ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Pemuda Ukraina Yang “Gila” Fisika Memeluk Islam Karena Penelitian Ilmiah

Written By Situs Baginda Ery (New) on Sabtu, 07 Agustus 2010 | 19.49

Pemuda Ukraina Yang

Ada seorang pemuda bernama Demitri Bolyakov, seorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian sereta riset-riset ilmiah. Ia mengumumkan keislamannya di Islamic Centre di Kiev. Lantas apakah yang membuat dirinya memilih islam sebagai agamanya?

Ia menerangkan bahwa pintu masuk keislamannya adalah fisika. Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah tim peneliti ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika. Mereka sedang dalam sebuah penelitian terhadap sebuah sampel yang diuji di laboratorum untuk mempelajari sebuah teori modern yang menjelaskan tentang perputaran bumi pada porosnya. Kereka berhasil menetapkan teori tersebut. Akan tetapi Demitri mengetahui bahwasannya diriwayatkan sebuah hadits dari Nabi shallallahu’alayhiwasallam yang diketahui oleh semua umat islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan “keharusan” teori tesebut dan sesuai dengan hasil yang dicapainya. Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini yang umurnya lebih dari 1400 tahun yang lalu, sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semeseta ini.

Teori yang dikemukakan Prof. Kosinikov merupakan teori paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada area magnet yang terbentuk dari dua elektroda yang saling berlawanan arus. Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menumbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya. Fenomena ini dinamakann “gerak integral elektromagnetik”. gerak ini pada substansinya menggambarkan aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam kita ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan arah magnet yang akan mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan intensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung.

Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam satu tahun. Akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini, kecepatan tersebut bertambah hingga mencapai 40 km dalam setahun. Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bahwa bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub bumi akan bergantian tempat. Artinya, bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan keluar [terbit] dari barat!!!

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ni tidak dibaca oleh Demitri pada kitab manapun atau tidak pernah ia dengar dari siapapun. Akan tetapi ia berhasil mencapai kesmpulan tersebut dengan upayanya melalui riset dan percobaan serta penelitian. Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satu pun petunjuk selain dari islam. Ia menemukan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Ia berkata Rasulullah shallallahu’alayhiwasallam bersabda “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat maka Allah menerima taubatnya”

Ketika itu tidak ada jarak lagi yang mengahalangi antara Demitri dan memeluk islam selain mendatangi Islamic Centre, kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat.

Demitri tidak berhenti dari melakukan penelitian setelah masuk islam. Saat ini ia sedang mengerjakan disertasi doctoral yang ingin ia rampungkan, akan tetapi tentu saja dengan roh dan semangat baru, yaitu roh seorang ilmuwan fisika muslim yang mengetahui keagungan sang Pencipta sehingga bertasbih memuji-Nya.

————————————————————————-
Selesai Disalin dari Majalah Qiblati Vol. 2/ No.1 di Kota Bekasi oleh al-akh Fandi Satia Engge

19.49 | 0 komentar | Read More

Bahasa Arab adalah Bahasa Islam

Bahasa Arab Bahasa Islam

Kemuliaan Bahasa Arab

Tahukah engkau saudariku, keutamaan bahasa arab sangatlah banyak. Sebagaimana perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2, yang artinya,

“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkan.”

Ia berkata, “Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab) karena bahasa arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada Rasul yang paling mulia (yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surat Yusuf)

Bahasa Penduduk Surga

Suatu saat terjadi percakapan di antara seorang ustadz dan seorang pria.

A: Ustadz, katanya bahasa surga itu bahasa arab ya?
B: Katanya begitu pak… tapi haditsnya dho’if.

Tahukah engkau saudariku, memang banyak kita dengar perkataan bahwa bahasa arab adalah bahasa yang digunakan di surga. Namun ternyata tidak ada hadits shahih dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang masalah ini sebagaimana dinyatakan Abu Shuhaib al-Karami yang mentahkiq kitab Mukhtashar Hadi al-Arwah karya Ibnu Qayyim Al-Jaujiyyah. Namun banyak atsar salaf yang menguatkan hal ini (bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab). Wallahu a’lam bi shawab.

‘Afwan Jiddan (??)

Kalimat yang satu ini, rasanya sudah menjadi sebuah perkataan umum yang merebak dimana-mana. Secara kata perkata, memang terlihat benar, karena ‘afwan berarti maafkan aku, sedangkan jiddan artinya sungguh-sungguh/benar-benar.

Tahukah engkau saudariku, ternyata kalimat ‘afwan jiddan tidak dikenal dalam bahasa arab yang benar. Ini sama seperti seseorang yang belajar bahasa Inggris kemudian mengatakan, “My watch is dead”. Secara kata perkata memang benar, namun secara penggunaan bahasa asalnya, kalimat tersebut bukanlah kalimat yang benar.

Kata ‘afwan itu sendiri sebenarnya sudah merupakan sebuah permintaan maaf yang sangat. Jika dirinci, kata ‘afwan mempunyai kalimat lengkap Asta’fika yang artinya aku benar-benar minta maaf kepadamu. Nah, berarti maksud orang yang mengatakan ‘afwan jiddan bahwa ia minta maaf dengan sungguh-sungguh sebenarnya sudah diwakilkan dengan kata ‘afwan itu sendiri. Adapun kata dalam bahasa arab lainnya yang berarti maaf adalah aasif. Dan untuk kata ini (aasif) tidak terkandung makna permintaan maaf dengan sungguh-sungguh.

4 Nama Nabi

Tahukah engkau saudariku? Ternyata hanya ada 4 Nabi kita (yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an dan Sunnah) yang memiliki nama dari bangsa Arab murni, yaitu nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, Shalih, Syu’aib dan Hud. Adapun nama-nama nabi lainnya merupakan nama ‘ajam (asing). Dan secara kaidah bahasa arab, antara nama asli Arab dan nama asing memberikan konsekuensi yang berbeda, yaitu untuk nama asing dalam penggunaannya tidak boleh diberi tanda tanwin. Masih penasaran? Ayo belajar bahasa arab…

Musyawarah Akbar (??)

Kadang aneh terlihat, ketika suatu spanduk dari organisasi Islam kemudian bertuliskan musyawarah akbar. Tahukah engkau saudariku, terdapat kesalahan penerapan kaedah bahasa arab dalam susunan tersebut.

Kata musyawarah (yang berasal dari bahasa arab) merupakan isim muannats (jenis kata feminin). Sedangkan kata akbar merupakan isim mudzakar (jenis kata maskulin). Dalam kaedah bahasa arab, tidak tepat jika memadankan dua kata (yang dinamakan na’at man’ut) dengan kata yang berlainan jenis. Maka yang benar adalah musyawarah kubro. Karena kata kubro merupakan isim muannats. Bingung? Ayo belajar bahasa arab…

Abu dan Ummu

Tahukah engkau saudariku, penggunaan Abu dan Ummu juga dipelajari dalam bahasa arab pada bab ‘Alam (nama). ‘Alam itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Salah satunya adalah kun-yah. Kun-yah adalah nama yang diawali dengan lafazh Abu dan Ummu, seperti Abu Bakr, Ummu Kultsum dan sebagainya. Biasanya, kata yang digunakan setelah kata Ummu atau Abu adalah nama anak pertama dari sang pemilik nama. Namun, tidak berarti bahwa orang yang belum menikah bahkan anak-anak sekalipun tidak dapat menggunakan nama kun-yah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah memanggil seorang anak kecil dengan nama kun-yah, dalam hadits yang diceritakan oleh Anas radhiallahu ‘anhu,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan aku memiliki seorang saudara yang biasa dipanggil dengan sebutan Abu ‘Umair. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam datang, lalu memanggil: ‘Wahai Abu ‘Umair, apa yang sedang dilakukan oleh si Nughair kecil.’ Sementara anak itu sedang bermain dengannya.” (HR. Bukhari)

Pentingnya Belajar Bahasa Arab

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bahasa arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa arab), maka ia (mempelajari bahasa arab) menjadi wajib. Mempelajari bahasa arab, diantaranya ada yang fardhu ‘ain, dan adakalanya fardhu kifayah.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah 1/527 dikutip dari majalah Al-Furqon)

Tahukah engkau saudariku, dorongan untuk belajar bahasa arab bukan hanya khusus bagi orang-orang di luar negara Arab. Bahkan para salafush sholeh sangat mendorong manusia (bahkan untuk orang Arab itu sendiri) untuk mempelajari bahasa arab.

Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqitdha)

‘Umar radhiallahu ‘anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah, dikutip dari majalah Al-Furqon)

Dari Hasan Al-Bashari, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama nabi mereka.” (Mafatihul Arrobiyah, dikutip dari majalah Al-Furqon)

Dari as-Sya’bi, “Ilmu nahwu adalah bagaikan garam pada makanan, yang mana makanan pasti membutuhknanya.” (Hilyah Tholibul ‘Ilmi, dikutip dari majalah Al-Furqon)

Tertarik belajar arab lebih jauh? Alhamdulillah silakan ikuti terus pelajaran bahasa arab yang ada di www.badar.muslim.or.id

sumber: http://muslimah.or.id/

19.42 | 0 komentar | Read More

Kisah Taubat Seorang yang Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sesat

oleh Abu Ashim Muhtar Arifin

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (wafat 1389 H) rahimahullah mengatakan:

“Aku sekarang akan menyebutkan sebuah kisah tentang Abdurrahman al-Bakri, salah seorang penduduk kota Najd.

Pada mulanya ia adalah salah seorang thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu) yang belajar kepada pamannya, yaitu Syaikh Abdullah bin Abdullathif Alu Syaikh dan para syaikh yang lain. Kemudian beliau ingin membuka sebuah madrasah di Aman.

Di sana beliau mengajarkan tauhid dari biaya sendiri. Apabila harta yang dimilikinya telah habis, maka beliau mengambil barang dagangan dari seseorang dan pergi ke India. Terkadang beliau menghabiskan waktu selama setengah tahun di India.

Syaikh al-Bakri mengatakan:

“Aku pernah berada di sisi sebuah masjid di India. Di sana terdapat seorang guru, yang mana apabila seusai mengajar mereka melaknat Ibnu Abdul Wahhab, yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Apabila keluar masjid beliau melewatiku. Dan ia mengatakan: “Aku bisa berbahasa arab, akan tetapi aku ingin mendengarnya dari Orang Arab”. Lalu iapun minum air dingin di tempatku.

Aku merasa sedih dengan apa yang telah dia dilakukan dalam ceramahnya. Lalu aku berbuat siasat dengan mengundangnya (ke tempatku) dan aku mengambil kitab at-Tauhid, aku cabut sampulnya dan aku letakkan di rak dalam rumahku sebelum dia datang.

Ketika dia telah hadir, aku berkata kepadanya: “Apakah anda mengizinkan aku untuk membawakan semangka (ke sini)?”. Lalu akupun pergi.

Ketika aku kembali, ternyata di sedang membacanya dan menggerak-gerakkan kepalanya.

Ia berkata: “Karya siapakah kitab ini? Judul-judulnya mirip dengan judul-judul kitab al-Bukhari, ini demi Allah judul-judul al-Bukhari.”

Aku menjawab: “Aku tidak tahu!”. Lalu aku katakan kepadanya: “Bagaimana sekiranya kita pergi ke Syaikh al-Ghazawi untuk menanyakan masalah ini,” yang mana beliau adalah seorang pemilik sebuah perpustakaan, dan beliau telah memiliki bantahan terhadap kitab Jami’ al-Bayan.

Lalu kamipun masuk kepada beliau dan aku berkata kepada al-Ghazawi: “Aku memiliki beberapa lembaran. Syaikh ini menanyakan kepadaku siapakah yang menulis kitab ini? Akupun tidak tahu.”

Al-Ghazawi paham dengan keinginanku. Lalu beliau memerintahkan seseorang untuk mendatangkan kitab Majmu’ah at-Tauhid (kumpulan kitab tauhid), lalu dibawakan kepada beliau, kemudian mencocokkan antara keduanya, lalu beliau mengatakan: “Ini adalah karya Muhammad bin Abdul Wahhab.”

Orang Alim dari India tadi marah dan mengatakan dengan suara yang tinggi: “Orang Kafir itu …!!!”

Kamipun diam, diapun lalu diam sejenak. Sesaat kemudian kemarahannya mereda dan ia pun beristirja’ (mengucapkan innalillah wa inna ilaihi raaji’un).

Ia berkata: “Apabila kitab ini adalah karya beliau, maka sungguh kami telah menzhaliminya”.

Kemudian beliaupun setiap hari mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dan murid-muridnya pun juga mendoakanya bersamanya.

Lalu tersebarlah murid-muridnya di India. Apabila mereka selesai membaca, mereka mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab.”

Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 60, hal. 57-58

http://majalahislami.com

19.42 | 0 komentar | Read More

Kisah Ulama: Syaikh Bin Baz -rahimahullah- dan Seorang Pencuri

Salah seorang murid Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- menceritakan kisah ini kepada-ku (penulis kisah ini-pen). Dia berkata : Pada salah satu kajian Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di Masjidil Haram, salah seorang murid beliau bertanya tentang sebuah masalah yang didalamnya ada syubhat, serta pendapat dari Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang masalah tersebut. maka Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjawab pertanyaan penanya serta memuji Syaikh Bin Baz rahimahullah. Ditengah-tengah mendengar kajian, tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan jarak kira-kira 30 orang dari arah sampingku kedua matanya mengalirkan air mata dengan deras, dan suara tangisannya pun keras hingga para murid pun mengetahuinya.

Di saat Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah selesai dari kajian, dan majelis sudah sepi aku melihat kepada pemuda yang tadi menangis. Ternyata dia dalam keadaan sedih, dan bersamanya sebuah mushhaf. Aku pun lebih mendekat hingga kemudian aku bertanya kepadanya setelah kuucapkan salam: “Bagaimana kabarmu wahai akhi (saudaraku), apa yang membuatmu menangis ?” Maka ia menjawab dengan bahasa yang mengharukan, “Jazakallahu khairan.” Akupun mengulangi sekali lagi, “Apa yang membuatmu menangis akhi…?”

Dia pun menjawab dengan tekanan suara yang haru, “Tidak apa-apa, sungguh aku telah ingat Syaikh Bin Baz rahimahullah, maka aku pun menangis.”

Kini menjadi jelas bagiku dari penuturannya bahwa dia dari Pakistan, sedang dia mengenakan pakaian orang Saudi.

Dia meneruskan keterangannya: “Dulu aku mempunyai sebuah kisah bersama Syaikh Bin Baz rahimahullah, yaitu sepuluh tahun yang lalu aku bekerja sebagai satpam pada salah satu pabrik batu bata di kota Thaif. Suatu ketika datang sebuah surat dari Pakistan kepadaku yang menyatakan bahwa ibuku dalam keadaan kritis, yang mengharuskan operasi untuk penanaman sebuah ginjal. Biaya operasi tersebut membutuhkan tujuh ribu Riyal Saudi (kurang lebih 17,5 juta Rupiah). Jika tidak segera dilaksanakan operasi dalam seminggu, bisa jadi dia akan meninggal. Sedangkan beliau sudah berusia lanjut.

Saat itu, aku tidak memiliki uang selain seribu Riyal, dan aku tidak mendapati orang yang mau memberi atau meminjami uang. Maka aku pun meminta kepada perusahaan untuk memberiku pinjaman. Mereka menolak. Aku menangis sepanjang hari. Dia adalah ibu yang telah merawatku, dan tidak tidur karena aku.

Pada situasi yang genting tersebut, aku memutuskan untuk mencuri pada salah satu rumah yang bersebelahan dengan perusahaan pada jam dua malam. Beberapa saat setelah aku melompati pagar rumah, aku tidak merasakan apa-apa kecuali para polisi tengah menangkap dan melemparkanku ke mobil mereka. Setelah itu dunia pun terasa menjadi gelap.

Tiba-tiba, sebelum shalat subuh para polisi mengembalikanku ke rumah yang telah kucuri. Mereka memasukkanku ke sebuah ruangan kemudian pergi. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menghidangkan makanan seraya berkata, “Makanlah, dengan membaca bismillah !” Aku pun tidak mempercayai yang tengah kualami.

Saat adzan shalat subuh, mereka berkata kepadaku, “Wudhu’lah untuk shalat!” Saat itu rasa takut masih menyelimutiku. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang sudah lanjut usia dipapah salah seorang pemuda masuk menemuiku. Kemudian dia memegang tanganku dan mengucapkan salam kepadaku seraya berkata, “Apakah engkau sudah makan ?” Aku pun, ‘Ya, sudah.’ Kemudian dia memegang tangan kananku dan membawaku ke masjid bersamanya. Kami shalat subuh. Setelah itu aku melihat lelaki tua yang memegang tanganku tadi duduk diatas kursi di bagian depan masjid, sementara banyak jama’ah shalat dan banyak murid mengitarinya.

Kemudian Syaikh tersebut memulai berbicara menyampaikan sebuah kajian kepada mereka. Maka aku pun meletakkan tanganku diatas kepalaku karena malu dan takut.

Ya Allah…, apa yang telah kulakukan ? aku telah mencuri di rumah Syaikh Bin Baz ?!
Sebelumya aku telah mendengar nama beliau, dan beliau telah terkenal di negeri kami, Pakistan.
Setelah Syaikh Bin Baz rahimahullah selesai dari kajian, mereka membawaku ke rumah sekali lagi. Syaikh pun memegang tanganku, dan kami sarapan pagi dengan dihadiri oleh banyak pemuda. Syaikh mendudukkanku di sisi beliau. Ditengah makan beliau bertanya kepadaku, “Siapakah namamu ?” Kujawab, “Murtadho.”

Beliau bertanya lagi, “Mengapa engkau mencuri ?” Maka aku ceritakan kisah ibuku. Beliau berkata, “Baik, kami akan memberimu 9000 (sembilan ribu) Riyal.” Aku berkata kepada beliau, “Yang dibutuhkan hanya 7000 (tujuh ribu) Riyal.” Beliau menjawab, “Sisanya untukmu, tetapi jangan lagi mencuri wahai anakku.”

Aku mengambil uang tersebut, dan berterima kasih kepada beliau dan berdo’a untuk beliau. aku pergi ke Pakistan, lalu melakukan operasi untuk ibu. Alhamdulillah, beliau sembuh. Lima bulan setelah itu, aku kembali ke Saudi, dan langsung mencari keberadaan Syaikh Bin Baz rahimahullah. Aku pergi kerumah beliau. aku mengenali beliau dan beliau pun mengenaliku. .
Kemudian beliau pun bertanya tentang ibuku. Aku berikan 1500 (seribu lima ratus) Riyal kepada beliau, dan beliau bertanya, “Apa ini ?” Kujawab, “Itu sisanya.” Maka beliau berkata, “Ini untukmu.”

Ku katakan, “Wahai Syaikh, saya memiliki permohonan kepada anda.” Maka beliau menjawab, “Apa itu wahai anakku ?” kujawab, “Aku ingin bekerja pada anda sebagai pembantu atau apa saja, aku berharap dari anda wahai Syaikh, janganlah menolak permohonan saya, mudah-mudahan Allah menjaga anda.” Maka beliau menjawab, “Baiklah.” Aku pun bekerja di rumah Syaikh hingga wafat beliau rahimahullah.

Selang beberapa waktu dari pekerjaanku di rumah Syaikh, salah seorang pemuda yang mulazamah kepada beliau memberitahuku tentang kisahku ketika aku melompat kerumah beliau hendak mencuri di rumah Syaikh. Dia berkata, “Sesungguhnya ketika engkau melompat ke dalam rumah, Syaikh Bin Baz saat itu sedang shalat malam, dan beliau mendengar sebuah suara di luar rumah. Maka beliau menekan bel yang beliau gunakan untuk membangunkan keluarga untuk shalat fardhu saja. Maka mereka terbangun semua sebelum waktunya. Mereka merasa heran dengan hal ini. Maka beliau memberi tahu bahwa beliau telah mendengar sebuah suara. Kemudian mereka memberi tahu salah seorang penjaga keamanan, lalu dia menghubungi polisi. Mereka datang dengan segera dan menangkapmu. Tatkala Syaikh mengetahui hal ini, beliau bertanya, ‘Kabar apa ?’ Mereka menjawab, ‘Seorang pencuri berusaha masuk, mereka sudah menangkap dan membawa ke kepolisian.’ Maka Syaikh pun berkata sambil marah, ‘Tidak, tidak, hadirkan dia sekarang dari kepolisian, dia tidak akan mencuri kecuali dia orang yang membutuhkan’.”

Maka di sinilah kisah tersebut berakhir. Aku katakan kepada pemuda tersebut, “Sungguh matahari sudah terbit, seluruh umat ini terasa berat, dan menangisi perpisahan dengan beliau rahimahullah. Berdirilah sekarang, marilah kita shalat dua rakaat dan berdo’a untuk Syaikh rahimahullah.” Mudah-mudahan Allah Ta’ala merahmati Syaikh Bin Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin, dan menempatkan keduanya di keluasan surga-Nya. Amiin…

(penulis kisah ini : Mamduh Farhan al Buhairi).

sumber: http://www.facebook.com/pages/Biografi-Ulama/24681759

19.40 | 0 komentar | Read More

Penjelasan Surga Islam Vs Surga Kristen

Nahh dibawah ini akan dibahas perbandingan penjelasan Surga Islam dan Surga Kristen (akan terus di update) :

PENJELASAN SURGA DALAM ISLAM :

Keberadaan Surga

Keberadaan surga ditunjukkan dengan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari al-Qur’an, di antaranya adalah firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15)

Disebutkan di dalam as-Shohihain (riwayat al-Bukhori dan Muslim) dari hadits Anas rodhiyAllohu ‘anhu dalam kisah Isro’ Mi’roj bahwa Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam melihat Sidrotil Muntaha dan melihat di sisinya ada Jannatul Ma’wa. Beliau bersabda,

“Kemudian Jibril membawaku pergi hingga berhenti di Sidrotil Muntaha, maka Sidrotil Muntaha itu diliputi warna-warni yang aku sendiri tidak mengetahui apa itu. Lalu beliau bersabda, “Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya bertahtakan mutiara dan debunya terbuat dari misik.” (HR al-Bukhori dan Muslim)

Dan di dalam riwayat lain dari Ibnu Umar rodhiyAllohu ‘anhu, Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian apabila mati maka akan diperlihatkan kepadanya tempat kembalinya setiap pagi dan sore. Kalau diperlihatkan bahwa dia termasuk penghuni neraka, maka dia akan menjadi penghuni neraka. Dan Jika diperlihatkan sebagai penghuni surga, maka dia akan menjadi penghuni surga. Lalu dikatakan, “Inilah tempatmu hingga Alloh membangkitkanmu pada hari Kiamat.” (HR al-Bukhori dan Muslim)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa surga adalah makhluk Alloh subhanahu wata’ala yang telah diciptakan, sebagaimana pula dengan neraka. Maka orang yang menyelisihi keyakinan ini adalah termasuk ahli bid’ah, seperti mu’tazilah yang mengatakan bahwa surga belum diciptakan, tetapi baru diciptakan pada hari Kiamat kelak.



Pintu-Pintu Surga

Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Robbnya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zumar: 73)

Di dalam ayat ini Alloh subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa surga memiliki pintu-pintu, sebagaimana juga neraka. Dan pintu-pintu surga apabila nanti telah terbuka, maka akan terus dibiarkan terbuka tidak sebagaimana pintu neraka, ia akan ditutup rapat sebab neraka merupakan penjara. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.” (QS. Shod: 49-50)

Adapun neraka, maka tidak demikian, sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala,

“(Yaitu) api (disediakan) Alloh yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (QS. Al-Humazah: 6- 8)

Rahasia di balik terbukanya pintu surga bagi para penghuninya adalah karena mereka dapat mondar-mandir, datang dan pergi ke mana saja sesuka mereka. Dan yang ke dua adalah karena malaikat masuk ke dalam surga setiap waktu dengan penuh sikap lembut dan ramah. Ini menunjukkan bahwa surga merupakan tempat aman dan kedamaian yang tidak butuh untuk dikunci (ditutup) pintunya.

Di dalam sebuah hadits, Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satunya sebuah pintu yang disebut dengan “ar-Royyan”. Tidak memasuki pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa.”



Di Manakah Surga Berada?

Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.“ (QS. An-Najm: 13-15)

Ayat ini menunjukkan bahwa surga itu berada di atas langit, karena Sidrotil Muntaha berada di atas langit. Dan juga firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzaariyaat:22)

Imam Mujahid berkata, “Yang dimaksudkan adalah surga.” Dan Ibnu Abbas rodhiyAllohu ‘anhu juga berkata, ” Surga itu berada di atas langit yang ke tujuh.”



Kunci Surga

Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Kunci Surga adalah persaksian tiada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh.” (HR Ahmad 5/242). Dikatakan kepada Wahb bin Munabbih, “Bukankah kunci surga itu adalah kalimat la ilaha illAlloh? Maka dia menjawab, ” Ya, akan tetapi tiadalah suatu kunci itu kecuali dia mempunyai gigi-gigi. Jika engkau datang dengan kunci yang bergigi, maka surga akan terbuka, jika tidak, maka tidak akan terbuka. Beliau memaksudkan dengan gigi di sini adalah rukun-rukun Islam.



Jalan Menuju Surga

Jalan menuju surga telah disepakati oleh para rosul dari awal hingga akhir hanyalah satu. Sedangkan jalan ke neraka amatlah banyak tidak terhitung. Oleh karena itu Alloh subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa jalan yang lurus itu hanyalah satu dan menyebutkan jalan kesesatan adalah banyak. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al an’am: 153)

Dan Ibnu Abbas rodhiyAllohu ‘anhu pernah berkata, “Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam membuatkan kami sebuah garis lurus lalu bersabda, “Ini adalah jalan Alloh“. Kemudian beliau membuat banyak garis di sebelah kanan dan kirinya lalu bersabda, “Ini adalah jalan-jalan, dan pada setiap jalan itu terdapat syetan yang menyeru ke sana.” Lalu beliau membacakan ayat tersebut di atas.



Tingkatan Surga

Surga memiliki tingkatan-tingkatan, sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

”(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Alloh, dan Alloh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imron: 163)

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Robbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal:4)

Tingkatan surga tertinggi adalah surga Nabi Muhammad shollAllohu ‘alaihi wasallam yaitu “Al Wasilah” sebagaimana dalam hadits riwayat imam Muslim dari Amr bin al-Ash rodhiyAllohu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila kalian mendengar muadzin (sedang adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Alloh akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah untukku Al-Wasilah, Karena ia merupakan kedudukan di surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba saja dari hamba-hamba Alloh, dan aku berharap orang itu adalah aku. Barangsiapa yang meminta untukku al-Wasilah maka dia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim).



Nama-nama Surga

Surga biasanya disebut dengan Jannah, dan inilah nama yang umun digunakan untuk menyebut tempat ini dan segala yang terdapat di dalamnya berupa kenikmatan, kelezatan, kemewahan, dan kebahagiaan. Nama-nama lain dari Surga di antaranya yaitu:

1. Darus Salam

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Robbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 127)

Surga adalah Darussalam (negri keselamatan) dari segala musibah, kecelakaan, dan segala hal yang tidak disukai, dan dia merupakan negri Alloh subhanahu wata’ala, diambil dari nama Alloh “as-Salam”. Alloh subhanahu wata’ala pun mengucapkan salam atas mereka,

“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Robb Yang Maha Penyayang.” (QS. Yaasiin: 57-5 8)

2. Jannatu ‘adn

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

“(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang sholeh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan), “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 23-24)

3. Jannatul Khuld

Karena penduduknya kekal di dalamnya dan tidak akan berpindah ke alam (tempat) lain. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

”Katakanlah, “Apakah (azab) yang demikian itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” Surga itu menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.” (QS. Al-Furqan: 15)

4. Darul Muqamah

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,

“Dan mereka berkata:”Segala puji bagi Alloh yang telah menghilangkan duka cita dari kami.Sesungguhnya Robb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (QS. Faathir: 34-35)

5. Jannatul Ma’wa, al-Ma’wa artinya adalah tempat menetap sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala dalam surat an-Najm di atas. Disebut demikian karena surga merupakan tempat menetapnya orang-orang mukmin.

6. Jannatun Na’im

7. Al Muqamul Amin



*) Sumber: Buku “Biladul Afrah”, Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi, Gambaran surga secara ringkas dari kitab “Hadil Arwah” Imam Ibnul Qayyim.



PENJELASAN SURGA DALAM KRISTEN PROTESTAN :

1 Luv_Nice :

1Kor. 2:9 Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

Yohanes 14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.


Khayalan Luv_nice mode : on

Panca indera manusia tak cukup untuk menggambarkan bagaimana rasanya hidup kekal dalam kemuliaan Tuhan. Mungkin cuma satu kata yg 'sedikit' bisa mewakili: DAHSYYAAATTTTT
Khayalan LUv_nice mode : off

khayalan Luv_nice mode : on lagi
Manusia tak lagi kawin atau dikawinkan di sorga.
khayalan Luv_nice mode : off untuk sementara

jadi buat pelayan2 tuhan yang berikrar tidak kawin di dunia, berbahagialah karena di surga nanti juga tidak merasakan perkawinan.

PENJELASAN SURGA DALAM KRISTEN KATOLIK :

...........silahkan di isi bagi yang mengetahui..........
19.39 | 0 komentar | Read More

Benarkah Quran Mendiskriminasikan Perempuan karena Hanya Ada Bidadari di Surga?

Benarkah Quran Mendiskriminasikan Perempuan karena Hanya Ada Bidadari di Surga?” ketegori Muslim. Assalamu ‘alaikum,Begini ustadz, saya ditanya oleh teman saya mengenai terjemahan surat al-Baqarah ayat 25 yang diakhir ayat berbunyi bahwa di dalam surga tersedia isteri bagi mereka. Menurutnya ayat ini mendiskriminasikan perempuan karena menurut ayat itu yang masuk surga hanya laki-laki. Saya tidak berani memberi penjelasan karena keterbatasan ilmu saya. oleh karena itu saya mohon penjelasan dari ustadz. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas jawaban ustadz.

Mora Harahap

Jawaban

Assalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau teman Anda itu seorang muslim, seharusnya dia beristighfar. Sebab tanpa disadarinya, dia telah melakukan ‘gugatan’ kepada firman Allah SWT yang suci dan sakral itu.

Apalagi sampai menuduh bahwa ayat Al-Quran itu mendiskriminasikan perempuan. Sungguh sebuah tuduhan yang menyakitkan, terutama kalau yang mengatakannya seorang muslim.

Sesungguhnya para mufassir telah memberikan penjelasan tentang masalah ini. Yaitu bahwa Al-Quran memang seringkali memberikan gambaran-gambaran tentang surga dan berbagai kenikmatan dengan berbagai bentuk perumpamaan yang mudah dicerna oleh setiap orang.

Misalnya, seringkali disebutkan surga itu berbentuk kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Namun tentu saja kebun dan sungai itu tidaklah seperti yang ada di dunia ini. Kalau memang surga itu hanya kebun dan sungai seperti yang sekarang ada, buat apa orang harus beribadah mencari surga. Toh sekarang ini di alam dunia, kita bisa membuat taman yang indah dengan dialiri sungai.

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman dan mata air-mata air.

Begitu juga dengan makan dan minuman di surga. Al-Quran menceritakan bahwa makanan penduduk surga itu di antaranya adalah daging burung. Sedangkan minumannya adalah air, khamar, susu danmadu.

Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?

Tentu saja buah, daging burung, air, khamar, madu dan susu versi surga itu tidak sama dengan yang ada di dunia ini. Kalau sama, buat apa repot-repot masuk surga, toh sekarang pun bisa dinikmati.

Semua yang disampaikan di dalam Al-Quran tentang surga, hanyalah sebuah pendekatan dari Allah SWT. Agar manusia bisa dengan mudah mencernanya.

Sebab bila diungkapkan dengan jenis kenikmatan lainnya, di mana orang-orang pun belum pernah merasakannya, tentu menjadi tidak menarik. Padahal bisa jadi secara nilai atau skala kenikmatan, jauh lebih tinggi.

Anggaplah misalnya kita ingin memberi janji hadiah yang menarik buat seorang anak usia 3 tahun. Yang paling sederhana dan mudah dicerna adalah memberikan kembang gula atau coklat. Sebab untuk kapasitas logika dan pemahaman anak seusia itu, yang namanya kenikmatan, kemewahan dan kebahagiaan itu sebatas pada kembang gula dan coklat.

Kalau ditawari kenikmatan dalam bentuk lain, misalnya menjadi ketua partai politik, yang umumnya jadi rebutan orang, atau jadi camat, bupati atau wali kota, buat anak sekecil itu, janji-janji itu justru sama sekali tidak menarik. Sebab anak sekecil itu justru tidak bisa memahami bahwa jadi pak camat itu enak, atau jadi ketua parpol itu nikmat. Anak kecil tidak bisa memahami jabatan-jabatan itu sebagai sebuah kenikmatan yang perlu didapat dan diperjuangkan.

Dan kira-kira demikianlah, Allah SWT berfirman kepada manusia dengan bahasa dan logika manusia, bukan dengan bahasa dan logika yang lebih tinggi. Maka jadilah gambaran surga itu berupa kebun, sungai, makanan danjuga bidadari.

Khusus mengenai urusan bidadari ini, jangan dipahami secara sempit, apalagi sampai mengeluarkan tuduhan konyol yang tidak berdasar. Jangan dikatakan bahwa surga itu hanya untuk laki-laki saja, lantaran yang selalu disebut-sebut adalah bidadari. Tentu tidak sesederhana itu kita membuat tuduhan.

Kalau memang yang ada hanya bidadari saja, lalu apakah anak-anak kecil yang masuk surga pun akan disuguhi bidadari juga? Buat apa anak kecil diberi bidadari? Bukan kenikmatan memiliki pasangan dan juga kenikmatan seksual belum lagi menjadi prioritas anak kecil?

Dalam beberapa riwayat digambarkan bahwa bidadari itu berkulit putih. Buat laki-laki dari peradaban tertentu seperti Afrika atau pedalaman benua Amerika, wanita berkulit putih justru tidak cantik. Wanita dengan warna kulit hitam atau merah justru cantik dalam pandangan mereka. apakah surga hanya buat laki-laki dengan selera perempuan berkulit putih saja? Tentu tidak.

Maka yang perlu kita pahami adalah bahwa Al-Quran menceritakan keadaan surga secara global dan umum, tidak terlalu detail untuk semua jenis penghuninya. Pasangan hidup buat para wanita yang secara bahasa sering disebut-sebut dengan ‘bidadara’, memang tidak pernah disebutkan secara eksplist ada di surga dalam Al-Quran. Tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali.

Demikianlah, seharusnya kita paham bahwa Al-Quran bukanlah sebuah brosur detail tentang surga. Apa yang digambarkannya di dalamnya lebih bersifat pendekatan untuk logika akal manusia, namun hakikatnya tidak selalu demikian. Sebab Rasulullah SAW bersabda bahwa kenikmatan yang diberikan kepada penduduk surga itu belum pernah dilihat, belum pernah didengar dan belum pernah terbetik dalam imajinasi manusia.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.

Sumber Benarkah Quran Mendiskriminasikan Perempuan karena Hanya Ada Bidadari di Surga? : http://assunnah.or.id

19.38 | 0 komentar | Read More

[is-lam] Dahsyatnya Zikir

DAHSYATNYA ZIKIR
Oleh Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan

Al-Qurthubi, dalam tafsirnya no.6/4482, yang dikutip oleh Prof. Syeikh
Muhammad Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya "Shalatnya Orang-Orang Khusyu',
Penerbit Najla Press, Jakarta, Cetakan Pertama, tahun 2004, halaman 95"
menjelaskan bahwa ketika Nabi Ibrahim (as) hendak dilempar ke dalam api yang
telah dipersiapkan oleh Raja Namrud, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan
bertanya kepadanya :

"Apakah kamu membutuhkan suatu bantuan ?"

Tanpa menyombongkan diri, serta merta Nabi Ibrahim menjawab "Sementara
kepadamu tidak dan Ilmu-Nya tentang keadaan saya tidak membutuhkan
permintaan dari saya", maka seketika itu juga Allah berfirman :

"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".
(QS 21:69)

Seorang Ibrahim tak pernah lalai dari ingat atau zikir kepada Allah Tuhannya
yang Maha Mengawasi, Yang Maha Menolong, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
yang mampu berbuat sekehendak hati-Nya, sehingga meskipun pada saat
segenting itu, dia tetap tenang dan tidak merasa khawatir atau bersedih.
Ingatan dan keimanannya kepada Allah tuhannya begitu teguh, yang akhirnya
mendatangkan kekuatan yang Maha Dahsyat, yang datang dari Allah yang Maha
Perkasa : "Api yang panas menjadi dingin dan menyelamatkannya dari ganasnya
api yang telah disiapkan oleh Raja Namrud".

Zikir Penentram Hati Orang Beriman

Maha Suci Allah yang tidak pernah menyalahi janji-Nya. Allah berfirman :

"., ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu [dengan
melimpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku". (QS 2:152)

Ketika seorang hamba Allah ingat kepada Allah, maka seketika itu juga Allah
ingat kepadanya. Ketika seorang mengetahui hal ini, seorang hamba Allah,
hatinya menjadi aman dan tentram. Allah telah berfirman tentang hal ini :

". orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram". (QS 13:28)

Dia ayat ini menjelaskan bagaimana seornag Ibrahim bisa menjadi tetap merasa
aman dan tentram menghadapi ancaman maut yang menghadang di depannya.
Begitulah dahsyatnya zikir yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim (as), zikir yang
tidak diucapkan hanya di mulut dan tidak diteriakkan di tengah keramaian
orang banyak. Nabi Ibrahim berzikir dengan cara yang sangat rahasia, yang
hanya diketahui oleh dirinya dan Allah Rabb-nya, sehingga Raja Namrud tidak
mampu menangkat sinyal zikirnya Nabri Ibrahim yang akan dibakarnya
hidup-hidup.

Kita mungkin bisa berdalih bahwa kejadian itu adalah sebuah mukjizat seorang
nabi, yang tidak mungkin terjadi pada seorang manusia seperti kita.
Pernyataan pesimistik ini, sesungguhnya berasal dari syetan yang
menghembuskan keraguan ke dalam hati kita. Lain yang dialami Nabi Ibrahim,
tentu lain pula yang kita alami.

Saya pertaruhkan keimanan diri saya, bahwa Allah tidak pernah mengubah
janji-Nya. Allah akan tetap dan tidak pernah lalai dari ingat dan tetap
mengawasi hamba-Nya yang ingat (zikir) kepada-Nya. Dan sunnah-Nya juga tidak
pernah berubah bahwa siapa pun dari orang beriman yang berzikir dengan
ikhlas hanya kepada Allah, niscaya hatinya akan merasa aman dan tentram.

Apakah Allah akan tetap menolong orang-orang beriman dari manusia biasa,
yang selalu ikhlas berzikir kepada-Nya, dalam keadaan segenting Nabi Ibrahim
itu ? Tak usah sejauh itu, "apakah dapat menolong hamba-Nya dalam memenuhi
kebutuhannya meskipun dalam keadaan segenting apa pun ?". Percayakah bahwa
Anda pun bisa mendapatkan keajaiban yang sama bila Anda memang
sungguh-sungguh berzikir kepada Allah ? Mari kita lanjutkan dengan membahas
makna zikir yang sesungguhnya, yang pengaruhnya sebegitu dahsyatnya.

Zikir Itu Adalah Ingat Atau Eling

Kita sering rancu dalam memahami makna zikir. Di satu fihak, ada orang yang
berzikir dengan suara keras-keras dan di fihak lain ada juga orang yang
tanpa bersuara tetapi menghitung-hitung buah tasbih, disebut juga berzikir.
Dan yang lainnya, tanpa kelihatan ha-hi-hu-nya, seseroang sudah melakukan
zikir. Kita kemudian bertanya : "Apakah yang sesungguhnya disebut berzikir
itu ?". Mari kita diskusikan bersama !

"Zikir" adalah kata bahasa Arab, yang bermakna "Ingat" dalam bahasa
Indonesia atau bermakna "Eling" dalam bahasa Jawa. Yang dimaksud ingat di
sini adalah ingat kepada Allah dengan segala sifat-Nya. Zikir adalah
kegiatan yang dilakukan oleh hati, yang kemudian dengan serta merta
dicetuskan oleh lisan, berupa kalimat-kalimat tasbih, tahlil, tahmid, dan
hawlaquwala.

Zikir adalah kegiatan mengingat Allah dengan segala sifat-sifat-Nya. Bila
hal itu terucap, hal itu adalah karena hatinya mengingat. Jika telinganya
mendengar ayat-ayat Allah, maka hatinya bergetar. Jika matanya melihat
ciptaan Allah, maka hanya Allahlah yang teringat. Ketika dari tidur dia
terjaga, maka hatinya tenteram karena yakin Allah yang Maha Perkasa-lah yang
menjaga. Dia tak merasa kekurangan rizki, karena dia yakin, Allah yang Maha
Adil-lah yang membagi rizki untuknya. Tak merasa takut, karena hanya
Allah-lah yang siksa-Nya ditakutinya. Seorang pezikir yang ikhlash selalu
hati merasa aman dan tenteram, dapat berfikir jernih, tidak emosional dan
cerdas.

Berzikirlah Tanpa Bersuara Keras

Jadi, zikir bukanlah kegiatan mengucapkan dengan suara keras suatu kalimat
pujian dan sanjungan kepada Allah kecuali dalam hal melakukan pembelajaran
kepada sekelompok orang yang sedang belajar mengingat dengan mendengarkan
suatu ucapan, malainkan suatu kegiatan hati sebagai proses untuk menanamkan
ingatan ke dalam alat pengingat dan mengingat sesuatu yang pernah ditanamkan
sebelumnya di dalam media pengingat tentang Allah dan sifat-sifat-Nya..

Lebih jelas lagi, Allah telah memberikan adab-adab dalam berzikir
kepada-Nya:

"Dan berzikirlah kepada Tuhannmu dalam hatiumu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai". (QS 7:205)

Diriwayatkan, bahwa ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat dalam sebuah
perjalanan perang, beliau singgah bersama para sahabat tersebut di sebuah
lembah. Tiba-tiba sekelompok sahabat bertakbir dan bertahlil dengan suara
keras, maka Rasulullah menegur mereka dan bersabda :

"Wahai sekalian manusia ! Rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian
tidak menyeru Tuhan yang tuli lagi jauh, tetapi kelian menyeru Tuhan Yang
Maha Mendengar lagi sangat dekat". (HR. Bukhari, dalam shahihnya, 6384).

Allah itu memang tidak tuli, Dia Maha Mendengar dan sangat dekat. Untuk
mengajar berzikir kepada sekelompok murid yang sedang belajar memanglah
harus dapat didengar dan diresapkan di dalam hati. Akan tetapi untuk
berzikir itu sendiri, suara keras tidaklah diperlukan lagi. Setiap yang
ciptaan Allah yang dapat kita dengar dan kita lihat hendaklah dapat kita
resapkan di dalam hati pada saat pertama hal itu terjadi, akan tetapi pada
waktu yang lain mungkin kita cukup menampilkan kembali (mengingat) apa yang
sudah kita resapkan di dalam hati itu untuk menjadi suatu petunjuk atau
referensi dalam setiap tindakan kita. Itu proses berzikir yang sesungguhnya.

Berzikirlah Agar Dibimbing Allah

Asal mulanya suatu kegiatan yang kita lakukan adalah berasal dari adanya
suatu keinginan yang melintas di dalam hati. Di dalam hati setiap manusia
terdapat dua bisikan yang mempengaruhi, yaitu bisikan kefasikan yang berasal
dari syetan dan bisikan ketaatan kepada Allah berasal bimbingan dan petunjuk
Allah kepada kita. Hal ini telah diinformasikan oleh Allah di dalam
firman-Nya berikut ini:

". maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya". (QS 91:8)

Jika di dalam hati banyak dilakukan kegiatan mengingat Allah dengan
sebenar-benarnya, maka bisikan ketaatanlah yang kuat suaranya untuk
memerintahkan kita melakukan suatu gerakan. Rasa aman dan tenteram hanya
berasal dari perasaan kedekatan dengan Allah Sang Maha Pemelihara. Sedangkan
kegundahgulanaan ditimbulkan oleh suara bisikan syetan, yang selalu mencoba
menjauhkan manusia dari Allah,Tuhan yang selalu memelihara manusia.

Oleh sebab itu, Allah berpesan kepada manusia agar berzikir banyak-banyak
semampu yang kita lakukan, sedapat mungkin setiap saat tanpa henti, sehingga
hati (jiwa) kita dipenuhi oleh ingatan kepada Allah saja:

"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman". (QS 33:41-43)

Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa dengan berzikir akan menyebabkan
orang-orang beriman mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah dan selalu
mendapat kemudahan dari kegelapan menjadi terang benderang, karena Dia ingin
menolong orang-orang yang beriman kepada-Nya.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mu'min [Yang dimaksud dengan "muslim" di sini ialah orang-orang yang
mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan
orang-orang mu'min di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus
dibenarkan dengan hatinya.], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
berzikir (mengingat) kepada Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar". (QS 33:35)

Kini jelas bagi kita bahwa hakikat zikir yang sesungguhnya adalah
menyibukkan hati kita dengan kegiatan mempelajari, memperdalam dan mengingat
Allah dalam segala keadaan. Rasa aman dan ketenteraman hati akan muncul
secara otomatis pada orang yang selalu berzikir kepada Allah tanpa henti,
baik berdiri, duduk atau berbaring, baik pagi maupun petang, baik siang
maupun malam.

Kelebihan Orang Yang Berzikir Dari Orang Yang Berdo'a

Orang yang berdo'a tidak akan mungkin dapat berdo'a kecuali jika dia ingat
(zikir) atau tahu kepada siapa dia berdo'a. Akan tetapi Allah memberikan
penilaian yang lebih kepada orang-orang yang berzikir dibandingkan dengan
orang-orang yang berdo'a.

Pada awak tulisan ini, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki keyakinan
(zikir) yang teguh dan pasti bahwa Allah telah mengetahui apa yang
dibutuhkan olehnya meskipun tanpa dimintanya, dan seketika itu juga Allah
memerintahkan api yang akan membakarnya menjadi dingin dan menyelamatkan
Nabi Ibrahim dari kekejaman Raja Namrud yang hendak membakarnya dengan api.

Nabi Ibrahim selalu zikir (ingat) kepada Allah, yang selalu ia taati
perintah-Nya. Nabi Ibrahim hanya melayani Allah tanpa meminta upahnya, dia
bekerja tanpa pamrih. Akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui, yang Maha
Bijaksana, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, tidak pernah melepaskan
pengawasan-Nya kepada Nabi Ibrahim. Allah selalu melindungi Nabi Ibrahim
yang menyerahkan seluruh dirinya ke dalam pengabdian kepada Allah itu.

Dalam suatu hadits Qudsi Rasul Allah menjelaskan sebagai berikut :

"Barang siapa disibukkan oleh dzikir kepada-Ku dari meminta-Ku, maka Aku
akan memberikannya yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepada
orang-orang yang meminta". (HR Tirmidzi, dalam Sunan-nya, 2926)

Dzikir yang seperti apakah yang menyebabkan Allah memberikan lebih daripada
kepada orang yang berdo'a ? Bukankah dzikir itu hanya mengingat, sedangkan
do'a itu meminta, mengapa yang meminta (berdo'a) justeru diberikan tidak
lebih banyak dari orang yang hanya mengingat-ingat Allah ? Kita akan mencoba
mencari catatan, pengaruh dzikir maupun do'a terhadap kehidupa muslim dari
orang-orang yang pernah melakukannya.

Sharing Pengaruh Dzikir Terhadap Kehidupan Muslim

Penulis berharap para pembaca mau melakukan sharing (berbagi pengalaman)
kepada penulis, dengan mengirimkan pengalaman pribadi yang berkaitan dengan
dzikir atau do'a yang telah dilakukannya, yang ternyata memberikan kesan
atau pengabulan yang sangat luar biasa bagi kehidupan pribadinya.

Silahkan kirimkan pengalaman mengesankan Anda tersebut sebanyak-banyaknya
kepada penulis via e-mail pribadi ke :

Syaifuddin Ma'rifatullah [EMAIL PROTECTED]

atau dikirimkan via pos ke alamat rumah :

Syaifuddin Ma'rifatullah
Jl. Kelapa 2 No.11/18, Komplek RISPA III
Kel. Gedong Johor, Kec. Medan Johor
Medan 20144,
Sumatera Utara, Indonesia.

Insha Allah ungkapan pengalaman pribadi yang mengesankan ini akan hamba
rangkum sebagai sambungan artikel ini. Meskipun Anda tidak ingin dicantumkan
identitas diri Anda dalam artikel ini berikutnya, namun untuk catatan bagi
penulis, kiranya Anda tidak berkeberatan untuk sekedar mencantumkan nama dan
alamat Anda. Terima kasih.

As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan



_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
[is-lam] Dahsyatnya Zikir Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan
Re: [is-lam] Dahsyatnya Zikir IPD Wiska Susetio
19.35 | 0 komentar | Read More

Hukum dan Pembagian Warisan Menurut Islam

Apa yang disebut dengan waris serta bagaimana pembagian warisan menurut Hukum Islam.
Berikut wbw cuplikkan buat kamu:

Ahli waris dan macam-macamnya
a. Ahli waris nasabiyah, yaitu ahli waris yang hubungan kekeluargaannya timbul karena hubungan darah
b. Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena suatu sebab tertentu, yaitu:
- perkawinan yang sah
- memerdekakan hamba sahaya (budak) atau karena adanya perjanjian tolong menolong

Apabila dilihat dari segi bagian-bagian yang diterima mereka, ahli waris dapat dibedakan kepada:
1. Ahli waris ashab al-furudh, yaitu ahli waris yang menerima bagian yang besar kecilnya telah ditentukan dalam al-Qur'an, seperti 1/2, 1/3 atau 1/6.
2. Ahli waris asabah, yaitu ahli waris yang bagian yang diterimanya adalah sisa setelah harta warisan dibagikan kepada ahli waris ashab al-furudh.
3. Ahli waris zawi al-arham, yaitu ahli waris yang sesungguhnya memiliki hubungan darah, akan tetapi menurut ketentuan al-Qur'an, tidak berhak menerima bagian warisan.

Adapun macam-macam ahli waris asabah ada tiga macam, yaitu:
1. Asabah bi nafsih (ABN), yaitu ahli waris yang karena kedudukan dirinya sendiri berhak menerima asabah. Ahli waris ini kelompok ini semuanya laki-laki, kecuali mu’tiqah (orang perempuan yang memerdekakan hamba sahaya).
2. Asabah bi al-ghair (ABG), yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa karena bersama-sama dengan ahli waris lain yang telah menerima bagian sisa. Apabila ahli waris penerima sisa tidak ada, maka ia tetap menerima bagian tertentu (furud al-muqaddarah).
3. Asabah ma’a al-ghair (AMG) yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa karena bersama-sama dengan ahli waris lain yang tidak menerima bagian sisa. Apabila ahli waris lain tidak ada, maka ia menerima bagian tertentu (al-furud al-muqaddarah).

Adapun macam-macam al-furud al-muqaddarah yang diatur secara rinci dalam al-qur'an ada 6 yaitu:
a. setengah/separoh (1/2 = al-nisf)
b. sepertiga (1/3 = al-sulus)
c. seperempat (1/4 = al-rubu)
d. seperenam (1/6 = al-sudus)
e. seperdelapan (1/8 = al-sumun)
f. dua pertiga (2/3 = al-sulusain)

Ahli waris yang terhijab

1. Hijab nuqsan, yaitu menghalangi yang berakibat mengurangi bagian ahli waris yang mahjub, seperti seorang suami, yang seharusnya menerima bagian ½ , karena bersama anak baik itu laki-laki maupun perempuan, bagiannya terkurangi menjadi ¼. Ibu yang sedianya menerima bagian 1/3, karena bersama dengan anak, atau saudara dua orang atau lebih, terkurangi bagiannya menjadi 1/6.

2. Hijab Hirman, yaitu menghalangi secara total. Akibatnya hak-hak ahli waris yang tertutup sama sekali dengan adanya ahli waris yang menghalangi. Misalnya, saudara perempuan sekandung yang semula berhak menerima bagian ½, tetapi karena bersama anak laki-laki, menjadi tertutup sama sekali dan tidak mendapat bagian.




Untuk informasi dan detail lengkap tentang pembagian waris menurut Islam beserta contohnya silahkan KLIK DISINI
19.31 | 0 komentar | Read More

Kisah Pengusaha Sukses

Kisah Sukses Purdi E. Chandra PDF Print E-mail

Purdi E. Chandra. Pada akhir tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.

“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.

Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.

Last Updated on Friday, 16 October 2009 03:27
Kisah Sukses Mr. JOGER PDF Print E-mail
Friday, 27 March 2009 08:56

Mr Joger Mr.JOGER. Orang kreatif adalah orang yang bisa memunculkan ide dan diterima orang lain dengan senang hati. Salah satunya adalah Joseph Theodorus Wulianadi alias Mr Joger, BAA, BSS (Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa). Pemilik pabrik katakata Joger ini bahkan disebut sebagai orang kreatif yang mampu memunculkan ide gila, aneh, menipu semua orang tapi bagaimana yang ditipu tidak merasa ditipu, dan malah merasa senang.

Berawal dari itikad baik untuk menjadi manusia yang baik, minimal tidak menjadi parasit di negeri tercinta atau tidak menjadi pengangguran atau menjadi beban bagi orang lain adalah motivasi awal bagi Mr Joger untuk merintis usaha. ”Saya ini kan bukan ahli bahasa. Saya juga bukan orang pintar. Tapi tampaknya saya punya keyakinan yang cukup untuk mendukung keberanian saya mengemukakan niat-niat baik melalui karya-karya saya yang jelek-jelek. Tapi bukan salah saya kalau ternyata banyak masyarakat dalam maupun luar negeri yang jatuh hati dan secara rutin mau membeli produk-produk Joger yang jelek-jelek tapi
unik ini,” tegas Mr Joger. Bisnis bagi saya adalah bagaimana caranya “menipu” konsumen secara baik-baik, sehingga mereka merasa senang dan merasa tidak ditipu, dan datang lagi minta ditipu secara berkesinambungan.


Marketing yang andal adalah orang yang sudah bisa mempengaruhi jiwa konsumen. Bukan lagi hanya kantongnya, sehingga orang tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Kunci keberhasilan adalah kejujuran yang mengandung itikad baik. Dalam berusaha saya tidak selalu memikirkan untung. Keuntungan hanya membuat kita kaya secara meteri, namun tidak secara batin. Untuk apa kaya kalau tidak bahagia? Bukan berarti saya menganjurkan miskin. Akan lebih rugi bila sudah miskin tidak bahagia. Jadi tujuan hidup bukan miskin atau kaya, tapi bahagia.Yang disebut bahagia adalah orang yang bisa berkarya untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk masyarakat. Kalau mau kaya, usahakan jangan sampai orang lain menjadi miskin karenanya. Saya mempunyai filosofi, “lebih baik sedikit tetapi cukup daripada banyak tetapi kurang.” Miskin di sini saya artikan adalah cukup. Kalau sudah merasa sudah cukup, untuk apa memikirkan banyak?

Dalam hidup saya memakai sistem kompromi. Separuh untuk nafkah separuh lagi untuk kehidupan. Karena mencari nafkah itu belum tentu hidup. Apabila sudah bisa menikmati hidup, barulah namanya
hidup. Hidup itu sebenarnya mudah karena Tuhan Maha Baik, Dia akan memberikan segala yang diminta hambanya. Manusia itu sering berbicara bahwa Tuhan Maha Tahu, tapi mereka sok. Tuhan Maha Kuasa tapi
kita sok kuasa akhirnya kita tidak mau rendah hati. Sebetulnya, kalau rendah hati, hidup ini jadi indah.

Selain mengelola Joger, saya juga sering menjadi pembicara di seminar-seminar.Saya sering mengungkapkan , kembangkanlah diri kalau mau percaya diri. Tapi sebelum mengembangkan diri, harustahu diri. Jadi intinya adalah tahu diri, setelah itu percaya diri. Bagaimana bisa berusaha, bila tidak percaya diri dan tidak bisa mengembangkan diri?

Last Updated on Friday, 16 October 2009 02:47

18.36 | 0 komentar | Read More

KISAH SUKSES PENGUSAHA BURGER

Dia merupakan orang yang patut dicontoh, karena dia merupakan orang yang percaya akan mimpi dan harapan, tentunya disertai dengan kerja keras. Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta.

KLIK - Detail (Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA.

Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. “Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek,” tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.)

Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali.

Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar.

Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri.

KLIK - DetailPENSIUN JADI PREMAN
Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD.

Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya).

Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu – Pulogadung – Cililitan.

Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak.

NYARIS TERSAMBAR PETIR
Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor.

KLIK - Detail Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah.

Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali.

Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah.

Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah.

Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji.

18.29 | 0 komentar | Read More

Kisah Pendeta Masuk Islam

Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya. Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-’Alam al-Islami di sana.

Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, aku menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat. Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agama Nasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘Sily.’ Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir, di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara penting.


Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuah sasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicara denganku dengan lemah lembut. Aku katakan, “Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?” ia tersenyum dan berkata, “Ya, tentu saja boleh.”
Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku, kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!

Sily berkata, “Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke dalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.

Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!

Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.

Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, “Bukankah anda seorang pendeta?” Aku jawab, “Benar.” Lantas ia bertanya kepadaku, “Siapa Tuhanmu?” Aku katakan, “Al-Masih.” Ia kembali berkata, “Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, ‘Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku’.” Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang men-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah. Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.
Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, “Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab.” Aku katakan, “Kalau begitu, coba beri jawabannya!” Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.

Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, “Ya Tuhanku… Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku… sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu… Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran… manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku… jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan… tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar…” lantas akupun tertidur.

Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberi isyarat kepadaku dan memanggil, “Wahai Ibrahim!” Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu. Lelaki itu berkata, “Kamu Ibrahim… kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?” Aku jawab, “Benar.” Ia berkata, “Lihat ke sebelah kananmu!” Maka akupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!” Lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu berada.

Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin ini semua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putih berada. Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.

Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang. Aku katakan, “Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat.” Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.

Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, “Selamat datang ya Ibrahim!” Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, “Aku melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaitu Islam.” Aku katakan, “Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?” Ia menjawab, “Dia adalah Nabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW.” Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, “Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?” Ia berkata, “Benar.”

Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Ia mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi dan rasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah.” Setelah mereka shalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucap dalam hati, “Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadaku agama yang benar.” Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.

Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku, “Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab.” Aku katakan, “Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam.” Mereka semua terdiam.

Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, “Sesungguhnya Vatikan me-mintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja.”

Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, “Apakah kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku.” Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.

Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhiri kisahnya.

Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku, disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang lainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da’i Ibrahim Sily berasal dari kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da’i Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit. Setelah pertemuan itu aku pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kami sudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar’i I yang akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town.

Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma’had Arqam, Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salam untuknya dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?” Ia menjawab, “Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untuk berdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam.”

18.27 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...