Banyak
praktek keagamaan di dunia Islam saat ini terjerumus dalam paham mistis
yang disebarkan oleh para penganut paham tasawuf (sufi) yang
menyimpang. Mereka menjauhkan umat dari dua sumber agama Islam, yaitu
Al-Quran dan As-Sunnah, dan menggantinya dengan ajaran-ajaran filsafat
dan mistis yang bercampur syirik.
Maka,
kemudian kita mengenal ajaran-ajaran asing tentang fana’, mukasyafah,
wali-wali yang lebih suci dari nabi Muhammad saw, permohonan kepada para
penghuni kubur, dan berpuncak pada faham Wihdatul Wujud yang
panteistis. Ajaran-ajaran seperti ini tak pernah dijumpai dalam
kehidupan Islam di masa awal, di masa hidupnya nabi Muhammad saw, dan di
masa para sahabat. Tapi anehnya, saat ini banyak umat Islam yang
percaya kepada mereka.
Selanjutnya,
berikut ini Tanya-jawab seputar masalah tasawuf yang menjadi tugas UTS
materi Tasawuf di tempat saya kuliah yaitu STIT INSIDA Jakarta. Semoga
bermanfaat dan jika pembaca ingin lebih mendalami masalah tasawuf
silahkan membaca artikel saya sebelumnya tentang Tafsir Sufi dan Ibnu
Arabi.
Pertama: Apakah Tasawuf berkembang dengan kontak kebudayaan Hindu, Persia, Yunani dan Arab?
Ya, tasawuf
dalam perkembangannnya banyak mengalami kontak kebudayaan dengan ajaran
dan negara-negara tersebut. Kontak kebudayaan antara tasawuf dan Hindu
banyak kita dapatkan di negara kita karena indonesia pernah beberapa
abad dipimpin oleh kerajaan-kerajaan Hindu. Contohnya, ketika ada oran
mati, biasanya masyarakat kita mengadakan acara empat puluhan, seratusan
atau seribuan setelah kematian si mayit atau acara ‘nyadran’ yaitu
membersihkan kuburan orang tua di hari-hari tertentu.
Tasawuf
mulai mengadakan kontak dengan kebudayaan Persia sejak zaman Umar bin
Khothob ketika tentara Islam berhasil menghancurkan kerajaan Persia,
selaajutnya kontak kebudayaan antara keduanya tidak terelakkan lagi.
Sufi mulai sangat berkembang di Persia, terutama ketika masa Abu Sa’id
al Mihani, yang membuat peraturan khusus ditempat-tempat pertemuannya.
Karenanya tempat-tempat itu pada akhirnya berubah menjadi markas bagi
para tokoh penyebar aliran ini. Berangkat dari sinilah, maka pada
pertengahan abad ke 4 H , mulailah terbentuk Thariqot-Thariqot Sufi yang
kemudian berkembang pesat dikota-kota besar seperti Iraq,Mesir dan
Maroko.
Tasawuf
mulai mengalami kontak dengan kebudayaan Yunani pada masa Abbasiyah,
terutama pada masa pemerintahan kholifah Al-Manshur dan Harun Al-Rosyid
yang banyak melakukan penterjemahan terhadap buku-buku Yunani.
Tokohnya
adalah Sukhrawardi Al-Maqtul, ibnu Arabi, Ibnu Faridh, dan Abdul Haqq
ibnu Sabi’in Al-Mursi. Mereka banyak menimba dari filsafat Yunani
khususnya Neo-platonimisme.
Tasawuf juga
banyak sekali terpengaruh dengan kebudayaan Arab yang menjadi tempat
kelahiran tasawuf, ajaran tasawuf untuk meninggalkan kenikmatan dunia
dan lebih memperbanyak ibadah atau yang dikenal dengan istilah zuhud
adalah salah satu ajaran dari tasawuf Arab.
Kedua: Jelaskan hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam!
Sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu pengertian dari ilmu kalam, Al-Farabi
mengatakan bahwa ilmu kalam adalah “Ilmu yang bisa membantu manusia
untuk membantah pendapat-pendapat kalangan ateis lalu menetapkan
kebalikan dari hal tersebut dengan jalan perdebatan.”[1], kemudian Al-Jurjani mengatakan: “Ilmu yang membahas zat-zat yang nampak berdasarkan patokan-patokan Islam”.[2] dan Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu kalam adalah “Ilmu
yang mencakup hujah-hujah tentang keimanan berdasarkan dalil-dalil
secara akal dan untuk membantah ahli bid’ah dalam masalah aqidah yang
menyeleweng dari mazhab salaf dan ahlu sunnah”.[3]
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, Dr. Abu Zaid bin Muhammad Makki
mendefinisikan ilmu kalam sebagai kumpulan dari kaidah-kaidah akal,
istilah-istilah Yunani dan syubhat syak wasangka yang digunakan
pemiliknya sebagai hujjah dalam perdebatan ketika mereka berdalil
tentang keberadaan Allah dan menetapkan keesaan-Nya, menetapkan adanya
para nabi lalu kaidah akal tersebut mereka timbang dengan nash-nash
al-Quran dan sunnah, jika sesuai menurut mereka, diterima dan jika
bertolak belakang mereka takwil, mereka tolak atau mereka bantah yang
kadarnya berbeda-beda.[4]
Selanjutnya
dapat kita tarik hubungan antara tasawuf dengan ilmu kalam yaitu
kedua-duanya berusaha untuk menetapkan keesaan Allah swt dan membantah
kalangan-kalangan yang mensekutukan-Nya seperti Ateis, Hindu dan Buha
Ketiga: Jelaskan hubungan Tasawuf dengan Filsafat!
Setelah
abad kedua hijriyah, masalah sufi banyak dibahas dalam majelis ilmu,
sampai pada masanya sufi ini banyak kemasukan paham filsafat, bahkan
menjadi lebih mirip ke filsafat daripada sufi, di antaranya dengan
munculnya kelompok batiniyah.
Salah satu pengaruh yang timbul akibat masuknya filsafat pada sufi, menjadikannya terbagi menjadi dua:
- Tasawuf Nadhri; yang berpedoman pada studi dan pembahasan
- Tasawuf Ilmi; yang cenderung pada sikap zuhud dan ketaatan
Dua corak di atas mempengaruhi tafsir sufi menjadi dua juga yaitu:
Tafsir falsafi :
Tafsir ini berpedoman pada studi pemahaman dan materi kesufiyan, oleh
karena itu dalam setiap pembahasn tafsirnya, mereka berusaha untuk
mencari hal-hal yang bisa mendukung argumen mereka, yang akhirnya banyak
mengeluarkan mereka dari pemahaman terhadap nash al-Quran dan pemahaman
dari segi bahasa.
Tafsir Isyari :
Tafsir Nadhri dibangun di atas argumen dahulu, lalu menerapkannya pada
al-Quran,sedangkan tafsir Isyari tidak, ia muncul dari intens ruhiyah
seorang sufi yang bisa menyingkap awan ghaib pada suatu ayat. Tafsir
Nadhri menganggpa bahwa dalam suatu ayat tidak ada makna yang lain,
berbeda dengan Isyari, ia melihat adanya makna batin dari ayat yang
dhahir
Keempat: Sebutkan perbedaan Tasawuf dengan pendekatan Salafi dan Syi’i!
Tasawuf
Salafi mulai muncul pada abad pertama dan kedua hijriyah, dimana para
sufi waktu itu mulai menaruh perhatian terhadap hal-ahl yang berkaitan
dengan akhlaq dan tingkah laku dan berupaya untuk menegakkan moral
manusia di tengah dekadensi moral masyarakat kala itu. Mereka juga
mengajarkan masyarakat untuk bersikap zuhud dalam kehidupan, yaitu
dengan tidak mementingkan makanan, pakaian atau tempat tinggal, tetapi
pentingkah ibadah kepada Allah swt dan perbanyak amal demi kepentingan
di akhirat.tokoh yang populer dari kalangan ini adalah Hasan Albashri,
Aljunaid dan Rabi’ah Aladawiyah.
Pada
abad selanjutnya, tasawuf banyak kemasukan pemikiran eksklusif seperti
Hulul dan Wihdatul Wujud dari Al-Hallaj, ajaran ini banyak sekali
ditentang oleh ulama-ulama pada masanya sampai akhirnya Al-Hallaj
dihukum gantung di pintu masuk kota Baghdad.
Kemudian
pada abad kelima muncul para pembaharu dari kalangan sufi seperti Imam
Ghazali yang berusaha mengembalikan landasan sufi kepada Al-Quran dan
As-Sunnah.
Tasawuf
Syi’i mulai muncul pada abad ketiga hijriyah ketika sufi mulai
kemasukan ajaran-ajaran tasawuf falsafi yang lebih banyak meninjolkan
pemikiran filosofis daripada ajaran kezuhudan saja. Tasawuf Syi’i mulai
muncul ketika Persia mulai terpengaruh oleh para pemikir Yunani. Ibnu
Kholdun mengatakan tasawuf filosif dekat dengan sekte Isma’iliyah dari
Syi’ah, sekte isma’illiyah menyatakan terjadinya hullul atau ketuhanan
para imam mereka, kedua kelompok ini ada kesamaan dalam masalah “Quthb’
dan “Abdal”. Bagi para filosofis mengatakan puncaknya kaum arifin,
sedang abdal merupakan quthb perwakilan.
Dari pemaparan di atas, selanjutnya kita bisa menemukan perbedaan pendekatan antara tasawuf salafi dan syi’i
- Tasawuf salafi mendasari ajarannya kepada Al-Quran dan Sunnah, jika ada ajaran yang tidak ada dalil dai keduanya, di anggap bathil. Tasawuf Syi’i banyak bersandar kepada imam atau wali mereka, apa yang imam mereka katakan adalah benar sekalipun menyelisihi Al-Quran dan Hadits.
- Tasawuf Salafi menjaga agar ajarannya murni bersumber dari Rasulullah saw, tasawuf Syi’i banyak kemasukan ajaran-ajaran dari luar Islam seperti zoroaster dan filsafat Yunani.
- Tasawuf Salafi ramai memakmurkan masjid, tasawuf Syi’i berbondong-bondong meramaikan kuburan.
- Tasawuf Salafi meyakini bahwa tidak ada yang terindung dari dosa (makshum) kecuali Nabi saw, tasawuf Syi’i meyakini bahwa imam mereka adlah makshum dan terhindar dari dosa dan kesalahan.
- Tasawuf Salafi menggunakan pendekatan syari’at sementara tasawuf Syi’i menggunakan pendekatan filsafat.
- Tasawuf Salafi mendasari ajarannya kepada Al-Quran dan hadits, sementara tasawuf syi’i mengklaim memiliki ilmu khusus yang tidak dimiliki orang lain, sebab ilmu itu menjadi kekhususan Ahlul Bait Nabi saw.
- Tasawuf salafi tidak mengkultuskan kuburan sementara tasawuf syi’i sangat senang mengibadahi kuburan.
[1] Ihsha’ al-Ulum: 71
[2] Al-Ta’rifat: 192
[3] Al-Muqaddimah: 458
[4] Maqalatul Firaq: 2, hal 45
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/29/tanya-jawab-tentang-tasawuf/
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/29/tanya-jawab-tentang-tasawuf/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com