mandi sebelum subuh


- dalam sebuah riwayat, Rasullulah
sallallahu wa alaihi`wa sallam
tak pernah sakit sepanjang hayatnya karena pandai menjaga
Kesehatannya dan salah satu
aktivitas rutin Rasullulah adalah beliau selalu menjaga makanan sehari harinya dan selalu mandi sebelum subuh.
- Rasullulah sallallahu wa alaihi`wa
sallam pernah bersabda yang artinya “Mukmin yang kuat adalah
lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR Muslim). Ya,karena hanya dengan tubuh yang sehat kita akan menjadi kuat dan bisa melakukan berbagai aktivitas diwdunia ini dengan sebaik baiknya.
- Dr. Abdul Hamid Dayyat, dari
Universitas Kairo Mesir menjelaskan manfaat kesehatan yang diperoleh seseorang dari aktivitas bangun Subuh ( fajar ) dan mandi pada waktu fajar (sebelum subuh), diantaranya adalah:
Bahwa,gas O3. Pada waktu fajar kandungan gas O3 sangat melimpah yang kemudian akan
berkurang sedikit demi sedikit
hingga habis ketika matahari
terbenam pada sore hari. Gas O3
mempunyai pengaruh yang positif
pada urat syaraf, mengaktifkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghirup udara fajar maka akan merasakan suatu kenikmatan dan kesegaran yang tiada tara .
- Sementara itu dari beberapa
penelitian didapati kesimpulan
bahwa sebaiknya seseorang
membiasakan mandi Subuh dengan air dingin, karena mandi pada waktu subuh dengan air dingin selain badan segar dan bersih,tapi juga akan memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya adalah :
1. Melancarkan Peredaran darah.
Mandi subuh ternyata memiliki
manfaat yang luar biasa bagi
kesehatan. Menurut Dr. dr. Aru W.
Sudoyo, MD dokter spesialis penyakit dalam dari FK UI dan RS Medistra,mandi pagi secara medis akan merangsang sistem peredaran darah dan persyarafan menjadi lebih aktif.
Hal ini timbul sebagai reaksi
terhadap rangsangan suhu dingin
secara singkat. Untuk itu,Sepanjang seseorang tidak sakit, maka mandi subuh atau
sebelum subuh memberikan efek
positif karena tubuh dicambuk oleh temperature rendah.
jika peredaran darah anda lancar
maka tubuh anda akan menjadi lebih sehat dan bertenaga. malah anda juga bisa melakukan aktivitas  seharian tanpa rasa letih.
2. Membuat kulit menjadi lembut,halus dan cantik.
dr. Midi Hariyani, SKK spesialis kulit dan kelamin dari klinik nusantara kuningan menyebutkan bahwa dengan mandi subuh dapat membangunkan tubuh yang terlelap dimana metabolisme
tubuh sedang melambat.
Diibaratkan membangunkan mesin yang awalnya pelan kemudian dinaikkan. Suhu tubuh akan dinaikkan mencapai kestabilan sehingga Jantung menjadi terpacu untuk bangun,adrenalin meningkat, pembuluh darah jadi lebih lancar untuk bergerak sehingga aliran
darah dalam tubuh menjadi sangat
baik termasuk aliran ke kulit,
jaringan kulit akan membaik tidak
kering dan menjadi lebih kenyal /
lembab. Mandi dengan air dingin
juga mampu mengurangi noda hitam pada lingkaran bawah mata
sehingga wajah terlihat lebih cerah
dan kulit tampak lebih fresh,lebih lembut dan halus.begitu juga dengan kuku, ia akan menjadi lebih sehat,kuat dan tidak mudah retak.
3. Mampu menurunkan resiko darah tinggi.
untuk anda yang memiliki penyakit
darah tinggi, mungkin ini merupakan salah satu cara untuk anda mengurangkan penyakit anda. Insya ALLAH, dengan izin ALLAH, jika selalu diamalkan,maka penyakit anda akan pulih.
Sebab,Menurut Frederic Premji
serang hypnotherapis dari The
American Board Of Hypnotherapy
bahwa Mandi dengan air dingin juga mampu menurunkan resiko
timbulnya darah tinggi, varises dan
mengerasnya pembuluh darah, hal
ini terjadi karena air dingin akan melancarkan sirkulasi darah keseluruh organ-organ tubuh.
4. Mampu meningkatkan sel darah putih.
Mandi dengan air dingin pada waktu subuh akan meningkatkan sel darah putih dalam tubuh yang berakibat meningkatnya daya tahan tubuh dalam melawan
virus yang masuk kedalam tubuh,
sehingga tubuh anda tidak akan mudah untuk diserang oleh penyakit.tubuhpun akan menjadi lebih sehat dan bugar.
5. Mampu meningkatkan kesuburan.
Mandi dengan air dinginpun ternyata juga memiliki efek positif bagi kesehatanreproduksi, karena mandi dengan air dingin dapat meningkatkan produksi
hormon testosterone pada pria dan hormon estrogen pada wanita yang berpengaruh pada meningkatnya kesuburan dan gairah seksual.
6. Membuat rambut lebih sehat.
Mungkin anda bertanya,Apasih yang terjadi dengan rambut bila dibilas dengan air dingin ? bukankah akan lebih nyaman jika menggunakan air hangat?
Ternyata air dingin dapat menutupi kutikula rambut sehingga mampu mengurangi kerontokan. Air dinginpun mampu melindungi rambut dari kotoran-kotoran yang biasanya menempel pada kulit kepala, dengan demikian rambut akan lebih sehat dan kuat.
7. Mampu Meredakan Depresi.
Mandi dengan air dingin ternyata selain berpengaruh pada tubuh,juga berpengaruh pada jiwa,menghilangkan galau dan stres, menjadikan jiwa dan pikiran
lebih tenang dan bersemangat
menjalankan aktivitas sehari – hari.
- Catatan tambahan:
Untuk mereka yang memiliki riwayat  penyakit berat sebaiknya mandi dengan suhu air hangat saja (bukan panas) yang mendekati suhu tubuh sehingga
sistem penyesuaian atau adaptasi yang sedang lemah tidak dirangsang secara paksa.
Khusus untuk penderita eksim dan
rematik sebaiknya tidak melakukan aktivitas mandi sebelum subuh ini kecuali dengan
air hangat. Karena bagi Para penderita eksim jika mandi menggunakan air dingin akan menyebabkan gatal gatal pada kulit, sedangkan pada penderita rematik akan meningkatkan radang sendinya.
Perubahan suhu yang terlalu
mendadak juga dapat menyebabkan aliran darah terganggu sehingga tekanan darah lebih tinggi dari biasanya yang menyebabkan munculnya hipertensi dan jantung.
- Demikianlah beberapa manfaat mandi fajar (sebelum subuh) dengan air dingin,yang ternyata memberikan dampak baik bagi kesehatan. Untuk itu mari
kita membiasakan diri untuk mandi diwaktu sebelum subuh/fajar dengan air dingin,khususnya bagi anda yang beragama islam,dengan mandi tersebut diharapkan dapat menjalankan ibadah shalat subuh menjadi lebih khusu dan tidak lagi mengantuk.
Selamat mengamalkan mandi subuh,semoga berkah dan bermanfaat.

https://rezeki-berkah.blogspot.co.id/
16.59 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...