Kebohongan itu tidak akan bisa bertahan lama.
Pasti akan terbongkar juga nanti pada waktunya. Sepandai apapun suami
atau istri menyimpan kebohongan, pada saatnya akan ketahuan. Kisah Bagus
dan Ayu berikut ini sudah sering kita baca, karena sudah banyak
diposting di berbagai media. Saya ingin menghadirkannya kembali untuk
menjadi pengantar tema bahasan kali ini, bahwa seekor kuda bisa merusak
kebahagiaan keluarga.
Pada suatu pagi, Bagus tengah duduk bersantai
di teras depan rumahnya sambil membaca koran. Tiba-tiba Ayu, istrinya,
datang dan memukul kepala Bagus dengan panci. Tentu Bagus kaget dan
marah.
Bagus : “Kenapa kamu memukul aku?”
Ayu : “Tadi ada kertas dengan tulisan Julia di saku bajumu …..”
Bagus : “Ohh itu waktu nonton pacuan kuda, ada kuda namanya Julia… Indah sekali kudanya. Supaya gak lupa, aku tulis namanya..”
Ayu : “Aduh maaf ya mas… Aku salah paham…”
Hari berikutnya, saat Bagus sedang menonton TV tiba tiba Ayu muncul dan kembali memukul Bagus dengan panci.
Bagus : “Kenapa kamu memukulku lagi?”
Ayu : “Tuh, kudamu tadi nelpon…!”
Maka jangan suka bohong ya…. Membohongi kuda saja tercela, apalagi membohongi pasangan kita.
Tidak Ada Kebohongan Tunggal
Sebuah kebohongan, selalu menuntut adanya
kebohongan berikutnya, demi menutupi kebohongan yang pertama. Hal
seperti ini kalau dituruti tidak akan pernah selesai. Seseorang yang
berbohong, harus menyediakan diri untuk terus menerus berbohong agar
kebohongannya itu tidak terungkap. Justru karena itulah, maka kebohongan
pasti ada batasnya. Kebenaran akan terungkap pada masanya. Karena orang
tidak akan bisa konsisten dalam kebohongannya.
Coba jika kita panjangkan kisah kebohongan Bagus kepada Ayu di atas. Ketika Ayu penasaran ingin mengetahui siapa Julia.
Ayu : Siapa itu Julia ?
Bagus : Sudah aku bilang tadi.
Julia adalah nama kuda yang bentuknya sangat indah (bohong 1, karena
Julia adalah nama perempuan). Aku terkagum dengan keelokan kuda tersebut
(bohong 2, karena memang bukan kuda).
Ayu : Memang Julia itu kuda punya siapa ?
Bagus : Kata temanku (bohong 3), itu kuda milik keluarga Sultan (bohong 4), makanya bagus banget (bohong 5).
Ayu : Apa memang Julia sering ikut pacuan kuda ?
Bagus : Iya (bohong 6), setiap kali ada lomba pacuan kuda di stadion, Julia selalu diikutkan (bohong 7).
Ayu : Berarti sering jadi juara dong ?
Bagus : Iya (bohong 8), beberapa kali Julia berhasil menjadi juara (bohong 9).
Dalam satu kebohongan, ada kebohongan lain
yang harus dilakukan demi menutupi kebohongan pertama. Maka ketika Ayu
kembali marah di hari kedua, Bagus memiliki pilihan untuk mengakui saja
kebohongannya yang kemarin, atau menambah kebohongan baru.
Ayu : Kamu bilang Julia itu nama kuda, tapi tadi menelpon melalui HPmu.
Bagus : Oh, itu Julia yang lain, bukan yang aku ceritakan kemarin (bohong 10).
Ayu : Memang kuda jaman sekarang bisa menelpon ya?
Bagus : Sudah aku bilang, ini Julia yang berbeda (bohong 11). Ini teman kerjaku (bohong 12).
Ayu : Awas ya mas, kalau kamu bohong …
Bagus : Aku tidak bohong dik (bohong 13). Aku katakan apa adanya (bohong 14).
Nah, jika Bagus bertahan dengan
kebohongannya, maka ia akan selalu bergelut dengan aneka kebohongan baru
agar kebohongan awal tetap tidak terkuak. Tapi sampai berapa lama Bagus
bisa bertahan dalam kebohongan? Pasti tidak akan lama. Ada masa dimana
kebohongan akan terungkap, dan kebenaran menjadi terbuka.
Agar Tidak Perlu Berbohong
Hidup berumah tangga bukanlah permainan.
Tidak untuk sementara, tidak untuk kesenangan sesaat saja. Hidup
berkeluarga adalah sebuah ibadah yang harus diniatkan untuk selamanya.
Maka sangat penting merawat keluarga dengan penuh ketulusan dan
kejujuran. Jika keluarga tumbuh di atas landasan ketulusan dan
kejujuran, akan membuatnya menjadi kokoh dan tahan terhadap aneka godaan
kehidupan. Sebaliknya, jika keluarga diliputi oleh kebohongan, akan
membuatnya menjadi rapuh dan mudah goyah oleh permasalahan.
Suami dan istri memerlukan saling kepercayaan
satu dengan yang lain, memerlukan saling terbuka, saling merasa
memiliki, saling mencintai, saling mengasihi, saling merindukan, saling
menjaga, saling mengingatkan, saling menguatkan dalam kebaikan, saling
bergandengan tangan menyusuri hari-hari sepanjang kehidupan. Suami dan
istri mengusahakan kebahagiaan bersama, bukan kebahagiaan masing-masing.
Keduanya terikat kuat sama dengan yang lain, untuk bersama-sama
menemukan kebahagiaan bersama keluarga.
Jika kondisi itu yang dimiliki suami dan
istri, rasanya tidak perlu ada kebohongan yang mereka lakukan. Semua
persoalan mampu mereka selesaikan dengan penuh kedamaian. Mereka
menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Suami dan istri adalah
dua manusia yang memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan, namun
justru karena menyadari itu mereka saling menguatkan dan saling
melengkapi. Tidak saling membohongi dan saling mengkhianati.
http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/17/seekor-kuda-merusak-kebahagiaan-keluarga-617160.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com