by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/20/lagi-ditemukan-buku-ajar-yang-menyesatkan-602251.html
Sebetulnya sudah cukup lama kami mengetahui
mengenai adanya beberapa kesalahan dalam penulisan buku ajar. Terutama
untuk Sekolah Dasar. Sebagai orang tua yang sering mendampingi anak
dalam belajar, kami dapat dengan mudah mengetahui beberapa kesalahan
yang ditemukan dalam penulisan buku ajar, baik dari segi tata bahasa
maupun isi.
Misalnya dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial
Terpadu yang disusun oleh Budi Hartawan untuk kelas 6 SD. Pada halaman
30, di Bab 2 tentang Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial dan Negara
Tetangga, buku yang diterbitkan oleh penerbit Yudistira pada tahun 2010
itu menulis bila kepala negara Thailand adalah Presiden (lihat gambar).
Padahal kepala negara dari sebuah negara (yang di halaman yang sama
ditulis) berbentuk kerajaan tentu saja adalah raja. Saya mencoba
memahami, mungkin yang dimaksud penulis adalah kepala pemerintahan.
Tetapi itupun tidak tepat karena kepala pemerintahan negara Thailand
adalah seorang Perdana Menteri.
Kesalahan fatal yang sama juga pernah kami temukan
dua tahun sebelumnya. Saat itu, setelah anak kami mendapatkan buku-buku
paket pelajaran untuk semester pertama, kami sekeluarga dengan antusias
membacanya. Pada saat itulah kami menemukan kekeliruan yang dituliskan
pada halaman 129 buku Horizon Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas 4 SD.
Di buku yang disusun oleh Drs Sudjatmoko Adisukarjo dan diterbitkan oleh
penerbit Yudistira itu ditulis bila Dr Ir Soekarno wafat pada tanggal
21 Mei 1970. Sementara Bung Hatta dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta
Selatan. (lihat foto).
Tentu saja, tulisan itu keliru besar. Bung Karno
wafat pada 21 Juni 1970. Sementara, Bung Hatta dimakamkan di Tanah Kusir
Jakarta Selatan. Saya tentu saja kaget dengan temuan itu. Bagaimana
mungkin terjadi kesalahan dalam penulisan mengenai kehidupan kedua tokoh
proklamasi yang juga adalah pendiri bangsa ini? Apakah penyusun buku
kurang cermat atau terlalu menyepelekan data sejarah? Entahlah. Yang
pasti pada buku yang sama (pada halaman 128) penyusun dan tim editornya
juga keliru dalam mencantumkan tanggal wafatnya Dr Douwes Dekker atau
Danudirja Setiabudi yang dinyatakan pada 28 Oktober 1950. Karena setahu
saya yang tepat adalah 28 Agustus 1950.
Namun, saya memilih untuk tak terlalu
menghiraukan kesalahan-kesalahan tersebut. Pertama, saya ingin
mengajarkan kepada anak saya konsep klarifikasi. Sebagus apapun sebuah
buku, belum tentu ia berisi kebenaran. Untuk itu, kita sebagai pembaca
harus kritis. Kedua, semua temuan kekeliruan itu akhirnya kami sampaikan
pada pertemuan komite sekolah anak saya. Saya dan istri juga mengajukan
usulan agar pihak sekolah lebih selektif dalam memilih buku paket
pelajaran yang akan diberikan kepada para murid dengan mengajukan
contoh-contoh kesalahan tadi. Pada saat itu, sekolah menyetujui dan kami
pun tidak ingin memperpanjang persoalan karena kesalahan penulisan yang
kami temukan terjadi pada mata pelajaran yang tidak diikutkan dalam
ujian nasional.
Namun, kemarin ini kami cukup jengah. Kesalahan
penulisan pada buku ajar yang menyesatkan ternyata tidak hanya terjadi
pada mata pelajaran non ujian nasional. Namun juga terjadi pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dan ini kami temui tanpa kesengajaan.
Malam itu, sambil bersantai di ruang keluarga,
istri saya menguji kepada putri bungsu kami mengenai pelajaran sekolah
tentang kelainan-kelainan yang ditemukan pada tulang belakang manusia.
Pelajaran ini merupakan pelajaran awal dalam semester pertama kelas 4 SD
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tanpa ragu putri kami yang
baru saja mengikuti ujian tengah semester memberikan jawaban: kelainan
tulang ada 3. Pertama, skoliosis, yaitu: kelainan tulang berbentuk S.
Kedua, lordosis: kelainan tulang hingga membuat bungkuk, dan Kifosis
kelainan yg menyebabkan dada membusung.
Seperti biasa, istri saya tidak segera mencari
tahu kebenaran jawaban putri kami melalui buku ajar. Ia meminta
kakaknya, putra sulung kami yang sudah duduk di kelas 1 Madrasah
Tsanawiyah Negeri untuk menilai apakah jawaban adiknya salah. Putra
kamipun menjelaskan bila jawaban adiknya salah. Dengan jembatan
keledainya, putra kami menyatakan bila lordosis itu bukan membungkuk,
tetapi membusung. “Ingat-ingat saja, lordosis itu kan berasal dari kata
lord yang berarti raja, raja itu kan selalu membusung. Jadi kelainan
tulang lordosis itu membusung bukan membungkuk. yang membungkuk itu
kifosis,” urainya.
Mendengar penjelasan kakaknya, putri kami
protes. Ia merasa bila jawabannya sudah betul. Lalu ia pun segera
mengambil buku ajar yang diberikan gurunya. Pada halaman 10 buku Senang
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas IV yang ditulis oleh S
Rositawaty dan Aris Muharam dan diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Depdiknas dan PT Karsa Mandiri Persada memang tertulis bila lordosis
adalah kelainan tulang belakang bengkok ke belakang. (lihat foto).
Lantas, apakah berarti penjelasan putra sulung tentang kelainan tulang yang sudah dihafalnya salah? Ternyata tidak!
Putra kami itu juga protes dengan tulisan dalam
buku itu. Karena ia merasa benar. Ia pun segera mengambil dan membuka
buku IPA, Asyik, Mudah dan Menyenangkan untuk kelas 4A, yang disusun
oleh Prof Yohanes Surya Phd dan diterbitkan oleh Penerbit Kandel dan
Grasindo pada tahun 2008. Pada halaman 24 buku itu, tertulis kelainan
akibat tulang punggung membengkok ke depan disebut lordosis. (lihat
foto).
Ironis. Kami menemukan fakta tentang dua data yang
berbeda dari sebuah materi pembahasan yang sama. Dan keduanya merupakan
buku paket yang diberikan oleh pihak sekolah kepada kedua anak-anak
kami. Walaupun putra kami sekolah di SD swasta, sementara putri kami
sekolah di SD negeri, namun kesalahan penulisan pada salah satu buku
tadi tetap saja menimbulkan penyesatan. Dan itu terjadi pada mata
pelajaran yang di-UN-kan.
Karena penasaran, saya mencari jawabannya di internet. Saya pun mencari jawabannya, di internet. Lalu menemukan sebuah artikel: http://www.yumeihocenter.com/some-article/mengenal-kiposis-dan-lordosis-sebagai-varian-kebengkokan-back-bone-macam-kebengkokan-tulang-belakang-212-terapi-pengobatan-yumeiho-kiposis-lordosis/ dan juga artikel: http://bugar.web.id/tulang_melengkung_ke_arah_depan_(_lordosis_).html.
Dari situ diketahui bila buku yang ditulis Prof Yohanes Surya lebih
tepat, sementara buku yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas
keliru besar.
Saya tak ingin mencari tahu bagaimana
kekeliruan itu bisa terjadi. Namun, kesalahan penulisan data pada buku
ajar yang dijadikan rujukan para pelajar, secara nasional, tidak
sepatutnya terjadi. Saya sangat percaya dengan konsep yang menyatakan
bila anak-anak adalah spon yang sangat kuat menyerap apapun. Tidak
peduli itu benar atau salah, baik atau buruk, berdosa ataupun
sebaliknya. Seharusnya Pemerintah memiliki mekanisme kontrol dan editing
yang baik sebelum menerbitkan buku ajar dan menyebarkannya ke
sekolah-sekolah. Namun, dari beberapa kesalahan mendasar pada buku ajar
yang saya, dan mungkin juga anda, temukan tadi, dengan mudah dapat
diketahui bila guru dan pihak sekolah tidak punya filter yang cukup baik
untuk bisa meralat kekeliruan yang terjadi pada buku panduan
pengajaran.
Dari peristiwa ini, saya paham bila tradisi
keilmuan di dunia pendidikan Indonesia masih teramat sangat rendah.
Alokasi dana pendidikan yang mencapai 20 persen dari APBN kita yang
jumlahnya hampir dua ribu trilyun setiap tahunnya ternyata tidak
berdampak apapun terhadap mutu pendidikan. Dan kita tahu semua apa yang
menjadi penyebabnya: mental korup dan malas.
20 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com