ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Misteri Antara Sinta-Jojo, Briptu Norman Artis Youtube yang Terpuruk

Written By Situs Baginda Ery (New) on Jumat, 05 April 2013 | 20.44


http://rack.0.mshcdn.com/media/ZgkyMDEyLzEyLzA0L2NmL3lvdXR1YmV0d29kLmJudC5qcGcKcAl0aHVtYgk5NTB4NTM0IwplCWpwZw/113ca50c/381/youtube-two-days-worth-of-video-uploaded-every-minute-e9d304406e.jpgBegini ini jadinya kalau Artis Karbitan. Mengorbit cuma kebetulan. Nasibnya, wualaaah, menyedihkan. Sinta Jojo lalu Briptu Norman itu, contoh dari Bintang yang melesat dari langit mencuri perhatian, terus hilang. Sekarang gimana nasibnya? Parah mereka itu….
Sinta Jojo, dulu itu boleh bikin gemas orang, membuat remaja seusianya jadi lebih asyik narsis di Youtube daripada mikir UAN dan Kuliah, dengan mimpi tingkahnya bisa diblow-up Infotaimen. Lalu terkenal mendadak, lalu Mendadak Artis. Disarat seret jeprat jepret sana sini oleh media hiburan, lalu ditawari nyanyi, main sinetron, bintang iklan.
Tapi, alih-alih bikin gemas seperti tingkah kedua gadis ini saat dengan lugunya ber-keong racun, kelakuan lipsing di youtube dengan menyanyi HAMIL DULUAN, menjadikan kedua gadis narsis dicerca orang tua, pemerhati moral, bahkan Kak Seto ikut menyuarakan keprihatinan.
Maunya Sinta Jojo ingin mengulang sukses kelakuan konyol mereka bernarsis di Youtube, tapi apa lancung keadaan berbalik dengan cercaan. Orang tua Indonesia masih sangat sensitif dengan urusan Hamil Duluan. Sama seperti maunya Briptu Norman yang tak sabaran bernarsis dengan nekat terbang ke Jakarta untuk shooting video klip single CINTA CINTA,  tapi institusi tempat kerjaannya nggak mau dibuat main-main dengan pergi ngelayab tanpa ijin.
Sampai sebegitunya Briptu itu dijemput paksa, diterbangkan balik ke Pesawat, wow, berbanding terbalik dengan gayanya saat pamer makan di rumah makan terkenal di Jakarta, pamer giginya pakai behel, kawat gigi dan kepalanya ditutup topi….
Mamas Mamas dari Gorontalo ini tak lagi bagai Sahruk Khan saat pulang ke daerah asalnya saat video Youtube-nya booming! Pulang tak lagi disambut antusias bagai Pahlawan Piala Thomas. Kasihan, entah gimana nasibnya Bintang Dadakan itu….
Jadi, tetap sukses didapat karena kerja keras, ketekunan, keuletan…. Bukan untung-untungan, mendadak-mendadakan, bukan???
sumber: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/08/10/sinta-jojo-briptu-norman-artis-youtube-yang-terpuruk-385343.html
20.44 | 0 komentar | Read More

Membahas Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi; Akar Tasawuf di Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDU9MhkJA9WmEEASWAmcs8BcuRyvQ5eSYf8jTXuykk9nZECpTvntLU3TsB7GNRAas6_d5NMyiFksXSCchkbec2KwjH151exx1E4eR4-WRh8Q5d8ieS-Q_ppbvNl9vKcBKVpW_dsmjTIXY/s1600/siluet-unta.jpg
Penulis : Dr. Alwi Shihab, Ph.D
Penerjemah : Dr. Muhammad Nursamad
Penerbit : Pustaka Iman
Waktu terbit : Juni 2009
Jumlah halaman : 343 halaman
RESENSI
Indonesia merupakan salah satu bangsa yang dikenal dunia sebagai bangsa yang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, hal ini dapat kita amati dari ajaran yang ada pada setiap agama, dan Islam pada khususnya. Dari masa penyebaran ajaran agama Islam, para pendakwah telah menanamkan nilai-nilai spiritual di setiap ajaran yang disampaikan kepada masyarakat. Spiritualitas Islam atau yang lebih dikenal di Indonesia disebut dengan tasawuf, tasawuf telah ada sejak penyebaran agama Islam di wilayah nusantara ini, berkembang pesat seiring diterimanya ajaran agama Islam ditengah-tengah masyarakat kala itu. Menurut catatan sejarah, ajaran Islam dapat berkembang karena disampaikan olah para pendakwah dari beragam negeri di Asia hingga Timur Tengah, diantara mereka ada yang berasal dari bangsa Arab, India, dan Persia. Menurut Abu Al-‘Ala Al-‘Afifi, kehidupan spiritual pada dasarnya bukan hal baru bagi Islam, melainkan sudah terlebih dahulu hidup dan berkembang di setiap negeri yang dimasuki Islam. Jika Islam pada hakikatnya adalah agama terbuka dan tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis, tasawuf Islam telah membuka wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang meliputi agama-agama lain. Yang patut disyukuri dan lebih menarik lagi, bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak dilalui dengan agenda perang, karena Islam datang dan diterima dengan damai dan tangan terbuka.
Buku yang berjudul “Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi; Akar Tasawuf di Indonesia” oleh Alwi Shihab merupakan hasil penelitian disertasi yang berjudul asli “Al-Tashawwuf Al-Islami wa Atsaruhu fi Al-Tashawwuf Al-Indunisi Al-Mu’ashir, yang akhirnya menjadi salah satu kontribusi penting bagi dunia tasawuf di Indonesia. Karya dari sarjana peraih gelar doktor dari dua universitas; Temple University dan University of Ain Shams Cairo, Mesir, setidaknya dapat melengkapi data-data sejarah perkembangan Islam di Indonesia, dan lebih khusus perkembangan ajaran-ajaran tasawuf.
Pada kesempatan ini, Alwi Shihab merupakan salah satu sarjana yang berasal dari Indonesia yang hendak mempersembahkan sebuah karya tentang sejarah tasawuf di nusantara dengan lebih detail dan informatif. Yang patut disyukuri adalah bahwa buku yang lahir dari sebuah disertasi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang ditulis dalam bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena melihat kondisi yang sangat perlu tidaklah ragu bahwa buku ini layak menjadi salah satu pegangan wajib bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah tasawuf sunni dan tasawuf falsafi di Indonesia. Meskipun buku ini disajikan tidak secara holistik, namun sangatlah bermanfaat untuk dapat menjadi jembatan pemikiran antara tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. Alwi berusaha untuk mengungkap fakta sejarah perkembangan tasawuf yang telah berkembang sejak awal kedatangan Islam di tanah nusantara, dari zaman datangnya para pendakwah yang juga pedagang dari Arab, Persia, dan India, hingga kemunculan Wali Songo di tanah Jawa pada khususnya.
Baik tasawuf sunni ataupun tasawuf falsafi, keduanya memiliki akar yang kuat bagi perkembangan ajaran tasawuf di Indonesia, baik secara nadzari (teoritis) dan amali (praktis). Dua aliran tasawuf ini berkembang pesat hingga saat ini, meski pada awalnya tasawuf sunni lah yang lebih dikenal dahulu oleh masyarakat pada saat itu. Tasawwuf sunni yang dibawa dan dikenalkan oleh para da’i memiliki karakter khusus, yaitu sebagai representasi dari ajaran tasawuf Abu Hamid Al-Ghazali. Banyak kalangan yang menganut ajaran tasawuf ini mempelajari teori dan praktik tasawuf berdasarkan pada kitab-kitab yang dikarang oleh Al-Ghazali, sedangkan yang terjadi pada tasawuf falsafi, figur Mansur Al-Hallaj, Ibn ‘Arabi, dan lain-lain, memegang teguh ajaran panteisme, meskipun pada kenyataannya banyak pula para pelaku jalan tasawuf falsafi yang menyimpang dari yang sebenarnya. Terlepas dari itu semua, pada kenyataannya, pada masa kini jalan spiritual atau tasawuf merupakan jalan alternatif yang sanggup menjadi benteng pertahanan tauhid, iman, serta ihsan bagi masyarakat Indonesia pada khususnya; tanpa menonjolkan doktrin yang dimuat dalam tasawuf sunni maupun tasawuf falsafi. Bagi mereka, selama dapat menjalani ibadah dan muamalah dengan tenang dan khusyu’ sudah cukup, dan memilih untuk mengikuti tasawuf sunni ataupun tasawuf falsafi sebagai jalan untuk ditempuh adalah perkara lain, karena berkaitan dengan keyakinan sepenuh hati.
Buku ini terdiri dari pendahuluan dan tiga bagian, terdiri atas bagian pertama yang membahas tentang Kehidupan Spiritual di Indonesia, bagian kedua membahas tentang dan mesih seputar “Kehidupan Spiritual di Indonesia; Sumber-Sumber dan Tokoh-Tokohnya.” Bagian ketiga merupakan penutup dan catatan akhir. Bagian pertama ini diawali dengan kehidupan spiritualitas di Indonesia sebelum kedatangan ajaran-ajaran Islam, kemudian rangkaian sejarah asal – usul kedatangan para pendakwah dari berbagai negeri yang menyiarkan Islam dan ajarannya. Hal ini menarik perhatian bahwa para pelopor dakwah Islam di Indonesia dapat diklasifikasi menjadi tiga bangsa atau negeri; India, Persia, dan Arab. Kemunculan para Wali Songo pun tak ketinggalan menjadi data penting dalam penulisan buku ini, karena Wali Songo bisa dikatakan sebagai trend-setter bagi perkembangan tasawuf di Indonesia, pulau Jawa pada khususnya. Pada kala itu, masyarakat di Indonesia lebih banyak mengenal sosok Wali Songo dari pada sosok ulama yang lain, hal ini diakibatkan karena metode dakwah yang disampaikan lebih sederhana dan dapat dengan mudah dimengerti oleh khalayak. Untuk itu, para Wali Songo dapat dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam dan tasawuf di Indonesia, sejarah mencatat bahwa seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang telah memiliki warisan karya tentang ajaran tasawuf yang manfaatnya sangat berpengaruh sampai sekarang. Sedangkan bagian kedua membahas tentang kehidupan spiritual di Indonesia; Sumber-sumber dan tokoh-tokohnya. Pada bagian ini dipaparkan sejarah mengenai tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi yang berkembang pesat di Indonesia, dengan disertai pula para tokoh dan karya-karya mereka yang hingga saat ini masih terasa pengaruhya. Di Indonesia Syaikh Nur Al-Din Ar-Raniri dan Syaikh ‘Abd As-Shamad Al-Palimbani dikenal sebagai pelopor bagi perkembangan tasawuf Sunni, karena metode dan ajaran-ajaran yang disampaikan sedikit banyak diserap dari hasil karya pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, salah satu karyanya “Ihya Ulum Ad-Din” merupakan salah satu pegangan wajib bagi pengajaran tasawuf Sunni pada masanya dan hingga saat ini. Raniri berupaya keras dalam menanamkan serta mengembangkan ajaran tasawuf Sunni, hal ini tidak lain demi menunjukkan sikap antipati terhadap keadaan sosial masyarakat ketika itu, yang sangat mengagungkan materi sebagai gaya hidup, tasawuf Sunni disamping sebagai sikap juga dapat dikatakan sebagai alternatif dan solusi untuk menghindarkan masyarakat dari kecintaan terhadap hal-hal duniawi. Sepeninggal Raniri, ‘Abd Shamad Al-Palimbani berdiri tegak untuk meneruskan semangat perjuangan gurunya meskipun banyak pertentangan dimana-mana, Raniri yang begitu keras memperjuangkan tasawuf Sunni dengan mengadakan kampanye anti-tasawuf falsafi mendapat kecaman yang luas, meskipun pada akhirnya tetap mendapatkan tempat di masyarakat, perjuangannya tidaklah sia-sia dan berhenti sampai disitu. Al-Palimbani muncul untuk mengusung visi dan misi yang sama dengan gurunya. Dengan berbekal ilmu dari berbagai negeri yang telah ia kunjungi, Al-Palimbani tetap mengajarkan para pengikut tasawuf Sunni dengan ajaran-ajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Semasa hidupnyaAl-Palimbani telah menulis sebanyak delapan karya, sebagian karya-karyanya merupakan tarjamah dari kitab-kitab Imam Al-Ghazali, dengan ditambahkan komentar-komentar. Tapi berbeda dengan gurunya, dalam hal pengaruh pemikiran yang ada padanya, Al-Palimbani terlihat jelas sangat terpengaruh oleh pemikiran Ibn ‘Arabi, hal ini nyata ketika dalam thesisnya tentang ruh, Al-Palimbani lebih mengutamakan konsep yang digagas oleh Ibn ‘Arabi, namun meskipun begitu Al-Palimbani tetap berusaha untuk membuat sinthesis terhadap pemikiran keduanya, hal ini sebagai bentuk upaya untuk menjembatani antara pemikiran Imam Al-Ghazali dan Ibn ‘Arabi. Al-Palimbani berusaha untuk membuktikan bahwa ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi tidaklah berseberangan bahkan bertentangan dengan akidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia, peran tasawuf Falsafi tidak dapat dipisahkan begitu saja, apalagi banyak kontribusi yang telah diberikan dalam pemikiran-pemikiran tasawuf di Indonesia. Pada bukunya, Alwi menyusun beberapa tokoh pelopor tasawuf Falsafi, diantaranya: Syaikh Hamzah Fansuri dan Syaikh Muhyi Al-Din Al-Jawi. Hamzah Fansuri dikenal sebagai seorang Sufi nusantara dengan pengaruh paham wujudiyyah Ibn ‘Arabi, yang telah dianggap sebagai ajaran tasawuf yang sesat oleh Nur Al-Din Ar-Raniri, oleh karena itu Hamzah Fansuri dijatuhi hukuman mati semasa Raniri menjabat sebagai mufti, karya-karyanya telah habis dibinasakan, hingga dipastikan tidak ada lagi yang dapat mempelajari apa yang disampaikan oleh Fansuri, nasib serupa juga dialami para pengikutnya. Para murid dan pengikut ajaran tasawuf Falsafi yang digagas oleh Fansuri mendapat tekanan dari Syaikh Raniri dan juga pengikutnya. Rasanya tidak lengkap jika membahas ajaran tasawuf tanpa membicarakan tarekat, tarekat yang tak ubahnya seperti tasawuf praktis. Bersama dengan ajaran tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi yang berkembang sangat pesat, tarekat-tarekat yang dipimpin oleh para mursyid pun secara alamiah ikut pula berkembang. Tarekat biasanya dipelopori oleh seorang mursyid yang telah lebih dulu menuntut ilmu kepada gurunya atau syaikhnya, dan ketika dianggap telah layak dan mumpuni, barulah seseorang mendapatkan ijazah untuk dapat mengajarkannya kepada orang lain. Di Indonesia sendiri terdapat dua klasifikasi tarekat, yakni tarekat mu’tabarah (valid) dan tarekat ghairu mu’tabarah (invalid).
Dalam bukunya, Alwi menyebutkan tarekat-tarekat dan ciri-cirinya yang berada di Indonesia. Di samping itu, Alwi juga mendata para Syaikh yang dianggap sebagai pelopor keberadaan tarekat di Indonesia, diantaranya: Syaikh Yusuf Al-Makassari, ‘Abd Al-Shamad Al-Palimbani, dan Habib Abdullah Al-Hadad. Dan tak lupa di akhir pembahasannya mengenai tarekat, Alwi juga mengungkapkan tentang aliran kebatinan Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan kejawen. Ronggowarsito disebut-sebut sebagai “bapak kebatinan,” semasa hidupnya Ronggowarsito banyak menghasilkan karya dan pemikiran yang menjadi warisan spiritualitas di Indonesia. Diantara karyanya seperti Suluk Jiwa, Serat Pamoring Kawula Gusti, Suluk Lukma Lelana, Paramayoga, dan Serat Hidayat Jati.
Perkembangan spiritualitas di Indonesia sangatlah dinamis dari beragam aliran dan sumbernya, salah satu faktor yang menjadikan aliran-aliran spiritualitas ini berkembang adalah kesadaran beribadah dan toleransi, meskipun didapati tidak sedikit pula yang menjadikan para pengikutnya fanatik atau anti terhadap aliran tertentu. Spiritualitas di Indonesia pada khususnya, tidak dapat dipisahkan dari tradisi-tradisi serta adat istiadat dimana spiritualitas itu berkembang, katakan saja tasawuf baik Sunni maupun Falsafi, meskipun tidak didapati kesamaan di awal masuknya Islam atau tasawuf itu sendiri. Para pendakwah harus bekerja dan berjuang keras guna diterimanya Islam dan seisinya. Pada penutup dari bagian buku ini, Alwi juga melampirkan sejarah pendatang Arab Hadhramawt di Indonesia, ia mengatakan bahwa menulis sejarah bukanlah suatu tugas mudah, data-data yang ada harus disesuaikan dengan fakta di lapangan. Ulasan yang terakhir ini ditulis dan disusun sebagai bentuk koreksi terhadap seorang peneliti Van den Berg, yang ia rasa memiliki mispersepsi terhadap sejarah budaya Arab Hadhramawt. Dalam hal ini, Alwi mencoba mengurai dari awal dan meluruskan kembali tentang konsep-konsep inti yang dibawa dan disampaikan para pendakwah dari Hadhramawt tersebut ketika berhijrah dan menyiarkan Islam di Indonesia. Berlanjut kepada pendatang Arab Hadhramawt, bagi Alwi pendatang Arab Hadhramawt yang berhijrah ke Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan syiar Islam, mereka memiliki keistimewaan pada bidang-bidang tertentu, contohnya: ekonomi, pendidikan, dan dakwah. Tidak sedikit dari mereka yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, yang berguna untuk memajukan perdagangan di Indonesia kala itu, membangun madrasah-madrasah Islam, sampai mendidik para ulama yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Menulis sejarah sama halnya dengan mengungkap kebenaran, tanpa adanya kontaminasi dari pengaruh apapun, terlebih diri sendiri. Sejarah haruslah bersifat objektif tanpa didasari oleh kepentingan tertentu, karena sejarah tinggal sejarah. Mungkinkah sejarah dapat berbicara tentang dirinya sendiri? Jawabnya mungkin saja, bilamana seorang penulis atau peneliti sejarah memiliki kemampuan kontemplasi yang dalam, dirinya bersih dari segala bentuk pengaruh dari kemurnian sejarah tersebut dan mendapat pertolongan dari Allah ‘azza wa jalla. Wallahu a’lam bi as-shawwab.
sumber: http://media.kompasiana.com/buku/2013/03/05/antara-tasawuf-sunni-dan-tasawuf-falsafi-akar-tasawuf-di-indonesia-539447.html
20.36 | 0 komentar | Read More

Misteri Antara Tasawuf dan Fisika (Apa mungkin mengaitkan Sufisme dan Fisika Modern? )

http://2.bp.blogspot.com/-JS3nD4jQbeU/TyuDvSSV79I/AAAAAAAAAL8/2cUTQmTlAZA/s1600/physics-image-i.jpg
Apa mungkin mengaitkan Sufisme dan Fisika Modern? Sufisme atau tasawuf biasanya dikaitkan dengan tazkiat al nafs (mensucikan diri), ishlah al qalb (pembersihan hati) dari akhlak-akhlak tercela, pendekatan diri kepada Tuhan serta kehidupan spiritual lainnya. Sementara Fisika merupakan ilmu modern untuk menerangkan interaksi antara energi dan materi mulai dari partikel-partikel elementer sampai mikroskopis seperti bintang dan galaksi. Fisika selalu berkaitan dengan materi tagiable (dapat dipegang) atau hal-hal yang dapat diterangkan secara rasional.
Titik kontras yang lain adalah pandangan awam bahwa belajar tasawuf atau menjadi sufi sering disalahartikan sebagai suatu kehidupan yang agak egoistik. Untuk mencapai tujuan, seorang sufi dipersepsikan musti meninggalkan material keduniaan, meninggalkan keramaian, hidup eksklusif mengasingkan diri dari pergaulan manusia, bahkan sampai ekstrimnya berhubungan dengan manusia hanya akan menganggu dirinya untuk bercengkerama dengan Tuhan. Sementara untuk belajar Fisika, yang pertama dihadapi adalah benda yang ditemui sehari-hari, dan kemudian dilihat sifat perilaku material, serta kemudian dilakukan percobaan atau pengamatan di laboratorium atau di lapangan sehingga ditemukan hukum-hukum fisika yang obyektif, dapat diulang dan konsisten. Hal-hal yang bersifat spiritual atau yang tidak rasional ahrus ditinggalkan di fisika. Belajar fisika dapat dilakukan oleh semua orang pada semua jenjang, namun untuk belajar sufi ahrus melewati maqam-maqam tertentu yang tidak mudah.
Sekilas tampak sekali susah mencari titik temu antara keduanya, perbedaan-perbedaan tersebut terjadi makin jelas antara Fisika klasik (Newtonian) dengan praktek-praktek yang tampak dari luar dari Sufisme. Namun dalam tatanan Fisika Modern dan filosofi sufisme ternyata terjadi banyak kemiripan. Sebagai contoh: bahasa yang digunakan Fisika Modern dan Sufisme merupakan bahasa metafora. Hal ini merujuk kepada suatu realitas yang lebih dalam, pada hal-hal yang tidak dapat diterangkan, paradoks dan yang tidak masuk akal. Penjelasan metafora untuk menyatakan misteri yang tersembunyi dari realitas metafisik dan energi-energi di luar pemahaman manusia.
Kesuksesan Fisika Newtonian ternyata hanya berlaku pada dunia makroskopis, dunia kasat mata dan pada benda yang bergerak dengan kecepatan jauh di bawah kecepatan cahaya. Di awal abad ke dua puluh, Fisika klassik terbukti gagal untuk menjelaskan fenomena mikroskopik pada skala atom. Muncullah dua cabang ilmu Fisika Modern yaitu Fisika Kuantum yang dibidani oleh Bohr, Heisenberg dan lain-lain, dan Teori Relatifitas yang diungkapkan Einstein.
Implikasi filosofis Fisika Kuantum lebih dahsyat, diantaranya tentang prinsip ketidakpastian Heisenberg dan participating observer (hasil eksperimen selalu bergantung pada pengamat dan suatu realitas tidak akan terjadi sebelum kita benar-benar mengamatinya).
Pendapat Ibnu arabi dalam Fushuh al-Hikam, “Kosmos berdiri diantara alam dan al Haqq, dan antara wujud dan non eksistensi. Ia bukan murni wujud dan bukan murni non-eksistensi. Maka dari itu kosmos sepenuhnya tipuan, dan kalian membayangkan bahwa ini al Haqq, namun sebetulnya bukan al Haqq. Dan kalian membayangkan bahwa ini makhluk, namun ini bukan makhluk.” Bahasa Rumi “Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak” atau ungkapan Ibnu Arabi tersebut sangat memiliki kemiripan dengan Mekanika Kuantum yang juga mengungkapkan tentang, “Hidup yang juga mati, mati yang juga hidup”. Jelas sekali bahasa metafora yang digunakan disini.
Rumi menulis dalam puisi yang lain, “Sang Sufi bermi’raj ke ‘Arsy dalam sekejap, sang zahid membutuhkan waktu sebulan untuk sehari perjalanan.” Puisi jelas menunjukkan adanya keserupaan dengan konsep relatifitas pada fisika modern.
Pencarian padanan antara sufisme dan fisika modern dapat terus dilakukan terutama dalam masalah yang berkaitan dengan semesta lain, dunia gaib, pengkerutan waktu, ketikpastian, “hidup tetapi mati”, kesadaran dapat mempengaruhi materi, “ada tetapi tidak ada”, siklus kehidupan dan asal usul semesta. Beberapa hal dapat dengan mudah dapat dicerna, namun lebih banyak lagi yang merupakan bahasa metafora karena susahnya menuliskan realitas yang sesungguhnya. Munkinkah kesulitan ini karena keterbatasan bahasa manusia atau keterbatasan kemampuan logis manusia? Atau semua ini merupakan harta tersembunyi sebagaimana yang diungkapkan oleh sebuah hadist qudsi: Allah telah berkata,”Aku adalah harta tersembunyi yang perlu disingkap, Aku ciptakan semesta sehingga Aku dapat diketahui.”
Sudah saatnya, para fisikawan mempelajari istilah yang sudah biasa di fisika namun menrujuk pada entitas yang berbeda dalam sufisme, yaitu energi. Di Fisika istilah energi menunjukkan suatu besaran yang sangat real, sementara di sufisme istilah ini lebih abstrak. Para ahli sufi sebenarnya meminjam istilah ini karena ada keserupaan, meskipun pada dasarnya berbeda. Sudah beratus-ratus tahun terbukti secara empiris bahwa ahli sufi mampu menggunakan suatu energi metafisik yang berasal dari Yang Maha Kuasa untuk berbagai keperluan seperti penyembuhan sakit fisik dan non fisik. Para ahli sufi sendiri sebenarnya tidak mengerti bagaimana proses penyembuhan ini terjadi kecuali dengan sepenuhnya melakukan kepasrahan kepada Allah. Di sini, fisikawan dapat melakukan penjelasan hal ini karena memang dimungkinkan dalam Teori Kuantum bahwa kesadaran dapat mempengaruhi materi. Mohon maaf jika banyak kekuarangan dalam tulisan singkat ini, itu semua karena kedangkalan ilmu saya. Saya berharap banyak koreksi dan masukan untuk menambah wawasan saya secara khusus dan para pembaca yang lain pada umumnya. Singkat kata akhirul kalam. Wassalam…….
sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2012/11/29/memadukan-tasawuf-dan-fisika-mungkinkah-511964.html
20.30 | 0 komentar | Read More

Misteri Permainan Jelangkung

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 03 April 2013 | 16.55

http://appipatongai.files.wordpress.com/2011/12/jelangkung1.jpg
Jelangkung, dipungkiri atau tidak, adalah salah satu permainan tradisional yang dahulu seringpula dimainkan anak-anak. Saya ingat-ingat meski samar, waktu kecil dulu pun sering ikut-ikutan diajak teman-teman yang lebih besar untuk memainkannya. Keluguan anak-anak tentu saja tidak mengerti atau tidak peduli apakah permainan itu berbahaya atau tidak. Yang jelas, sensasi ngeri tapi kagum yang tercipta dari permainan itu memang menimbulkan ketakutan yang mengasyikkan. Entah, apakah saat itu hanya dibohongi teman-teman yang lebih besar ataukah “horor” itu benar-benar terjadi. Bahkan mungkin sampai saya dewasa pun belum tentu berani menyimpulkan.
Seingat saya, yang pernah kami mainkan memang bukan berbentuk boneka dari tempurung kelapa. Tapi hanya menggunakan beberapa batang korek api/lidi yang diikat menyerupai orang-orangan saja. Tapi yang jelas “mantra”nya tak jauh beda dengan yang banyak dikenal,…” Jelangkung…jelangse, di sini ada pesta besar….dan seterusnya…” (Sudah tahu lanjutannya kan? Sorry, tak perlu diselesaikan). Dengan berakhirnya rangkaian kata-kata itu, biasanya kami yang duduk melingkar mencoba bertanya pada boneka korek api yang dipegang salah satu teman yang lebih besar. Macam-macam yang ditanyakan, khas anak-anak. Jika boneka itu mengangguk, berarti jawabnya iya, kalau menggeleng artinya tidak. Selesai sampai di situ, tak ada yang berani bertanya selain yang kemungkinan jawabannya iya atau tidak.
Ketika beberapa waktu lalu kisah jelangkung yang dijadikan karya film lumayan menarik penonton, saya sebenarnya cukup bertanya-tanya dan terpengaruh juga. Uhh,….ngeri juga. Untung saja dulu waktu kami bermain tak terjadi apa-apa. Tapi sempet juga ragu-ragu lagi, apakah yang seperti di film itu bisa terjadi?
Bisa jadi sebenarnya itu hanya permainan anak-anak tradisional, lalu dibesar-besarkan mitos horornya. Tapi, tentu saja saya tak ingin takabur dan berpendapat bahwa sebaiknya permainan itu cukup menjadi sejarah saja, tak perlu dimainkan apalagi diperkenalkan pada anak-anak kita. Kenapa? Ya, jelas permainan itu tidak baik dan tidak berguna menurut saya,…itu saja.
Anda pernah mencoba? Kalau saya tak mau lagi, ah.
Salam tradisional.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/03/jelangkung-permainan-ataukah-kengerian-475247.html
16.55 | 0 komentar | Read More

Kisah Nyata Seorang Dosen yang Terkena Azab Dari Allah

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/12/135675290241769715.jpg
Ini kisah nyata. Ada seorang dosen bergelar doktor dengan sederet gelar-gelar akademis lainnya. Beliau dosen killer, dedikasinya amat tinggi terhadap dunia pendidikan dan otaknya amat brilyan. Cuma satu kekurangannya — dan ini sangat fatal — suka menghina Islam. Jika sudah “kumat”, maka mulailah ia bikin panas kuping muslimin yang mendengarnya. Mulai soal azan yang “berisik”, pakaian jilbab yang menurutnya seperti lemper, nikmatnya daging babi hingga memfitnah bahwa umat Islam adalah pemecah-belah dan anti persatuan bangsa.
Keadaan seperti itu berlangsung berpuluh-puluh tahun tanpa seorang pun yang bisa membantah apalagi menindaknya. Pernah ada sekali waktu ada mahasiswa yang mengkritisinya sikapnya yang bikin panas hati umat Islam itu, tapi akibatnya fatal:  mahasiswa itu DO karena mata kuliahnya tak pernah diluluskan sang dosen.
Tahun dan musim berganti. Di saat-saat akhir menjelang masa pensiun, beliau tiba-tiba terkena penyakit herpes. Tahukah Anda apa penyakit herpes itu? Penyakit kotor dari virus yang menjangkiti kulit yang mengakibatkan penderitanya melepuh di sekujur tubuh. Tubuh dosen itu pun jadi terlihat mengerikan: Badannya mulai dari ubun-ubun kepala hingga ujung kaki melepuh sebelah. Dalam keadaan seperti itu beliau masih memaksakan diri untuk terus mengajar. Bahkan beliau masih berani dan sempat-sempatnya menakut-nakuti para mahasiswa, “Kalian pun sewaktu-waktu bisa juga kena penyakit seperti saya ini!” Nauzubillah min dzalik .
AZAB YANG MEMBAKAR
Dalam ajaran agama Islam, ada azab Allah yang eksekusinya nanti di hari akhirat, dan ada pula azab yang disegerakan azabnya hingga di dunia ini korbannya akan merasakannya pula. Salah satunya adalah para penghina, pemfitnah dan penindas umat Islam.
Allah SWT berfirman,
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar.
(Al Buruj [85]: 8-10)
Catatan Akhir:
Semoga Allah mengazab para penyiksa dan pembantai saudara-saudara kita umat Islam Rohingya dengan azab yang membakar.  Selamatkan pula Suriah dari bencana. Semoga Allah angkat keperkasaan Islam dan kaum muslimin sedunia . Amin
gambar oleh: bagindaery.blogspot.com
sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/08/08/penyiksa-umat-islam-itu-akhirnya-terkena-azab-yang-membakar-484251.html
16.48 | 0 komentar | Read More

Misteri Coklat yang Disukai Perempuan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkLxHcyikFEsTXK-riRGKnPn1yMVdHXbkUSRTO2D7o0qUrmPLgCoa8IUoK1yk8vbFZ6o04J7BfMD6r47K57oHzJHrcjyK53gIe8qPjG4U9zZclZ1HrcBOW8EvMxhgntAaIu1KZQkd__ZiE/s1600/coklat.jpg
“Perempuan memang suka cokelat, namun ia lebih suka kepastian.”
Pernah dengar quotes itu?
Hihihi pertama kali aku membacanya, aku berpikir, entah siapa yang iseng membuat quotes konyol itu. Apa hubungannya coba antara cokelat dengan kepastian?
Tapi tahukah kamu? Quotes ini benar-benar riil, nyata.
Pernah pada suatu masa, di waktu muda, di masa-masa ranumnya saya (:p) saya sering sekali dihujani dengan hadiah-hadiah berupa cokelat. Saya seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, suka sekali dengan cokelat. Saya tidak punya alasan obyektif jika ditanya “kenapa kamu suka cokelat?”. Saya akan menjawab “karena cokelat itu enak”. Hehehee…
Sama seperti saat teman saya yang suka mie ditanya “kenapa kamu suka mie?”jawabannya “karena mie itu kenyal. Halaaah..
Memang kadang tidak diperlukan alasan untuk mendefinisikan sesuatu yang kita suka.
Sudahlah, mari kembali ke cokelat dan kepastian.
Saya terbiasa memenuhi kebutuhan cokelat saya sendiri, tidak ada yang tahu pasti berapa banyak dalam setahun saya mengonsumsi cokelat. Tapi 2 tahun terakhir ini saya tidak segila dulu.
Suatu hari, ada seseorang yang datang dengan banyak sekali cokelat di tangannya. Untuk saya. Senang sekali bukan? Lalu teman-teman saya nyinyir, “kamu tau ga sih kenapa dia bawain kamu cokelat? Karena dia itu suka sama kamu. It’s the other way to say I-Love-You..”
Amaca? Ciyuuus?
Lalu dengan sukses doktrin teman saya itu merasuki otak saya. Mungkin-dia-memang-suka-sama-saya.Kemudian yang jadi masalah, ketika ada beberapa orang sekaligus yang memberi cokelat pada saya, mana dari mereka yang suka sama saya? Wkwkwkkwk…
Saat itulah saya kecolongan. Doktrin itu sungguh merasuk dengan sukses. Saya udah geer, eh ternyata si dia Cuma nganggap saya sahabat, dan dia tau saya suka cokelat. Makanya dia hobi menghujani saya cokelat. Hahaha.. patah hati deeeh… bertepuk sebelah tangan boooo… hayooo siapa pernah ngrasain ini juga? :p
Memang benar ya, perempuan berkesempatan menjadi bodoh saat jatuh cinta. :p
Padahal udah ngebangun benteng tinggi dan kuat, eh, runtuh gara-gara cokelat. Ga oye banget. Tapi jadi pembelajaran sih, saya jadi membenarkan quotes diatas, “Perempuan memang suka cokelat, namun ia lebih suka kepastian.”
Jadi, mau pilih cokelat apa pilih kepastian?
Kalo saya mau pilih kepastian yang suka ngasih cokelat.
LoL
sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/19/perempuan-memang-suka-cokelat-518033.html
16.39 | 0 komentar | Read More

Memecahkan Misteri Antara Cinta dan Tidak Adanya Rasa Bersalah

http://www.calgarypsychology.com/wp-content/uploads/2011/01/HopefulFaceSilhouette.jpgKepada sahabat-sahabatku di kompasiana yang tidak mengenal diriku, saya hanya sosok tulisan dalam karya yang berbicara tentang keakuan. Bagiku, semua perbuatanku akan kembali pada diriku…  Semenjak bergabung di kompasiana dengan alasan ingin menulis pokok-pokok pikiran dari berbagai topik yang menarik dalam kurung-waktu, interaksi dengan dunia maya, saya terilhami oleh suatu keberanian, walau sedikit takut tentang konsekwensi yang terlalu vokal yang terpicu oleh suatu keadaan sementara. Saya akan memperbaiki tulisan… agar pembaca akan mengkhayati natural flow dari sebab-akibat yang mengalirkan rasa.
Saya jarang berinteraksi dengan sesama kompasianer, mula-mula ingin berkomentar di artikel lainnya sampai saya tidak merasakan persahabatan yang sesungguhnya dengan secuil dukungan komentar. Atau lebih sering, menulis pendapat pribadi yang menjadi oposan dalam pikiran orang lain.
Cinta tidak mengenal ruang dan waktu, hadir kapan saja. Saya tidak punya nama baik… tapi saya berusaha untuk punya hati yang bersih. Mudah disanjung oleh seseorang yang berbeda dan terasa dalam sosok itu suatu getaran, tapi saya tidak mudah untuk berprasangka. Kalau terus-terusan berinteraksi denganku, hanya ada satu pertanyaan di hatiku, maunya kemana hubungan ini, serius atau bermain-main. Saya tidak suka permainan karena itu buang-buang waktu, lebih baik santai dan sabar menunggu jodoh sendiri agar bisa terlampiaskan segala energi kasih-sayang yang tersimpan erat dan rapi di hatiku. Lebih sering mirip orang bodoh yang berkoar-koar tentang cinta tapi selalu berada di tempat yang salah. Berapi-api dengan ekspresi tulisan dengan warna-warni emosi yang begitu bahagia dan indah, tiba-tiba kembali ke realita, mirip dibakar oleh api kecemburuan karena “idealisme” dalam hubungan akan dihadapkan dengan aktualita dalam sikap dan perilaku.
Hanya ada satu ketentuan dan pilihan, baik itu hubungan teman, pekerjaan dan persahabatan… dengan tujuan langgeng, harus memiliki itikad baik, jelas, tegas agar tidak ada salah kaprah. Kuasai pengendalian diri, berbicara dengan luges, tegas atau halus bergantung kebutuhan situasi.
Sejak dicemburui wanita bahkan teman-teman wanitaku sendiri, egoku sering muncul… weee siapa yang mau sama pasanganmu, emangnya saya tidak bisa menemukan yang untuk diriku. Itulah kenapa ada kesombongan pada diriku seperti sok jual mahal dan sok galak seperti puritan yang menjaga harkat yang sulit laku karena tidak ada yang mau beli… barang antik, bisa bernilai mahal tapi tergantung apresiasi penawar cinta.
Tapi saya sendiri penasaran tentang kesederhanaan cinta, apakah betul-betul ada pria yang cocok dan berjodoh dengan sikap seperti diriku… hampir orang keok dan KO menghadapi emosiku karena memiliki radar. Jika saya bisa meramalkan suatu peristiwa alam, sangat jelas bisa merasakan getaran lainnya yang berpotensi ancaman… dan harus bijaksana bersikap.
Resiko itu bukan ada pada diriku saja, resiko itu juga ada pada pertemanan pasanganku sendiri. Siapa yang bisa melarang berteman atau bersahabat, itu kembali lagi pada kesadaran masing-masing… carilah kejujuran yang terdalam dan akan menemukan seorang wanita malang… dan tidak punya rasa malu mempermalukan dirinya di depan umum jikalau hanya soal kebaikan dan kesombongan itu-ini.
Tetapi di hatiku ada kebijakan… saya menghargai dan menghormati wanita yang mengakui dimana titik dan letak kesalahan. Disini bermain lagi… ketidaktahuan dan ketidaksadaran, soal waktu yang belum restu untuk mengetaui sikon yang pas.
Hanya satu pintaku… dari kebijakan hati,
pantaskah seorang pria yang sudah mengetahui wanita lain menyukainya dan membiarkan orangnya berharap?  inilah pertanyaan terakhirku dan peer bagi kami untuk menjadi dewasa berpikir, berkata dan berbuat.
pantaskah seorang wanita untuk mesra tanpa sebab, kalau belum mengenal betul orang itu… kadang-kadang, hanya seorang pria bermain dengan kebaikan hati, rasa ibah karena kasihan…
Dalam ego pun, sangat nikmat kalau ada wanita atau pria yang menyukai kita… tapi bagiku, itu menjadi beban. Kita ke kanan dan ke kiri, tetap salah… lebih baik tegas berkeputusan.  Itu juga ujian dalam memimpin diri sendiri dalam hal apa pun. Mungkin jarang-jarang para saudara kompasianer menyaksikan seorang wanita yang bertempur dengan pria karena masalah tanya-jawab. Tidak seperti biasanya, wanita itu terlihat lemah dan lembut menanggapi pertanyaan.
Biarlah semua menjadi hikmah… saya sungguh lelah… tapi harus diteruskan. Seorang ksatriani yang mengemban tugas hanya pasrah.  Bisakah berhenti godaan-godaan hati yang melelahkan agar kita bisa hidup dengan masa depan yang penuh harapan. Mungkin semua jomblo dan jomblowati menginginkan bertemu dengan jodohnya… dan berharap dapat mengawali mahligai cinta dan bahtera rumah-tangga dengan kekohan iman dan keyakinan terhadap kebaikan, kesetiaan, kesejatian dan kesejahteraan…
Bagi wanita dan pria yang baik hati dan orang-orang dewasa, apakah pernah mengalami dan menyaksikan… rasa yang terburuk.  Saya suka mencoba berkali-kali untuk cinta… apakah lulus dan lolos karena sudah mengalami dan menyaksikan sendiri, banyak wanita yang kehilangan kasih-sayang yang tulus di hatinya karena melihat suaminya atau pasangannya bermesraan dengan wanita lain. Dalam rumah-tangga, tidak ada keinginan untuk melayani karena merasa tidak diberikan penghargaan sebagai istri.
Ada juga wanita lain yang mencari curhati pada teman pria lain, melampiaskan kerinduan dan segala kekurangan dari rasa karena tidak mendapatkan cinta yang utuh… yang bersih, aman, lestari dan indah dalam hubungan.
Hubungan seperti mekanistik… tidur bareng juga mungkin mirip mesin saja, seperti saling mengejek… bersama dalam hubungan neraka.
Ada dimanakah sorga dalam hubungan? Mencintai orang yang sudah jelas milik orang lain adalah kebebasan, tapi ada batasan… melewati batas itu… engkau punya niat untuk menghancurkan hubungan orang lain, karena jelas… sadar - sesadarnya… engkau menyimpan suatu keinginan yang belum bisa dinetralisir agar berwarna bening… ternyata Tuhan dan Cinta itu adalah satu adanya… hubungan cinta dengan sesama… bukan mencintai semua orang, tetapi mengasihi dan menghormati mereka yang memiliki tempat, biar mereka berada di ruang sendiri… memiliki kebebasan untuk mencari dan bertemu… kalau tertutupi bagaimana orang itu bisa menemukan cinta yang sepasang jiwa.
Wahai para wanita, renungilah kata-kataku… bukan semata-mata menghakimi… tetapi ini kenyataan yang kita alami. Apakah kita akan menjadi wanita pembakar dan penghangus kebaikan? Atau mulailah kita menyadari tugas dan tanggung-jawab kita sebagai wanita yang memiliki kodrat…
Saya mengasihi para wanita yang menjadi istri yang kehilangan kepolosannya mencintai karena tersakiti, memilih alternatif, yaitu mencari kepuasan dari harta dan materi untuk menutupi kelemahan hati… biar memiliki rasa percaya diri.
Tidak mau seperti itu… lebih baik saya berusaha untuk tetap lurus dengan akhlakku… karena jika saya mencapai titik itu… akan membebaskan semua karma dan memperindah dunia dengan kesadaran Ilahi yang mengenal pasangannya sendiri…. tidak ada keinginan over-lapping dan tidak ada keinginan untuk memiliki yang menjadi hak orang lain. Semuanya titipan, Tuhan yang memberikan titipan itu… jadi Tuhan turut memiliki dan menjaga yang paling berharga pada tiap insan… yaitu Cinta yang tiada dua. Jarang akan ada kisah cinta sejati… sampai mati masih saling mencintai,  karena itu adalah berkah.  Lebih banyak kisah cinta yang kandas, cerai, berpisah dan mencari idama lainnya…
Di lain sisi, saya ingin berbagi lebih… kalau dicurigai diriku punya pamrih… langsung saya keluarkan keakuan tentang amal dan bakti yang tanpa pamrih. Dan saya lelah… karena tidak ada keinginan untuk itu. Masak kita bicara sama orang yang tidak mengerti tentang mandala dan menjelaskan proses A - Z… Tidak! yang ku lakukan adalah… ayo. mari duduk, pandanglah mandala… ini bentuk candi borobudur, tulisan aksara dan warna adalah kreativitas seni dari bathin… jikalau ada efek rasa, semoga yang terjadi adalah pembersihan, penyucian dan penyembuhan, lambat atau cepat akan berefek rasa… semoga dapat membantu untuk mengurangi keluhan penyakiti fisik.
Membuat mandala lantern dari kesederhanaan material, berbagi dengan tetangga dan orang lain, berasal dari uang sendiri… bukan mengejar pengakuan mereka… tapi apakah mandala bioenergy lantern memiliki energi Yang Maha Pemurah untuk meringankan beban mereka, bangkit dan kuat kembali.Mengingat keberhasilan ada dua, ekonomi dan sosial. Berjuang layaknya manusia biasa yang melakukan step-by-step agar tidak tergiur oleh instant sukses dan salah memberikan informasi kepada orang lain. Lebih baik diuji dan diteliti berulang-ulang dan butuh waktu… Untuk sementara mandala bioenergy lantern, bisa menjadi produk karena berkategori barang seni… nilai dari efek lainnya adalah tambahan faktor…
Pikiranku punya kelurusan sebagaimana tergambar dalam bingkai rupa ini… mengapa dilatih untuk berhati dan berpikiran lurus… karena itulah sifat keyakinan… Sirohtul Mustaqim… pasrah dengan menerima suka-duka adalah bagian untuk menyucikan diri demi menaikan kesadaran rohani pada tingkatan Ilahi… Ia yang berada di ruang tanpa batas hanya menyalurkan cinta-kasih agar ada seseorang yang menjembatani energi tanpa batas itu dan berbagi…
1343352946307604861
Gambar bathin, Pura Giri Alas Purwa
Saya tidak ada keinginan untuk menjadi Pemimpin umat… atau memimpin manusia karena tugasku sebagai penjaga keseimbangan alam… adalah panggilan jiwa dan nuraniku. Semenjak memiliki kesadaran dan naluri, hanya ada keinginan untuk mengurangi dampak kerugian dari bencana alam yang berperiode siklik. Dengan segala keterbatasan, yang ada adalah kepasrahan kepada Sang Khalik… Tidak diminta tetapi bersedia untuk mengamankan dan melindungi nyawa. Tidak meminta penghargaan atau pengakuan karena tidak diperlukan dan tidak memerlukan itu… keseimbanganku adalah netralitas agar tidak akan terjadi beban yang berlebihan di beberapa titik gempa…
13433001692037869027
Pulau Jawa, menjaga titik rawan…
12970971192001154626
Peta dunia di bathin Niki, menjaga titik rawan garis tektonik
12970955201446128504
Peta Tektonik
16.35 | 0 komentar | Read More

Etika Pada Saat Syuting di Rumah Sakit

http://mercusuarku.files.wordpress.com/2008/12/silhouette_woman_body_229245_l.jpg?w=450Heboh syuting di sebuah rumah sakit seolah menuduh crew sinetron yg syuting di ruang ICCU telah menyebabkan pasien meninggal dunia.Walaupun berita itu sangat provokatif dan tidak berdasarkan fakta yang sebenarnya, bukan itu soalnya. Bagaimanakah sebenarnya prosedur membuat adegan di rumah sakit?
Tentu saja dimulai dari perizinan dari pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit memberi izin ruangan dan peralatan atau perlengkapan yang boleh dipakai dan tidak boleh dipakai. Biasanya ruang ICU atau ruang ICCU tidak boleh dipakai. Departemen penyutradaraan dan departemen artistik yang sudah berpengalaman pasti memahami ini. Ruang ICU adalah bukan ruangan yang spesifik. Bisa menggunakan ruang apa saja. Hanya terdiri dari sebuah brankar dan kain penutup. Peralatan utama berupa pacu jantung atau monitor jantung. Memang ada juga sutradara yang punya semacam penyakit “aneh.” Maunya di tempat yang real walau pun cuma ruang ICU.
Kalau harus memaksakan syuting di ruang aseli ICU atau ICCU pasti akan menganggu, baik syuting maupun pasien. Biasanya pihak rumah sakit memberikan ruangan yang bisa “disulap” menjadi interior (ruang dalam ) ICU. Biasanya ruangan itu jauh dari kamar pasien. Mengenai peralatan monitor jantung, pihak rumah sakit memberikan dengan waktu yang terbatas. Bahkan kemungkinan tidak bisa diberikan jika banyak pasien yang membutuhkan. Dengan waktu yang terbatas itu, biasanya sutradara yang berpengalaman bisa menyiasatinya dengan tidak mengurangi “nilai” adegan yang diinginkan.
Keberadaan crew sinetron di rumah sakit bisa jadi menggangu kenyamanan pasien dan keluarga pasien. Harap maklum, crew sinetron beragam latar belakangnya.Disinilah diperlukan kesigapan unit produksi untuk mengingatkan crew agar bisa membedakan antara rumah sakit dan pasar. Belum lagi jika harus “mengusir” pengunjung karena masuk ke dalam frame yang harus digantikan dengan pengunjung “bohongan”alias figuran. Cara “mengusirnya” ada juga yang seakan rumah sakit adalah milik orang tuanya.
Itulah pentingnya etika syuting, bukan hanya di rumah sakit tapi juga di tempat lain. Etika ini biasanya hilang karena tekanan kerja yang sangat tinggi, misalnya saat kejar tayang. Tapi bagi yang sudah biasa kerja di bawah tekanan tentu bisa mengingatkan yang belum terbiasa. Ya,walapun nasi sudah menjadi bubur.Setelah peristiwa itu, nampaknya kedapan akan sangat sulit mendapatkan izin syuting di rumah sakit.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/28/etika-syuting-di-rumah-sakit-514489.html
16.26 | 0 komentar | Read More

Misteri Antara Megawati dan SBY dalam Mengurus Partai (ARTIKEL 2013)

Written By Situs Baginda Ery (New) on Selasa, 02 April 2013 | 23.44

http://kageri.blogdetik.com/files/2010/11/sby-mega-dalam.jpgInilah perbandingan antara SBY dan Megawati dalam mengurus partai dan usulan menarik Megawati soal mengurus partai supaya tidak menganggu urusannegara dan pemerintahan. Hal tersebut dapat ditemukan di Kompas Cetak Selasa 19 Februari 2013 halaman 2.
Berita yang satu berjudul “Dipo: Presiden Urusi Partai Pada Akhir Pekan” yang berisi penjelasan sekretaris kabinet Dipo Alam bahwa tidak benar akhir-akhir ini presiden SBY waktunya habis untuk mengurus partai. Menurut Dipo presiden hanya mengurus partai di akhir pekan saja. Tetapi banyak yang tidak percaya hal itu mengingat intensitas yang sangat tinggi dari pak SBY kepada Partai Demokrat akhir-akhir ini. Publik bahkan dikesankan bahwa seolah-olah masalah Partai Demokrat adalah masalah negara. Padahal begitu menjadi Presiden maka kesetiaannya bukan lagi pada partai tetapi pada negara dan kepentingan yang lebih luas. Demikian pula sebenarnya masalah tersebut diseleisaikan secara internal saja dan tidak perlu dibesar-besarkan ke luar.
Berbeda dengan berita tersebut, berita satunya merupakan berita ringan yang ada di sebelahnya dengan mengambil judul “Sisi Lain Istana: Jam Kerja Presiden”. Isinya pengalaman presiden Megawati ketika menjabat sebagai presiden dan ditanya oleh seorang Ibu bagaimana membagi waktunya antara menjadi ibu rumahtangga danmenjadi presiden. Megawati menjawab bahwa keluarga terpaksa sedikit dikurbankan. Kalau dihitung-hitung waktu untuk keluarga hanya 10 persen. Megawati mengatakan bahwa mestinya jam kerja resmi presiden hanya sampai jam 16.00 WIB tetapi kenyataannya ia harus menerima berbagai tamu sampai larut malam. Di sini terlihat bahwa Megawati kehabisan waktu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan bukan sebagai pemimpin partai. Ia hanya sekali-kali mengurus partai tiap selasa.
Namun di berita itu ada ide brilian dari Megawati yaitu perlunya diundangkan Undang-undang Cuti Presiden. Megawati mengatakan bahwa bagaimanapun presiden adalah manusia biasa. Ia mebutuhkan cuti. Cuti tersebut bisa dipakai untuk mengurus partai ketika partai membutuhkan perhatian khusus atau bisa juga digunakan untuk berlibur atau beristirahat sejenak dari kepenatan mengurus negara dan rakyat. Menurut saya ide ini sangat baik. Dengan mengambil cuti pada saat mengurus partai yang dalam kondisi darurat maka urusan negara dan pemerintahan tidak terabaikan seperti kasus SBY saat ini. Saat presiden cuti urusan pemerintahan dan negara bisa diambil alih oleh wakil presiden atau para menteri koordinator.
Bagaimana para anggota DPR apakah tidak sebaiknya ide brilian ini ditindaklanjuti?

sumber: http://politik.kompasiana.com/2013/02/19/antara-megawati-dan-sby-dalam-mengurus-partai-535159.html
23.44 | 0 komentar | Read More

Misteri Menggadang Jokowi Jadi Presiden (MISTERI FENOMENAL 2013)

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/02/13620629022103021330.jpg
Hari ini, ketika masyarakat Indonesia tengah jengah dengan perilaku  para  pemimpin  yang cenderung eksklusif, hedonis, arogan dan korup, gubernur DKI Joko Widodo hadir dengan gaya kepemimpinan yang mempesona.
Tingkat keterpesonaan public (media massa) terhadap sosok mantan Walikota Solo itu  begitu tingginya sehingga apa pun yang dilakukan Jokowi,  betapapun debatable-nya, selalu dipuji oleh media sebagai sesuatu yang luar biasa sehingga jadilah dia media darling.
Di tengah-tengah krisis kepercayaan public terhadap para elit di satu sisi, hadirnya sosok Jokowi yang dipersepsi public tanpa cela di sisi lain, wajar bila kemudian muncul anggapan bahwa Jokowi layak dicalonkan jadi presiden pada pemilu 2014.
Apa sesungguhnya kelebihan Jokowi sehingga dia layak digadang-gadang  sebagai “satria piningit” yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik: damai, adil, makmur, dan sejahtera?
Sejauh ini, yang menonjol dari Jokowi baru sebatas sukses memanipulasi (persepsi) emosi public berkat pemberitaan terhadap aksi blusukannya sehingga dia dipandang sebagai pemimpin yang sederhana, merakyat, dan aspiratif.  Dikatakan sederhana, karena Jokowi sering tampil dengan pakaian sebagaimana yang dikenakan rakyat kebanyakan. Merakyat, karena tidak segan membaur dengan rakyat  saat melakukan kunjungan ke lapangan. Aspiratif, karena dianggap mau mendengarkan, menampung aspirasi (gagasan) logis masyarakat.
Pertanyaannya, tentu saja, cukupkah kesederhanaan, kemerakyatan, dan aspiratifnya seorang pemimpin   bisa dijadikan jaminan akan terjadinya perubahan yang lebih baik?
Jawabannya tentu saja YA, jika kepuasan masyarakat atas pemimpinnya didasarkan pada filosofi “makan tidak makan yang penting kumpul”. Orang yang filosofi hidupnya seperti itu  cenderung mudah terbeli hatinya. Dia akan mudah merasa bangga dan puas bila dikunjungi, disapa, disalami, dibelai (apalagi dipeluk) oleh pemimpinnya. Di mata mereka, pemimpin seperti itulah yang mereka anggap baik itu.
Sebaliknya, akan dijawab TIDAK atau BELUM TENTU oleh masyarakat  yang menganut filosofi “kumpul tidak kumpul yang penting makan”. Bagi kelompok ini pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengubah kondisi  social ekonomi masyarakat dengan kriteria terukur dan objektif seperti:
1. bertambahnya  jumlah lapangan kerja;
2. meningkatnya pendapataan perkapita penduduk;
3. berkurangnya angka buta huruf dan putus sekolah;
4. meluasnya jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat;
5. terpenuhinya barang kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau;
6. berkurangnya angka kriminalitas;
7. meningkatnya harga diri bangsa di mata dunia (dalam konteks daerah, kabupaten/kota dan provinsi, bisa diukur dari prestasi putra daerah di tingkat nasional atau internasional).
Belum terbukti
Dalam konteks Indonesia saat ini, tentunya,  pemimpin yang didamkan rakyat adalah pemimpin yang mampu memperbaiki  parameter-parameter kesejahteraan rakyat tersebut.  Pertanyaannya sudahkah ada bukti bahwa  si Joko  ‘media darling’ Widodo berhasil menyuguhkannya, baik ketika dia menjadi Walikota Solo maupun setelah dia memegang tampuk kekuasaan di DKI Jakarta?
Sebagai walikota Solo, Jokowi memang berhasil meraih pengakuan/penghargaan sebagai walikota terbaik dunia (?), tetapi ingat dia sempat dikritik Amien Rais (tokoh nasional  warga Solo yang pandangan dan pendapatanya layak kutip). Bila tingkat kesejahteraan masyarakat dijadikan tolok ukur kesuksesan  seorang pemimpin maka, menurut Amien Rais, Jokowi belum memberikan perubahan yang siginifikan bagi rakyat Solo.
Bagaimana dengan prestasi Jokowi di Jakarta setelah 4 bulan duduk di kursi puncak DKI?  Rasanya, sejauh ini Jokowi baru sukses mengambil hati public lewat berbagai gebrakan populis seperti:
  • Aksi turun lapangannya (blusukan);

  • Sidak-sidaknya ke kantor camat dan lurah;

  • Perintah penggunaan pakaian Betawi untuk seragam PNS;

  • Rencana-rencana besar yang utopis seperti deep tunnel, mono rail, dan sejenisnya;

  • Bagi-bagi  kartu pintar dan kartu sehat;

  • Bagi-bagi bantuan (a.n. pribadi) kepada para korban banjir;

  • Lelang jabatan camat dan lurah.
Buah gerbrakan dan kebijakan Jokowi itu masih menjadi tanda tanya besar:  apakah akan berhasil menyejahterakan rakyat DKI atau hanya akan menjadi pepesan kosong belaka. Tentu semua orang akan sepakat bahwa hanya waktu yang bisa menjawabnya, meski entah kapan.
Saat ini yang pasti Jokowi sudah terperangkap di dalam  sebuah dilemma. Di satu sisi begitu kuatnya keinginan yang bersangkutan untuk tidak kehilangan pesona/citra populis, tetapi di sisi lain Jokowi berhadapan dengan  realitas budaya politik dan kemapanan birokrasi, khususnya di Jakarta, yang belum kondusif. Akibatnya,  Jokowi  beberapa kali  terkesan  dan ‘terpaksa’  bersikap dan bertindak inkonsisten.
Tidak (belum?) konsisten
Contoh ketidakkonsistenan Jokowi adalah plin-plannya yang bersangkutan terkait tencana pembangunan 6 ruas jalan toll dalam kota.  Saat kampanye, secara tegas Jokowi menolak rencana pembangunan jalan toll tersebut. Belum genap 100 hari menjabat, dia berubah sikap  akan menyetujui pembangunan tersebut. Setelah perubahan sikapnya itu dipertanyakan public, dia kembali menegaskan akan mempertimbangkan ulang rencana pembangunan toll tersebut.
Contoh lain, soal penanganan banjir Jakarta januari lalu. Jokowi menghimbau (melarang?) agar partai politik tidak mendirikan posko bantuan korban banjir. Alasannya klasik, jangan menjadikan musibah sebagai ajang kampanye. Tetapi anehnya, yang bersangkutan justru membagikan ber-truk-truk bantuan kepada korban banjir mengatasnamakan dirinya sendiri.  Ketika ditanya dari mana asal bantuan tersebut, yang bersangkutan justru menjawab dengan nada tinggi bahwa tidak penting public tahu dari mana asalnya.
Bukankah dengan begitu Jokowi sudah bersikap double standard? Orang lain tidak boleh menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai media kampanye, tetapi dia  sendiri boleh dan sah-sah saja memberi bantuan atas nama pribadi. Bukankah sebagai gubernur dia tidak bisa melepaskan diri dari ‘stigma’ pemegang jabatan politik? Terlebih dia adalah kader partai poltik juga?
Terakhir, bukankah Jokowi selalu mendengungkan nyanyian surga pro wong cilik, peduli pada karya anak bangsa (ingat mobil ESEMKA), pembela ekonomi kerayatan? Jika demikian mengapa dalam hal mono rail dia lebih melirik fabrican China ketimbang fabrican local yang ada di Bekasi?  Ini semua menggambarkan bahwa Jokowi belum mampu  melepaskan jebakan  kepentingan politik  dari  “laci meja” jabatannya.
Blunder kepemimpinan
Aksi (wacana) lelang jabatan lurah dan camat, mundurnya salah seorang kepala dinas dalam pemprov DKI,  dan isu akan adanya boikot (mogok?) pegawai terhadap gubernur DKI adalah bukti telah terjadinya blunder kepemimpinan Jokowi.
Lelang jabatan lurah dan camat sejatinya hanyalah versi lain dari “pakta integritas” ala SBY yang digunakan Jokowi. Mengapa seorang kepala daerah setingkat gubernur merasa perlu mewacanakan sebuah rencana kebijakan dengan terminologi birokrasi yang ‘nyeleneh’ dan dipublikasikan luas lewat media massa?
Bukankah mekanisme promosi  dan tupoksi jabatan dalam pemerintahan itu sudah diatur dengan jelas dan tegas oleh peraturan dan perundangan yang berlaku?  Jika semua peraturan perundangan tentang kepegawaian dan jabatan itu diterapkan dengan baik dan benar oleh seorang kepala daerah maka roda pemerintahan di daerah tersebut pasti akan berjalan dengan baik.
Seorang kepala daerah adalah leader dan manager birokrasi. Sebagai leader dia haruslah menjadi pembina dan pengayom bawahannya. Sebagai pembina dia harus mampu memotivasi, bukan mengintimidasi, sehingga anak buahnya lebih bersemangat dan produktif. Sebagai pengayom dia harus mampu menciptakan keharmonisan dan ketenangan kerja para bawahannya, bukan dengan menciptkan ketakutan-ketakutan lewat ancaman pemecatan atau pelengseran.
Sebagai manager, fungsi kepala daerah adalah penerjemah dan eksekutor peraturan perundangan yang berlaku. Karena itu seorang kepala daerah yang baik adalah yang mampu menjalankan roda birokrasi (organisasi) dan program-program (pembangunan) yang sesuai dengan peraturan perundangan yang brelaku tadi. Bukan mengabaikannya, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak seuai (apalagi bertentangan) dengan aturan hukum tersebut.
Boleh jadi mundurnya Kepala Dinas Perumahan DKI, Novrizal,  dan berhembusnya isu ancaman boikot PNS DKI terhadap Jokowi adalah puncak gunung es dari lemahnya mampuan Jokowi memerankan dirinya sebagai leader dan manajer yang baik.
Jika di tingkat DKI saja Jokowi gagal menjadi leader dan manajer yang efektif dan efisien, bagaimana mungkin dia akan berhasil memimpin Indonesia?
Indonesia terlalu kompleks
Pesaing Jokowi dalam pilgub DKI, Alex Nurdin, pernah menyatakan bila terpilih jadi gubernur DKI maka dia hanya butuh waktu 3 tahun untuk membenahi  Jakarta.  Keyakinan Alex itu didasarkannya pada simpelnya system birokrasi Jakarta dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Di provinsi lain, kata Alex, kekuasaan gubernur sangat terbatas. Gubernur tak punya garis komando langsung terhadap walikota dan bupati. Inilah yang menyebabkan tidak mudahnya seorang gubernur di daerah menjadi motor pembangunan di wilayahnya.
Sedangkan gubernur DKI memiliki kekuasaan mutlak. Semua kepala dinas, walikota, camat, hingga lurah berada di bawah komando dan kendali langsung gubernur. Itu sebabnya, di mata Alex, adalah tidak masuk akal gubernur DKI Jakarta tidak mampu membuat masyarakat Jakarta menjadi lebih sejahtera.
Intinya adalah, system pemerintahan DKI Jakarta sangat memberi peluang dan menungkinkan gubernurnya bisa unjuk kemampuan memimpin dan menjalankan amanat rakyat dengan baik, efisien, dan efektif.  Implikasi pernyataan Alex Nurdin Itu mengandung makna:  keberhasilan seseorang (gubernur) memimpin DKI Jakarta belumlah jadi jaminan keberhasilan orang tersebut memimpin provinsi lain.
Bila keberhasilan pemimpin DKI belum bisa dijadikan jaminan sukses memimpin provinsi lain di NKRI, bagimana mungkin kita bisa yakin bahwa Jokowi, yang notabene belum terbukti sukses membenahi Jakarta, akan mampu memperbaiki Indonesia?
Sistem pemerintahan, politik dan hukum Indonesia hari ini jauh lebih rumit dibandingkan Jakarta. Di Jakarta gubernur bisa  sesuka hatinya memilih, mengangkat, dan memberhentikan aparaturnya. Sedangkan seorang presiden RI, tak kuasa memilih dan mengankat gubernur,  bupati, dan walikota. Untuk memilih dan mengangkat  jaksa agung, panglima TNI, bahkan Kaplori pun seorang presiden RI tak punya otoritas penuh, apalagi untuk menetapkan ketua MA, ketua MK, dan ketua KPK.
Penutup
Mengingat Jokowi masih harus membuktikan kemampuan dirinya memperbaiki persoalan kronis Jakarta, maka berikanlah kesempatan dia menyelesaikan kontrak 5 tahunnya di DKI Jakarta.
Bila memang Jokowi adalah satria piningit Indonesia “yang hilang”  percayalah dia akan berhasil mengubah Jakarta. Ketika itu terbukti, maka rakyat akan berada dibelakangnya, dan percayalah kursi RI-1 2019 telah menunggu.
sumber: http://birokrasi.kompasiana.com/2013/02/17/terlalu-dini-menggadang-jokowi-jadi-presiden-529494.html
23.41 | 0 komentar | Read More

Misteri Antara Abraham Lincoln dan Vampir Indonesia

http://www.indianentertainment.info/wp-content/uploads/2012/02/abrahamlincon-inner.jpg
Kemarin iseng-iseng saya menonton kembali salah satu film Hollywood yang tahun lalu pernah diputar di bioskop-bioskop Indonesia dan diangkat dari novel berjudul sama karangan Seth Grahame-Smith, Abraham Lincoln Vampire Hunter, mengisahkan tentang sisi lain presiden AS ke-16 tadi sebagai pemburu vampir berdasarkan jurnal pribadi rahasianya. Lepas dari benar atau tidaknya sisi lain Presiden Lincoln tersebut, penulis novel lumayan akurat dalam menghubung-hubungkan kejadian fiksi dengan sejarah negara AS. Perang Sipil AS yang berlangsung tahun 1861-1865 semasa Lincoln menjabat presiden diceritakan dengan akurat, termasuk pertempuran Bull Run dan Gettysburg.
Union yang didukung 23 negara bagian di utara dan beribukota di Washington DC sempat kelabakan menghadapi Konfederasi yang beribukota di Richmond Virginia dan didukung oleh 11 negara bagian pendukung perbudakan di wilayah selatan (South Carolina, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Alabama, Texas, Virginia, Arkansas, Tennessee dan North Carolina), sebelum akhirnya menang dalam pertempuran yang menentukan di Gettysburg. Union yang diperkuat 2,1 juta pasukan di bawah komando Jenderal Ulysses S. Grant nyaris kalah menghadapi Konfederasi yang ”hanya” diperkuat 1,064 juta pasukan di bawah komando Jenderal Robert E. Lee. Penulis novel dengan cerdas menghubungkan fakta ganjil tersebut dengan dukungan para vampir terhadap pasukan Konfederasi. Di penghujung cerita digambarkan bahwa akhirnya tentara ”vampir’ Konfederasi dikalahkan oleh Union di Palagan Gettysburg dengan amunisi yang seluruhnya terbuat dari perak.
Sejarah Indonesia pun dekat dengan para “vampir” yang mengancam cita-cita mulia para founding fathers kita. Secara harfiah, kakek pernah bercerita dalam perang gerilya tahun 1948-1949 beliau melihat penampakan ”vampir Jawa” dalam bentuk nenek-nenek bertaring panjang ketika mengawal pengungsi di daerah sekitar pegunungan Wonosobo, Jawa Tengah. Kakek dan beberapa anak buahnya mengaku sangat ketakutan melihat mahluk gaib tersebut. Untung saja vampir tadi hanya sekedar menampakkan dirinya dan tidak mengganggu para pengungsi, mungkin dia kasihan melihat penderitaan rakyat dan TNI di pengungsian yang lelah dikejar-kejar Belanda he he he. Daerah pegunungan Wonosobo memang dekat dengan cerita-cerita mistis yang mendirikan bulu roma, seperti arca Dieng yang bisa berjalan sendiri, misteri kerajaan jin di Telaga Menjer dan Gunung Sundoro-Sumbing.
Tanggal 19 Desember 1948, Panglima Koninlijke Nederlands Indische Leger (KNIL), Letjen Simon Spoor memerintahkan pasukan para baret merah dan pasukan komando baret hijau (Korps Speciale Troepen) yang bermarkas di Batujajar Bandung sebagai ujung tombak untuk mendobrak pertahanan Yogyakarta yang pada waktu itu merupakan ibukota RI sebagai hasil Perjanjian Renville yang sangat merugikan Indonesia. Dalam briefingnya di sebuah hangar Lapangan Terbang Andir (Husein Sastranegara) Bandung, Jenderal Spoor menginstruksikan para prajurit pilihannya untuk merebut Lapangan Terbang Maguwo yang hanya berjarak 7 km dari pusat Kota Yogyakarta, dan kemudian menangkap para pemimpin RI di Istana Kepresidenan Gedung Agung.
Agresi Militer II bersandi operasi Kraai (burung gagak) tersebut dilakukan Belanda secara mendadak tanpa pernyataan perang sebelumnya. Jembatan udara yang bertumpu pada 20 pesawat angkut C-47 Dakota di Lanud Kalibanteng (Ahmad Yani) Semarang dan 16 pesawat lainnya di Lanud Andir Bandung ini, sukses mengangkut 2 kompi pasukan para baret merah dan pasukan komando baret hijau yang langsung efektif menjebol pertahanan Lanud Maguwo yang dipertahankan dengan gigih oleh tidak lebih dari 1 kompi Pasukan Pertahanan Pangkalan (sekarang Paskhas TNI AU). Sore harinya Belanda telah memasuki halaman Istana Kepresidenan sekaligus menawan para pimpinan RI seperti Presiden Sukarno, Wapres Mohammad Hatta, KH Agus Salim dan Sutan Syahrir untu kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Yogyakarta sebagai centre of gravity RI jatuh, Indonesia terancam terhapus dari peta dunia karena serangan para ”vampir” yang anti semangat kemerdekaan.
Penyerahan diri Sukarno kepada Belanda tidak serta merta memadamkan cita-cita para perintis negara lainnya untuk mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat. Tanggal 22 Desember 1948 atau 3 hari setelah Agresi Militer II, Sjafrudin Prawiranegara, putra Banten yang ketika itu menjabat Menteri Kemakmuran dalam kabinet Sukarno membentuk kabinet Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Halaban, sebuah wilayah bekas onderneming (perkebunan) Belanda di Payakumbuh Sumatera Barat. Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil rapat di sebuah rumah kecil di tepi Ngarai Sianok, Bukittinggi tanggal 19 Desember 1948. Sjafrudin Prawiranegara, Gubernur Sumatera Teuku Mohammad Hasan dan Panglima Teritorium (Kodam) Sumatera Kolonel Hidayat berinisiatif untuk membentuk PDRI sebagai kelanjutan dari pemerintahan RI yang telah jatuh. Melalui corong radio yang dipancarkan secara darurat dari hutan ke hutan di Sumatera bagian tengah, pemerintahan tanpa ibukota ini (sejarah resmi mencatat PDRI beribukota di Bukittinggi) menyuarakan kepada dunia internasional bahwa RI masih ada.
Di Pulau Jawa, Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit parah memimpin perang gerilya sampai ke wilayah Jawa Timur. Beliau sebenarnya kecewa menyaksikan kenyataan Sukarno menyerahkan diri kepada Belanda, tidak seperti Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito, yang ikut bergerilya memimpin kaum partisan selama masa pendudukan NAZI Jerman di Yugoslavia. Padahal TNI telah menyiapkan contingency plan berupa tempat pengungsian yang berfungsi sebagai ibukota darurat RI di Wonosari, Gunung Kidul. Diplomasi militer di Pulau Jawa (termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949) dan belantara Sumatera inilah yang membuat agresi Belanda hanya mampu bertahan selama kurang lebih 6 bulan karena pada tanggal 30 Juni 1949 seluruh tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta dan Sukarno kembali dari pengasingannya tanggal 6 Juli 1949 sampai akhirnya terjadi penyerahan kedaulatan di Konferensi Meja Bundar tanggal 29 Desember 1949.
Sayangnya dalam kurun waktu 1965-1967 negara ini gagal menghadapi serangan vampir lainnya yang dampaknya dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia sampai hari ini………

sumber: http://sejarah.kompasiana.com/2013/03/04/abraham-lincoln-dan-vampir-indonesia-538985.html
23.37 | 0 komentar | Read More

Tak Melulu Perang tetapi juga Musik Klasik (Sisi Lain Palestina)

Jika kita mendengar kata Palestina, rasanya yang terbayang adalah sebuah daerah penuh konflik, peluru tak henti berdesing diiringi kepulan asap tebal menyelimuti udara, serta tetesan darah pejuang intifada, kaum lelaki dan perempuan yang bahu-membahu berjuang demi mempertahankan kemerdekaan mereka dari pendudukan Israel.  Puluhan tahun, Palestina selalu diidentikkan dengan perang.   Namun sebenarnya, di balik peperangan yang seolah tak berkesudahan, ada  sebagian pemuda dan pemudi asal Palestina yang memiliki talenta bermusik yang mumpuni, yang mungkin selama ini belum kita dengar kiprahnya.
Beberapa dari pemuda dan pemudi Palestina bertalenta musik itu, tergabung dalam Palestine National Orchestra (PNO).  Ya, ternyata Palestina yang identik dengan peperangan itu memiliki sebuah orkestra kelas dunia.   Orkestra ini bernaung di bawah Universitas Birzeit yang terletak dekat dengan kota Ramallah.  Saat ini PNO terdiri atas 48 musisi dari berbagai negara, diaspora bangsa Palestina yang menetap di berbagai belahan dunia.
Karena faktor situasi dalam negeri, PNO memang belum memiliki tempat yang tetap di negara Palestina.  Namun meski separuh dari musisinya tidak tinggal di Palestina, ada satu hal yang mengikat mereka, yaitu kecintaan yang mendalam terhadap bangsa dan tanah air mereka.  Sampai saat ini mereka tetap konsisten  berjuang untuk Palestina melalui lantunan musik.  Anggota orkestra ini juga bukan musisi sembarangan karena sebelumnya mereka sudah bergabung dengan kelompok orkestra terkenal seperti Royal Academy (Inggris), Paris Conservatoire, dan Los Angeles Orchestra.
Palestine National Orchestra telah menunjukkan kebolehannya di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, namun belum pernah tampil di hadapan publik Asia.  Indonesia sungguh beruntung, karena Jakarta terpilih sebagai lokasi konser yang pertama kalinya akan mereka gelar di daratan Asia.  Konser perdana ini akan diselenggarakan selama dua hari berturut-turut, tanggal 30-31 Maret 2013. Tentunya PNO berharap akan sambutan meriah dari publik Indonesia, sebuah negara yang sejak kemerdekaannya telah menjadi saudara bangsa Palestina dalam ikut memperjuangkan kebebasan mereka dari pendudukan Israel.
Konser perdana PNO di Asia ini akan diselenggarakan di  salah satu gedung konser terbaik di Indonesia yaitu di  Aula Simfonia Jakarta, 30-31 Maret 2013.    Konduktor asal Vienna Philharmonic Orchestra, Matthew Coorey akan memimpin orkestra ini.  Mengejawantahkan persaudaraan Indonesia dan Palestina dalam bermusik, PNO akan berkolaborasi dengan beberapa musisi Indonesia dari Twilite Orchestra pimpinan konduktor Addie MS.  Di antaranya adalah  Rama Widi, pemain harpa andal asal Indonesia.  Bersama, mereka akan membawakan karya  klasik dari Mozart dan Beethoven, karya dari komponis berdarah Palestina Kinan Azmeh dan Wissam Boustany,  serta lagu nasional Indonesia.
1364530026738143823
Dalam konser nanti publik akan disuguhi penampilan soprano handal yang jelita, Mariam Tamaki. Perempuan blasteran Palestina-Jepang ini akan menyanyikan komposisi sulit milik Rossini dan Mozart. Mariam juga akan menyanyikan salah satu lagu nasional Indonesia nanti.  Yang unik dari penampilan Mariam di Indonesia adalah bahwa ia akan mengenakan kebaya rancangan Anne Avantie.  Mariam sangat bangga bisa mengenakan kebaya rancangan salah satu desainer kebaya terbaik Indonesia ini.  Anda bisa mengintip keindahan kebaya Anne Avantie yang akan dikenakan Mariam dari foto di bawah ini.

136453174887382758
Mariam Tamaki - Soprano Palestina National Orchestra dengan Kebaya Anne Avantie
Saat ini para musisi PNO sedang giat berlatih untuk memastikan publik Indonesia mendapatkan penampilan terbaik mereka.  Mereka bersinergi bersama musisi Indonesia dibantu konduktor Addie MS dan managemen Twilite Orchestra.
1364535200487913226
Latihan menjelang Konser Palestine National Orchestra
1364535520156314408
Salah satu anggota PNO - Naseem Khalil Alatrrash
13645356141100371773
Salah satu violinis Palestine National Orchestra
Tujuan utama penyelenggaraan  konser ini menurut Rami T. Asrawi, Managing Director Agate Convex, penyelenggara konser ini, adalah  untuk memperdengarkan suara Palestina kepada dunia, terutama bangsa Indonesia.  Rami yang berdarah Palestina-Yordania ini juga ingin menunjukkan bahwa Palestina bukan hanya melulu tentang perang, melainkan juga sebuah bangsa yang cinta damai  dan berbudaya.   Menurut Rami, sebagian hasil perolehan konser ini akan digunakan untuk mendukung sekolah musik anak-anak di Palestina.
Konser yang didukungan oleh Kedutaan Besar Palestina ini sangat mengharapkan dukungan publik Indonesia untuk mengapresiasi talenta musisi Palestina dengan menonton konser ini. Harga tiket konser bervariasi antara 500 ribu hingga 2,5 juta rupiah, dan ada diskon 30% khusus untuk pelajar.  Pemesanan tiket dapat menghubungi  info@agateconvex.com, beli online di www.rajakarcis.com atau menghubungi  0818744055.  Informasi konser juga disebarkan lewat twitter @PNOrchestra.
Mumpung sedang ada long-weekend, tak ada salahnya bagi kita untuk mengajak keluarga menyaksikan gelaran musisi Palestina ini dalam menunjukkan bakatnya.  Selain mengapreasi musik klasik, kita juga turut mendukung perjuangan bangsa Palestina dalam membangun negerinya  melalui musik dan budaya.
Sumber gambar :
www.aulasimfoniajakarta.com
www.facebook.com/PalestineNationalOrchestrainJakarta

sumber artikel: http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/03/29/sisi-lain-palestina-tak-melulu-perang-546861.html

23.31 | 0 komentar | Read More

Misteri Kemajuan Negara Malaysia

http://static.relax.com.sg/site/servlet/linkableblob/relax/277834/topImage/Malaysia_wins_more_travel__Oscars_-topImage.jpg
Malaysia negara di semenanjung malaka ini bagaikan lebah menyengat orang yang tidak disukainya, Merdeka pada 31 Agustus 1957 dari kekuasaan Inggris , pelan tapi pasti berbenah untuk menjadi negara maju dan bermimpi menjadi  negara yang paling disegani di ASEAN.
Usaha itu telah ditunjukan dengan pameran keberanian mencoba mengganggu kedalaulatan Indonesia dan karya anak Bangsa. Mereka menyadari bahwa selama ini Indonesia adalah negara terbesar di Asia tenggara, di Era tahun 80 an semasa pemerintahan Suharto merupakan menara yang paling kuat Militernya, sehingga tidak ada negara yang berani mengusik kedaulatan Indonesia.
Malaysia di awal sebetulnya banyak belajar dari Indonesia, mereka merasa tertinggal di segala bidang, kemudian mendatangkan banyak guru dari Indonesia untuk mengajar generasi muda Malaysia dan hasilnya bisa dilihat sekarang , sang murid telah dapat melampui kemajuan Ilmu gurunya, mulai dari kemajuan dunia pendidikan, pertahanan, pertambangan perkebunan.
Dalam bidang perminyakan Petronas , diawal berdirinya belajar kepada Pertamina dalam pengelolaan Tambang minyak dan penjalannya, sampai petronas sekarang berani masuk ke Indonesia di sektor hilir perminyakan.
Di sektor otomotif Produksi Mobil PROTON sudah mulai ikut membuat kemacetan jalan Jakarta, dengan berbagai versi produk ternyata sebagian masyarakat senang memakainya, sedangkan mobil kijang yang pernah merajai jalanan di seluruh Indonesia sudah tidak diproduksi lagi, Proton telah menikmati pangsa pasar yang besar di Indonesia.
Dengan kemajuan yang dimilikinya Malaysia tergoda untuk mencari kelengahan Indonesia yang mempunyai kekayaan berlimpah di perbatasan, mulai sektor perikanan , tambang minyak dan gas, pulau terluar yang tidak terkelola di incar untuk dimiliki dengan cara mencoba-coba reaksi Indonesia.
Dengan suksesnya dapat merebut Pulau sipadan dan ligitan, mereka sudah mempnyai agenda yang lain, termasuk mengambil karya anak bangsa, dalam hal seni untuk memperkuat Identitas Bangsa dan pariwisata. Indonesia mempnyai corak macam seni yang aneka ragam sehingga membuat pesona pariwisata , hal inilah mereka tergoda untuk mengambilnya.
Usaha malaysia ini menyadarkan kita akan keteledoran kepedulian kita terhadap karya anak bangsa agar semua warga negara Indonesia mencintai karya seni anak bangsa. setelah peristiwa klaim kesenian, Reog ponorogo, angklung, Tari pendet, lagu Rasa sayange semua tersengat akan kesadaran kita, semua terbangun menyadari bahwa kita selama ini kurang menghargai kesenian kita.
Reog ponorogo, group yang ada sekarang berapa kali tampil dalam satu tahun, kita semua harus memberi kesempatan tampil dalam setiap acara pemerintahan ataupun festival kesenian agar mereka dapat menjaga tradisi seni tersebut. Pemerintah Daerah sudahkah berbuat dan tidak hanya demo dan mengecam malaysia.
Batik mulai bergairah dan semua orang membicarakan dan memakai pakaian batik setelah malaysia mengaku bahwa batik merupakan hasil karya Malaysia. Peristiwa ini sangat menguntungkan para pengusaha dan pengrajin batik karena lonjakan permintaan pakaian Batik, sehingga omset penjualan meningkat, secara ekonomi mengntungkan. kita seharusnya sadar dengan peristiwa ini bahwa Malaysia dikirim Tuhan untuk menyadarkan kita akan kekayaan yang dimiliki tidak diambil oleh orang lain, Demo besar2an pun diperbolehkan tetapi yang terpenting adalah berbuat sesuatu agar peristiwa ini tidak terjadi di sektor lain.
Penangkapan anggota DKP hanyalah salah satu agenda kecil malaysia untuk menguji keberanian AL Indonesia yang mempunyai keberanian tetapi tidak didukung peralatan yang modern, peralatan tempur dan kapal patroli yang masih kurang dalam memenuhi pengawalan perbatasan akibat anggaran pertahanan yang terbatas menjadi persoalan pada Bidang pertahanan.
Pemerintah harus mempunyai ketegasan dalam bertidak agar tidak dilecehkan oleh negara lain, semua warga negara mencintai karya anak bangsa, generasi muda agar giat menuntut ilmu agar generasi yang akan datang tidak kalah kualitasnya dengan Bangsa lain.
Kita semua harus berfikir positif akan peristiwa yang berhubungan dengan Malaysia, kita dituntut agar bersiap dalam segala perubahan yang terjadi dalam percaturan Ekonomi, politik, dan pertahanan agar kedaulatan Negara Indonesia tetap utuh berdiri sepanjang zaman.
Inilah hadiah Ulang Tahun Kmerdekaan Indonesia yang ke 65 dari Malaysia agar negara ini selalu belajar untuk memperbaiki seluruh kehidupan  agar menjadi bangsa yang kuat dan Berdaulat.
Salam kompasiana.
sumber: http://lomba.kompasiana.com/blog-kemerdekaan/2010/08/24/malaysia-menyengat-kesadaran-kita-236662.html
23.28 | 3 komentar | Read More

Misteri Terjerat Cinta Rekan Kerja

http://cdn.dewong.com/wp-content/uploads/2013/01/7-Tips-Menjalin-Cinta-dengan-Rekan-Kerja-300x199.jpg
Kalau mengalami terjerat cinta dengan rekan kerja, itu hal yang biasa. Karena cinta bisa tumbuh dimana saja, yang jadi masalah adalah motivasinya. Cinta yang tumbuh karena seringnya bertemu, seringnya bersama-sama, karena satu pekerjaan, sangatlah bisa terjadi, hanya saja tidak semua atas dasar cinta, bisa juga termotivasi hanya karena sering berjumpa.
Terjerat cinta dengan teman sepekerjaan ini,selain diperkantoran juga biasanya dilokasi Shooting, makanya juga ada istilah Cinta Lokasi, cinta lokasi ini kadang kala hanya sebatas diwaktu shooting saja, tapi banyak juga yang sampai kejenjang pernikahan, begitu juga diperkantoran, karena sering berjumpa maka tumbuhlah rasa cinta. Kalau ini terjadi pada laki-laki dan perempuan yang masih lajang ya biasa saja, tapi bila hal ini terjadi pada  laki-laki yang sudah beristeri, dengan wanita yang sudah bersuami, ini baru masalah. karena yang demikian ini biasanya hanya bersipat sesaat dan hanya sekedar pelampiasan.Berbahayanya lagi hubungan ini berakibat pada kehancuran rumah tangga juga karir di pekerjaan.
Kondisi hubungan seperti ini bisa dialami siapa saja, lantas bagaimana menghindarinya ? Kalau saya pribadi, rekan kerja itu terlebih dahulu dianggap seperti saudara, sehingga perasaan cintapun akan hilang dengan sendirinya, sekalipun godaan seperti itu pastilah ada.
Sebetulnya jeretan cinta dengan rekan kerja itu, kalau kita mau berpikir jauh kedepan, akan sangat kecil kemungkinannya terjadi, apalagi kalau kita mau memikirkan motivasi apa yang mendorong kita mau melakukannya, juga menghindarinya.
Banyak hal yang harus dipikirkan sebelum menjalin hubungan percintaan lebih lanjut. Jangan sampai cinta buta membuat pekerjaan melayang. Ini yang harus Anda perhatikan, seperti dikutip dari laman Glamour :
1. Bukan sekadar pelarian
Pastikan hubungan yang terjalin memiliki alasan yang tepat, bukan sekadar mencari kenyamanan semu di tengah beban kerja.
Saat ini, banyak pekerja tidak rela melepaskan pekerjaan karena alasan ekonomi, walau tidak menyukai bidang yang dijalaninya. Inilah yang seringkali memicu hasrat mencari sebuah kenyamanan yang sifatnya semu, bahkan memanfaatkan pasangan dalam hal ekonomi.
2. Publikasi
Sebelum bercerita ke teman-teman sekantor, pastikan hubungan yang terjalin serius. Jangan sampai hubungan itu hanya memancing gosip yang dapat memengaruhi produktivitas kerja.
3. Menjadi sorotan
Jangan bermesraan di lingkungan kantor karena hubungan sesama rekan kerja biasanya menjadi sorotan teman sekantor. Ini jelas akan memengaruhi reputasi Anda. Apalagi jika kemesraan membuat risih teman sekantor, bukan tidak mungkin manajemen akan mencampuri kehidupan pribadi Anda.
4. Bahan gosip
Berhubungan dengan teman sekantor tentu harus pandai mengontrol emosi. Jangan sampai terjadi pertengkaran di lingkungan kerja. Anda tentu tidak ingin dinamika hubungan Anda menjadi gosip hangat di tempat kerja.
5. Risiko putus
Pikirkan potensi putus. Bertemu dengan ’sang mantan’ setiap hari tentu akan sangat menggangu. Bahkan, bukan tak mungkin harus bekerja dalam satu tim. Kondisi ini bisa mempengaruhi reputasi dana produktivitas kerja. Itulah mengapa perpisahan yang terjadi diikuti keputusan pindah kerja salah satu pasangan.

sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/02/16/jika-terjerat-cinta-dengan-rekan-kerja-341176.html
19.55 | 0 komentar | Read More

Pilihlah dan Berhati-hatilah Memilih Cinta Dalam Hidup Kita (PASAL 5)

http://mrdhan.files.wordpress.com/2013/01/siluet-ikhwan-ilustrasi-curhat-cinta-dan-perjuangan.jpg
Banyak yang bertanya, bagaimana seseorang memilih pasangan hidup untuk selama-lamanya? Bagaimana menemukan dia yang tepat mendampingi diri seseorang? Dan Kriteria apa saja yang harus kita tentukan agar hidup bahagia?
Banyak jawaban atas pertanyaaan-pertanyaan tersebut. Rumit dan semua serba relatif. Beberapa wanita atau pria akan sangat mudah jatuh dipelukan seorang wanita atau pria hanya dengan sekuntum bunga dan kata-kata pujian.
Namun ada sifat-sifat dari cinta itu sendiri yang sering menjebak seseorang pada sebuah persimpangan berbahaya.
Sebuah perkataan dari Honor de Balzac yang menggambarkan secara sederhana kondisi seseorang wanita yang mencinta When women love us, they forgive us everything, even our crimes; when they do not love us, they give us craedit for nothing, not even our virtues.
Kutipan ini mengingatkan kita pada kasus terungkapnya kasus pencucian uang yang menimpa Jendral Djoko Susilo. Tidak hanya terjerat kasus pencucian uang lantaran korupsinya dalam pengadaan Simulator SIM di Kepolisian terungkap oleh KPK, namun skandal pernikahan kedua dan ketiga dengan wanita-wanita yang ia nikahi beberapa tahun lalu tanpa diketahui oleh publik. Suratmi, Mahdiana, dan Dipta Anindita masing-masing adalah istri pertama, kedua dan ketiga.
Semua orang bertanya-tanya apakah yang mereka pikirkan saat menikahi laki-laki yang ternyata seorang jendral bintang dua di Kepolisian RI. Banyak hal yang seharusnya sebagai seorang wanita pertanyakan, tentang kesesuaian profil dengan semua tawaran materi yang diberikan. Apakah hal wajar apabila seorang Jendral bintang dua memberikan mahar menikah sebesar 15 Milliyar? Sedangkan pendapatan yang ia harusnya peroleh jauh lebih sedikit dari itu. Banyak orang membela beliau dengan mengatakan bahwa harta tersebut diperoleh dari sebuah bisnis? Namun kembali dipertanyakan, bisnis mana dan bagaimana sehingga aset sebegitu banyak dapat dimiliki. Djoko mengaku sebagai bujangan dan pegawai swasta saat melamar istri-istrinya. Terlebih, menurut data yang Djoko laporkan ke negara terkait asetnya hanyalah 5,6 Miliyar saja. Tentu jauh dari fakta bahwa ia memiliki aset lebih dari 100 Miliyar rupiah sesuai temuan KPK dalam proses penyitaan aset-aset yang terafiliasi dengan beliau.
Mengapa seseorang harus mencermati ‘kewajaran’ calon pasangan hidup sebelum mengambil keputusan untuk menerima ‘semua’ darinya termasuk harta kekayaan yang ia miliki?
Muncul sebuah fenomena hukum dari sebuah pasal dalam Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010, yang relatif baru.
Coba kita cermati pasal berikut :
Pasal 5
(1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Untuk mendakwakan pasal ini, seorang aparat penegak hukum, yakni jaksa penuntut umum, harus dapat membuktikan tiap-tiap unsur yang ada di dalam pasal ini tentu juga harus merujuk pada pasal-pasal dan undang-undang lain apabila memang diharuskan pada unsur di dalamnya.
Apa hubungan antara memilih pasangan dan pasal tersebut di atas?
Suratmi, Mahdiana, dan Dipta Anindita agaknya harus kuatir tentang apa yang sedang menimpa suami mereka, Djoko Susilo.
Mereka dalam posisi yang sama terancamnya karena telah menerima harta kekayaan berasal dari tersangka kasus korupsi Simulator SIM dan Pencucian Uang. Pasal tersebut mengatakan bahwa “Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan….” tidak peduli siapapun, dan memiliki hubungan apapun dengan pelaku tindak pidana asal yang disebutkan di dalam pasal 2 ayat (1) undang-undang yang sama, mereka yang menguasai atau menerima penempatan dari kekayaan hasil kejahatan tindak pidana, menerima pembayaran, hibah, sumbangan dan sejenisnya maka diancam dengan pidana penjara 5 tahun dan denda paling banyak 1 Miliyar rupiah. Mereka, termasuk suami/istri yang menerima harta kekayaan baik dalam aset bergerak dan tidak bergerak, dalam bentuk mahar atau hadiah-hadiah, maka dapat diancam dengan pasal ini.
Pertanyaan berikutnya, apakah serta merta seseorang dihukum karena menerima harta kekayaan yang diduga dari suatu tindak pidana asal?
Tentu tidak, karena di pasal ini juga diberikan keterangan tambahan “……yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)…..” harusnya seseorang sedari awal, apabila tidak mengetahui secara terang benderang, setidaknya mereka patut menduga, apabila ada penyimpangan harta kekayaan dari profil seseorang calon pasangan tersebut.
Meskipun seseorang dituntut untuk memberikan rasa percaya, namun juga harus memberikan porsi yang pas untuk rasa curiga.
Sudah ada contoh dimana karena cinta tanpa rasa curiga karena ada penyimpangan profil seseorang dan harta yang dimiliki, adalah Andhika Gumilang (Suami Muda Melinda Dee) yang harus menerima vonis pengadilan karena menerima harta kekayaan wanita kaya, Melinda Dee yang terjerat kasus pencucian uang dari kasus Bank BII.
Selain sosok yang baik, pandai, tampan atau cantik, cerdas dan lainya, maka kesesuaian profil seseorang dengan kekayaan haruslah wajar. Hal ini semata melindungi diri kita dari suatu hukuman karena mungkin saja kita tidak tahu.
Bertanya dan berhati-hatilah dalam memilih pasangan. Hidup berlebihan dari harta yang tidak jelas asal-usulnya justru akan membawa kita ke dalam penderitaan penjara dan hujat masyarakat.
Kalau ada hal yang menyimpang? Pertimbangkan lagi untuk memilih dia sebagai teman hidupmu. Kebahagiaan tidak sebatas melimpahnya harta dan bermewah-mewahan.
Ryan Eka Permana Sakti | Peneliti pada Indonesian Research Center for Anti-Money Laundering and Combating Financing of Terrorism (IRCA) | FH UI 2009 | Aktivis SerambiFHUI

sumber: http://hukum.kompasiana.com/2013/03/29/berhati-hati-memilih-cinta-hidup-kita-pasal-5-541489.html
19.53 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...