Syantanu,
Raja Hastnapura ( Delhi ), pergi berburu dan menemui seoarang
perempuan yang cantik sekali ditepi sungai. Lalu perempuan itu
dikawininnya. Dia berjaji tidak akan menegur segala perbuatan istrinya.
Istrinya pun melahirkan tetapi anak yang dilahirkannya satu persatu
dihanyutkannya ke sungai. Ketika hendak menghanyutkan anak kedelapannya
ke sungai, syantanu membesakan anaknya itu dan melarang istrinya
membuang anaknya. Tetapi ternyata istrinya mempunyai alasan kenapa
anak-anaknya dihanyutkan ke sungai, ternyata anak-anak mereka terkena
kutukan dan yang diselamatkan oleh syantanu juga telah terkena kutukan
oleh seorang resi.anak yang terkena kutukan itu tidak boleh tinggal
dengan syantanu. Dan anak yang dilahirkan itu bernama Bhisma yang gagah
berani.
Selang beberapa lama, syantanu pergi berburu pula. Kali ini dia
ditemani oleh Satyawati, anak angkat dari raja kail. Sedangkan Bhisma
dijadikan masygul olehraja kail. Bhisma juga mengetahui kenapa ia
dijadikan kemasygulan ayahnya itu dan pergi membawa Satyawati ungtuk
ayahnya dan bersumpah tidak akan kawin.
Hatta Syantanu pun berangkat dan disusul oleh anaknya tidak lama
kemudian. Anaknya meninggalkan dua istrinya yaitu Ambika dan Ambalika.
Ambika dan Ambalika disuruh melakukan hubungan badan dengan seorang
pertapa sakti untuk mendapatkan anak. Pertapa itu iyalah Wysa yang
janggutnya panjang sampai ketanah dan busuk pula. Bila dia memeluk
ambika , Ambika menetuk matanya sehingga anak yang di lahirkannya,
Dhretaratra buta. Sedangkan dia memeluk Ambalika, Ambalika pu pucat,
sehingga anak yang dilahirkan, Pandu mejadi pucat.
Pandu mempunyai dua orang istri, kunti dan madri. Akerna pernah
dikutuk oleh pertapa, pandu tidak boleh menjamah istrinya. Pernah suatu
ketika kunti memuja dewa dan ia akan dianugrahi 5 orang anak. Untuk
mengujinya maka Kunti pun memuja dewa surya (matahari ) dan m
endapatkan anak, tapi pada waktu itu anaknya dibuang karena belum sama
kawin.
Pada suatu hari, setelah kelhiran anak-anaknya
pandu bertamasya kehutan rimba. Melihat alam yang begitu indah, timbul
rasa birahinya. Pandu mencoba memeluk mandri dan akhirnya jatuh mati.
Madri membela kematian suaminya.
Sesudah kemangkatan Pandu, Dhretarastra lalu naik kerajaan.
Dhrestarastra mencari seorang guru yang mahir untuk mendidik ananknya
(para dewa ) bersana-sama dengan putra adinya para Pandawa. Guru yang
dicari untuk mengajar adalah Drona, Bhradwaja. Konon kabarnya Drona
dulu Drona pernah dalam kemiskinan dan meminta tolong kepada teman
akrabnya tetapi tidak dilayani dan akhirnya Drona mengajar beberapa
murid untuk membalas dendam.
Pada suatu hari, Drona mengumpulkan para putra raja dan minta supaya
mereka mengerjakan satu perkara dan tidak seoarngpun menjawab. Hanya
pandawa yang ketiga, arjuna, menyatakan kesediaan menolong
gurunya.karena itu pula Arjuna menjadi jurid kesayangan Drona.
Arjuna menjadi pemanah yang pandai sekali. Tapi pada suatu hari ia
bertemu dengan seorang pemuda yang lebih pandai memanah darinya. Pemuda
yang dimaksud adalah Eklawya, Ajuna pun memberitaukan hal ini kepada
Drona, lalu Drona bertanya kepada Eklawya siapa gurunya. Kemudian
Eklawya menunjukkan patung Drona yang ada disitutaulah Drona yang sudah
terjadi dan meminta upah kepadanya. Upahnya ialah ibujari Eklawya.
Sesudah memberikan ibu jarinya, Eklawya kehilangan kekuatannya. Arjuna
pun menjadi pemanahan yang tak ada tolak badingnya pada zaman itu.
Pada suatu hari sayembara diadakan oleh raja dhretasatra. Para
Pandawa, Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sadewa, sudah berkumpul
di medan sayembara. Demikian juga para kurawa dibawah pimpinan
Duryodhana. Pertarungan Bhima dan Duryodha sedemikian hebatnya,
sehingga Drona merasa perlu menghentikan permainannya, takut kalau jadi
perkelahian.
Sekarang Drona meminta ganjaran dari para muridnya. “tangkaplah Drupada, Raja Pancala”, dating menghadap saya.
Mula-mula para Kurawa dengan bantuan Karna, pergi mengkap Drupada,
tetapi sia-sia saja. Kemudian para Padawa pun pergi. Dengan mudah saja
Arjuna menangkap Drupada dan mebawanya menghadap Drona. Drona
melepaskan Drupada , tujuannya hanya ingin membuat malu saja, lalu
Drupada berniat membalas dendam.
Dhretarastra berfikir untuk mengkat Yudhistira menjadi raja, karna
memang kerajaan milik ayah Yudhistira. Dalam pada itu, nama Pandawa
sudah dikenal dimana-mana karna keperwiraan mereka. Doryodhana anak
Dhretarastra sangat dengki kepada para Pandawa. Doryodhana membuat
istana yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar di Warnawata.
Ia memuji keindahan istananya dan membujuk para pandawa untuk
menempatinya. Seorang mentri yang setia, Widura, member tau para
Pandawa tentang tipu muslihat Doryodhana dan meminta mereka
berhati-hati. Karena itu, suatu waktu kemudian, ketika istana terbakar
para Pandawa bias menyelamatkan diri. Sesudah itu merekapun hidup
sebagai Bharmana.
Raja Pancala, Drupada, mengadakan sayembara untuk memilih menantu.
Barang siapa yang dapat melentuk panah pusakanya, akan dikawinkan
dengan Drupadi, anaknya yang rupawan. Tidak seorangpun yang bias
melakukannya, ketika Karna hendak melenturkan panah, Drupadi berteriak “
saya tak mau kawin dengan anak tukang kandang”.
Terpaksalah Karna mengundurkan diri. Keluarlah Arjuna mencoba
kepandaiannya. Lima kali Arjuna memanah. Setiap kali anak panahnya
mengena cincin yang tergantung tinggi. Para Brahman bersorak gembira.
Tetapi para raja marah, tak patut Brahmana diambil menjadi mantu.
Krisna member tahu kepada raja bahwa Ajuna sebenarnya bukan brahmana,
melainkan anak Pandu. Pedamaian pun di capai. Para Pandawa membawa
Drupadi pulang ketempat mereka. Mereka member tau Kunti, ibu mereka
bahwa meraka mendapat hadiah besar hari itu, Kunti menjawab “Nikmatilah
hadiah itu bersama-sama”.
Baru kemudian Kunti mengetahui, bahwa hadiah itu dalah seorang
perempuan. Apa boleh buat, perkataan tidak dapat diubah. Drupadi lalu
menjadi istri bersama para Pandawa.
Di hutan belanta, para Pandawa membangun istana yang indah. Hutan
belanta menjadi negeri yang kaya raya. Dan Yudhistira pun mengadakan
korban pertabalan ( Rajasuya). Semua raja yang besar-besar diundang ke
Ibukota oleh para Pandawa. Pada hari pertabalan, Krina dipilih
menduduki tempat pertama. Seorang tamu sisupala tidak setuju.
Yudhistira dan Bhisma sangat marah. Bhisma bangun menceritakan sejarah
sisupala, bahwa jika ia berani mengganggu Krisna samapai seratus kali,
ia akan mati sendiri. Sisupala makin marah, mau menetak Krisna, Karena
ini adalah gangguan yang ke-101 kali, sisupala lau mati seperti yang
diramalkan.
Duryodhana juga ikut hadir dalam pertabalan Yudhistira. Ia tinggal di
istana Yudhistira dan menyaksikan dengan mata sendiri segal
perlengkapan istana yang indah-indah. Hatinya semakin dengki. Sekembali
dari istana Yudhistira, ia mencari jalan untuk membinasakan para
Pandawa. Duryodhana tahu bahwa Yudhistira jujur. Kuat memegang
janjinya, tetapi mempunyai kelemahan, yaitu suka berjudi.
Dalam rentan tahun yang agak lama banyak kejadian yang terjadi dalam
dalam hutan, salah satu yang terjadi adalah peperangan Pandawa.
Pandawapun menang perang. Yudhistira ditabalkan menjadi raja memerintah
hastinapura.
http://www.bicaralagi.blogspot.com/2013/03/kisah-dongeng-mahabarata.html