Perayaan tahun baru sangat identik dengan suka cita, seluruh dunia pun menyambutnya dengan menggelar berbagai macam acara. Salah
satunya berkumpul dengan orang-orang terdekat dan yang dikasihi.
Gemerlap malam ketika terompet dibunyikan, kembang api dinyalakan akan
menjadi pemanis disaat itu tiba. Berbagai macam tempat hiburan kaum
jetset pun mulai berbenah diri dan mempersiapkan sgala sesuatunya demi
menarik customer untuk meraup keuntungan yang melimpah di penghujung
tahun ini. Sebagaian dari kaum hedonis ini pun tak jarang berlomba pergi
keluar negeri untuk menikmati liburan akhir tahun.
Saya sebagai salah satu pengguna sosial media yang ternama seperti instagram, path, twitter, dan fb ini kadang-kadang suka ketawa sendiri ketika melihat kelakuan mereka. Bukan karna saya ngiri atau apa. Ya memang kalo sosial media itu diciptakan untuk pamer. Entah itu sebatas pamer kekayaan, prestasi atau bahkan kelebihan ragawi yang dimiliki (cantik atau ganteng). Tapi semakin banyak sosial media yang ada saat ini, ada beberapa kecenderungan sikap yang agaknya aneh menurut saya. Salah satu triggernya adalah moment menyambut tahun baru ini, sekilas saya mengamati teman-teman Path saya itu. Mereka sangat senang sekali memotret selfie(dirinya sendiri), check in tempat-tempat mewah yang mereka dikunjungi, dan sedikit-sedikit ngeluh tentang keadaan yang mereka alami. Bukan hanya saja anak muda, tapi kebetulan ada beberapa senior menurut saya juga yang melakukan hal sperti itu. Basicnya pun bermacam-macam ada yang dosen, dokter, model, musisi dan banyaklah yang lainya juga.
Hal yang kontradiksi pun saya liat di sekeliling saya, jutaan rakyat miskin yang masih menanti mendapat uluran tangan diluar sana. Salah satunya pak Supri, sang kakek yang tua rentah ini masih sibuk dengan payung reyotnya. Dia masih sibuk mencari pelanggan yang membutuhkan jasanya ketika hujan datang. Sedikitpun dalam benaknya tak kepikiran untuk merayakakn tahun baru. Hanya harapanya adalah hujan deras, sehingga pelanggan yang membutuhkan jasanya banyak. Miris melihatnya saat diapun bercerita kisah hidupnya yang hidup tanpa siapapun lagi dikota ini.
Berbicara mengenai makna tahun baru setiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda untuk merayakanya. Apapun bentuk perayaan yang dilakukan pasti tak jauh dari sebuah harapan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun harapan yang tersirat biasanya adalah tak lain adalah melupakan kisah kelam di masa lalu, terhindar dari nasib buruk, membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan, dengan harapan-harapan imajinatif itu akan selalu ada dalam otak. Tapi dengan berjalanya waktu itu semua akan kabur dengan sendirinya, dan kadang tak sesuai dengan kenyataanya yang ada. Tidak ada jaminan tahun baru kita bisa terlepas dari masalah-masalah yang belum terselesaikan dan hal yang membelenggu di tahun sebelumnya bukan?
Lalu apalah arti pesta porah dengan apapun yang kita inginkan itu justru hanya sebuah kemunafikan semata, jika semua itu tidak dapat merubah perilaku kita yang buruk di masa lalu? Ingatlah kebohongan apa saja yang pernah kita lakukan, ingatlah siapa saja yang telah kita sakiti hatinya, ingatlah sudahkah kita memaafkan mereka yang berbalik menyakiti kita, ingatlah sudah pantaskah kita menjadi umat yang baik dihadapanNya, ingatlah harapan-harapan keluarga dan orang tua kita, ingat apakah itu semua sudah kita lakukan? Ini hanyalah fase perpindahan batas waktu tak bisa dilihat bentuknya, hanya bisa dirasakan. Bukan karena waktunya yang berganti sehingga nasib pun kita akan berubah. Tapi bukankah lebih bijak ketika kita sadar bisa merubah sikap dari diri kita sendiri? Bergantung pada waktu itu akan sia-sia ketika kita sama sekali tak melakukan apapun dalam hidup. Yang ada hanya akan membuat kita tenggelam dan terlena, buta dan tuli akan keadaan.
Bagi saya ada kalahnya merenung menjauhi riyuhnya hiruk pikuk kota, dan menghindar dari hingar bingarnya urban.
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/12/31/memaknai-tahun-baru-622950.html
Saya sebagai salah satu pengguna sosial media yang ternama seperti instagram, path, twitter, dan fb ini kadang-kadang suka ketawa sendiri ketika melihat kelakuan mereka. Bukan karna saya ngiri atau apa. Ya memang kalo sosial media itu diciptakan untuk pamer. Entah itu sebatas pamer kekayaan, prestasi atau bahkan kelebihan ragawi yang dimiliki (cantik atau ganteng). Tapi semakin banyak sosial media yang ada saat ini, ada beberapa kecenderungan sikap yang agaknya aneh menurut saya. Salah satu triggernya adalah moment menyambut tahun baru ini, sekilas saya mengamati teman-teman Path saya itu. Mereka sangat senang sekali memotret selfie(dirinya sendiri), check in tempat-tempat mewah yang mereka dikunjungi, dan sedikit-sedikit ngeluh tentang keadaan yang mereka alami. Bukan hanya saja anak muda, tapi kebetulan ada beberapa senior menurut saya juga yang melakukan hal sperti itu. Basicnya pun bermacam-macam ada yang dosen, dokter, model, musisi dan banyaklah yang lainya juga.
Hal yang kontradiksi pun saya liat di sekeliling saya, jutaan rakyat miskin yang masih menanti mendapat uluran tangan diluar sana. Salah satunya pak Supri, sang kakek yang tua rentah ini masih sibuk dengan payung reyotnya. Dia masih sibuk mencari pelanggan yang membutuhkan jasanya ketika hujan datang. Sedikitpun dalam benaknya tak kepikiran untuk merayakakn tahun baru. Hanya harapanya adalah hujan deras, sehingga pelanggan yang membutuhkan jasanya banyak. Miris melihatnya saat diapun bercerita kisah hidupnya yang hidup tanpa siapapun lagi dikota ini.
Berbicara mengenai makna tahun baru setiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda untuk merayakanya. Apapun bentuk perayaan yang dilakukan pasti tak jauh dari sebuah harapan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun harapan yang tersirat biasanya adalah tak lain adalah melupakan kisah kelam di masa lalu, terhindar dari nasib buruk, membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan, dengan harapan-harapan imajinatif itu akan selalu ada dalam otak. Tapi dengan berjalanya waktu itu semua akan kabur dengan sendirinya, dan kadang tak sesuai dengan kenyataanya yang ada. Tidak ada jaminan tahun baru kita bisa terlepas dari masalah-masalah yang belum terselesaikan dan hal yang membelenggu di tahun sebelumnya bukan?
Lalu apalah arti pesta porah dengan apapun yang kita inginkan itu justru hanya sebuah kemunafikan semata, jika semua itu tidak dapat merubah perilaku kita yang buruk di masa lalu? Ingatlah kebohongan apa saja yang pernah kita lakukan, ingatlah siapa saja yang telah kita sakiti hatinya, ingatlah sudahkah kita memaafkan mereka yang berbalik menyakiti kita, ingatlah sudah pantaskah kita menjadi umat yang baik dihadapanNya, ingatlah harapan-harapan keluarga dan orang tua kita, ingat apakah itu semua sudah kita lakukan? Ini hanyalah fase perpindahan batas waktu tak bisa dilihat bentuknya, hanya bisa dirasakan. Bukan karena waktunya yang berganti sehingga nasib pun kita akan berubah. Tapi bukankah lebih bijak ketika kita sadar bisa merubah sikap dari diri kita sendiri? Bergantung pada waktu itu akan sia-sia ketika kita sama sekali tak melakukan apapun dalam hidup. Yang ada hanya akan membuat kita tenggelam dan terlena, buta dan tuli akan keadaan.
Bagi saya ada kalahnya merenung menjauhi riyuhnya hiruk pikuk kota, dan menghindar dari hingar bingarnya urban.
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/12/31/memaknai-tahun-baru-622950.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com