Pertanyaan:
Apa sebenarnya arti kata tasawuf hakikat dan hukumnya menurut Islam?
Apakah benar di antara orang-orang ahli tasawuf ada yang tersesat dan menyimpang?
Jawab:
Arti
tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian rohaniah,
ubudiah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.
Agama-agama
di dunia ini banyak sekali yang menganut berbagai macam
tasawuf, di antaranya ada sebagian orang India yang amat fakir.
Mereka condong menyiksa diri sendiri demi membersihkan jiwa dan
meningkatkan amal ibadatnya.
Dalam
agama Kristen terdapat aliran tasawuf khususnya bagi para pendeta. Di
Yunani muncul aliran Ruwagiyin. Di Persia ada aliran yang bernama
Mani’; dan di negeri-negeri lainnya banyak aliran ekstrim di bidang
rohaniah.
Kemudian
Islam datang dengan membawa perimbangan yang paling baik di antara
kehidupan rohaniah dan jasmaniah serta penggunaan akal.
Maka,
insan itu sebagaimana digambarkan oleh agama, yaitu terdiri dari
tiga unsur: roh, akal dan jasad. Masing-masing dari tiga unsur itu
diberi hak sesuai dengan kebutuhannya. Ketika Nabi saw.
melihat salah satu sahabatnya berlebih-lebihan dalam salah satu
sisi, sahabat itu segera ditegur. Sebagaimana yang terjadi pada
Abdullah bin Amr bin Ash. Ia berpuasa terus menerus tidak pernah
berbuka,
sepanjang
malam beribadat, tidak pernah tidur, serta meninggalkan istri
dan kewajibannya. Lalu Nabi saw. menegurnya dengan sabdanya:
“Wahai
Abdullah, sesungguhnya bagi dirimu ada hak (untuk tidur), bagi istri
dan keluargamu ada hak (untuk bergaul), dan bagi jasadmu ada hak.
Maka, masing-masing ada haknya.”
Ketika
sebagian dari para sahabat Nabi saw. bertanya kepada istri-istri Rasul
saw. mengenai ibadat beliau yang luar biasa. Mereka (para istri
Rasulullah) menjawab, “Kami amat jauh daripada Nabi saw. yang
dosanya telah diampuni oleh Allah swt, baik dosa yang telah
lampau maupun dosa yang belum dilakukannya.”
Kemudian
salah seorang di antara mereka berkata, “Aku akan beribadat
sepanjang malam.” Sedang yang lainnya mengatakan, “Aku tidak akan
menikah.” Kemudian hal itu sampai terdengar oleh Rasulullah saw,
lalu mereka dipanggil dan Rasulullah
saw. berbicara di hadapan mereka.
Sabda beliau:
“Sesungguhnya
aku ini lebih mengetahui daripada kamu akan makrifat Allah dan aku
lebih takut kepada-Nya daripada kamu; tetapi aku bangun, tidur,
berpuasa, berbuka, menikah, dan sebagainya; semua itu adalah sunnah
Barangsiapa yang tidak senang dengan sunnahku ini, maka ia
tidak termasuk golonganku.”
Karenanya,
Islam melarang melakukan hal-hal yang berlebih-lebihan dan
mengharuskan mengisi tiap-tiap waktu luang dengan hal-hal yang
membawa manfaat, serta menghayati setiap bagian dalam hidup ini.
Munculnya
sufi-sufi di saat kaum Muslimin umumnya terpengaruh pada
dunia yang datang kepada mereka, dan terbawa pada pola pikir
yang mendasarkan semua masalah dengan pertimbangan logika. Hal itu
terjadi setelah masuknya negara-negara lain di bawah kekuasaan mereka.
Berkembangnya
ekonomi dan bertambahnya pendapatan masyarakat, mengakibatkan
mereka terseret jauh dari apa yang dikehendaki oleh Islam yang
sebenarnya (jauh dari tuntutan Islam).
Iman
dan ilmu agama menjadi falsafah dan ilmu kalam (perdebatan); dan
banyak dari ulama-ulama fiqih yang tidak lagi memperhatikan hakikat
dari segi ibadat rohani. Mereka hanya memperhatikan dari segi lahirnya
saja.
Sekarang
ini, muncul golongan sufi yang dapat mengisi kekosongan pada
jiwa masyarakat dengan akhlak dan sifat-sifat yang luhur serta
ikhlas. Hakikat dari Islam dan iman, semuanya hampir menjadi
perhatian dan kegiatan dari kaum sufi.
Mereka
para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas
garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari
berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau
pikirannya.
Banyak
orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang
durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak
sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar
dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang makrifat, akhlak dan
pengalaman-pengalaman di alam rohani, semua itu tidak dapat diingkari.
Tetapi,
banyak pula di antara orang-orang sufi itu terlampau mendalami tasawuf
hingga ada yang menyimpang dari jalan yang lurus dan mempraktekkan
teori di luar Islam, ini yang dinamakan Sathahat orang-orang
sufi; atau perasaan yang halus dijadikan sumber hukum mereka.
Pandangan
mereka dalam masalah pendidikan, di antaranya ialah seorang
murid di hadapan gurunya harus tunduk patuh ibarat mayat di
tengah-tengah orang yang memandikannya.
Banyak
dari golongan Ahlus Sunnah dan ulama salaf yang menjalankan
tasawuf, sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur’an; dan banyak pula
yang berusaha meluruskan dan mempertimbangkannya dengan
timbangan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Di antaranya ialah Al-Imam Ibnul Qayyim yang menulis sebuah buku
yang berjudul: “Madaarijus-Saalikin ilaa Manaazilus-Saairiin,” yang
artinya “Tangga bagi Perjalanan Menuju ke Tempat Tujuan.” Dalam
buku tersebut diterangkan
mengenai
ilmu tasawuf, terutama di bidang akhlak, sebagaimana buku
kecil karangan Syaikhul Islam Ismail Al-Harawi Al-Hanbali,
yang menafsirkan dari Surat Al-Fatihah, “Iyyaaka na’budu
waiyyaaka nastaiin.”
Kitab tersebut adalah kitab yang paling baik bagi pembaca yang ingin mengetahui masalah tasawuf secara mendalam.
Sesungguhnya,
tiap-tiap manusia boleh memakai pandangannya dan boleh tidak
memakainya, kecuali ketetapan dan hukum-hukum dari kitab Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah saw. Kita dapat mengambil dari ilmu para sufi
pada bagian yang murni dan jelas, misalnya ketaatan kepada Allah swt,
cinta kepada sesama makhluk, makrifat akan kekurangan yang ada pada
diri sendiri, mengetahui tipu muslihat dari setan dan pencegahannya,
serta perhatian mereka dalam meningkatkan jiwa ke tingkat yang murni.
Disamping
itu, menjauhi hal-hal yang menyimpang dan terlampau
berlebih-lebihan, sebagaimana diterangkan oleh tokoh sufi yang
terkenal, yaitu Al-Imam Al-Ghazali. Melalui ulama ini, dapat kami
ketahui tentang banyak hal, terutam ilmu akhlak, penyakit jiwa dan
pengobatannya.
Sumber : FATAWA QARDHAWI, Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah media.isnet.org
sumber artikel: http://sufimuda.net/2013/01/15/dr-yusuf-al-qardhawi-hakikat-dari-tasawuf/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com