by: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/10/26/tiga-tahun-pasca-erupsi-merapi-sengsara-membawa-nikmat-600618.html
Tiga Tahun Pasca Erupsi Merapi, Sengsara Membawa Nikmat
Oleh : Sapardiyono.
sumber :koleksi pribadi, diambil di Masjid Petilasannya Mbah Maridjan
Hari
ini genap 3 tahun yang lalu, Merapi menyemburkan awan panas, material
padat dan abu yang terbang jauh kemana-mana. Peristiwa yang yang sangat
menggemparkan warga Yogya dan sekitarnya itu menjadi perhatian Indonesia
dan dunia mengingat Merapi adalah salah satu Gunung Berapi yang
teraktif di dunia. Warga setempat menyebutnya sebagai Wedus Gembel,
karena gulungan awan panas yang disemburkan itu bergelombang mirip
kulit rambut domba di kejauhan. Dari kejauhan awan panas itu memang
hanya mirip dengan gulungan kulit rambut domba, namun jika dilihat dari
dekat efeknya amatlah dahsyat. Awan panas yang bersuhu 600 sd 1.000 derajat Celcius dan
material padat lainnya itu meluncur dengan kecepatan 60 km/jam telah
meluluhlantakkan beberapa desa yan ada di kaki Gunung Merapi.
Koleksi Pribadi : Parkiran Wisata Volcano, ramai pengunjung.
Salah satu Dusun yang kemudian menjadi amat masyhur adalah Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Dusun ini hancur lebur ditimpa awan panas dan material padat lainnya. Salah satu sebab mengapa Dusun Kinahrejo
menjadi amat masyhur adalah adanya sosok Mbah Maridjan, juru kunci
Gunung Merapi yang sudah sepuh namun gagah berani ini ikut tewas kala
terjadi erupsi. Beliau menolak direlokasi saat itu dan menyerahkan
dirinya, pasrah sepenuhnya kepada Tuhan. Tempat tinggal beliau inilah
atau yang kemudian disebut sebagai petilasan inilah yang saat ini dijadikan obyek wisata volcano Gunung Merapi. Salah satu obyek wisata alam alternatif yang ada di Yogya yang sangat ramai dikujungi oleh para wisatawan dalam dan luar negeri.
koleksi pribadi : Kinahrejo tertinggi, 39 oang meninggal disini
Awalnya saya
berpikiran bahwa, wisata volcano ini hanya bisa ditempuh dengan
kendaraan-kendaaran jeep terbuka khas off roader, mengingat betapa
banyaknya kendaraan tersebut berlalu lalang menawarkan jasa angkutan
wisata ekstream. Tapi ternyata tidak, jalan menuju Dusun Kinahrejo sudah
beraspal halus sampai dengan tempat terminal terakhir atau parkiran
terakhir. Cuma memang jalan-jalan disekitar desa ini mudah rusak
mengingat betapa tingginya frekuensi truk yang lalu lalang membawa pasir
atau batu sebagai material bahan bangunan. Ini adalah rejeki pertama
yang bisa dinikmati oleh warga Kinahrejo yaitu menjual bahan material
bangunan yaitu pasir dan batu.
koleksi pribadi : sebagian wisatawan berjalan kaki
Saya
sungguh takjub dan kaget tak menduga bahwa Dusun Kinahrejo yang
bekas-bekas erupsinya masih jelas kelihatan disana sini sekarang begitu
ramai pengunjung wisatawan. Tempat parkiran mobil dan motor yang disediakan sangat padat dan penuh. Tentu ini rejeki yang tidak sedikit bagi warga kinahredjo
yan tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sebelum memasuki areal wisata
sekelompok penduduk setempat yang sudah terorganisir dengan rapi juga
sudah sigap melayani dan kita diminta membayar semacam retribusi wisata,
dan sekaligus ini adalah berkah keuntungan yang kedua.
koleksi pribadi: kronologi erupsi
Di
sepanjang areal parkir sekarang tumbuh berbagai kios yang menjual
berbagai pernak pernik tentang Gunung Merapi, seperti kaos, sandal, topi
dan aneka kerajinan khas yogya lainnya. Serta banyak juga kedai-kedai
makanan dan minuman bagi para wisatawan atau siapapun yang
membutuhkannya. Jadi kita jika berkujung kesana tidak perlu kuatir dan
tidak perlu membawa bekal yang berlebihan, bahkan bisa menikmati aneka
masakan ataupun sekedar membeli cindera mata.
koleksi pribadi :Jeep disewakan seharga 250 ribu
Selanjutnya?….nah disinilah masalahnya.
Untuk
menjangkau tempat semacam monumen di rumah tertinggi maupun di
petilasan rumahnya Mbah Maridjan kita ternyata masih harus jalan mendaki kurang lebih 500 m. Bagi
kita yang menyukai jalan-jalan mendaki sambil menikmati indahnya alam
pegunungan dan tentu saja sambil berolahraga, tentu tinggal melanjutkan
dan terus berjalan sekitar setengah jam. Tapi bagi kita yang kurang
menyukai jalan terjal apalagi dibawah terik matahari jangan
kuatir, masyarakat banyak sekali menyediakan jasa. Ada 3 jasa yang
ditawarkan untuk mencapai dengan mudah, pertama menyewa atau mengojek
dengan kendaraan trail KLX, menyewa Mobil Jeep Offroader, ataupun naik
ojek biasa, artinya motor bebek biasa dengan jarak tempuh yang bisa
mencapai rumah Mbah Maridjan.
koleksi pribadi: tukang ojeg perempuan menunggu penumpang
Ssstt… jangan takut naik ojek disini. Karena
semua tukang ojeknya adalah perempuan. Bayarnya cukup murah 20 ribu per
orang ataupun kita bisa sewa motor mereka 30 ribu untuk berboncengan menuju
lokasi. Tukang ojek perempuan tersebut ternyata juga sekaligus
memerankan fungsi sebagai guide yang bisa menjelaskan kepada kita hal
ihwal tentang tempat-tempat tersebut.
koleksi pribadi : motor trail yang disewakan
Jika
kita mempunyai jiwa petualang, kita bisa menyewa motor trail dengan
rute yang berbeda dan jalan yang tentu tidak beraspal. Jalur pendek
selama 30 menit dengan sewa 50 rb. Ke
Puncak Kinahrejo, Rumah Mbah Marijan dan Watu Tumpeng. Rute yang lebih
lama selama 2 jam seharga 150 rb. Dengan trek Kali Opak, Batu Alien,
Kali Adem dan Bungker Mini. Sedangkan trek terjauh selama 3 jam harga
sewa sebesar 250 rb. Dengan rute Kali Opak, Kali Adem, Material Panas,
Kali Gendol, makam Mbah Marijan dan bukit Glagah Sari. Dan cara yang
lain adalah menyewa Jeep dengan tarif 250 rb untuk mengunjungi bungker
meenelusuri Kali Opak.
-
koleksi pribadi: suasana di petilasan Mbah Maridjan
Di Petilasan Mbah Marijan kita bisa
melihat, benda-benda milik Mbah Marijan dan keluarganya yang hangus
terbakar awan panas, benda-benda itu sekarang dikumpulkan dan dijadikan
semacam museum. Kita bisa berfoto-foto secara bebas disana. Benda-benda
tersebut antara lain : 2 buah
motor yang hangus terbakar, Mobil APV milik jurnalis yang ikut tewas
kala mau menjemput Mbah Maridjan. Seperangkat alat gamelan, ada juga
aneka mebeleair, spekaer masjid yang rusak dll. Oya ada juga tulang
belulang sapi yang dibiarkan tetap dikandangnya. Sunguh luar biasa tempat ini sangat ramai.
koleksi pribadi:motor yang hangus terbakar
koleksi pribadi:mobil apv milik relawan dan jurnalis
Di
petilasan rumah Mbah Marijan ini kita juga dapat melihat aneka upaya
penghijauan di pinggir-pinggir Kali Opak. Ada beberapa nama tokoh beken
yang sudah berkunjung disini dan menanamkan pohon, karena disampingnya
selalu dituliskan siapa yang menanam pohon tersebut, yaitu antara lain
Sri Sultan HB X, M.Yusuf Kalla, Menpora dan Menhut.
koleksi pribadi:dinilah mbah Maridjan ditemukan meninggal dunia
koleksi pribadi: seperangkat gemelan yang ikut hangus
Ada
kejadian unik disini, kekuasaan Tuhan memang luar biasa jika memang
sudah Berkehendak maka jadilah apa yang Beliau Kehendaki. Beberapa
tanaman yang ditanam para tokoh tersebut menurutku tidak berkembang dan
tumbuh secara baik, bahkan sebagian malah mati. Tapi di seberang Kali
Opak yang berjajar ke arah lereng Gunung Merapi, dimana lahan-lahan itu
tempat mengalirnya awan panas saat ini malah sudah terlihat hijau,
pohon-pohon di kejauhan tampak meninggi yang kurang lebih ukurannya
setinggi 2 meteran. Mereka berjajar rapi dengan ketinggian yang hampir
seragam. Saya bertanya kepada penduduk setempat tentang jenis tumbukan
apa yang ditanam disana kok bisa tumbuh dengan sangat bagus. Jawabnya
sungguh diluar dugaan. Pohon-pohon itu tumbuh dengan sendirinya dan
tidak seorangpun yang menanamnya. Meraka tumbuh secara alami, pohon itu
pohon lokal yang bernama “SOGO”.Sayang saya tidak sempat menengok
langsung pohon SOGO itu seperti apa karena lokasinya sangat jauh.
koleksi pribadi: penghijauan oleh para tokoh
koleksi pribadi: pohon Sogo di kejauhan yang tumbuh secara alami
Fenomena
ini secara ilmiah sebetulnya juga dapat dijelaskan. Pohon SOGO adalah
sejenis tanaman pioner sepertinya halnya pohon Talok, ia adalah tanaman
yang yang mudah tumbuh di tempat-tempat yang sulit dan ekstream
sekalipun. Cepat berkembang karena biji-bijiannya sangat lembut sehingga
mudah terbawa angin dan memperoleh habitatnya. Atapun bisa saja
buah-buah pohon Sogo adalah
makanan burug-burung tertentu yang kemudian bijinya dibawa terbang dan
kebetulan kotorannya jatuh dan tumbuh di areal-areal tersebut. Namun
demikian butuh peenelitian lebih lanjut jika kita ingin memastikannya.
koleksi pribadi: bunga Edelweis yang dijual masyarakat
Setelah
puas menghirup udara segar pegunungan yang adem dan menikmati
pemandangan alam yang sangat indah sambil mengenang legenda yang
seolah-olah hidup terus yaitu Mbah Marijdan. Mbah Maridjan terasa hidup
terus karena suaranya yang menggelegar “ROSO” masih terus bisa
kita dengarkan lewat iklan produk minuman sampai sekarang. (Saya
berharap kontraknya juga masih dibayarkan untuk keluarganya…hehe.)
koleksi pribadi: aneka alat dapur, cobek dan munthu dari batu
perjalanan
pulang dilanjutkan. Saya berhenti sejanak di beberapa kios cindera
mata, mata saya luruh mengamati seonggok bunga yang sudah dirangkai amat
cantik. Bunga itu bunga edelwies, bunga yang terkenal abadi karena
tidak layu dan berubah warnanya yang selalu bersinar menampilkan
keabadian. Bunga ini diperjual belikan secara bebas. Saya sangat ingin
membeli, namun teringat bahwa bunga ini sesungguhnya sudah langka di
habiatat asalnya dan hampir punah maka keberadaannya mestinya dilindungi
dan tidak boleh dipetik apalagi diperjual belikan. Niat itu harus
diurungkan. Para petugas Taman Nasioanal Gunung Merapi perlu
mensosialisasikan lebeih jauh tentang ini. Monggo.
Kembali
ke topik semula, luluh lantaknya Kinahrejo ternyata sekarang berubah
membawa nikmat. Rejeki datang begitu banyak dan tak terduga-duga
seelumnya. Kini Kinahrejo telah berubah menjadi Obyek Wisata yang ramai
dikunjungi para wisatawan. Perputaran uang diperolehnya tentu juga amat
besar mulai retribusi wisata, uang parkir, lapangan kerja karena jual
makanan an aneka pernik oleh-oleh cindera mata, sewa motor 0jek maupun
mobil dll. Dll. Pokoknya banyak.
Pertannyaan
mendasar yang harus dipikirkan adalah kesinambungan dari obyek wisata
ini. Besok andaikan tumbuh-tumbuhan yang ditanam lewat proyek
penghijauan ataupun yang ditanam sendiri secara mandiri oleh rakyat,
ataupun yang tumbuh alami telah sempurna menutup tanah Kinahrejo, maka
wisata volcano Kinahrejo bisa saja kehilangan daya tariknya. Oleh
Karenanya perlu upaya-upaya untuk tetap menjaga pesonanya. Silahkan
direnungkan.