Manusia sering mengukur banyak atau sedikitnya rezeki yang ia dapat dengan mengukur harta yang dimilikinya. Sering merasa rezekinya mampet karena penghasilannya menurun, sering merasa rezekinya sedang berlimpah karena bisnisnya sedang untung. Padahal, jika kita menilai rezeki hanya sebatas uang dan materi yang didapat, sebenarnya kita telah terjebak dalam pemikiran dan pemahaman yang sempit. Padahal rezeki yang diberikan Allah tidak selalu bersifat materi.
Suatu pemikiran yang saya tangkap dari sebagian masyarakat kita, rezeki memang masih diartikan secara sempit. Seseorang mendoakan sahabatnya agar rezekinya lancar berarti ia berharap bisa mendapatkan harta dengan mudah. Sebenarnya, rezeki bisa berbentuk apa saja, tidak harus selalu materi, tapi juga non-materi dan merupakan suatu keadaan yang menjadikan kita mau bersyukur.
Harta yang Barokah
Pengertian barokah disini adalah sesuatu kebaikan yang terus bertambah nilai manfaatnya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Allah memberikan rezeki kepada manusia dalam segala kondisi, artinya bisa didapatkan dengan cara yang halal atau yang haram. Itulah fungsi akal dan hati yang dimiliki manusia untuk memilih cara yang akan dilalui.
Untuk apa harta yang berlimpah, rumah yang megah, dan mobil mewah jika tidak membuat hati kita tenang. Hati selalu was-was karena takut harta yang dimiliki akan hilang atau takut ketahuan korupsi. Ambil contoh oknum petugas pajak yang sedang terkenal berinisial GT, walaupun memiliki kekayaan hingga 26M, tapi saya yakin dia tidak merasakan ketenangan dalam batinnya. Ini berarti harta tidak mengantarkan pemiliknya untuk terus mendekat kepada Allah. Jika kita melihat kepada “Keluarga Cemara”, walaupun ayahnya tukang becak dan ibunya tukang opak, tapi mereka hidup dalam ketenangan dan mereka merasa cukup dengan harta yang didapat. Ini berarti harta yang didapat penuh keberkahan karena membuatpemiliknya merasa cukup.
Keluarga Sakinah
Pasti dikaruniakan anak yang sehat dan normal adalah suatu kebahagiaan dan kebanggan bagi orang tua. Tapi, apakah itu bisa menjamin kebahagiaan dalam suatu keluarga?sudah sering kita dengar seorang anak yang terjerumus dalam kasus narkoba, kasus pelecehan seksual, tawuran atau kasus yang melanggar etika masyarakat. Itu semua muncul dari anak yang dikatakan sehat dan normal.
Lalu pernahkah kita melihat atau mungkin hanya mendengar sebuah keluarga yang dikaruniakan anak yang kurang sempurna dan memiliki keterbatasan mental tetapi berkah. Ada suatu cerita dari buku yang saya baca, bahwa ada sebuah keluarga yang menyesali takdir karena memiliki anak yang cacat mental sehingga membuatnya harus mengeluarkan banyak uang untuk perawatan anaknya. Namun, tahukah sahabat?Karena kondisi anaknya itulah, keluarga itu jadi lebih sering tahajud, lebih sering bertafakur. Ini berarti anak yang memiliki keterbatasan tadi menjadi media perantara untuk mengantarkan keluarga tadi semakin dekat dengan Allah.
Teman yang Baik
Pernahkan disadari?Bahwa sahabat, dulur, teman-teman yang ada di sekeliling kita itu juga rezeki?Seorang teman yang baik adalah teman yang selalu hadir jika dibutuhkan, selalu menyediakan his/her shoulder to cry on, atau sekedar menerima kita di kost-an nya. Mencari musuh seribu lebih mudah daripada mencari satu orang sahabat, itulah sebuah pepatah yang sering saya dengar. Pernah mendengar juga tentang, “Jika kita ingin mengetahui karakter seseorang, maka lihatlah teman-temannya?” Ini terbukti benar, karena sahabat kita adalah representasi diri kita sendiri.
Lingkungan yang Baik
Pernah merenungi kondisi kita sekarang? berada dalam lingkungan yang kondusif, lingkungan yang positif, lingkungan yang mendukung produktivitas kita. Banyak juga di sekeliling kita yang masih bermasalah dengan lingkugannya, seperti lingkungan pecandu narkoba, lingkungan gangster, lingkungan anak nongkrong (labil). Jika kita merasa sedang dalam kondisi lingkungan yang kondusif, itu pun termasuk rezeki. Seperti yang dituturkan dalam film “My Name is Khan”, di dunia ini hanya ada dua tipe manusia, good man dan bad man. Maka bersyukurlah jika kita diberi rezeki berupa lingkugan orang-orang baik.
Hikmah/ilmu
Sebenarnya ilmu tersebar luas dimana-mana, hanya saja diperlukan mata dan hati yang terbuka untuk menangkap hikmah yang berserakan. Sering mengeluh ketika menunggu lama, padahal ada ilmu kesabaran disitu. Sering merasa pesimis, padahal ada ilmu tahan mental disitu. Sering merasa bosan, padahal ada ilmu untuk terus berinovasi. Lamaran kerja ditolak, padahal mungkin kerjaan itu tidak cocok untuk kita pada nantinya. Dan masih banyak lagi ilmu dan hikmah yang masih berserakan di sekeliling kita, tinggal hati yang lapang dan terbuka yang akan mengikat makna tadi.
Tulisan ini dimuat di Kompasiana