Untuk
menghormati privasinya, saya tidak akan menyebut nama lengkapnya di
sini. Hanya saja, untuk kepentingan tulisan ini, mari kita panggil dia
dengan nama Dewi. Saya mengenal dia hamper tujuh tahun yang lalu, ketika
itu berwajah masih sangat polos dan imut-imut. Maklum, saat itu baru
lulus SMA dan memulai kuliah di tempat di mana saya mengajar. Mulailah
kami berkenalan sebagai mahasiswa dan dosen. Bagi saya, Dewi anak baik,
sopan, lugu, sangat sabar, tetapi juga pintar.
Setahu
saya Dewi punya seorang pacar ketika dia duduk di semester tiga. Waktu
itu saya senang karena ternyata berpacaran itu cukup member motivasi
buat belajar. Dan seingat saya, hubungannya dengan sang pria yang adalah
satu kampus beda jurusan itu berlangsung hingga mereka lulus dan
diwisuda. Sesudah itu ternyata mereka putus. Sewaktu saya sedang belajar
di Eropa (2010-2011), Dewi sangat sering curhat ke saya via media
sosial. Dari obrolan kami itulah saya tahu alasan mengapa Dewi
berinisiatif memutus hubungan mereka.
Kata
Dewi, sang pria ternyata sudah dijodohkan oleh orangtuanya yang konon
lebih kaya secara materi dari orangtuanya Dewi. Sudah begitu, calon
pasangan sang pria itu kuliah di Amrik, dan konon setelah menikah nanti
mereka akan berpindah dan menetap di negeri Paman Sam itu. Okelah, itu
urusan mereka. Yang menarik perhatian saya adalah cerita Dewi bahwa dua
tahun menjelang mereka putus, sang pria sering berlaku kasar kepadanya.
Karena penasaran, saya pun bertanya, “Kasar gimana? Maksud kamu, apakah
cowok itu memukul kamu?”
“Bukan
pak,” jawab Dewi. Lanjutnya, “Pacarku itu sering berkata kasar. Dia
mengatai aku foolish kalau aku terlambat membalas SMS-nya, Kadang juga
dia bilang aku oon jika tidak menelpon atau pergi ke tempat teman tanpa
memberitahu dia.” “Ow, itu yang disebut kasar, ya,” jawab saya. “Koq
teganya dia melakukan hal itu,” jawabku sebisanya. “Dan yang lebih parah
lagi nich pak,” lanjut Dewi, “cowok itu pernah memaksa berhubungan
[maksudnya berhubungan badan] denganku.”
Kasihan
kamu, Wi, aku hanya bergumam dalam hati. Kamu yang seharusnya dicintai,
ternyata disakiti. Dari situ saya belajar satu hal, bahwa berkata-kata
secara kasar, memperlakukan pacar secara tidak sopan, bahkan cara
memandang sang kekasih pun tidak luput dari kekerasan. Dan kalau kita
mau baca literatur seputar itu, ternyata banyak sekali pembahasan
mengenai kekerasan selama pacaran. Para ahli psikologi mensinyalir bahwa
kekerasan selama masa pacaran merupakan hal yang lumrah alias sering
terjadi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh DirectGov, sebuah situs
online di Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan
remaja, mencatat bahwa 25 persen remaja putrid dan 18 persen remaja
putra pernah mengalami kekerasan dari pasangannya, baik secara fisik
maupun emosional.
Jenis
kekerasan seperti apakah yang sering terjadi selama pacaran? Paling
sedikit terdapat lima kekerasan yang berpotensi terjadi selama pacaran,
yakni (1) kekerasan emosional, (2) kekerasan verbal, (3) perilaku yang
suka mengontrol, (4) kekerasan fisik, dan (5) kekerasan seksual.
Pertama, kekerasan emosional.
Jenis kekerasan ini yang paling sering terjadi selama masa pacaran.
Kekerasan emosional meliputi kebiasaan mengumpat pasangan, merendahkan
pasangan, baik ketika berdua sendirian maupun di hadapan teman-teman
lainnya.
Kedua, kekerasan verbal. Mengacu
ke penelitian yang dilakukan oleh DirectGov, lebih dari 75 persen
remaja putrid pernah mengalami kekerasan verbal. Bentuknya yang paling
nyata adalah mengata-ngatai atau menghina pasangan secara verbal (dengan
kata-kata).
Ketiga, perilaku suka mengontrol.
Kebiasaan mengontrol pasangan dapat mengarah kepada bentuk kekerasan.
Jenis kekerasan ini umumnya berupa mengontrol telpon pasangan, misalnya
mencari tahu secara detail siapa yang menelpon atau mengirim SMS,
memeriksa status FB, mengendalikan jenis pakaian yang dipakai, dan
sebagainya.
Keempat, kekerasan fisik.
Kekerasan fisik juga berpotensi terjadi selama masa pacaran. Bentuknya
bisa macam-macam, misalnya mendorong dengan kasar, menendang, menarik,
menampar, dan sebagainya. Tentu kekerasan ini dapat berakibat fatal dan
mengarah ke kriminal.
Kelima, kekerasan seksual.
Bentuk kekerasan ini juga bukan tidak mungkin terjadi di kalangan
remaja. Realisasinya dapat berupa pelecehan dan pemaksaan seksual,
menyentuh bagian sensitif pasangan yang dia sendiri tidak
menginginkannya, mengirim pesan pendek yang berbau porno, memaksa
pasangan menonton film porno, dan sebagainya.
Tampaknya
kisah si Dewi yang saya angkat di atas mencerminkan kelima jenis
kekerasan ini. Saya tidak tahu apa ini sebuah kebetulan atau memang
kisahnya cocok sebagai “bukti” betapa kekerasan menjadi sebuah fakta
yang tak terelakkan selama masa pacaran. Jika ini sebuah fakta yang tak
terelakkan, maka saya sendiri benar-benar khawatir akan masa depan
anak-anak saya, dan anak-anak kita semua. Seperti apa jadinya hubungan
pacaran anak-anak kita kelak? Pertanyaan ini bisa jadi akan terus
menghantui kita saat kita mengikuti secara detail perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak kita, mulai dari ketika mereka masih kecil sampai
sekarang sudah menginjak usia remaja.
Semoga Tuhan melindungi anak-anak kita.
sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/27/dewi-yang-tersiksa-selama-pacaran-472837.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com