by: http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/10/22/meretas-kemandirian-ekonomi-pasca-prahara-merapi-lewat-ukm-merapi-mandiri--602724.html
Prahara Erupsi Merapi
Erupsi Merapi yang terjadi pada November 2010 lalu meninggalkan luka yang mendalam bagi para penduduk yang tinggal tepat di bawah
kaki salah satu gunung teraktif di dunia tersebut. Jumlah korban yang
meninggal mencapai 277 jiwa. Mereka yang berhasil selamat harus terusir
dari kampung halamannya yang luluh lantah terkena amukan ‘Wedhus Gembel’
dan lahar panas bersuhu ratusan derajat celcius yang menerjang tanpa
ampun. Bangunan rumah rata dengan tanah, hewan ternak tewas dalam kondisi yang mengenaskan, serta lahan pertanian
perlu waktu lama untuk bisa ditanami kembali. Demi keselamatan, para
penduduk yang menjadi korban keganasan Merapi direlokasi ke tempat yang
lebih aman. Pemukiman baru dibangun untuk menampung penduduk yang telah
kehilangan harta-bendanya tersebut di beberapa titik.
Parahara Merapi benar-benar melumpuhkan kehidupan
para penduduk yang terkena dampak langsung, seperti yang dialami oleh
135 KK Dusun Kaliadem yang berjarak kurang lebih 5,5 km dari puncak
Merapi. Perekonomian mereka mandeg dalam sekejap karena alam yang menjadi tumpuan hidup ikut rusak. Uluran tangan dari donatur, baik yang berasal dari perorangan maupun perusahaan pernah mereka andalkan. Bahan pangan, pakaian, dan barang-barang lain dikirim untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Namun begitu, bentuk penanganan korban bencana Merapi tak berhenti pada tahap tanggap darurat saja.
Pemberdayaan secara ekonomi pascabencana penting sekali untuk dilakukan karena hal ini akan memastikan keberlanjutan hidup para korban erupsi Merapi. Bentuk-bentuk pelatihan untuk mengolah pangan dan kerajinan yang bersumber pada bahan baku lokal diberikan sebagai cara untuk merangsang semangat kewirausahaan. Memberdayakan kaum ibu yang merupakan pengatur ekonomi rumah tangga yang dilakukan oleh beberapa LSM adalah sebuah ikhtiar yang sangat tepat untuk membangkitkan kembali perekonomian keluarga yang sempat tergoncang akibat bencana alam.
Berawal dari Upaya ‘Membunuh Waktu’ menjadi UKM Merapi Mandiri
Beruntung bagi ibu-ibu yang berasal dari Dusun Kaliadem yang menjadi korban erupsi Merapi karena mereka
mendapatkan pelatihan membuat bakpia, kudapan khas Yogyakarta, dari
para relawan Yayasan Sayap Ibu. Kegiatan ini menjadi agenda rutin mereka
selama masih tinggal 3,5 bulan di tempat pengungsian. “Belajar membuat bakpia menjadi sarana ibu-ibu untuk membunuh kebosanan di tempat pengungsian waktu itu,” kenang Ibu Fitrah yang kini menjadi ketua UKM Merapi Mandiri yang memproduksi bakpia dengan isi telo (ubi jalar) ungu. UKM ini sendiri berdiri secara resmi pada tanggal 11 Juni 2011.
Tempat produksi bakpia telo ungu terbilang sederhana dengan luas sekitar 3x7 meter persegi yang menempel dengan rumah
Ibu Fitrah yang berlokasi di Hunian Tetap (Huntap) Pagerjurang,
Kepuharjo, Sleman. Di dalamnya terdapat satu mesin pengaduk, mesin penggiling, kompor, oven besar, pan pemanggang dan sebuah meja etalase kaca untuk menyimpan bakpia yang telah rapi dibungkus di dalam kardus. Sekali produksi rata-rata menghabiskan 25 kg telo ungu dengan hasil akhir sebanyak 450 buah bakpia. “Di sini, pembuatan bakpia masih dikerjakan secara manual oleh ibu-ibu anggota,” terang Ibu Fitrah.
Kelebihan bakpia yang diproduksi oleh UKM Merapi Mandiri ini terletak pada keawetannya yang dapat mencapai satu minggu meskipun tanpa tambahan bahan pengawet. Penggunaan penguat rasa juga dihindari agar tetap sehat untuk dikonsumsi siapa saja. Rasa manis berpadu gurih berasal dari telo ungu yang menjadi isiannya dan kulitnya yang renyah. Selain sebagai sumber kalori dan vitamin, telo ungu ini memiliki kandungan antosianin yang berkhasiat sebagai antioksidan pencegah kanker dan menghambat penggumpalan darah bagi yang rutin mengonsumsinya.
Masih terkendala urusan pemasaran
Walaupun produksi bakpia ungu telah rutin dilakukan setiap minggunya, tetapi pemasaran masih menjadi kendala dalam upaya pengembangan UKM Merapi Mandiri. Setidaknya hal ini yang diakui oleh Ibu Fitrah karena keterbatasan mobilitas yang dialami oleh para anggotanya, sehingga jejaring pemasaran belum terbangun dengan baik. Jangkauan pemasaran baru terbatas di daerah sekitar tempat produksi, seperti obyek wisata lava tour Kaliadem dan bekas rumah Mbah Maridjan di Kinahrejo. Produksi dengan skala yang lebih besar baru akan dikerjakan bila ada pesanan, seperti pesanan yang rutin datang dari sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. “Usaha ini baru dijalankan sedikit demi sedikit,” ujar Ibu Fitrah yang secara umum bertanggung jawab dalam manajemen UKM tersebut. Harga sekotak kecil berisi 10 buah bakpia adalah 10 ribu rupiah, sedangkan untuk kotak besar berisi 24 buah bakpia harganya dipatok 22 ribu rupiah.
UKM Merapi Mandiri menjadi sebuah contoh bagaimana
pembangunan ekonomi masyarakat yang terdampak bencana alam dapat
diintegrasikan ke dalam penanganan pasca bencana. Di dalamnya, kaum
ibu-ibu diberdayakan secara ekonomi dengan diberikan pelatihan produksi pangan lokal dengan bahan baku yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Hal ini juga sejalan
dengan program diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Namun tampaknya pemasaran produk menjadi kendala pengembangan usaha yang
dijalankan oleh ibu-ibu korban bencana alam seperti yang dialami oleh
UKM Merapi Mandiri.
Fenomena yang tergambar di atas tersebut bisa dijadikan perhatian khusus bahwasanya dalam pemberdayaan ekonomi korban bencana alam, perlu diajarkan pula pemasaran produk serta dibantu dalam merajut jaringan pemasaran, sehingga UKM yang dibentuk dapat berkembang. Untuk memaksimalkan hasilnya, pihak swasta dapat digandeng dalam upaya ini oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebagai bentuk program khusus corporate social responsibility
mereka. Pihak swasta dapat berperan memberikan pendampingan dan arahan
dalam bidang produksi hingga pemasaran produk, serta memberi kucuran
modal awal usaha. Sinergi semacam ini akan memperkuat upaya penanganan
korban pascabencana alam, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi
lebih cepat mandiri secara ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com