Ini merupakan kisah nyata dan tulisan pertama saya di blog ini. Jujur
saya menuliskan kisah nyata ini tak lain hanya untuk mengingatkan rekan
– rekan agar lebih waspada.
Liburan tahun 2012 ini saya mudik ke Jawa, dalam kunjungan ke Jogja setelah perjalanan dari kota Solo, Jawa Tengah. Saya berlima bersama temen2 acara reunian, maklum uda jarang bertemu karena kesibukan di instansi masing2. Kebetulan salah seorang di antara kami memiliki kemampuan lebih karena bakat alami dia miliki yg mungkin karena faktor keturunan, rekan saya sebut saja namanya Anton (nama samaran) sejak kecil sudah menunjukan bakatnya, saya inget waktu sd dia pernah nangis di kelas gara2 melihat sesosok makhluk menyeramkan yg hanya dia sendiri yg melihatnya, saya dan temen2 lain ga melihat apapun..kelak seiring perjalanan waktu, kemampuan dia ini diketahui oleh eyang putrinya yg notabene ningrat Solo dan justru (menurut pengakuan rekan) bakat ini dilatih oleh eyang putrinya agar menjadi lebih terarah dan baik.
Melintasi jalan raya utama kota kecil yg menjadi pembatas antara Jogja dan Solo. Suasana siang hari yg terik ditambah sepanjang perjalanan kita banyak bercanda membuat perut keroncongan..akirnya mobil saya belokkan ke toko kain di pinggir jalan raya dekat alun – alun (lapangan kota) dan saya melihat ada banyak kendaraan parkir rupanya di dekat toko kain ini ada rumah makan soto yg cukup banyak pembelinya. Saya segera cari tempat parkir dan mobil saya matikan mesinnya. Kami bergegas masuk ke rumah makan ini.
Di rumah makan “S” ini kami segera mencari meja dan memesan soto, tiba – tiba Anton menunjukan ekspresi yg tidak biasanya dia nampak jijik. Kami kira itu hal biasa, maklum Anton ini kan sejak kuliah – kerja uda di luar negeri jadi mungkin dia melihat tempat yg ramai dan pegawainya keteteran merapikan meja atau sisa2 makanan yg jatuh ke lantai. Kami segera memesan soto sapi berikut minuman, kecuali si Anton dia ga mau pesan makanan dan minuman, dari kejadian ini kami mulai curiga dan kita sempat menanyakan apakah dia sakit? atau ga selera makan? Anton ga menjawab, dia hanya senyum, perut kami yg uda keroncongan mengalahkan semuanya..pegawai rumah makan membawakan pesenan dan kami segera menghabiskan pesenan kami ditambah gorengan yg ada di meja. Sama seperti dulu ketika kami yg masih berseragam putih merah berebut makanan di kantin.
Saya tambah 1 mangkok soto sapi lagi, tiba – tiba Anton mengingatkan saya untuk doa dan dia meniupkan doa sepertinya bahasa jawa kuno yg saya kurang paham, aneh ketika saya makan pesenan tambahan ini rasanya berbeda seperti kurang meresap bumbunya, perut saya mual dan nafsu makan saya hilang. Anton tahu hal ini dan dia nyeletuk “gimana rasanya? enak?” saya jawab mungkin saya kekenyangan jdi ga nafsu makan lagi. Anton bilang “jangan diteruskan lagi” dan Edo (nama samaran) yg sedari tdi rupanya menyimak raut muka Anton bilang “ada apa sih ton?” akirnya Anton menceritakan kepada kami, kami sempat tercengang dan dia mengajak kami untuk membuktikan “coba nanti kita pesen di bungkus ya” Kami segera memanggil pegawai yg ada, ternyata pegawai yg ada bilang “maaf, sotonya habis” tapi tak berapa lama kemudian ada pembeli baru datang dan memesan soto sapi ternyata masih ada, menu segera tersaji di meja sebelah kami, temen saya yg lain sempat emosi. Tapi Anton buru2 mencegahnya sembari mengajak kita bergegas ke kasir.
Di kasir, Edo membayar pesenan kami semuanya dan tak lupa Edo memesan soto sapi untuk dibungkus kebetulan persis di dekat kasir ada kuali berisi soto sapi yg masih penuh. Namun lagi – lagi penjaga kasir bilang “maaf sotonya habis”. Lah? saya heran itu sotonya di kuali masih banyak..bahkan saya dan Edo sempat berdebat ke penjaga kasir dan dia hanya menunduk saja.
Saya segera masuk ke mobil dan tancap gas, saya dan rekan2 kecuali si Anton uda mual2 ga karuan karena membayangkan kejadian yg barusan kami alami dan di SPBU kami segera ke kamar mandi dan mengeluarkan makanan yg ada di perut kami.
Benar ternyata apa kata Anton, rumah makan “S” ini menggunakan bantuan makhluk halus agar banyak pembelinya, menurut Anton di dalam rumah makan ini banyak makhluk halus berwajah menjijikan, ada yg wanita berambut gimbal, anak – anak kecil hanya bercawat dan telinganya mencuat ke atas, makhluk dengan lidah panjang dan liur menetes2 dari mulutnya, ada pula sosok hantu seperti korban kecalakaan dengan darah menetes dari mulutnya dan makhluk2 lain yg maaf ga bisa sebutkan karena saya jijik untuk mengingatnya. Semua makhluk halus itu memiliki kegiatan yg sama yaitu meludahi hidangan yg tersaji di meja dengan ludah mereka. Bahkan anak – anak kecil memasukkan jarinya ke dalam kuah soto, NAMUN ada satu hal pantangan SYARAT PERJANJIAN PESUGIHAN ini yaitu pesenan makanan utama tersebut tidak boleh dibawa pulang karena mereka (makhluk halus piaraan pemilik rumah makan) hanya bisa bekerja pada menu makanan yg terhidang di meja dan langsung disantap saat itu juga.
Melalui tulisan ini saya mengajak pembaca yg budiman untuk lebih berhati2 dan selektif dalam memilih makanan, demi kebaikan bersama saya bagikan pengalaman kisah nyata ini, silahkan pembaca mencoba jika ingin membuktikan kisah tersebut, cobalah anda memesan makanan untuk dibawa pulang dan di manapun sebelum makan sebaiknya berdoa terlebih dahulu.
Salam,
Doni
Liburan tahun 2012 ini saya mudik ke Jawa, dalam kunjungan ke Jogja setelah perjalanan dari kota Solo, Jawa Tengah. Saya berlima bersama temen2 acara reunian, maklum uda jarang bertemu karena kesibukan di instansi masing2. Kebetulan salah seorang di antara kami memiliki kemampuan lebih karena bakat alami dia miliki yg mungkin karena faktor keturunan, rekan saya sebut saja namanya Anton (nama samaran) sejak kecil sudah menunjukan bakatnya, saya inget waktu sd dia pernah nangis di kelas gara2 melihat sesosok makhluk menyeramkan yg hanya dia sendiri yg melihatnya, saya dan temen2 lain ga melihat apapun..kelak seiring perjalanan waktu, kemampuan dia ini diketahui oleh eyang putrinya yg notabene ningrat Solo dan justru (menurut pengakuan rekan) bakat ini dilatih oleh eyang putrinya agar menjadi lebih terarah dan baik.
Melintasi jalan raya utama kota kecil yg menjadi pembatas antara Jogja dan Solo. Suasana siang hari yg terik ditambah sepanjang perjalanan kita banyak bercanda membuat perut keroncongan..akirnya mobil saya belokkan ke toko kain di pinggir jalan raya dekat alun – alun (lapangan kota) dan saya melihat ada banyak kendaraan parkir rupanya di dekat toko kain ini ada rumah makan soto yg cukup banyak pembelinya. Saya segera cari tempat parkir dan mobil saya matikan mesinnya. Kami bergegas masuk ke rumah makan ini.
Di rumah makan “S” ini kami segera mencari meja dan memesan soto, tiba – tiba Anton menunjukan ekspresi yg tidak biasanya dia nampak jijik. Kami kira itu hal biasa, maklum Anton ini kan sejak kuliah – kerja uda di luar negeri jadi mungkin dia melihat tempat yg ramai dan pegawainya keteteran merapikan meja atau sisa2 makanan yg jatuh ke lantai. Kami segera memesan soto sapi berikut minuman, kecuali si Anton dia ga mau pesan makanan dan minuman, dari kejadian ini kami mulai curiga dan kita sempat menanyakan apakah dia sakit? atau ga selera makan? Anton ga menjawab, dia hanya senyum, perut kami yg uda keroncongan mengalahkan semuanya..pegawai rumah makan membawakan pesenan dan kami segera menghabiskan pesenan kami ditambah gorengan yg ada di meja. Sama seperti dulu ketika kami yg masih berseragam putih merah berebut makanan di kantin.
Saya tambah 1 mangkok soto sapi lagi, tiba – tiba Anton mengingatkan saya untuk doa dan dia meniupkan doa sepertinya bahasa jawa kuno yg saya kurang paham, aneh ketika saya makan pesenan tambahan ini rasanya berbeda seperti kurang meresap bumbunya, perut saya mual dan nafsu makan saya hilang. Anton tahu hal ini dan dia nyeletuk “gimana rasanya? enak?” saya jawab mungkin saya kekenyangan jdi ga nafsu makan lagi. Anton bilang “jangan diteruskan lagi” dan Edo (nama samaran) yg sedari tdi rupanya menyimak raut muka Anton bilang “ada apa sih ton?” akirnya Anton menceritakan kepada kami, kami sempat tercengang dan dia mengajak kami untuk membuktikan “coba nanti kita pesen di bungkus ya” Kami segera memanggil pegawai yg ada, ternyata pegawai yg ada bilang “maaf, sotonya habis” tapi tak berapa lama kemudian ada pembeli baru datang dan memesan soto sapi ternyata masih ada, menu segera tersaji di meja sebelah kami, temen saya yg lain sempat emosi. Tapi Anton buru2 mencegahnya sembari mengajak kita bergegas ke kasir.
Di kasir, Edo membayar pesenan kami semuanya dan tak lupa Edo memesan soto sapi untuk dibungkus kebetulan persis di dekat kasir ada kuali berisi soto sapi yg masih penuh. Namun lagi – lagi penjaga kasir bilang “maaf sotonya habis”. Lah? saya heran itu sotonya di kuali masih banyak..bahkan saya dan Edo sempat berdebat ke penjaga kasir dan dia hanya menunduk saja.
Saya segera masuk ke mobil dan tancap gas, saya dan rekan2 kecuali si Anton uda mual2 ga karuan karena membayangkan kejadian yg barusan kami alami dan di SPBU kami segera ke kamar mandi dan mengeluarkan makanan yg ada di perut kami.
Benar ternyata apa kata Anton, rumah makan “S” ini menggunakan bantuan makhluk halus agar banyak pembelinya, menurut Anton di dalam rumah makan ini banyak makhluk halus berwajah menjijikan, ada yg wanita berambut gimbal, anak – anak kecil hanya bercawat dan telinganya mencuat ke atas, makhluk dengan lidah panjang dan liur menetes2 dari mulutnya, ada pula sosok hantu seperti korban kecalakaan dengan darah menetes dari mulutnya dan makhluk2 lain yg maaf ga bisa sebutkan karena saya jijik untuk mengingatnya. Semua makhluk halus itu memiliki kegiatan yg sama yaitu meludahi hidangan yg tersaji di meja dengan ludah mereka. Bahkan anak – anak kecil memasukkan jarinya ke dalam kuah soto, NAMUN ada satu hal pantangan SYARAT PERJANJIAN PESUGIHAN ini yaitu pesenan makanan utama tersebut tidak boleh dibawa pulang karena mereka (makhluk halus piaraan pemilik rumah makan) hanya bisa bekerja pada menu makanan yg terhidang di meja dan langsung disantap saat itu juga.
Melalui tulisan ini saya mengajak pembaca yg budiman untuk lebih berhati2 dan selektif dalam memilih makanan, demi kebaikan bersama saya bagikan pengalaman kisah nyata ini, silahkan pembaca mencoba jika ingin membuktikan kisah tersebut, cobalah anda memesan makanan untuk dibawa pulang dan di manapun sebelum makan sebaiknya berdoa terlebih dahulu.
Salam,
Doni
12.37 | 0
komentar | Read More