ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

ISLAM SANGATLAH INDAH: Islam Itu Mudah dan Memudahkan

Written By Situs Baginda Ery (New) on Jumat, 08 Juli 2016 | 18.19

ISLAM agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Karenanya, seluruh ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana diamalkan dengan baik oleh Rasulullah Saw, para sahahat, tabi’in, salafus saleh, dan orang-orang saleh hingga kini.
Pada da’i atau ulama pun hendaknya menunjukkan kemudahan itu, bukan malah menjadikan ajaran Islam terasa sulit diamalkan. Proses, tahapan, dan prioritas amal dalam Islam harus disosialisaikan (didakwahkan) kepada umat.
Islam hadir bukan untuk membuat susah manusia, jutsru mempermudah hidup dan kehidupannya.
“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185).
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan” (HR. Muslim).
“Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).
Sebagaimana layaknya “petunjuk jalan”, Islam memudahkan manusia untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika manusia merasa susah dalam hidupnya, bisa dipastikan, karena ia tidak mematuhi petunjuk Islam. Yang menjadikan Islam terasa berat dan susah adalah diri kita sendiri, lebih tegasnya hawa nafsu kita.
Dalam sejumlah firman-Nya, Allah Swt menegaskan, Islam tidak dimaksudkan untuk menyusahkan atau memberatkan manusia.
“Dan sesungguhnya Kami memudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran?” (QS. 54:17).
“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepada kamu supaya kamu menjadi susah” (QS. 20:2).
“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185)
Ayat-ayat di atas dengan jelas mengatakan, kesusahan, kepayahan, kesukaran, dan kesengsaraan bukanlah konsep yang dianjurkan Islam (Al-Quran). Islam adalah untuk kemudahan dan kebahagiaan manusia.
“Dan siapa yang berbuat kebaikan, lelaki atau perempuan dan dia mukmin, sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik” (QS. 16:97)
Dalam prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab, dan beban adalah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan manusia. Allah Swt tidak akan membebani hamba-Nya melainkan disesuaikan dengan kemampuan manusia.
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah:286).
Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.”
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).
Dalam sebuah perjalanan jauh, Rasulullah Saw pernah melihat seorang sahabat tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka Rasulullah Saw langsung menegaskan:
“Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh)” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)
Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, Rasulullah Saw memperhatikan ada sahabat yang terlihat sangat capek, lemah, dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya. Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka Rasulullah Saw langsung memberitahukan:
“Sesunguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.).
Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut.
Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa (HR. Bukhâri dan Muslim).
Dalam hal shalat, misalnya, Islam memberikan keringanan dengan konsep jama’ dan qoshor bagi musafir atau bagi perantau. Demikian juga dalam situasi darurat, Islam membenarkan shalat dilakukan dalam berbagai cara: berdiri, duduk, bahkan berbaring. Wallahu a’lam. (ed/ddhongkong.org).*
http://ddhongkong.org
18.19 | 0 komentar | Read More

Islam Agama Yang Mudah tapi Jangan Dimudah-mudahkan


إن الدين يسر ولن يشاد الدين إلا غلبه فسددوا وقاربوا وأبشروا
واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة رواه البخاري


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang berlebih-lebihan dalam urusan agama melainkan agama akan mengalahkannya, maka tepatkanlah, dekatkanlah, dan bergembiralah, minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari” (HR.Al-Bukharirahimahullah)
Kosa kata hadits
واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة (minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari): Ini adalah permisalan dari Nabi yang artinya minta pertolonganlah kepada Allah dalam ketaatan kepada-Nya dengan melakukan amalan-amalan shalih pada waktu semangat kalian, dan lapangnya hati kalian, yang mana engkau merasa menikmati ibadah tersebut dan tidak merasa bosan dan engkau sampai kepada keinginanmu. Sebagaimana musafir yang cerdas berjalan pada waktu-waktu di atas dan dia serta kendaraannya beristirahat pada selain waktu-waktu itu supaya sampai tujuan dengan tidak merasa capek. Wallahu A’lam.
Makna hadits:
Penulis kitab ini, (kitab Riyadhush Shalihin) yaitu Imam Nawawi rahimahullah membawakan di dalam Bab“Al-Qasdu fii al-’Ibadah”hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu “Sesungguhnya agama ini mudah”. Maksudnya adalah bahwa agama yang dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengannya manusia beriman dan beribadah kepada Rabb mereka, adalah agama yang mudah. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
adalah
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْر…. (185)
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ketika memerintahkan hambanya berwudhu, mandi junub dan tayamum –ketika tidak ada air atau tidak mampu menggunakannya-:
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ…. (6)
“Allah tidak ingin menyulitkan kamu…” (QS. Al-Maidah: 6)
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ (78)
“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia sekali-kali tidak menjadikan satu kesulitan pun untukmu dalam agama …” (QS. Al-Hajj: 78)
Maka nash-nash di atas, semuanya menunjukkan bahwa agama ini adalah mudah, dan memang demikianlah kenyataanya. Seandainya manusia memikirkan dan merenungkan ibadah-ibadah sehari-hari, niscaya ia akan mendapatkan bahwa shalat lima waktu adalah mudah (ringan), terbagi-bagi dalam waktu-waktu yang telah ditentukan, dan ia didahului dengan bersuci, yaitu bersuci badannya dan hatinya. Maka seseorang yang berwudhu ketika hendak menunaikan shalat lalu mengucapkan (do’a setelah wudhu):
أشهد ألا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين
“Aku bersaksi, bahwa tiada Ilaah (sesembahan) yang haq kecuali Allah, Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang banyak bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang (yang senang) bersuci.”
Maka pertama dia telah mensucikan badannya kemudian berikutnya dia mensucikan hatinya dengan tauhid (Syahadat), lalu dia shalat.
Seandainya manusia juga berfikir dan merenung dalam masalah zakat, yaitu rukun ketiga dari rukun Islam dia akan mendapati bahwa zakat adalah hal yang mudah, karena:
Pertama: Zakat tidak diwajibkan kecuali pada harta-harta yang berkembang, atau yang semakna dengannya. Ia tidak diwajibkan pada semua harta, akan tetapi ia hanya diwajibkan pada harta yang berkembang dan bertambah seperti harta perdagangan atau yang semakna dengannya dalam hukum seperti emas dan perak sekalipun ia tidak bertambah. Adapun harta benda yang digunakan pemiliknya di dalam rumahnya (perabotan dan lain-lain), atau berupa kendaraannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ليس على المؤمن في عبده ولا فرسه صدقة (رواه البخاري في الزكاة و مسلم في الزكاة)
“Tidak ada kewajiban shadaqah (zakat) atas seorang mukmin pada budaknya dan kudanya.” (HR. al-Bukhari dalam kitab Zakat dan Muslim dalam kitab Zakat)
Semua perabotan rumah, kasur, kendaraan dan yang lainnya dari barang-barang yang digunakan oleh pemiliknya secara khusus maka tidak ada kewajiban zakat padanya.
Kedua: Zakat yang harus dikeluarkan kadarnya sangat kecil sekali, yaitu 2,5% atau seperempat puluh dari harta kita.
Ketiga:Ketika kita membayar zakat maka zakat itu tidak akan mengurangi harta kita, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
ما نقصت صدقة من مال (رواه مسلم في الصلة 69 وأحمد و الترمذي)
“Shadaqah tidak mengurangi harta sedikitpun.”(HR. Muslim, kitab ash-Shilah 60 dan Ahmad di dalam al-Musnad dan at-Tirmidzi rahimahumullah)
Bahkan zakat akan memberikan keberkahan di dalam harta tersebut, megembangkan, menambah dan mensucikannya.
Lalu lihatlah pada ibadah puasa, maka ia juga ibadah yang mudah dan ringan. Ia tidak diwajibkan setahun penuh, atau setengah tahun, tidak pula seperempat tahun, akan tetapi ia hanya diwajibkan hanya satu bulan saja dalam setahun. Di samping itu ada kemudahan yang lebih besar lagi, yaitu ketika engkau sakit maka engkau boleh berbuka (tidak berpuasa), bila safar boleh berbuka (tidak berpuasa) dan apabila engkau tidak mampu berpuasa selama-lamanya (karena usia lanjut atau sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya) maka kewajibanmu hanya memberi makan (fidyah) seorang miskin untuk satu hari yang ditinggalkan.
Haji juga ibadah yang mudah,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
. وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا….(97)
” Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah menunaikan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana…” (QS. Ali- Imraan: 97)
Dan barangsiapa yang tidak mampu, jika dia orang kaya dan memiliki harta maka hajinya digantikan (diwakilkan) oleh orang lain, dan jika tidak memiliki harta dan kemampuan fisik maka gugur kewajiban hajinya.
Maka kesimpulannya adalah bahwa agama ini mudah (ringan), mudah dari awalnya dan juga mudah apabila ada hal-hal yang menuntut adanya kemudahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
صل قائما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم تستطع فعلى جنب (رواه البخاري وأبوداود و الترمذي)
“Shalatlah dengan berdiri, kalau engkau tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu maka dengan berbaring (miring).”(HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi rahimahumullah)
Maka sekali lagi agama Islam ini mudah.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabada beliau: ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه maksudnya tidaklah seseorang berlebih-lebihan (menyusahkan diri) dalam agama kecuali dia akan kalah, bosan, capek, dan lemah lalu pada akhirnya dia meninggalkannya.
Inilah makna sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ” maksudnya, apabila engkau menyusahkan diri dalam beragama, bersikap ektsrim, maka agama akan mengalahkanmu, dan engkau akan binasa. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
هلك المتنطعون قالها ثلاثا.رواه مسلم
“Binsahlah orang-orang yang ekstrim (dalam beragama). Beliau mengucapkannya 3 kali.” (HR. Muslim)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya:
فسددوا وقاربوا وأبشروا
“Maka tepatkanlah, atau dekatkanlah (miripkanlah), dan bergembiralah.”
Maknanya adalah lakukanlah sesuatu dengan tepat sesuai dengan ketentuan, dan benar. Maka jika kamu tidak mampu melakukan yang demikian maka usahakan mendekatinya (mendekati yang benar) oleh sebab itu beliau bersabda:“dekatkanlah (miripkanlah)”. Huruf wawu (dan) dalam hadits ini artinya auw (atau). Yakni, tepatkanlah jika memungkinkan, jika tidak memungkinkan maka miripkanlah (mendekati yang benar).
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:“Dan bergembiralah” maksudnya bergembiralah kalian jika kalian telah tepat dan benar (dalam beragama) atau mirip dengan yang benar. Maka bergembiralah dengan pahala yang besar, kebaikan, dan pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan uslub (cara bebicara) seperti ini sering digunakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana beliau memberikan kabar gembira kepada para Shahabat radhiyallahu ‘anhum dengan apa-apa yang menyenangkan (menggembirakan) mereka. Oleh sebab itu hendaknya setiap manusia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memberikan rasa senang dan gembira di hati saudara-saudarnya sesuai dengan kemampuan dengan kabar gembira, wajah yang riang dan lainnya.
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits di atas:
1. Islam adalah agama yang penuh kemudahan dan berusaha menghilangkan segala bentuk kesulitan, dan inilah salah satu keutamaan ummat Islam yang dirahmati. Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri telah melepaskan/menghilangkan segala bentuk balenggu dan ikatan dari diri mereka sebagaimana yang pernah mengekang ummat-ummat terdahulu. Maka, Dia mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa agama yang palaing baik, lurus dan toleran.
2. Setiap orang yang berlebihan (ekstrim) dalam beragama akan terhenti di tengah jalan. Sebab, berlebihan akan mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan. Berlebihan dalam ibadah juga akan mengakibatkan kebosanan atau pengabaian terhadap hal yang lebih utama atau menunda pelaksanaan kewajiban dari waktunya. Misalnya, orang yang sholat semalam suntuk, lalu tertidur di akhir malam hingga ketinggalan sholat shubuh atau tidak ikut shalat shubuh berjama’ah di Masjid.
3. Hadits di atas menunjukkan disunahkannya mengambil keringanan dalam syari’at pada waktunya (waktu dibolehkannya keringanan tersebut). Karena mengambil sesuatu yang berat pada saat diberikan keringanan merupakan perbuatan yang berlebihan. Misalnya, orang yang meninggalkan tayammum pada saat dia tidak boleh (tidak mampu) menggunakan air karena sakit misalnya, tentunya hal ini akan membahayakannya.
Sederhana (pertengahan) dalam ibadah akan mengantarkan kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’aladan mendorong pelakunya untuk terus beribadah kepada-Nya tanpa bosan.
Sumber: disarikan dari Syarah Riyadhush Shalihin karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaiminrahimahullah dan Bahjautun Nazhirin karya Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah edisi terjemah. diposting oleh Abu Yusuf Sujono)
 
http://www.salamdakwah.com
18.18 | 0 komentar | Read More

Islam Adalah Agama Yang Mudah Sumber: https://almanhaj.or.id/2219-islam-adalah-agama-yang-mudah.html

Kesembilan
ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH[1]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]
Allah menurunkan Al-Qur-an untuk membimbing manusia kepada kemudahan, keselamatan, kebahagiaan dan tidak membuat manusia celaka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ تَنزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى
“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]
Sebagai contoh tentang kemudahan Islam:
1. Menuntut ilmu syar’i, belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salaf adalah mudah. Kita dapat belajar setiap hari atau sepekan dua kali, di sela-sela waktu kita yang sangat luang.
2. Mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah.
3. Melaksanakan Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mudah, seperti memanjangkan jenggot, memakai pakaian di atas mata kaki, dan lainnya.
4. Shalat hanya diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama 10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50 menit dalam waktu 24 x 60 menit.
5. Orang sakit wajib shalat, boleh sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.
6. Jika tidak ada air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum.
7. Jika terkena najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis, (agama lain harus menggunting pakaian tersebut dan dibuang).
8. Musafir disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib dengan ‘Isya’.
9. Seluruh permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk bersuci (tayammum).
10. Puasa hanya wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali.
11. Orang sakit dan musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain, demikian juga orang yang nifas dan haidh.
12. Orang yang sudah tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah. [2]
13. Zakat hanya wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul.
14. Haji hanya wajib sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh al-Aqra’ bin Habis tentang berapa kali haji harus ditunaikan, apakah harus setiap tahun ataukah hanya cukup sekali seumur hidup? Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
بَلْ مَرَّةً وَاحِدَةً فَمَنْ زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ.
“Haji itu (wajibnya) satu kali, barangsiapa yang ingin menambah, maka itu sunnah.” [3]
15. Memakai jilbab mudah dan tidak berat bagi muslimah sesuai dengan syari’at Islam. Untuk masalah jilbab silahkan lihat kitab Jilbab Mar’ah Muslimah oleh Syaikh Imam Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullah.
16. Qishash (balas bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja.[4]
Allah Azza wa Jalla menginginkan kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan atas hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” [Al-Baqarah: 185]
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“…Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah: 6]
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“… Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu da-lam agama …” [Al-Hajj: 78]
Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [5]
Tidak mungkin, Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan manusia, kemudian Allah Azza wa Jalla memberikan beban kepada hamba-hamba-Nya apa yang mereka tidak sanggup lakukan, Mahasuci Allah dari sifat yang demikian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah: 286]
Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam. Allah Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang manusia tidak mampu melaksanakannya.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا، وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ.
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.” [6]
Orang yang menganggap Islam itu berat, keras, dan sulit, hal tersebut hanya muncul karena:
1. Kebodohan tentang Islam, umat Islam tidak belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih menurut pema-haman Shahabat, tidak mau menuntut ilmu syar’i.
2. Mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu, hanya akan menganggap mudah apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya.
3. Banyak berbuat dosa dan maksiyat, sebab dosa dan maksiyat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya.
4. Mengikuti agama nenek moyang dan mengikuti banyaknya pendapat orang. Jika ia mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah, niscaya ia akan mendapat hidayah dan Allah Azza wa Jalla akan memudahkan ia dalam menjalankan agamanya.
Allah Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghilangkan beban dan belenggu-belenggu yang ada pada manusia, sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur-an:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam kitab Taurat dan Injil yang ada di pada mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membebaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur-an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-A’raaf: 157]
Dalam syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada lagi beban-beban berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Di antara beban berat itu ialah:
• Saling membunuh penyembah sapi. [7]
• Mewajibkan qishas pada pembunuhan baik yang disengaja ataupun tidak, tanpa memperbolehkan membayar diyat.
• Memotong anggota badan yang melakukan kesalahan.
• Melarang makan dan tidur bersama istrinya yang sedang haidh.
• Membuang atau menggunting kain yang terkena najis.
Kemudian Islam datang menjelaskan dengan mudah, seperti pakaian yang terkena najis wajib dicuci namun tidak digunting.[8]
Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.
Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا.
“Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” [9]
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Pembahasan ini diambil dari Kamaluddin al-Islami oleh Syaikh ‘Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim (hal. 42) dan Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh DR. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman bin ‘Ali ar-Rabii’ah, cet. Darul Mathbu’aat al-Haditsah, Jeddah th. 1406 H, dan kitab-kitab lainnya.
[2]. Lihat Irwaa-ul Ghalil fii Takhriiji Ahaadits Manaaris Sabiil (IV/17-25) juga Shifat Shaumin Nabiy (hal. 80-85) oleh Syaikh Salim al-Hilaly dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, cet. Maktabah al-Islamiyyah, th. 1412 H.
[3]. HR. Abu Dawud (no. 1721), al-Hakim (II/293), an-Nasa-i (V/111), dan Ibnu Majah (no. 2886), lafazh ini milik Abu Dawud.
[4]. Lihat QS. Al-Baqarah 178-179.
[5]. HR. Al-Bukhari (no. 1358) dan Muslim (no. 2658), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[6]. HR. Al-Bukhari (no. 39), Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, dan an-Nasa-i (VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[7]. Lihat surat al-Baqarah ayat 54.
[8]. Lihat Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdur Rahman bin ‘Ali ar-Rabii’ah.
[9]. HR. Al-Bukhari (no. 69, 6125), Muslim (no. 1734) dan Ahmad (III/131) dari Shahabat Anas z. Lafazh ini milik al-Bukhari.


Sumber: https://almanhaj.or.id/
18.16 | 0 komentar | Read More

Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus Allah untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat manusia. Sejak lahir, tanda-tanda kenabian beliau telah kelihatan. Nabi Muhammad dilahirkan dari seorang ibu tanpa merasa sakit ketika melahirkan. Bayi Muhammad pun tersenyum ketika dilahirkan dan tidaklah menangis

Written By Situs Baginda Ery (New) on Kamis, 07 Juli 2016 | 23.02

Meneladani Perilaku Nabi Muhammad saw. Saat Kanak-Kanak 
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus Allah untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat manusia. Sejak lahir, tanda-tanda kenabian beliau telah kelihatan. Nabi Muhammad dilahirkan dari seorang ibu tanpa merasa sakit ketika melahirkan. Bayi Muhammad pun tersenyum ketika dilahirkan dan tidaklah menangis. Selain itu, Nabi Muhammad ketika dilahirkan tangannya menunjuk ke atas langit seperti menunjukkan kebesaran Allah Swt.. Saat dilahirkan, Nabi Muhammad pun langsung menelungkupkan kepalanya seperti hendak sujud kepada Allah Swt.. Cahaya pun menaungi kelahiran Nabi Muhammad. Cahaya yang menghangatkan dan membuat nyaman siapa pun yang melihatnya.

Setelah kembali dari ibu susuannya, masa kanak-kanak Nabi Muhammad berbeda dengan anak-anak lainnya. Nabi Muhammad telah ditinggalkan ibunya wafat ketika beliau masih berusia 6 tahun. Sebelumnya, Nabi Muhammad pun tidak pernah melihat ayahandanya, Abdullah. Baru berusia 6 tahun, Nabi Muhammad telah menjadi yatim piatu. Suatu cobaan yang sangat berat untuk anak seusia itu. Pada usia itu anak-anak sedang mendambakan kasih sayang orangtuanya. Mendambakan belaian dan pelukan orangtuanya.
Baru saja menjadi yatim piatu, 2 tahun kemudian, kakek yang sangat mencintai dan dicintainya juga wafat. Kesedihan terus menghiasi kehidupan masa kanak-kanak Nabi Muhammad. Namun, beliau tetap tabah menghadapinya
Sepeninggalan kakeknya, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Dalam asuhan pamannya, Nabi Muhammad merasakan beban yang ditanggung pamannya sangatlah besar. Pamannya mempunyai banyak anak dan bukanlah seorang yang banyak harta. Melihat keadaan ini, Nabi Muhammad bertekad meringankan beban pamannya. Pada usia yang masih sangat belia, mungkin seusia kalian sekarang, beliau telah bekerja. Nabi Muhammad bekerja dengan menggembalakan kambing. Ketika anak-anak lain bermain, Nabi Muhammad menikmati permainan dengan bekerja keras.
Perilaku akhlak Nabi Muhammad pada masa kanak-kanak pun telah menunjukkan bahwa dirinya mempunyai keutamaan. Suatu hari saat menggembalakan kambingnya, Nabi Muhammad mendengar suara hiburan. Namun, Allah menjaganya dari hal yang kurang baik sehingga Nabi Muhammad pun terhindar dari hiburan tersebut. Kisah lain pun menceritakan ketika beliau sedang membantu pamannya yang bernama Abbas memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka'bah, beliau diminta meletakkan sarungnya di pundaknya.Namun, Nabi Muhammad tidak melakukannya karena itu akan menampakkan auratnya.
Begitu terpujinya perilaku Nabi Muhammad, bahkan ketika masih kanak-kanak. Kita sebagai anak-anak sudah seharusnya kita mencontoh perilaku teladan Nabi Muhammad. Bagi mereka yang sudah tidak mempunyai ayah, ibu, atau keduanya, janganlah berlarut dalam kesedihan. Doakanlah ayah ibu kita senantiasa. Selain itu, usia muda janganlah jadi penghalang untuk bekerja keras. Bantulah orang-orang terdekatmu semampumu. Kalian dapat membantu orangtua kalian, kakak adik kalian, atau saudara kalian yang membutuhkan bantuan.
http://pendidikan60detik.blogspot.co.id/
23.02 | 0 komentar | Read More

Pentingnya mengenal 100 kebiasaan dan perilaku atau akhlak mulia Rasulullah Saw, sehingga kita bisa meniru sunnah-sunnah Rasulullah Saw berikut ini. Al-Imam Jakfar Shadiq RA berkata : “Aku tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara dia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw.”

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.
2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.
3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.
4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya… tidak ada seorang pun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.
5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.
6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.
7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.
8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.
9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.
10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.
11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.
12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.
13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.
14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.
15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.
16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.
17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.
18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.
19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.
20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.
21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.
22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapa pun.
23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.
24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.
25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?”
26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.
27. Menerima undangan para abdi dan budak.
28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.
29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.
30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.
31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.
32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, “Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir.”
33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.
34. Tidak pernah merendahkan seseorang.
35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.
36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.
37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.
38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.
39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.
40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.
41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.
42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.
43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.
44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.
45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.
46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.
47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.
48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.
49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.
50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.
51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.
52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, “Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!”
53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.
54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.
55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.
57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.
58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.
59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.
60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.
62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.
63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.
64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.
65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.
66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.
67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.
68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.
69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.
70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.
71. Duduk dan makan di atas tanah.
72. Tidur di atas tanah.
73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.
74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.
75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.
76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abanya sendiri.
77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.
78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumny pasti diberikan kepada fakir miskin.
79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.
80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.
81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.
82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.
83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.
84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.
85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.
87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.
88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.
89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.
90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.
91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.
92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.
93. Tidak pernah makan dua model makanan.
94. Ketika makan tidak pernah sendawa.
95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.
96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.
97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.
98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.
99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.
100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian : satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.

(fp ya rasulallah)
http://www.islam-institute.com
23.00 | 0 komentar | Read More

RAHASIA ILMU HIDUP: ILMU KEHIDUPAN MANUSIA MENURUT ISLAM


Ada apa dibalik kesulitannya kita menemui orang yang beneran jujur, kenapa perceraian meningkat, kenapa kejahatan hampir saban hari ada, kenapa jumlah kuantitas dijadikan tolak ukur, kenapa sedikit kita yang beneran hidupnya untuk Allah SWT dibandingin urusan kita dan kepentingan umat, kenapa bukan para Nabi dan sahabat yang diteladani tetapi para tokoh yang tidak lepas dari salah, kenapa jarang orang yang menyerukan ibadah kepada Allah SWT dengan seluruh perintah-Nya tapi kebanyakan cuma sebagian, apa motifnya?, kenapa masjid sepi sedangkan ramai orang berlebihan ditempat hiburan dan perbelanjaan yang bukan sekedar belanja lagi tetapi demi memuaskan keinginannya, semakin sulit orang yang beneran cinta Umat Rosulullah SAW, Mungkin juga semakin sulit mereka yang gak nerima suap, gak korupsi - ini dinegara benua lain maksudnya.

Fenomena ini adalah kehidupan dalam patokannya dengan ukuran Quran dan Sunnah, Perintah Allah dan pelanggarannya baik yang sistemik, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, individu, keluarga, dan opini umum hingga kepada sistem keduniaan, mungkin kebanyakan kita kikir, kebanyakan kita riya yang gak disadari, atau masih terbuai kata "Jumlah" dan mengikuti kecenderungan kebanyakan orang, kajian ini sekaligus untuk mendorong kita agar bersama introspeksi diri semoga karena Allah SWT kajian ini diberkahi-Nya, Amin. Mari disimakin agar jelas ilmu kehidupannya agar dapat difahami. Bismillah kita mulai kaji sbb :

Kebenaran adalah kebenaran walaupun bersendirian. Kesalahan adalah kesalahan walaupun didukung banyak orang. Bahkan Allah menyatakan bahwa keadaan umum manusia adalah berada dalam kesesatan, kejahilan dan jauh dari iman yang benar:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116)

Bahkan ada Nabi Allah yang tidak memiliki pengikut, ada yang hanya satu orang, ada pula yang hanya sekelompok orang. Inilah patokan kebenaran sesuai realitas sunatullah. Andai yang sedikit itu pasti sesat, apakah mereka tidak memiliki pengikut atau menjadi minoritas karena mengajarkan kesesatan? Rosulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

حدثنا ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: “عرضت عليّ الأمم، فرأيت النبي ومعه الرهط، والنبي ومعه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد

“Diperlihatkan kepadaku umat manusia seluruhnya. Maka akupun melihat ada Nabi yang memiliki pengikut sekelompok kecil manusia. Dan ada Nabi yang memiliki pengikut dua orang. Ada Nabi yang tidak memiliki pengikut” (HR. Bukhari 5705, 5752, Muslim, 220)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda bahwa Islam itu awalnya asing, dan akan kembali menjadi asing kelak. Dan beliau memuji orang-orang yang masih mengamalkan ajaran Islam ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا. فطوبى للغرباء

“Islam pada awalnya asing dan akan kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka pohon tuba di surga bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim no.145)

Nah, apakah Islam itu asing ketika mayoritas manusia mengamalkan ajaran Islam? Bahkan yang minoritas ketika itu adalah yang dipuji oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.

Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah (wafat 187 H) berkata:

لا تستوحِشْ طُرُقَ الهدى لقلة أهلها، ولا تغترَّ بكثرةِ الهالكين

“Janganlah engkau mengangap buruk jalan-jalan kebenaran karena sedikit orang yang menjalaninya. Dan jangan pula terpedaya oleh banyaknya orang-orang yang binasa” (Dinukil dari Al Adabusy Syar’iyyah 1/163)

Imam An Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata:

ولا يغتر الإنسانُ بكثرةِ الفاعلين لهذا الذي نُهينا عنه ممَّن لا يراعي هذه الآدابَ

“Seorang manusia hendaknya tidak terpedaya dengan banyaknya orang yang melakukan hal-hal terlarang, yaitu orang-orang yang tidak menjaga adab-adab ini” (Dinukil dari Al Adabusy Syar’iyyah 1/163)

Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, menafsirkan istilah Al Jama’ah:

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

“Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri”

Dalam riwayat lain:

وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى

“Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala” (Dinukil dari Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)

Al Munawi (wafat 1031H) menukil perkataan Syihabuddin Abu Syaamah (wafat 665H) dan Al Baihaqi (wafat 458H) mengenai makna Al Jama’ah:

قال أبو شامة: حيث جاء الأمر بلزوم الجماعة فالمراد به لزوم الحق وإتباعه وإن كان المتمسك به قليلا والمخالف كثيرا أي الحق هو ما كان عليه الصحابة الأول من الصحب ولا نظر لكثرة أهل الباطل بعدهم قال البيهقي: إذا فسدت الجماعة فعليك بما كانوا عليه من قبل وإن كنت وحدك فإنك أنت الجماعة حينئذ

“Abu Syamah berkata, ketika dalam hadits terdapat perintah berpegang pada Al Jama’ah, yang dimaksud dengan berpegang pada Al Jama’ah adalah berpegang pada kebenaran dan menjadi pengikut kebenaran walaupun ketika itu hanya sedikit jumlahnya dan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran banyak jumlahnya. Maksud Abu Syaamah adalah bahwa kebenaran itu adalah mengikuti pemahaman para sahabat Nabi, bukan melihat banyak jumlah, ini pada orang-orang yang datang setelah mereka. Al Baihaqi berkata, ketika Al Jama’ah (baca: kaum muslimin saat ini) telah bobrok maka hendaknya engkau berpegang pada pemahaman orang terdahulu (para Salaf) walaupun engkau sendirian, maka ketika itu engkaulah Al Jama’ah” (Faidul Qadhir, 4/99)

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ، وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هَذَا مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ، وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ الْآخَرِ، فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ

“Diperlihatkan kepadaku umat manusia seluruhnya. Maka akupun melihat ada Nabi yang memiliki pengikut sekelompok kecil manusia. Dan ada Nabi yang memiliki pengikut dua orang. Ada Nabi yang tidak memiliki pengikut. Lalu diperlihatkan kepadaku sekelompok hitam yang sangat besar, aku mengira itu adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku, ‘itulah Nabi Musa Shallallhu’alaihi Wasallam dan kaumnya’. Dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke arah ufuk’. Aku melihat sekelompok hitam yang sangat besar. Dikatakan lagi, ‘Lihat juga ke arah ufuk yang lain’. Aku melihat sekelompok hitam yang sangat besar. Dikatakan kepadaku, ‘Inilah umatmu dan diantara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab’.” (HR. Bukhari 5705, 5752, Muslim, 220)

Oleh karena itu ‘kebanyakan orang’ secara mutlak bukanlah as sawaadul a’zham, sehingga tidak benarlah orang-orang yang hanya ikut ‘kebanyakan orang’ dalam beragama. Bagaimana halnya jika prinsip demikian diterapkan di masyarakat yang bobrok, mayoritasnya meninggalkan shalat misalnya. Apakah meninggalkan shalat menjadi hal yang biasa dan dibenarkan? Jika masyarakatnya gemar berzina, bagaimana mungkin ahluz zina itu disebut as sawadul a’zham yang merupakan ahlul haq?

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan as sawadul a’zham atau menjadikan kita orang-orang yang berpegang teguh kepadanya.

Sumber:( Salinan FB Kyai dan Ustadz=http://www.facebook.com/pages/MAJELIS-TAUSIAH-PARA-KYAI-USTADZ-INDONESIA/203914683789 )
22.46 | 0 komentar | Read More

Rahasia Shalat 5 Waktu Dalam Kehidupan

RAHASIA BESAR SHOLAT LIMA WAKTU DALAM KEHIDUPAN

Wahai umat Muhammad, marilah kita tegakkan sholat kita selagi kita masih berada di dunia. Ingatlah Allah Azza wa Jalla di saat lapang, niscaya Allah Azza wa Jalla akan mengingat kalian di waktu sempit. Siapa yang melupakan Allah Azza wa Jalla , Allah Azza wa Jalla pun akan melupakannya. Siapa yang meremehkan perintah Allah Azza wa Jalla , Allah pun akan meremehkannya. Wahai umat Muhammad, siapakah di antara kita yang merasa aman dengan kematian kemudian bertaubat dan mengerjakan sholat? Bukankah masing-masing kita takut dengan kematian dan tidak mengetahui waktunya? Bukankah kematian itu datang secara tiba-tiba dalam keadaan manusia tidak merasa? Bukankah kematian mendatangi manusia di dunia ini saat mereka lalai?

Wahai, kaum Muslimin, bagaimana kita bisa menyia-nyiakan sholat, padahal sholat adalah penghubung kita dengan Allah Azza wa Jalla . Jika kita tidak memiliki penghubung antara kita dengan Allah Azza wa Jalla , dimana ubûdiyah (penyembahan) kita? Dimana (wujud) kecintaan kita kepada Allah Azza wa Jalla, dan ketundukan kita kepada-Nya? Sungguh celaka dan rugi orang yang setiap kali mendengar panggilan kepada dunia, dengan segera ia memenuhinya dan ketika mendengar seseorang menyeru kepada Allah Azza wa Jalla hayya alas shalâh dan hayya ala falâh, mereka merasa berat hati dan berpaling.

Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan menjaga sholat lima waktu kita serta mengerjakannya dengan penuh ketaatan. Ketahuilah, sesungguhnya sholat adalah tiang agama. Karena itu, tidak akan tegak agama seseorang yang meninggalkan sholat dan ia tidak akan mendapatkan bagian dalam agama ini. Menegakkan sholat adalah suatu bentuk keimanan dan meninggalkannya merupakan kekufuran. Maka, siapa yang menjaga sholatnya, maka hatinya akan bercahaya, demikian pula wajah dan kuburnya, dan saat dikumpulkan di Mahsyar, ia juga akan mendapat keselamatan pada hari kiamat. Dia akan dikumpulkan bersama orang-orang yang telah diberi kenikmatan oleh Allah Azza wa Jalla yaitu para nabi, shiddîqîn, syuhadâ` dan shâlihîn. Adapun sebaliknya, siapa yang tidak menjaga sholatnya, dia tidak akan mendapatkan cahaya dan keselamatan pada hari kiamat, dan di akhirat kelak dia akan dikumpulkan bersama Fir`aun, Hâmân, Qârûn, dan Ubai bin Khalâf.

Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya sholat jamaah di masjid itu termasuk suatu kewajiban, dan orang yang melaksanakan, berarti ia telah menegakkan sholat dan menjaganya. Orang yang sholat bersama jamaah berarti telah menegakkan kewajibannya kepada Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang yang meninggalkan jamaah tanpa udzur, berarti ia telah berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dan membahayakan sholatnya.

Sebagian Ulama` mengatakan, “Siapa yang meninggalkan sholat jamaah tanpa udzur, maka sholatnya batil (tidak sah). Ucapan di atas di katakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad dalam sebuah riwayat. Sesungguhnya sholat jamaah itu lebih afdhal dari pada shalat sendirian sebesar 27 derajat. Orang yang meninggalkan sholat jamaah tanpa udzur adalah orang yang pemalas dan lalai. Keadaan mereka seperti keadaan orang-orang munafik yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla dalam al-Qur`ân :

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ

Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. [an-Nisâ`/4:142]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَثْقَلُ اَلصَّلَاةِ عَلَى اَلْمُنَافِقِينَ: صَلَاةُ اَلْعِشَاءِ, وَصَلَاةُ اَلْفَجْرِ, وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sholat yang (dirasakan) paling berat oleh orang-orang munafik adalah sholat Isyâ` dan shalat Fajr (subuh). Seandainya mereka mengetahui (pahala) apa yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya, meskipun dengan merangkak”. [HR. al-Bukhâri 644].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumpah bahwa seandainya orang munafik yang meninggalkan sholat itu mendapatkan rezeki sedikit di dunia, niscaya ia akan menghadiri sholat jamaah dan kebanyakan orang-orang yang meninggalkan sholat jamaah seandainya mereka disibukkan dengan urusan duniawi ketika terbit fajar, niscaya ia akan bersemangat untuk hadir tepat pada waktunya. Sholat jamaah adalah suatu aktifitas dan ketenangan dan meninggalkannya merupakan bentuk kemalasan, dan sedangkan tergesa-gesa dalam mengerjakannya biasanya tidak tuma`ninah. Orang yang mengerjakan sholat dengan tergesa-gesa keadaannya seperti seekor burung yang mematuk makanannya. Barangkali dia juga mengakhirkan waktu sholatnya. Sholat jamaah akan melahirkan suatu kecintaan dan kelembutan serta akan menerangi masjid dengan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla .

(Dengan sholat) syiar-syiar Islam akan nampak. Dalam sholat jamaah ada suatu pembelajaran bagi orang-orang jahil, peringatan bagi orang yang lalai dan kemaslahatan yang sangat banyak.

Bagaimana pendapat kalian jika sholat jamaah itu tidak disyariatkan, dan tidak mungkin Allah Azza wa Jalla menghendaki demikian, bagaimanakah keadaan kaum Muslimin? (tentu) mereka akan terpecah belah, masjid-masjid akan tutup dan umat ini akan memiliki syi`ar jamâ`i dalam agama ini. Karena itulah di antara hikmah Allah Azza wa Jalla dan rahmat-Nya, Dia mewajibkannya kaum Muslimin. Marilah kita bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla dengan nikmat ini.

Marilah kita laksanakan kewajiban ini. Marilah kita merasa malu kepada Allah Azza wa Jalla ketika meninggalkan perintah-Nya, serta waspada terhadap siksa-Nya.

Sumber: http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10151225437741840&id=109056501839
22.45 | 0 komentar | Read More

ISLAM TIDAK MEMBENCI

Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 04 Juli 2016 | 19.20

Islam Tidak Mengajarkan Kebencian Kepada Lain Mazhab dan Agama
SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=551
.
oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky
hasan_Farhan(Syaikh Hasan bin Farhan  Al Maliky adalah ulama moderat Arab Saudi. Beliau seorang Ahli hadis, hukum Islam dan peneliti sejarah, serta seorang  peduli HAM, beliau anti sektarian, ekstrimisme dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama, Anda bisa berinteraksi dengan beliau lewat halaman facebook dan Twitter-nya. juga bisa mendowload buku-bukunya lewat situs resminya http://almaliky.org/index.php atau mendengar ceramah-ceramahnya lewat halaman youtube-nya)
.
Terma perbedaan mazhab dan terma “Sakit Kebencian” adalah dua terma yang berbeda dari beberapa sisi.
Sebagai seorang Muslim, Anda tentu berbeda dengan seorang Yahudi dan Kristen, tetapi perbedaan itu tidak mengharuskan Anda membenci mereka kecuali dengan dua syarat sebagaimana disebutkan Al Quran:
  1. Memerangi demi agama.
  2. Mengusir dari kampung halaman.
Anda tidak boleh membenci saudaramu sesama manusia kecuali dengan dua syarat atau salah satu dari keduanya:
  1. Ia memerangimu dan bertindak jahat karena agamamu.
  2. Ia mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Surah Al Mumtahanah mulai awal hingga akhir menjelaskan masalah ini yang oleh Kaum Ghulat (Ekstrimis Salafy) dibelokkan di sepanjang sejarah. Mereka menjadikan bagian dari inti agama kebencianmu kepada siapapun yang berbeda denganmu..
Merekalah yang mengada-ada akidah ini. Karena itu mereka memaksa hatimu membenci semua orang yang berbeda denganmu dalam agama atau mazhab atau bahkan berbeda denganmu dalam pendapat… Ini adalah kesalahan fatal yang akan menyeret kepadamu dosa demi dosa sementara kamu tidak mengetahuinya. Maka dari itu waspadalah! 
Sikap berlebihan (Ekstrimisme) akan mengharuskan atasmu membenci Dokter di RS, pekerja di Restoran, pekerja di Bengkel, Insinyur Komputer dan mayoritas orang yang kamu jumpai di jalanan. Kamu harus membenci mereka… Ini adalah penyakit… Ini adalah Virus…!
Virus kebencian yang oleh kaum Ekstrimis Salafy dinisbatkan kepada agama dan Syari’at Allah… Sebenarnya mereka adalah korban Setan (Sesungguhnya setan ingin menebar permusuhan dan kebencian di antara kalian). Di sini harus dibedakan antara membenci orang yang bertindak kejahatan, si zalim, si mutakabbir (angkuh dan sombong), pembunuh dll, dengan membenci pemilik pendapat atau mazhab atau agama dan kepuasan pandangan pribadi…
Yang pertama kita harus berlepas diri dari mereka, dan tidak demikian dengan yang kedua.
Berlepas diri dan anti pati terhadap orang yang berbuat kejahatan itupun harus terlebih dahulu diketahui dengan jelas dan pasti bahwa ia berbuat kejahatan terhadap jiwa atau harta atau kehormatan… Dan Kamu tidak boleh menggolongkan semua orang yang berbeda (pandangan, mazhab atau agama) denganmu bahwa ia adalah pelaku kajahatan.
Saya akhiri dengan kalimat: Bahwa jiwa itu tertarik untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya… Ini adalah fitrah… Fitrah dari Allah… Dan Islam adalah agama Fitrah… Maka janganlah kamu membeni seseorang karena agamanya atau mazhabnya!  Ini nasihatku untukmu.
Ya, kamu harus membenci si pelaku kejahatan atasmu atau orang yang memerangimu karena agama atau orang yang mengusirmu dari kampung halamanmu. Ini adalah wajar sekali. Ini adalah Fitrah juga. Agama Allah di sini mengajarkan membenci pelaku kajahatan.. Bukan membenci orang yang berbeda denganmu…
Jadi mazhab kita lebih luas dari sekedar masalah tidak membenci Syiah atau Wahhabi atau Mu’tazilah dst. Manusia itu sendirilah yang membentuk kecintaan, kebaikan dan berbakti kepadanya, apapun agama dan mazhabnya.
Tebarkan kecintaan di antara semua anak manusia, baik Muslim maupun non Muslim, Sunni maupun Syiah, baik yang berpandangan islami (moderat atau konservatif) maupun sekuler… Tetapi hati-hatilah dari mencintai pelaku kejahatan, si zalim dan kriminal.. Jangan percaya kepada orang yang mentransfer kepadamu arahan-arahan setan (untuk menebar permusuhan dan kebencian) bahwa hal demikian itu diridhai dan dicintai Allah. Tidak… Ini adalah sikap melanggar. Allah tidak meridhainya untuk kalian hal demikian.
Ketika kamu membenci seorang dokter Kristen atau Buda sebenarnya kamu sedang terjatuh dalam maksiat. Janganlah mereka menipumu dengan mengatakan bahwa sikap demikian itu adalah peneguhan sikap/prinsip al Wala’ dan al Bara’ah (sikap loyal dan cita kepada Mukmin/Muslim dan sikap tegas dan antipati terhadap kaum Kafir).
Ini adalah tipu daya iblis. Karena dengan kebencian (terhadap selain pelaku kejahatan) itu kamu telah melakukan kejahatan dan kamu telah menisbatkan kepada Allah bahwa Dia telah memerintahkan kejahatan.
Dengan demikian kamu telah berdusta atas nama Allah (tanpa kamu sadari) padahal kamu ingin jujur atas nama Allah. Maka dari sinilah virus kebencian telah terbentuk sejak lama. Virus jahat ini telah berpengaruh dalam kemunduran umat Islam serta persengketaan interen mereka, karena kebencian menyeret darah-darah ikut serta bersamanya untuk kesuburannya.
Kebencian pertama di tengah-tengah umat kita adalah dari kaum kafir Quraisy. Mereka membenci Muhammad saw. karena agama yang beliau bawa, karena pemikiran dan pandangan… Mereka tidak membenci beliau saw. karena beliau telah melakukan kejahatan terhadap mereka baik dengan pedang, tombak atau gangguan apapun.
Nabi saw hanya berbicara… Hanya menasihati mereka. Hanya itu.
Mereka (Kafir Quraisy) membenci dan mengembargo beliau di lembah bani Hasyim… Mereka bersekongkol untuk membunuh dan mengusir beliau saw. bersama para sahabat beliau dari kota Mekkah.
Pertanyaan:
Apa yang mendorong suku Quraisy untuk memulai membenci dan antipati?
Jawab:
Rasa dengki, keangkuhan dan ketergesah-gesahan… Ini semua dari setan dan tipu muslihatnya. Setan merayu agar membenci karena ia adalah langkah awal… Kebencian adalah mukaddimah yang wajar yang mendorong berbuat tindak kejahatan. Karena itu setan sangat ingin menebar kebencian itu. Sesekali atas nama maslahat… Sesekali atas nama kesukuan… Dan terkadang atas nama agama dan akidah… Semua tidak ada bedanya.. Yang penting setan telah menggiringmu untuk menjadi ahli (penghuni) neraka Jahannam…
Setan menggiringmu untuk berbuat tindak kejahatan atas nama kesukuan atau ras atau agama… Atas nama itu tidak penting.. Itu hanya sarana.. Yang penting kamu berbuat tindak kejahatan.
Karena itu, ini kaidah yang saya katakan untuk kalian, maka cari dan pelajarilah…
Kaidah itu bekata: “Siapa yang meremehkan mukaddimah Setan pasti ia terjatuh dalam kubangan hasilnya.”
Mukaddimah setan mudah sederha dan ringan serta merayu.. Ia menghiasi, maka dari itu berhati-hatilah! Setan menanamkan kebencian kepada Nabi saw dalam hati kaumnya (suku Quraisy).. Merekalah yang mendustakan beliau… Mengusir dan memerangi beliau serta menyatukan sekutu-sekutu dan kelompok-kelompok yang bersatu padu memerangi beliau saw…
Ini adalah realita!
Dan kebencian kepada Nabi saw ini mesti bercampur dengan kebencian kepada kabilah beliau yaitu Bani Hasyim serta keluarga dekat beliau… Saudara dan anak beliau, karena itu mereka memboikot dengan mengurung bani Hasyim di lembah. Mereka (kafir Quraisy) memakan jantung Sayyidina Hamzah (setelah gugur syahid di perang Uhud).. Setelah itu Quraisy kalah dan mengibarkan bendera putih pada hari Fathu Mekkah dan Nabi saw. pun memaafkan mereka: “Pergilah kalian semua, kalian kubebaskan (At Thulaqa”). “
Tetapi orang yang telah dikuasai setan untuk memerangi kenabian tidaklah mudah begitu saja ia tinggalkan. Karena itu kita saksikan setan tidak meninggalkan kabilah Quraisy. Setan terus bersama mereka setelah mereka menyatakan secara formal keislaman mereka, setan mendorong mereka membenci Nabi Muhammad saw dan mengharap kekalahan beliau saw. pada perang Hunain. Mereka merencanakan pembunuhan beliau secara mestirius pada hari Tabuk... Kemudian suku Quraisy bersama sekutu mereka berbuat banyak kejahatan yang dibongkar kedoknya dalam surah At Taubah.
Persekutuan itu cukup luas mencakup kaum Yahudi dan suku-suku Arab Baduwi serta kaum Munafikin disamping koordinasi terus-menerus dengan pihak Romawi seperti dibongkar oleh dokumen-dokumen Romawi sendiri. Dan yang membantu langgengnya kebencian Quraisy (kepada Nabi dan Bani Hasyim) adalah bahwa banyak dari keluarga mereka yang terbunuh oleh pedang Imam Ali . pada perang Badar, Uhud dan Khandaq (perang parit).. Karena itu suku Quraisy alergi dan antipati kepada Imam Ali bin Thalib.
Dari kenyataan sejarah ini kita mesti tau bagaimana misalnya virus kebencian kepada Syiah… ini bukan dalam rangka mensucikan Syiah dalam kesalahan atau khurafat dll… Akan tetapi untuk mengetahui sebab dan latar belakang kebencian gila ini!
Kebencian gila yang berkesinambungan sejak zaman Nabi saw.. Di mana suku Quraisy setelah memeluk Islam secara formal pun tetap membenci Imam Ali sebagai ganti untuk kebencian lama mereka kepada Nabi saw…
Kita semua mengetahui hadis sahabat Buraidah bin Hashib tentang kisah diutusnya Imam Ali dan Khalid bin Walid ke negeri Yaman dan ucapan Buraidah: “Aku tidak bersahabat dengan Khalid melainkan karena dasar kebenciannya kepada Ali.” ! Ini semua setelah ia memeluk Islan secara formal!
Jadi kebencian suku Quraisy kepada Nabi saw. telah berubah secara sendirinya menjadi kebencian kepada orang yang paling dicintai dan paling dekat kepada Nabi saw. serta orang yang paling membela Nabi saw. dan orang yang paling gigih dalam membela Nabi saw. dari kejahatan kaum musyrikin. Jadi kebencian mereka (mantan kafir musyrik Quraisy) kepada Imam Ali didorong oleh banyak sebab.
Jika Anda tidak mengkaji sebab-sebab perdana ini Anda tidak akan tau apa di balik kebencian menggila kepada Syiah… Kebencian kepada setiap orang yang mencintai Ali dan Ahlulbait… Kebencian kepada setiap orang yang mengecam musuh-musuh Ahlulbait dan para pelaknat dan para pembunuh Ahlulbait.
Kemudian masalahnya berkembang dan para pendengki itu berkuasa. Maka mereka memerangi Imam Ali dan melaknati beliau dari atas mimbar-mimbar serta berupaya dengan segenap kekuatan untuk menghabisi keturunan Imam Ali dan keturunan Nabi Muhammad saw. Ini adalah pondasi setan.
Karena itu Nabi saw bersabda: “Tidak mencintai Ali kecuali orang beriman dan tidak membenci Ali kecuali orang munafik.” Orang-orang Mukmin biasa selalu sedikit. Tidak berpegang teguh dengan kecintaan kepada Ali kecuali orang beriman karena seluruh situasi dan kondisi mendorong orang untuk membenci Imam Ali. Seluruh kondisi mulai dari para penguasa sepanjang sejarah, mayoritas manusia, kekuasaan Quraisy, pelaknatan terhadap beliau di atas mimbar-mimbar dan warisan intelektual yang mengagung-agungkan musuh-musuh Imam Ali… Banyaknya orang yang merusak citra kecintaan kepada beliau dari kaum Syiah Ghulat (yang ekstrim dan berlebihan kepada Ali)
Semua kondisi di atas mendukung Anda untuk membenci Keluarga Nabi Muhammad saw dan membenci siapapun yang punya koneksi kepada mereka. Semua kondisi mendorong Anda meniup balon keutamaan musuh-musuh Imam Ali dengan hadis-hadis palsu keutamaan mereka demi melawan Ali… Karena itu Anda sedang dalam ujian berat.
Jadi sampai para pembenci Nabi Muhammad saw dan keluarga Nabi Muhammad ke puncak kekuasaan di waktu yang relatif dini sekali (pada tahun 41 H) dan pengandalan mereka kepada politik melaknat Imam Ali secara terang-terangan dan melaknat Nabi secara terselubung adalah sebuah kesuksesan gemilang setan.
Dan ketika makar Bani umayah ini terbongkar di hadapan sebagian fukaha’ dari kalangan sahabat dan mereka pun segera mengingatkan umat atas makar jahat tersebut, maka tersembunyilah peringatan itu dari akal-akal (bahwa sebenarnya mereka bermaksud melaknat Nabi Muhammad saw), tetapi peringatan itu tersimpan dalam warisan umat.
Maksud saya bahwa setan menempuh dua jalan mundur ke belakang…
Langkah Pertama: Mengakui bahwa mereka hanya melaknati Imam Ali bin Abi Thalib… Bukan Nabi Muhammad.
Langkah Kedua: Mereka bahkan mengingkari bahwa mereka melaknat Ali sekali pun.
Sekarang, mayoritas ekstrimis Salafy menempuh jalan kedua setan ini...yaitu mereka ngotot mengatakan bahwa Bani Umayyah tidak pernah melaknati Imam Ali! Bukan karena mereka mencintai Imam Ali akan tetapi karena mereka berusaha mengangkat kembali para pelaku dan pelopor pelaknatan terhadap Imam Ali itu untuk penjadi Para Pemberi Hidayah yang telah dibimbing Allah!!
Jadi sampai di sini, saya sudah sebutkan beberapa sebab virus ini:
  1. Kenabian Muhammad saw yang mana beliau adalah dari suku Bani Hasyim.
  2. Jasa kegigihan Imam Ali dalam membela Nabi saw.
  3. Sampainya musuh-musuh Nabi Muhammad saw ke puncak tampuk kekuasaan.
Dan ketika musuh-musuh Nabi saw dan Imam Ali ke tampuk kekuasaan, mereka bersikap sangat semberono. Mereka melaknati Imam Ali dengan terang-terangan dan melaknati Nabi saw. secara terselubung (sebagaimana diungkap oleh istri Nabi Ummu Salamah dan sahabat Ibnu Abbas serta selain keduanya), maka dengan demikian kedok kejahatan mereka terbongkar.
Dan ketika terbongkar, mereka tetap menyisakan pelaknatan terselubung itu dengan tetap melaknati Imam Ali dan semua orang yang mencintai Ali! Seakan bukan Nabi saw yang dituju oleh oleh si pelaknat!
Pelaknatan itu disertai dengan penyebar-luasan syair-syair yang melecehkan Nabi Muhammad saw. Syair-syair itu mereka ajarkan kepada anak-anak mereka, sampai Yazid pun menghafalnya dan ia baca di hadapan umum serta al Walid bin Yazid juga mengulang-ulang membacanya ketika ia merobek-robek Mushaf Al Quran dengan menjadikannya bidikan anak panahnya…
Negara adalah negara, dan permasalah ini hampir terbongkar total sehingga mendorong setan untuk meringankan dampaknya dengan menyibukkan masyarakat dengan berita-berita ekspansi/futuhat dan semangat menjaga kesatuan negara Islam serta mengingatkan akan bahaya Syiah (masih kata kata propaganda penguasa) yang berusaha merobohkan agama!
Dan di antara faktor yang membantu tersebarnya virus ini -khususnya di kalangan kaum awam- adalah pelaknatan terhadap Imam Ali di setiap kesempatan khutbah dan menyebut beliau sebagai PENCURI DAN PEMBUNUH… dll. Dan orang yang mengetahui kenyataan sebenarnya sangatlah sedikit lagi tertindas. (Blog ini pernah menurunkan artikel tentang pengakuan Syekh Salafy Al Albani bahwa Muawiyah mencaci-maki Ali bin Abi Thalib, silahkan rujuk KESINI __red)
Dan di antara yang membantu tersebarnya virus kebencian itu di kalangan kaum khusus (ulama dan cendikiawan) adalah empat surat perintah ketetapan Muawiyah (seperti telah kami paparkan sebelumnya_pen) yang di dalamnya ditetapkannya pemutusan pemberian (bantuan negara dari Baitul Mal) bagi siapa saja yang mencintai pribadi Ali bin Abi Thalib serta tidak diterimanya kesaksian mereka… dll.
Jadi berbagai sebab tumbuhnya kebencian itu di abad pertama saja sangat banyak sekira yang diperlakukan keji seperti itu selain keluarga Nabi Muhammad pastilah berita tentang mereka padam dan terpendam. Tetapi Allah Maha Berkuasa atas segala perkara sebelum dan sesudahnya… Maka barangsiapa mengira bahwa ia mampu memadamkan cahaya yang Allah kehendaki untuk bersinar maka ia adalah orang bodoh yang sedang tertipu oleh angan-angannya.. Tidak ada jalan untuk memadamkan CAHAYA MUHAMMAD DAN KELUARGA MUHAMMAD… Solusinya adalah BERIMAN ATAU KAFIR.. Di sini Anda punya ikhtiyar dan Anda bebas memilih.
Maka tidak tersisa pilihan kecuali menyerah bahwa memadamkan CAHAYA MUHAMMAD SAW DAN KELUARGA MUHAMMAD ADALAH MUSTAHIL., karena Allah tidak akan mengizinkan itu terjadi (TITIK! ). Jadi tidak tersisa kecuali kita menelusuri efek dan pengaruh virus kebencian yang sangat klasik itu dalam jiwa-jiwa kita kemudian kita sucikan jiwa kita darinya… karena itu janganlah kalian membenci mazhab syiah… Kalian berbeda dengan mereka itu silahkan saja. Selamatkan mereka dari kesalahan mereka sebagaimana kalian menyelamatkan yang lainnya. Adapaun kegilaan sikap dalam membenci Syiah itu kalian sendiri sudah tau dari mana virus ini menyebar dan bermula.
Jangan kalian membenci Syiah, Sunni, Yahudi dan Nashrani serta orang ateis, tidak terkecuali kaum fanatik dari mereka apabila sikap fanatik mereka itu muncul dari pemikiran (sekedar pemikiran tidak boleh dibenci karena mereka tidak melakukan kejahatan fisik _red). Bencilah yang bertindak jahat dari kalangan mereka! Itu saja.
Bersikap jahat di sini bukan terhadap informasi yang menurut Anda benar. Tidak!
Tetapi berbuat jahat dimaksud di sini adalah secara materi/fisik seperti memerangi, mengusir dari kampung halaman. Jangan kalian perlebar arti “berlaku jahat” di sini.
Agama Allah adalah milik Allah, bukan milikmu atau mazhabmu, bukan milik negaramu atau partaimu... Agama sepenuhnya milik Allah. Tidak boleh kamu mengotorinya dengan hawa nafsumu dan kamu mengklaim bahwa agama akan selalu bersama kedengkianmu dan virus yang menghinggap dalam jiwamu.
Dan saya katakan kepada SETAN YANG YERKUTUK: Sampai kapan kamu akan menipu dan mengirim kaum dungu itu dan kamu yakinkan mereka agar membenci Syiah karena Allah?
Kami tau persis bahwa kamu adalah musuh Muhammad saw dan keluarga Muhammad… Mereka itu sasaranmu bukan?!
Sampai kapan kamu menipu mereka dengan pembutaan yang zalim agar membenci komunitas yang banyak itu yang bernama Syiah?
Ajari mereka yang engkau tipu itu agar meningkatkan kualitas stitmen/pernyataan mereka… Benahi redaksi yang biasa mereka lontarkan dan jauhkan kekasihmu dari keluarga Muhammad!
saya katakan kepada setan: Kamu tau bahwa Syiah bukan sasaranmu. Sasaranmu adalah Nabi Muhammad saw. dan keluarga Nabi Muhammad. Kamu tipu mereka (para pembenci Syiah) agar kamu jauhkan mereka dari cahaya pertama. Kamu cerai beraikan mereka dari cahaya itu. Dan sebagian Syiah telah membantu kamu dalam hal ini.
Benar. Kami menhetahui bahwa sebagian Syiah membantumu sebagaimana juga sebagian kita (Sunni) membantumu karena kamu masuk kepada mereka dan juga kepada kami serta kepada seluruh umat manusia. Kamu mengambil yang terjelek dari masing-masing mereka semua dan akhirnya kita saling bertikai.
Cahaya Muhammad saw. dan keluarga Muhammad dalam menyucikan Allah akan menang… Cahaya Muhammad dan keluarga Muhammad dalam menjunjung tinggi keadilan, kejujuran dan etika akan tetap abadi. Ambillah para kekasihmu dari kedua golongan ini menuju neraka Jahannam.. Kamu tidak akan berhasil..!
Allah lah yang menjaga Kitab suci-Nya dengan Kitab suci-Nya sendiri..
Allah lah yang menjaga Muhammad saw. dan keluarga Muhammad dari gangguanmu, dari seraunmu dan dari bala tentaramu…
Allah lah yang akan mengganti Muhammad saw. dan keluarga Muhammad dari gangguan kepalsuanmu hai makhluk terkutuk.
Kaum Mukmin yang jujur dalam keimanan mereka baik dari Ahlu Sunnah mapun Syiah dan dari seluruh mazhab akan tetap setia bersama Muhammad saw. dan keluarga Muhammad betapapun setan berupaya menghiasi jalan sesat musuh-musuh mereka.
Banyak kebusukan tidak mengguncang kami.
Muhammad saw. dan keluarga Muhammad bukan ancaman bagi siapapun kecuali atas setan dan para kekasihnya... Muhammad saw. dan keluarga Muhammad milik jagat alam bukan hanya milik umat Islam.
Barangsiapa mau melihat silahkan… Dan yang mau buta silahkan!
Muhamad saw. dan keluarga Muhammad akan selalu bersama agama, akal sehat, kedamaian, pengetahuan, berfikir sehat, kasih sayang dan kecintaan dll. Muhammad saw. dan keluarga Muhammad tidak akan sudi bersama kebencian dan pelaku kajahatan yang bejat.. Demikianlah mereka. Dan demikianlah kami mengenal mereka.
Muhammad dan keluarga Muhammad bukan bahan untuk pertikaian mazhab tidak pula untuk kepentingan politik, dendam dan kedengkian atau pemanfaatan kotor. Mereka milik Allah, milik agama Allah dan jalan untuk makrifat mengenal Allah dan mengenal Sunnah/ketetapan Allah atas bamba-hamba-Nya dan setelahnya akan ada penyaringan.
Seorang Suni yang obyektif dapat dengan segenap ketenangan dan kemantapan jiwa untuk mencintai Keluarga Muhammad. Kitab Khashaish Ali karya an Nasai cukup baginya. Jangan kamu menipu dirimu sendiri bahwa kecintaan kepada Keluarga Muhammad adalah KESYIAHAN ATAU KERAFIDHIAN.
Seorang Sunni yang obyektif dapat dengan sepenuh kemantapan untuk berlepas diri dari kejahatan dan kezaliman bani Umayyah.. Kitab an Nashaih al Kafiyah karya Muhammad bin Aqil asy Syafi’i cukup baginya.. Beliau telah merangkum untukmu semua bukti akan hal itu.
Maksud saya: Bukanlah sekedar sebuah mukjizat ketika kamu mencintai Muhammad dan keluarga Muhammad… Bukan mukjizat pula kamu berlepas diri dari musuh-musuh mereka.. Benar bahwa area perbedaan dengan pelaku Saqifah adalah terma yang layak dibaca. Tetapi masalah yang pertama (mencintai Muhammad dan keluarga Muhammad dan membenci musuh-musuh mereka) adalah tidak ada uzur bagi siapapun untuk tidak bersikap.
Kecintaan kepada Keluarga Muhammad tidak berarti Anda bersikap loyal kepada Iran. Hati-hatilah dari perangkap setan terhadap akalmu untuk mengait-ngaitkan antara keduanya. Ini jangan diartikan bahwa saya mengajak kalian bersikap zalim terhadap Iran… Iran ada positif dan kekuranganya seperti halnya negera-negara lain.
Melalui pengenalan saya terhadap Ahlulbait Nabi saw. saya mantap dan yakin bahwa Ahlulbait di atas negara, partai dan mazhab-mazhab. Tetapi setan bersemangat untuk menggabungkan mereka dengan negara atau mazhab.
Ini tidak berarti saya menyamakan orang yang mencintai Ahlulbait, mengenal kedudukan mulia mereka dan ajaran mereka dengan orang yang membenci Ahlulbait, yang mengucilkan mereka dan juga orang yang berlebihan dalam bersikap terhadap mereka dan dalam keyakinan yang khurafat tentang mereka.
Tetapi tentu berbeda antara orang yang perhatian kepada mereka dan memperhatikan model hidup mereka dan warisan intelektual dan spiritual mereka -walaupun mungkin ada kekurangannya- dengan orang yang perhatiannya tertuju kepada model hidup dan sejarah para pembunuh dan pelaknat Ahlulbait. Jelas antara keduanya sangat berbeda.
Intisari kata:
Cintailah seluruh umat manusia …baik Muslim maupun non Muslim.
Setiap orang yang bersikap damai kepada kalian, kalian punya hak untuk mencintainya dan berbuat baik terhadapnya.
Kecam dan celalah kezaliman dan setiap pelaku kezaliman, dusta dan pendusta serta keangkuhan dan pelaku keangkuhan.
Islam adalah agama penuh makna bukan sekedar redaksi kosong. Hubungan Allah dengan hati ini, apakah ia sehat atau sakit… Islam bukan agama nama-nama, person, wilayah atau ras.. Jangan jadikan agama Allah mengikuti ras-ras dan fanatisme kalian. Karena itu semua adalah produk manusia sedangkan Allah adalah Tuhan semesta alam.
Ingat: Allah adalah Tuhan semesta alam… Bukan hanya Tuhan kalian saja.
Sang Rasul saw. adalah Rahmat bagi semesta alam.
Seluruh alam. Jangan kalian jadikan Allah dan Rasul-Nya Sunni atau Syiah. Meninggilah menuju Allah.

https://abusalafy.wordpress.com/
19.20 | 0 komentar | Read More

Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan menjadi orang yang kaucintai

Mencintai dan Membenci Sekedarnya Saja



Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan menjadi orang yang kaucintai.
Kutipan di atas adalah ucapan Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah yang dirangkum dalam buku Nahjul Balaghah – kumpulan pidato, ucapan dan surat-surat beliau.
Dalam hidup kita selalu memiliki orang-orang yang dicintai. Kita mencintai pasangan kita, keluarga kita, dan teman-teman kita. Sedemikian tinggi kecintaan itu hingga jika suatu saat ketika mereka meninggalkan, terasa kesedihan yang mendalam.
Demikian pula halnya dengan kebencian. Biasanya kita juga memiliki orang-orang yang dibenci baik karena kelakuannya, hubungan yang tidak baik di masa lalu, maupun karena berbagai hal lainnya. Terkadang sedemikian besar kebencian tersebut sehingga seseorang merasa senang jika orang yang dibencinya mendapatkan musibah.

Kembali kepada ucapan Imam Ali di atas, beliau mengajarkan untuk bersikap di tengah-tengah ketika mencintai maupun membenci. Boleh jadi kita mencintai seseorang namun suatu saat berbalik arah menjadi benci. Atau sebaliknya membenci seseorang yang suatu saat kita cintai. Manusia boleh bercita-cita, tapi tetap masa depan adalah sesuatu yang gaib dari pengetahuannya.
Berbicara dalam konteks yang lebih luas, mencintai dan membenci ini akan berlaku pula untuk banyak hal lain dalam kehidupan. Kita mencintai harta yang susah payah dikumpulkan, kita mencintai kendaraan yang dibanggakan, kita juga mencintai anak-anak sebagai penerus keturunan. Bagaimana jika suatu saat apa-apa yang kita cintai diambil kembali oleh Sang Pemilik? Akankah kita berduka karenanya atau tetap tersenyum dan melepas dengan penuh kerelaan?
Manusia tidak pernah tahu apa yang terbaik bagi dirinya sebelum Allah membukakan rahasia tersebut bagi pribadi masing-masing orang. Seringkali kita merasa sesuatu itu baik padahal mungkin buruk. Dan sebaliknya kita merasa sesuatu itu buruk padahal sebenarnya baik buat diri kita. Baik dan buruk seringkali diukur oleh syahwat dan hawa nafsu kita. Apa yang kita anggap baik karena menyenangkan dan apa yang kita anggap buruk karena menyulitkan.
Baik dan buruk seringkali diukur oleh syahwat dan hawa nafsu kita. Apa yang kita anggap baik karena menyenangkan dan apa yang kita anggap buruk karena menyulitkan.
Disinilah agama mengajarkan untuk mengambil sikap yang ditengah-tengah. Kita mencintai sesuatu karena mungkin belum mengetahui keburukan di dalamnya. Dan kita membenci sesuatu karena mungkin belum mengetahui kebaikan di dalamnya.
Jika ditelusuri lebih jauh, apa yang dihadirkan pada diri seseorang, baik dan buruk, suka dan duka, cinta dan benci, sejatinya semua berasal dari sumber yang satu. Semuanya adalah tamu yang Allah hadirkan dalam kehidupan. Jika semua yang hadir adalah tamu-Nya, maka sewajarnya diperlakukan dengan layak dan hormat sebagaimana kita menyambut tamu dalam kehidupan sehari-hari. Buat orang-orang yang tercerahkan, sesuatu yang menyenangkan maupun sesuatu yang tidak menyenangkan pada dasarnya sama saja. Hal tersebut tidak akan membuat mereka terlalu bersukaria ataupun terlalu berduka atas kedatangan maupun kepergiannya.
Karenanya, jika menghadapi hari-hari yang tidak enak, situasi yang membuat jengkel, sikap orang yang tidak pada tempatnya, jangan buru-buru menyalahkan siapa-siapa. Sebab boleh jadi itu adalah “tamu” yang harus diterima dan dilayani. Demikian pula jika menjalani hari-hari yang nyaman, kemudahan demi kemudahan, jangan pula cepat terlena. Sebab boleh jadi itu juga “tamu” yang datang untuk menguji.
Semoga Allah mengajarkan kita untuk mencintai dan membenci sesuatu dengan tepat.
Sebagai penutup, mari perhatikan ayat Al-Qur’an surat Al Hadiid [57] ayat 22-23 berikut:
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu (nafs) sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

http://www.muhammadnoer.com/
19.17 | 0 komentar | Read More

Sejenak mari kita renungkan, kapan kita mulai belajar shalat..?? Sudah lama sekali kita belajar shalat, sejak balita, mungkin (Focusing Our Heart to Allah)

"Oh Allah, teach me to love others just like i love myself, teach me to judge myself just like i judge others. And if i have wronged anyone, give me the courage to apologize, and if anyone wronged me, give me the courage to forgive. Because You have taught me that forgiveness is the highest level of strength and revenge is the highest level of weakness. And i ask You not to forget me in Your forgiveness" 
-Come Towards Allah Come Towards Success-
Sejenak mari kita renungkan, kapan kita mulai belajar shalat..?? Sudah lama sekali kita belajar shalat, sejak balita, mungkin. Kapan kita mulai hafal doa iftitah “Allahu Akbar kabiro wa a-lhamdulillah katsiro wa subhannallah  bukrata wa asila. INNI WAJJAHTU WAJHIYA LI ALLADZI FATARA AS-SAMAAWAAT WA AL-ARD. Hanifa muslima wa ma ana min al-musyrikin. Inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabb al-alamin. La syarika lahu wa bi dzalika umirtu wa ana min al-muslimin”.

Ah, lagi-lagi ini bukan tulisan berat khas kaum akademisi yang penuh dengan teori dan data. Ini hanyalah sebuah tulisan kecil, tentang perjalanan hidup, tentang kegelisahan hati, tentang hakekat kehidupan. tentu saja dari perspektif seorang awam yang jauh dari alim. Seorang awam yang sangat butuh uluran tangan hamba-hamba Allah yang alim saleh agar dia bisa berjalan melewati kehidupan dunia ini dengan selamat.
Sungguh baru akhir-akhir ini aku sedikit terbuka untuk memahami makna dari Inni wajjahtu wajhiya li alladzi fatara as-samaawaat wa al-ard yang artinya kurang lebih aku menghadapkan wajahku kepada (Allah) yang menghamparkan langit dan bumi. Tentu hanya sebuah pemahaman yang dangkal. Dan menurut pemahamanku yang dangkal itu, arti dari kalimat Inni wajjahtu wajhiya li alladzi fatara as-samaawaat wa al-ard adalah memfokuskan diri hanya kepada Allah. Kalimat itu akrab kita rapalkan minimal 5x dalam sehari. Tapi apakah sampai ke hati..??
Untuk diriku tidak. Buktinya selama ini hatiku terus saja sibuk dengan segala urusan. Jangan ditanya apakah hati ini fokus kepada Allah..?? Sungguh terlalu banyak fokus : alias tidak fokus. Saking banyaknya fokus hati ini jadi  hilang kompas, disorientasi. Walhasil, kalimat iftitahku seolah hanya mantra, hanya ritual. Pasti ada yang salah dengan shalatku. Astagfirullah...
Hati ini, sungguh mudah sekali dikendalikan dan disetir oleh dunia. Dimanakah jejak ikrar Inni wajjahtu wajhiya li alladzi fatara as-samaawaat wa al-ard  yang selalu aku baca selepas takbirotul ikhram..?? Entahlah. Saat mendapat kesenangan, sering diri ini khilaf, lalai, lupa. Saat mendapatkan kesulitan hidup, saat harus berurusan dengan manusia-manusia ‘menyebalkan’ yang mengusik hidup. Saat satu atau dua orang hadir dan berulah : menyalahi, menyakiti, mengganggu, menghina, mencaci maki, meremehkan, seketika itu juga fokus hati ini bergeser. Kemudian Allah, entah aku beri tempat dimana. Hati tiba-tiba terasa remuk redam, marah, sakit, merana, kecewa, bimbang dan gelisah. Oh Allah,  mudah sekali fokus hati ini digeser oleh dunia.
Aku ingat dulu Kangjib pernah berkisah tentang Sahabat Ali bin Abi Thalib Karamallah Wajhahu. Waktu itu beliau bertarung di medan perang dan nyaris berhasil membunuh musuhnya saat tiba-tiba sang musuh meludahi wajah beliau yang mulia. Seketika itu, Sahabat Ali segera menyarungkan pedangnya dan melenggang pergi, melepaskan musuhnya begitu saja dan tak jadi membunuhnya. Merasa penasaran dengan tindakan Sahabat Ali, sang musuh bertanya “Kenapa kau tak jadi membunuhku padahal kau bisa dengan sangat mudah melakukannya..??” Sahabat Ali menjawab “Jika tadi aku membunuhmu, niscaya aku tidak membunuhmu karena Allah. Tadi aku marah karena engkau ludahi. Jika aku membunuhmu, pasti aku  membunuhmu karena kemarahanku, dan bukan karena Allah. Maka dari itu aku tak mau membunuhmu.” 
Sungguh betapa luar biasa upaya Rasulullah saw dan para sahabat dalam menjaga fokus hatinya semata-mata hanya kepada Allah. Dengan berfokus kepada Allah dan keteguhan hati yang sekuat baja, urusan-urusan dunia menjadi remeh di mata mereka. Segala dinamika dunia, entah senang atau susah hanya menjadi wasilah mereka untuk menunjang fokus hidupnya, yaitu meraih ridho Allah. Hati mereka menjadi selapang samudera bahkan lebih lapang lagi. Mereka begitu ringan menjalani kehidupan meski harus berkawan dengan derita dan rasa sakit.
Saat fokus seseorang hanyalah Allah, maka semua yang dia lihat adalah Allah, semua  yang dia rasakan adalah Allah, semua yang dia indera adalah Allah. Allah, Allah, dan Allah saja. Semua Allah. Akhirnya, setiap jengkal kehidupannya menjadi wasilah untuk menuju Allah, meraih ridho dan rahmat-Nya. Maka di hadapan matanya tidak ada yang buruk dalam kehidupan. Semuanya hikmah, semuanya rahmat. Sungguh indah hidup orang-orang yang hatinya fokus kepada Allah.
Sedang aku, berapa banyak manusia telah aku sakiti karena ucapan dan perbuatanku..?? Berapa banyak kesalahan sudah aku buat kepada orang lain..?? berapa banyak urusan-urusan duniawi sudah menggeser fokusku dari Allah..?? Sungguh memalukan. Jika ada manusia paling memalukan itu adalah aku. Jika ada manusia paling rusak itu adalah aku. Jika ada manusia paling kotor itu adalah aku. Jika ada manusia paling bersalah itu adalah aku. Semua keburukan itu, sungguh milikku.
Tapi memang dasar diriku...!!! Ada seorang gadis cemburu buta padaku, aku gregetan kepadanya, marah, jengkel, dongkol, risih dan merasa sangat terganggu. Saat aku disalahi orang aku menyalahkannya, memprotesnya, menghujatnya. Meskipun akhirnya memaafkan, nyeri di hati tak kunjung hilang. Silaturahmi tak kunjung tersambung kembali. Keangkuhan diri masih saja mendominasi. Saat aku merasa terdzolimi, aku mencari-cari dalil dari para motivator ternama, bahwa kesalahan  ibarat paku, paku yang sudah ditancapkan mungkin bisa dicabut kembali, tapi bekasnya tak akan pernah hilang. Begitu juga luka hati ini, semua tak akan pernah sama seperti sebelum ia terluka. Ahhh.. pandai sekali aku mencari pembenaran..!!! Nyaman sekali aku dengan rasa sakitku sehingga aku terus mencari-cari alasan, pemakluman dan dukungan untuk melegitimasi keadaanku. Betapa sempitnya hatiku ini. Jika hati ini tidak bisa aku lapangkan, apa guna al-Qur’an diturunkan..??? Apa guna Rasulullah Muhammad saw diutus..???
Memang benar bahwa rasa sakit itu manusiawi, patah hati itu manusiawi, terluka itu manusiawi. Semua itu merupakan reaksi spontan saat kita tersakiti karena dada kita toh memang tak pernah dibedah oleh Malaikat Jibril untuk dibersihkan dari segala kotoran. Tapi fokus kepada Allah dan petunjuk Rasulullah saw adalah obat yang tidak diragukan khasiatnya. Ia bisa mengobati hati paling sempit dan menjadikannya selapang samudera, bahkan alam semesta, bahkan lebih lapang lagi.
Saat hati kita fokus kepada Allah, kita akan rela melakukan apa saja yang bisa membuat Allah senang, bahagia, bangga dan ridho. Tujuan hidup ini, bukankah hanya untuk membahagiakan Allah dan Rasul-Nya saja dengan jalan apapun yang bisa kita tempuh..?? Berat..?? Pasti. Susah..?? Tentu. Tapikan ingin Allah dan Rasul-Nya bahagia..???  Iya. Terus..?? ihhh, pokoqnya ga mudah. Iya, tapi untuk Allah dan Rasul-Nya masa susah..??. Oh, jika memang begitu beratnya, berarti hati ini memang belum fokus kepada Allah saja dan masih diganduli urusan-urusan di luar itu.
Oh, ternyata bagi hati yang fokus hanya kepada Allah, kesalahan orang lain dan rasa sakit kita bisa menjadi wasilah untuk membuktikan kepada Allah bahwa Dia adalah satu-satunya orientasi dalam hidup kita, tidak ada yang lainnya. buktinya, saat kita disalahi oleh orang lain –misal- “Baiklah, aku maafkan meskipun berat, ini semua karena Allah, maka aku rela. Untuk Allah dan Rasul-Nya, aku maafkan semua salahmu, aku redam amarahku, aku bunuh kecewaku. Semua karena Allah dan Rasul-Nya. Aku tahu ini bisa membuat Allah dan Rasul-Nya senang, bahagia, bangga dan ridho maka aku lakukan, aku tempuh jalan ini meskipun beratnya bukan main karena pertama-tama aku harus bertarung melawan diri sendiri terlebih dahulu. Jika bukan karena Allah dan Rasul-Nya, niscaya aku tak sudi. Aku memaafkanmu tanpa syarat karena Allah”
Saat Allah menjadi fokus hidup kita, semua masalah yang muncul dalam kehidupan tak ubahnya makhluk-makhluk utusan Allah yang bersileweran, dikirim oleh Allah untuk menguji kita. Makhluk-makhluk itu bisa kita manfaatkan untuk meraih ridho dan rahmat Allah jika kita memahami. Semua, toh, akan berlalu. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa melewati setiap dinamika kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Yang sekiranya membuat Allah dan Rasulullah senang, bahagia, bangga, dan ridho kepada kita. Jika Allah menjadi fokus kita tidak akan ada yang terlalu berat, semua menjadi lebih ringan dan mudah. “Sakit hatiku biarkanlah, berat hati dan luka ini biarkanlah, semua biarkanlah, asal Allah dan Rasulullah saw senang, bahagia, bangga dan ridho kepadaku.”
Baru aku tahu bahwa kesabaran tak ada batasnya, karena lapangnya hati juga tak ada batasnya. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan untuk memfokuskan diri semata-mata hanya kepada Allah. Sungguh, dunia ini tak ubahnya sebuah medan dimana-mana ranjau. Kemanapun kaki ini melangkah ia bisa saja terluka dan celaka. Dunia menawarkan gemerlap kehidupan yang setiap saat berpotensi menggeser fokus hati kita dari Allah entah berupa kesenangan atau kesakitan, sama saja. Maka, mari kita lepaskan segala beban di hati, segala rasa sakit, segala kebencian. Mari kita maafkan setiap manusia, apapun kesalahannya tanpa syarat. Dengan itu kita berharap bahwa Allah juga akan mengampuni segala kesalahan kita, segala dosa, segala aib yang telah kita lakukan. Dengan itu kita mengharap kasih sayang Allah.
Wahai Allah, detik ini saksikanlah, bahwa kelak di hari kiamat tidak ada satupun manusia menjadi seteruku, karena aku membebaskan mereka semua dari fitnahku, dari kesalahan-kesalahan horizontal yang mereka perbuat kepadaku. Aku maafkan semuanya, aku ampuni semuanya. Semoga dengannya Engkaupun mengampuniku dan menghapus kesalahan-kesalahanku kepada manusia. Bagaimana aku memiliki daya untuk tidak mengapuni hamba-Mu, sedang aku selalu membutuhkan ampunan dari-Mu..??
Wahai Allah, penuhilah hati kami dengan rasa cinta sehingga tak ada ruang untuk rasa benci. Jadikan (urusan) dunia di tangan kami, bukan di hati kami. Jika jarak surga dan neraka hanya ada di hati, sungguh kami takut karena Engkau maha mengetahui segala isi hati.
La haula wa la quwwata illa billah al-aliy al-adzim...
 
http://marlisherniafridah.blogspot.co.id/
19.16 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...