Pernahkah kita mendengar ungkapan “masa kecil kurang bahagia”? Tentunya kita semua pernah mendengarnya. Bila mendengar orang mengucapkan ungkapan itu, rasanya saya akan membantah mereka yang mengucapkannya. Ya, saya merasa bahagia dengan masa kecil saya. Sangat bahagia, mungkin.
Masa-masa kecil tentunya lebih banyak dihabiskan dengan bermain, tapi tidak lupa untuk belajar. Rutinitas masa kecil saya adalah bermain dengan teman-teman, baik teman di sekolah maupun di lingkungan rumah. Ketika masih di sekolah dasar (SD), sepulang sekolah, sewajarnya pelajar SD pasti pulang ke rumah ketika hari masih siang. Setiba di rumah, pasti beristirahat hingga menjelang sore, kemudian mandi. Biasanya itu dilakukan antara pukul 13.00 hingga 16.00. Setelah selesai mandi, saya sebagai anak-anak tentunya menonton TV. Itu adalah hal yang wajib untuk dilakukan oleh anak-anak pada masa itu, menonton film kartun, film anak-anak, atau acara musik yang berisikan lagu-lagu anak.
Selesai menonton film kartun, saya biasanya keluar rumah untuk bermain dengan teman-teman di sekitar lingkungan rumah. Permainan yang dimainkan pun masih permainan tradisional, seperti petak jongkok, petak umpat, ular naga, bete 7 (permainan lempar pecahan batu bata), adu biji karet, berkeliling naik sepeda, dan banyak lainnya. Bila waktu sudah menjelang magrib, saya kembali ke rumah untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah yang sebelumnya diberikan oleh guru di sekolah.
Di sekolah pun begitu, ketika bermain dengan teman sekolah, tentunya yang dimainkan juga permainan-permainan tradisional. Hampir sama dengan yang tadi, tentunya tidak semua jenis permainan tradisional itu bisa dimainkan karena berada di lingkungan sekolah. Sepulang sekolah, di depan sekolah pasti sudah menunggu pedagang yang menjajakan mainan dan barang-barang untuk anak-anak. Dari mulai kertas file, membeli ayam berwarna-warni, menyewa game watch seharga Rp 500,- serta main “cabutan”, dimana kita membayar Rp 100,- untuk mencabut sehelai benang yang di ujungnya telah diikatkan “hadiah” berupa poster, agar-agar, ataupun lainnya, itu semua saya lakukan. Hal itu terus berlangsung hingga pertengahan saya masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena proses kedewasaan, hal-hal itu perlahan-lahan saya tinggalkan.
Yang juga berkesan bagi masa kecil saya adalah ketika hari lebaran tiba, di mana semua anak-anak mendapat uang dari orang tua maupun saudara-saudara yang lebih tua. Saya dengan saudara dan teman-teman berlomba-lomba untuk mendapatkan uang yang paling banyak. Kemudian nanti ketika terkumpul, pasti uangnya akan saya belikan mainan. Dalam sekejap uang-uang tadi akan berubah menjadi tamiya, ataupun senjata yang berpeluru plastik. Bila lebaran sudah lewat, biasanya saya akan berkumpul dengan teman untuk melombakan tamiya yang saya miliki dengan tamiya mereka. Sungguh, hal itu sangat berkesan untuk saya.
Jaman sekarang, anak-anak seumuran saya pada waktu itu tentunya tidak akan merasakan dan melakukan apa yang saya rasakan dan lakukan pada waktu itu. Seiring dengan berkembangnya teknologi, hal-hal seperti itu mulai ditinggalkan. Anak-anak jaman sekarang cenderung menghabiskan waktu dan uangnya untuk bermain game online di warnet. Bahkan mereka mungkin tidak tahu bahwa permainan-permainan tradisional seperti yang saya sebutkan di atas itu ada. Mereka lebih memilih untuk bermain secara virtual, entah itu di warnet, di gadget, maupun hal-hal yang berbau teknologi lainnya.
Dari segi tontonan pun, mereka selalu disuguhkan sinetron-sinetron dan film-film yang sudah tidak memiliki nilai hiburan untuk anak-anak. Acara musik sendiri sudah dipenuhi dengan band-band melayu yang lagunya bertema seputar cinta. Mereka mungkin tidak akan lagi menemukan penyanyi-penyanyi cilik yang berjaya pada eranya seperti Trio Kwek-kwek, Maissy, Joshua, dan lainnya. Acara musik khusus anak-anak pun nyaris tidak ada. Sesungguhnya saya merasa prihatin, karena bila hal ini terjadi terus menerus maka mereka akan menjadi dewasa sebelum waktunya.
Begitulah kenyataan yang ada sekarang ini. Tentunya saya sebagai pendahulu, sungguh bahagia pernah merasakan hal-hal yang seharusnya dirasakan pada masa kecil. Semoga modernisasi ini tidak membawa anak-anak bangsa ini ke arah yang lebih buruk.
sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/03/24/masa-kecil-kurang-bahagia--545014.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com