Penampilannya
sangatlah ramah, anggun, dan rapi. Ucapannya sangat lembut menyambut
setiap tamu yang datang ke dealer atau showroom motornya. Bahasa
tubuhnya sangat menguasai audiens karena memang ia disiapkan untuk
menemui setiap tamu dan menjawab semua pertanyaannya dengan baik. Dan
pakaiannya sangat bagus karena berbentuk seragam yang dilengkapi nama
perusahaannya. Maka, kita pasti terkesima atas semua itu. Namun, betapa miris nasibnya manakala kita mengetahui “jeroan” alias isi hatinya.
Kemarin,
saya mendatangi sebuah showroom motor di kota Solo. Beberapa waktu
lalu, saya ingin membeli motor baru untuk keperluan istri tercinta.
Lalu, saya ditemui oleh beberapa pramuniaga alias sales. Sambil
bercakap-cakap, saya disodori brosur beragam produk motor. Saya pun
mengamati produk motor-motor itu. Lalu, saya menanyakan motor yang
diinginkan istri. Akhirnya, istri menginginkan sebuah motor jenis
tertentu. Tak disangka, motor yang diinginkan istri tersebut habis. Saya
diminta menunggu 2-3 hari. Dan kemarin itulah, saya menagih janji atas
motor yang dijanjikan.
Ternyata,
motor pesananku memang sudah tersedia. Akhirnya, saya pun menyiapkan
sejumlah uang untuk pembayaran kontan. Saya memang tak terbiasa membeli
sesuatu secara kredit sejak lama. Setelah pembayaran selesai, saya
diminta menunggu sekitar satu jam untuk penyetelan motor tersebut.
Setelah satu jam berlalu, motor pesananku sudah siap untuk diantar ke
rumahku. Motor lamaku pun dinaikkan ke mobil dealer. Maka, tiga buah
motor naik ke mobil bak terbuka karena kebetulan sebuah motor matic pun
akan diantar ke pembeli di daerah Mojosongo Solo.
Saya duduk di samping Mas Sopir, namanya Mas Haris. Wajahnya
lumayan ganteng, ramah, dan sangat rapi. Mas Haris berumur 34 tahun,
sudah beristri, dan memiliki dua orang anak (seorang laki-laki berumur 5
tahun dan seorang perempuan berumur 2 tahun). Mas Haris tinggal satu
kabupaten denganku. Dari rumahnya di Sumberlawang Sragen menuju Solo
perlu menempuh jarak sekitar 25 km atau 50 km setiap hari. Mas Haris
bekerja sebagai sopir di dealer itu sudah sekitar satu tahun. Sebelumnya
Mas Haris juga menjadi sopir dealer untuk jenis produk kendaraan ayng
berbeda.
Dari
obrolan itulah terkuak “dapur” perusahaan yang menjadi tempatnya
bekerja. Ternyata, upah yang diberikan kepada Mas Haris dan
kawan-kawannya jauh dari norma sebagai karyawan dan atau pekerja. Apa
saja hak karyawan yang tidak diberikan?
Upah Per Hari
Setiap
hari kedatangan, Mas Haris hanya diberikan upah Rp 27.000. Jika Mas
Haris berhalangan hadir karena beragam sebab, secara otomatis upahnya
dipotong tanpa toleransi apapun. Ternyata, nasibnya masih lebih baik
daripada karyawan lainnya yang hanya diberi upah sekitar Rp 25.000
setiap hari kedatangannya. Benar-benar teramat sedikit dibandingkan
pekerjaannya yang harus mengantarkan sekitar 10-15 motor setiap harinya.
Tak Mendapat Makan
Makan
pagi atau makan siang ditanggung sendiri oleh Mas Haris atau karyawan
lainnya. Perusahaan tidak menyediakan makanan dan minuman. Jadi,
karyawan harus membawa makanan dan minuman itu dari rumah. Maka, tentu
saja upahnya yang hanya berkisar Rp 25.000 – Rp 30.000 per hari dipotong
untuk makan dan transportasi. Tentu saja akhirnya upah bersihnya makin
sedikit jika ikut makan dan atau minum di kantin perusahaan.
Tak Mendapat Hak Sosial
Semua
orang pasti akan mengalami peristiwa tertentu yang memaksanya tidak
bekerja, seperti sakit, melahirkan, anak sakit, memiliki acara keluarga,
dan lain-lain. Ternyata, perusahaan Mas Haris sama sekali tidak
mengindahkan situasi itu. Karyawan tidak diberikan hak sosial, seperti
jaminan kesehatan, santunan sosial, cuti dan lain-lain. “Tidak bekerja ya tidak dibayar” ucap Mas Haris.
Saya
tak habis pikir, perusahaan dealer Mas Haris merupakan dealer dengan
puluhan anak perusahaan di banyak tempat. Satu dealer di tempat Mas
Haris saja mampu menjual sekitar 10-15 motor per harinya. Namun, mengapa
para karyawan itu dibiarkan dalam kondisi yang mengenaskan? Mengapa
perusahaan itu tidak mengindahkan peraturan tentang ketenagakerjaan?
Sempat saya bertanya kepada Mas Haris, “Mengapa karyawan tidak memprotes
peraturan perusahaan?”
Jawaban Mas Haris cukup singkat, “Peraturan itu adalah ucapan bosku!”
Teriring salam,
Johan Wahyudi
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/11/29/mirisnya-nasib-karyawan-dealer-motor-506880.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com