GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

ARTIKEL EDISI SPESIAL INDONESIA MERDEKA: 17-an Di Kampungku Paling Indonesia

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 28 Juli 2013 | 18.49

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhodsu6ffzRdCAVrGYJQRm2EtlW99LMegR_QNVL8cWig5QkHZLcK1XREDaRVglgKADfMd4SQeHqvrdqpungOn1hTJOV-7utH_WF1Ucp79GblhMXth9a2oyvavwzfJqiiz0K7fZO9tQ6hwCI/s400/17an+%25282%2529.png
Kemeriahan Pesta Rakyat 17-an
Apa saja yang paling Indonesia? Tentu pertanyaan itu merujuk pada hal-hal yang ada di Indonesia saja dan sulit atau bahkan tidak dapat ditemui tandingannya di luar negeri. Adakah? Banyak, teramat banyak. Dari keanekaragaman hayati, bentang alam, kandungan perut bumi, tokoh, budaya, tradisi, bahasa sampai kuliner Indonesia memiliki kekhasan tersendiri yang kadang tidak bisa dijumpai di manca negeri. Semua itu adalah kekayaan yang tak ternilai harganya dan harus dijaga dan dilestarikan.
Jika kekayaan-kekayaan yang tersebut di atas merupakan peninggalan dari masa silam, ada kekayaan negeri yang baru-baru ini saja ada. Tepatnya sejak kemerdekaan berhasil direngkuh, dan ini sangat…sangat…sangat… Indonesia. Yakni, Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau lazim disebut 17-an (tujuh belasan). Rangkaian acara digelar secara serentak pada Bulan Agustus di seluruh pelosok Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Talaud. Umbul-umbul beraneka warna dan bendera merah putih berjajar di pinggir jalan. Gapura-gapura  di tiap mulut gang dihias cantik dengan dominasi warna merah dan putih. Tulisan “Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia“ terpampang melintang di atas gapura. Tiang kanan gapura bertulis tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan, sementara di tiang kiri menunjuk tanggal 17 Agustus tahun saat itu. Demikian pula lampu kelap-kelip di batang bambu penjor menghias malam di sepanjang jalan. Kemeriahan begitu tampak, penuh semangat dan sarat gairah menyongsong Hari Kemerdekaan.
Kemudian, apa yang terjadi di balik kemeriahan di jalan-jalan itu? Tentu beragam kegiatan memeriahkan hari keramat bagi bangsa Indonesia. Seperti perkampungan lain di seluruh Indonesia, kampungku yang terletak di tepi selatan sebuah kota, di lintas jalan arteri Surabaya-Banyuwangi juga ikut memarakkan pesta 17-an setiap tahun. Pelbagai kegiatan digelar, dari bazar sampai bakti sosial. Dari pentas seni sampai perlombaan. Di kampungku atau lebih tepatnya RT tempak aku tercatat sebagai warganya, kegiatan paling mencolok adalah perlombaan, acara seremonial tepat malam tanggal 17 dan acara pentas seni sekaligus penyerahan hadiah sebagai penutup rangkaian kegiatan.
Setiap pertengahan bulan Juli Pak RT mengundang seluruh warga untuk bermusyawarah membahas kegiatan-kegiatan yang akan dihelat termasuk tempat, biaya, hadiah-hadiah dan pembentukan panitia. Meski berada di sebuah kampung pinggiran kota, struktur kepanitiaan yang dibentuk RT kami mengadopsi konsep modern. Ada dua jenis panitia yang dibentuk, yakni Pertama, Panitia Pengarah (Steering Committe/SC) yang berisi para tetua dan tokoh masyarakat, termasuk Pak RT. Peran Panitia Pengarah ini lebih kepada penentuan kebijakan prinsip berupa  sebesar apa kegiatan yang akan diadakan serta berapa plafon anggaran yang diperkenankan. Kedua, Panitia Pelaksana atau (Organizing Committe/OC), adalah pelaksana teknis kegiatan sekaligus pencari dana.
Setelah Panitia terbentuk, surat laporan pun dilayangkan kepada Ketua RW dan Lurah. Selanjutnya, Panitia segera bergerak melaksanakan tugas masing-masing sesuai seksi. Pada masa persiapan seksi paling sibuk adalah seksi keuangan yang dibebani mencari dana dan sponsor. Beruntung sekali kesadaran warga di tempat kami begitu tinggi sehingga 75% dari total biaya dapat segera terpenuhi. Begitu pula sponsor, tidak terlalu sulit untuk diminta menyumbangkan umbul-umbul dan beberapa hadiah lomba. Merujuk hasil musyawarah, apabila hasil penggalangan dana yang terkumpul belum mencapai 100% sampai akhir acara, maka kekurangan dana akan disubsidi uang Kas RT dan Dasawisma.
Angka Keramat 17-8-1945
Setelah semua acara kegiatan disusun, seksi lomba mengajukan anggaran pengadaan hadiah. Dengan 17 jenis lomba yang akan digelar di 8 tempat  selama 19  hari dengan 45 hadiah. Lomba-lomba yang dihelat pada umumnya lomba yang bersifat hiburan yang terbagi atas 3 klasifikasi, yakni anak-anak, remaja dan umum. Demi kemeriahan acara semua lomba bisa diikuti oleh warga RT lain bahkan dari kelurahan lain. Ke 17 lomba tersebut adalah:
  1. Balap sendok kelereng (khusus anak-anak);

  2. Egrang batok (anak-anak)

  3. Makan kerupuk (anak-anak);

  4. Lari berpasangan (khusus anak-anak + remaja);

  5. Futsal (remaja);

  6. Rias buta (ibu-ibu);

  7. Gobag sodor (ibu-ibu);

  8. Memasukkan paku ke dalam botol (umum);

  9. Tangkap Belut (umum);

  10. Topi Contong (umum);

  11. Balap karung (umum);

  12. Egrang (umum);

  13. Pentung air –sebagai pengganti pentung kendi- (umum);

  14. Klompen raksasa (kelas anak-anak, dan umum);

  15. Bola voli buta –net dari terpal yang rendahnya sampai menyentuh tanah- (umum);

  16. Sepakbola daster (umum); dan

  17. Catur (umum);
Dari sekian banyak lomba, hanya 2 lomba saja yang merupakan cabang olahraga yang dipertandingkan secara internasional, yakni Futsal dan Catur. Sementara Voli buta dan Sepakbola daster adalah cabang olahraga yang dikenal secara internasional tetapi dimodifikasi. Warga mengikuti lomba demi lomba dengan antusias. Alih-alih ketegangan untuk merebut gelar juara, yang ada adalah gelak tawa. Tidak ada persaingan sengit di antara para kontestan, melainkan kesan persahabatan dan kebersamaan yang mengemuka.
Lomba sekelas RT berhadiah Alat Cuci Hemat Listrik dan Rice Cooker dan Alat Pengering Pakaian Tenaga Matahari
Mengenai hadiah, panitia menyepakati jenis hadiah baru ditentukan para pemenang diketahui. Tujuannya agar hadiah yang diterima betul-betul bermanfaat bagi para pemenang. Bila pemenang anak-anak maka hadiahnya berupa peralatan sekolah seperti alat tulis, tas dan sepatu.
Bagi lomba yang dimenangi ibu-ibu disediakan hadiah berupa peralatan rumah tangga seperti alat cuci hemat listrik, rice cooker, pengering pakaian tenaga matahari, panci, wajan, gayung dan lain sebagainya. Jangan heran dulu, lomba sekelas RT hadiahnya berupa alat cuci dan rice cooker, tapi barangnya seperti gambar di bagian bawah artikel ini.
Begitulah 17-an di RT kami, hadiah menyesuaikan dengan siapa pemenangnya. Hadiah akan tepat sasaran dan bermanfaat secara maksimal. Saat rapat panitia yang membahas hadiah, yang ditentukan hanya nilai hadiah-hadiah itu. Hadiah tertinggi bernilai Rp 80.000,- dan terendah Rp 35.000,- Total biaya yang diserap untuk hadiah ini mencapai Rp 1.100.000,- belum termasuk beberapa hadiah yang disediakan sponsor. Sementara Total biaya kegiatan hanya Rp 2.000.000,-.
Puncak Acara
Di sela-sela penyelanggaraan lomba, atau tepat malam tanggal 17 diadakan tasyakuran yang diikuti seluruh warga. Acara ini diisi ceramah hikmah kemerdekaan, doa syukur atas karunia kemerdekaan, mendoakan para pahlawan dan mendoakan seluruh negeri tercinta Indonesia.
Pada puncak acara, yakni penutupan seluruh rangkaian acara diisi dengan mendengarkan rekaman suara Bung Karno yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan. Saat sesi ini, semua hadirin seolah terhipnosis, diam dalam khidmat. Berikutnya sambutan Ketua RT yang berisi ucapan selamat berbahagia untuk seluruh warga RT pada khusunya dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya. Penulis menilai pidato Ketua RT amat bagus untuk sekelas RT di kampung pinggiran kota.
Setelah secara berturut-turut Pak Lurah, Pak Camat dan pejabat Pemerintah Kota mewakili Walikota memberikan sambutan, acara dilanjut dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba. Usai semua pemenang menerima hadiah, giliran warga RT unjuk kebolehan di atas panggung. Ada paduan suara emak-emak yang menyanyikan lagu-lagu daerah, pembacaan puisi, drama dan tarian daerah yang disuguhkan dengan rancak. Applaus selalu mengiringi setiap tampilan di atas panggung.
Paling Indonesia, Bukan?
Begitu acara puncak berakhir, hampir seluruh warga baik yang termasuk panitia atau bukan bergotong royong membongkar panggung, sound system dan perlatan lainnya untuk selanjutnya dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing, baik barang sewaan ataupun pinjaman.
Ada kabar baik saat kami mengembalikan barang sewaan beruapa panggung dan sound system. Mereka menolak pembayaran kekurangan uang sewa dan mengembalikan uang panjar dengan alasan mereka puas atas penyelenggaraan serta merasa acara itu menjadi promosi gratis bagi usahanya. Saat rapat eveluasi dan laporan pertanggung-jawaban kegiatan seluruh panitia bersyukur karena kegiatan tersebut berjalan lancar dan tidak mengalami defisit anggaran. Dengan demikian Uang kas RT dan Dasawisma lolos dari penjarahan, dan justru mendapat tambahan. Demikian pula peralatan yang dibeli untuk kegiatan dialihsatuskan menjadi aset RT.
Bagaimana Acara Peringatan Hari Kemerdekaan di Negara Lain?
Lain lubuk lain ikan. Lain ladang lain pula belalangnya. Masing-masing negara pasti punya cara tersendiri dalam memeringati hari kemerdekaannya. Akan tetapi, kemerdekaan suatu negara yang dilalui dengan perjuangan seperti Indonesia kita tercinta ini tentulah lebih berkesan dibanding kemerdekaan yang merupakan hadiah dari penjajahnya. Untuk lebih jelasnya, mungkin para Kompasianer yg bermukin di luar negeri bisa memberikan reportase atau artikel tentang itu. Seperti kita tahu, banyak sahabat di social media Kompasiana ini bermukim di luar negeri. Sebut saja misalnya, Nyi Della di Netherland, Inge di UK, mbak Tyas San di Syuriah, mbak Mimin Mumet di USA, Fera Nuraini di Hongkong, Andee Meridian di South Korea dan Edsanto di Qatar, dll (dan lainnya lupa).
Akhir kata, bagaimanapun macam ragam selebrasi peringatan hari kemerdekaan, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah dan seluruh penduduk mengisi kemerdekaan yang sudah dicapai. Semua harus satu tekad untuk memerdekakan diri dari ‘penjajah’ tak kasat mata seperti kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, dan semua hal yang merongrong tercapainya kesejahteraan lahir dan batin.
by: http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/04/17-an-di-kampungku-paling-indonesia-360256.html

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...