ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Menjadi Hacker Nomor 1, Indonesia Belum Punya Sistem Proteksi ( Indonesia menjadi salah satu negara tujuan utama serangan kejahatan cyber dunia )

Written By Situs Baginda Ery (New) on Kamis, 02 Januari 2014 | 18.41

Menurut Data Kementrian Komunikasi dan Informasi ( Kemenkominfo ) yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember 2013 yang lalu, menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan utama serangan kejahatan cyber dunia. Namun, menurut Pakar telekomunikasi Heru Sutadi, Kementrian Komunikasi dak Informatika yang menyebutkan bahwa Indoneia yang menjadi tujuan utama serangan cyber, data tersebut tidak valid, “ . Laporan dari Kemenkominfo tersebut tidak valid, pada kenyataannya Indonesia yang paling banyak meretas ke negara lain dari pertengahan 2013 data versi Akamai “ ujarnya.
Akamai adalah lembaga penelitian konten internet di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Menurut Akamai, peringkat Indonesia sebagai gudang para peretas naik setalah sebelumnya berada di posisi dua di bawah China sejak November sampai Desember 2012. Karena itulah, saat ini Indonesia menjadi incaran serangan balik dari negara – negara yang telah diretas.
http://202.67.224.132/pfimage/40/346440_antibajak.jpg
Meskipun Indonesia merupakan peretas nomor satu di dunia, semua lembaga yang ada di Indonesia belum begitu memperhatikan akan system proteksi dan keamanan situs. “ Keamanan situs di Indonesia masih kurang dipikirkan, yang dipikirkan itu tampilan webnya tanpa memperhatikan aspek keamanannya, “ ucap Heru. Data yang dilaporkan Kemenkominfo juga menyebutkan tidak berfungsinya IDSIRTII atau Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastucture. Padahal, IDSIRTII dibuat untuk pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protocol internet agar bebas dari ancaman dan gangguan.
Selain Heru, seorang pakar juga pengamat telekomunikasi, Teguh Sutikno melihat serangan cyber yang menyerang indoesia terdiri dari dua macam, diantaranya yaitu, dilakukan oleh orang yang sekedar iseng, dan dilakukan oleh organisasi atau perusahaan yang menjual anti – virus. Beberapa pengamat juga mengatakan serangan yang marak ditujukan ke Indonesia memang merupakan serangan balik. Karena Indonesia merupakan negara yang paling banyak meretas ke berbagai negara, karena itu banyak negara – negara yang geram kemudian melakukan serangan balik ke Indonesia. “ Bisa jadi oknum luar negeri balas dendam, karena banyak orang Indonesia yang kabarnya iseng hacking ke luar, “ Ujar Teguh.


Menurut Teguh, serangan yang berasal dari luar negeri dilakukan oleh perusahaan anti – virus dan bisa jadi disengaja karena banyak pianti lunak ( software ) illegal yang berdar di Indonesia. Bukan hanya itu, Indonesia juga tidak memiliki gateway ( gerbang jaringan internet ) Internasional dan masih menyewa dari luar negeri. Teguh mengatakan, tidak heran jika banyak searangan yang masuk ke Indonesia, karena pemerintah elum punya system proteksi sendiri. Selain belum punya gateway, Indonesia juga belum punya search engine ( mesin pencari ) sendiri.


Teguh menegaskan bahwa yang paling bertanggung jawab atas kaus ini adalah Kemenkominfo. “ Negara lain punya search engine sendiri, sedangkan kita nggak punya, beda dengan negara lain. Seharusnya Kemenkominfo bisa membuat gateway sendiri. Uangnya kan banyak, orang Indonesia juga banyak orang pintar, “ komentar Teguh. Ia juga menambahkan, satu gateway saja cukup untuk dikelola.
Teguh juga kecewa karena laporan akhir tahun dari Kemenkominfo seperti hanya dianggap sebagai data yang sekedar untuk kelengkapan data biasa. “ harus segera dilakukan sesuatu, karena banyak Kemenkominfo yang kurang menerti tentang telekomunikasi, pungutan non – pajak dari operator sendiri mencapai kurang lebih 5 triliun rupiah. Tiap tahun ada sekitar 1,2 triliun rupiah, “ tuturnya.
http://teknologi.kompasiana.com/internet/2014/01/01/menjadi-hacker-nomor-1-indonesia-belum-punya-sistem-proteksi-623204.html
18.41 | 0 komentar | Read More

Artikel Galau: Aku Masih Punya Perasaan

Aku juga masih punya perasaan sama seperti dirimu
Wah sudah jam berapa ini, sepertinya tadi aku belum sholat azhar lagi. Sebaiknya kuambil kesempatan baik ini, untuk mendirikan sholat azhar, karena kalau sudah duduk di depan nanti, jadi aneh, mengapa harus bolak balik ke belakang lagi. Badanku sudah agak ringan, mungkin karena sudah lumayan banyak ke luar keringat. Tadi tenggorokan terasa begitu kering, belum lagi harus sigap menutup hidung dengan handuk kecil. Banyak orang menghiasi sakunya dengan sapu tangan, bahkan kadang disusun rapi, tapi aku justru menyiapkan handuk kecil. Kebiasaan waktu menunaikan ibadah haji, masih terbawa sampai sekarang. Maklum di depan banyak orang, kadang hidung ini, tidak mau diajak kompromi. Kalau dia sedang beraksi, alirannya mirip lahar panas, membakar relung relung hidung. Kadang harus berlomba dengan datangnya tamu yang akan bersalam. Sesungguhnya aku malu, aku juga punya perasaan, namun kondisi fisik badanku sedang tidak dapat diajak kompromi. Untung kami berada di bagian akhir, karena bukan tuan rumah.
Ingin cinta ingin kasih ingin sayang
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgniwRM50OJ9y5gkjMRRpr2J1JxrJZhheorNYn3wl_pYvZF1NOxvjcH6Nxjaqy9COJCyGY4iT2EXffQiKW0D8Bw2ZSe0gkqEeRBGJTBz0CmqXrE7gpfjTJrkqIJ2gE4WEs9YqploEe5Qac/s1600/depressed.jpgEntah sudah yang ke berapa kali, syair lagu ini diulang-ulang. Namun tidak juga membuatku bosan mendengarnya. Perlahan ingatanku kulayangkan sejenak, apa yang sesungguhnya tengah terjadi. Istriku tersenyum manis melihat ke arahku, sambil berbisik, “Mas lihatlah anak sulung kita. Begitu bahagia dia hari ini”. Sambil menggenggam tangan istriku, aku menoleh ke kanan. Kuperhatikan dengan seksama, Si Sulung Gantheng, kulihat, tersenyum lebar memandang ke depan, matanya bersinar, wajahnya berseri duduk berdampingan dengan perempuan idaman hatinya. Tanpa terasa bola mataku terasa mulai menghangat.
“Alhamdulillah”, kukatakan pada istriku, “Sudah cukup lama, dia menantikan hari bahagia ini, ya.”
“Itu, kawan kawanku dari kampus datang Mas”, bisik istriku.
Mataku mulai nanar melihat para sahabat itu. Semua pertimbangan rasional, seolah luluh lantak, oleh suasana kebahagiaan yang melanda tempat itu. Senyum mengembang dari setiap yang hadir, gelak canda, tawa riang, cerita masa lalu, ketemu teman atau pasangan teman semasa awal hidup merantau, membuat hati ini seperti pecah berderai. Sewaktu keluarga besar Jakarta dan Jogja mulai berdatangan, baik yang menginap di rumah maupun di hotel, suasana itu belum begitu membuat hati ini sembab. Tapi begitu melihat kawan kawan istriku berdatangan, dari mulai mereka masuk, mengambil hidangan, sampai akhirnya mereka menyalami si Sulung Gantheng, sedikit demi sedikit mulai berdampak pada temperature bola mataku.
Hanya karena kadang kadang bergantian, dengan dinamika aksi demo hidung yang penuh dengan aliran panas saja, maka mata air panas yang meleleh di pipiku agak cepat kusapu. Tidak banyak kawan yang membantu karierku dari sejak awal membina karier di rantau yang kuundang, karena konsekuen dengan janji, pesta atau dp rumah. Kalau dp rumah, undangan hanya terbatas. Walaupun kesepakatan itu bukan keputusan orang seorang, tetapi akhirnya kuakui, bahwa aku telah meninggalkan rekan rekanku untuk menyaksikan hari kebahagiaan pernikahan anak lelakiku. Melihat keadaanku yang tidak stabil istriku berpikir, asap masakan di sekeliling sangat terasa dampaknya terhadap mataku. Aku hanya tersenyum mendengar hal itu. Nggak apa-apa, bisikku, menenangkannya. Sesungguhnya aku juga hanya ingin dicinta dan disayang oleh sahabat sahabatku hari ini. Tapi kesempatan itu kuabaikan sendiri.
Alhamdulillah, ada yang saling silang, ada senior senior yang saling berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kami bertiga. Sambil bersalam, kupeluk mereka yang datang, seolah ingin melepaskan kebahagiaan itu bersama. Bahkan ada yang sampai suaraku pun tidak dapat ke luar lagi. Hanya senyum dan bahkan mungkin ada bulir bulir air mata yang hendak jatuh. Sampai sampai aku meminta mereka untuk foto saja, seperti sudah menjadi orang gagu.
Sama juga seperti dirimu
Syair lagu itu membuatku tersadar lagi, bahwa hari tentu sudah mulai merangkak sore. Ketika kuambil tas istriku, untuk kubawa ke luar. Istriku datang, menarik tanganku, sambil berkata:”Kita ikut bersalam sekali lagi pada tamu yang datang, setelah itu kita pulang, Mas. Sholat di rumah saja, ya”
H+2 
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/23/aku-masih-punya-perasaan--619075.html
18.36 | 0 komentar | Read More

Artikel Penuh Makna: Tak Hanya perasaan Tapi juga Logika

Saat perasaan merasa sangat mencintai seseorang mungkin kita akan sulit untuk melogikakan. Rasa dan rasio kadang tak mampu berjalan beriringan karena sudah tertutupi perasaan. Tetapi Kadang kita tak menyadari bahwa dalam melakukan sesuatu didalamnya selalu ada unsur logika dan perasaan. Dimana keduanya ini selalu saling berkaitan erat.
Sering kali pula pada kenyataannya dalam kehidupan ini logika manusia selalu sulit untuk diterka kadang logika mampu mengalahkan perasaan namun juga bisa sebaliknya. Tak jarang pula kedua unsur ini dapat memicu sebuah peristiwa yang terkadang tak banyak orang tau kecuali orang yang mengalaminya. Begitupun semua diantara kita pernah merasakannya hanya saja tidak pernah terbersit didalam hati kita untuk memikirkan logika dan persaaan itu, apalagi saat mengalami sebuah masalah sehingga rasa marah kita mungkin hanya mendahulkukan logika saja sehingga tak ada kesempatan bagi perasaan untuk angkat bicara.
Berbicara tentang logika, Logika sendiri merupakan sebuah ilmu tentng berfikir (Solso, Maclin & Maclin, 2007). Sedangkan berfikir sendiri merupakan proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan , pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan (Solso, Maclin & Maclin, 2007).
http://seputarbukubuku.files.wordpress.com/2012/08/emtion.jpg

Dalam menyelesaikan masalah sering kali kita kalut, terlebih masalah dengan hubungan bersama lawan jenis. Sering kali kita terlanjur main perasaan ( utamanya kaum wanita), sering kali wanita akan galu atupun sedih saat ditinggalkan kekasih hatinya pergi (putus) atupun merasa tersakiti denga olah pasangannya. Selingkuh misalnya. Wanita akan cenderung memenangkan perasaan dari pada berfikir logis dan mengedepankan logika. Pada faktanya mungkin jika wanita mengedepankan logika saat seperti itu mungkin akan berfikiran lebih positif dan berani berkeputusan .
Seharusnya sebagai seorang wanita tidaklah perlu galau dan takut dalam berkeputusan. Dan berani menegaskan sikap ataupun perasaan. Kita perlu menalarkan logika yang kita miliki demi sebuah keputusan yang baik untuk kita sendiri. Karena memang hidup harus memilih, jadi jangn takut untuk memilih suatu keputusan.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/28/tak-hanya-perasaan-tapi-juga-logika-620334.html
18.34 | 0 komentar | Read More

Inspirasi dan Makna: Kisah Kakek dan Pencuri Pepaya

PepayaCerita ini tentang seorang kakek yang sederhana, hidup sebagai orang kampung yang bersahaja. Suatu sore, ia mendapati pohon pepaya di depan rumahnya telah berbuah. Walaupun hanya dua buah namun telah menguning dan siap dipanen. Ia berencana memetik buah itu di keesokan hari. Namun, tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri orang.
Kakek itu begitu bersedih, hingga istrinya merasa heran. “Masak hanya karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung”. ujar sang istri.
“Bukan itu yang aku sedihkan” jawab sang kakek, “Aku kepikiran, betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya dengan susah payah untuk bisa memetiknya..”.
“dari itu Bune” lanjut sang kakek, “Saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya kita, mudah-mudahan ia datang kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya”.
Namun saat pagi kembali hadir, ia mendapati pepaya yang tinggal sebuah itu tetap ada beserta tangganya tanpa bergeser sedikitpun. Ia mencoba bersabar, dan berharap pencuri itu akan muncul lagi di malam ini. Namun di pagi berikutnya, tetap saja buah pepaya itu masih di tempatnya.
Di sore harinya, sang kakek kedatangan seorang tamu yang menenteng duah buah pepaya besar di tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu tersebut. Singkat cerita, setelah berbincang lama, saat hendak pamitan tamu itu dengan amat menyesal mengaku bahwa ialah yang telah mencuri pepayanya.
“Sebenarnya” kata sang tamu, “di malam berikutnya saya ingin mencuri buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda”.
Kisah di atas mungkin begitu sederhana sebagaimana tokoh protagonisnya yang juga bersahaja. Namun ada ibroh yang bisa kita pelajari darinya, yaitu tentang keikhlasan, kesabaran, kebajikan dan cara pandang positif terhadap kehidupan. Yang terakhir itulah yang hendak kita jadikan topik renungan kita kali ini.
Mampukah kita tetap bersikap positif saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai dengan ikhlas mencari sisi baiknya serta melupakan sakitnya suatu “musibah”?
Kebanyakan dari kita mungkin belum bisa. Karena memang kecenderungan manusia dalam mencinta, lupa bahwa apa yang disenanginya hanyalah titipan semata, yang setiap saat bisa diambil kapan saja. Allah menyiratkan itu dalam QS. Al-Adiyat [100]:6-8:
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ. وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ. وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
sumber: http://www.kisahinspirasi.com/2012/09/kisah-kakek-dan-pencuri-pepaya.html
13.30 | 0 komentar | Read More

Kisah Bermakna: Kisah Keluarga Kakek

Alkisah di suatu desa di tepi hutan tinggal seorang kakek tua dengan putra tunggalnya. Mereka hidup dari beternak kuda yang diambil susu dan dagingnya. Sang putra kerjanya sehari-hari menggembalakan beberapa ekor kuda yang mereka miliki ke padang rumput.
Suatu hari seperti biasa putranya membawa kuda-kuda merumput ke lapangan. Karena kelelahan dia tertidur di bawah sebatang pohon rimbun. Saat terbangun, dia terkejut karena dia mendapati kuda-kudanya tidak di lapangan lagi, tetapi entah hilang ke mana. Dia mencari-cari mereka, tetapi berakhir dengan sia-sia. Akhirnya, dengan langkah gontai, dia pulang ke rumah.
Berita kakek tua kehilangan kuda-kuda peliharaannya membuat gempar desa kecil tersebut. Para tetangga segera berdatangan menyatakan duka mendalam atas kemalangan yang menimpa keluarga kakek itu. Seorang tetangga sambil menenangkan kakek tua berkata, “Sungguh malang nasibmu, Pak Tua. Semua kudamu telah tiada. Sia-sia jerih payahmu selama ini. Sungguh malang nasibmu.”
Kakek tua terdiam sejenak, lalu menjawab, “Saya tidak merasa kemalangan, hal ini biasa saja. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”
Para tetangga bingung dengan tanggapan kakek tua, dan merasa kasihan karena dia mungkin hanya sekedar menghibur diri. Lalu mereka semua meninggalkan keluarga kakek tua untuk memberikan kesempatan kepadanya untuk menenangkan diri.
Beberapa hari berlalu. Dan suatu pagi, terjadi kegemparan. Ternyata pada malam sebelumnya kuda-kuda kakek tua kembali lagi ke kandangnya. Dan bersama dengan mereka ikut segerombolan kuda liar dari hutan. Dalam sekejap mata kakek tua memiliki banyak kuda.
Berita ini kembali menggemparkan seisi desa. Para tetangga datang memberikan selamat atas keberuntungan ini. Semua memuji bahwa nasib kakek semakin baik di hari tuanya. Mereka berucap, “Sungguh beruntung nasibmu, Pak Tua. Sekarang kamu memiliki kuda paling banyak dan menjadi orang paling kaya di desa kita.” Kakek tua hanya menggelengkan kepala sambil menjawab, “Saya merasa biasa-biasa saja. Ini hanya sekedar satu peristiwa dalam hidup saya. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”
Para tetangga semakin bingung dengan sikap kakek tua yang agak aneh itu. Mereka menganggapnya orang yang tidak tahu bersyukur dalam hidup.Lalu mereka meninggalkan kakek tua yang semakin membingungkan mereka itu.
Beberapa hari berlalu. Seperti biasa, putra kakek tua secara berkala mencari kayu bakar di hutan untuk keperluan memasak. Pagi-pagi putranya berangkat ke hutan, dan sesampainya di sana, mulai menebang pohon untuk mengambil batang kayunya. Karena kurang hati-hati, suatu ketika kapak yang dia ayunkan ke batang pohon meleset dan menebas kaki kanannya. Kakinya mengalami pendarahan dan luka yang parah. Dia akhirnya diselamatkan oleh penduduk desa yang kebetulan lewat.
Berita tentang kecelakaan putra kakek tua kembali menggemparkan desa. Beramai-ramai mereka datang ke rumah kakek tua untuk membesuk putranya. Mereka merasa kasihan dan berusaha menghibur kakek tua karena putranya bakal menderita cacat seumur hidup. “Sungguh malang nasibmu, Pak Tua. Putra satu-satumu sekarang cacat. Siapa lagi sekarang yang membantu dan menjagamu?” Kakek tua hanya diam membisu, tertegun merenung, lalu menjawab, “Bagi saya ini hal yang biasa. Demikianlah yang seharusnya terjadi. Semua ini hanya bagian dari kehidupan.”
Para tetangga semakin bingung dengan jawaban kakek tua. Kali ini mereka menganggap kakek tua ini bukan saja orang yang aneh, tetapi mungkin sudah hampir gila. Lalu, mereka tanpa banyak bicara meninggalkan kakek yang mereka anggap lain dari biasa itu.
Beberapa hari berlalu. Suatu hari desa itu kedatangan tentara kerajaan yang sedang mencari pemuda-pemuda sehat untuk diikutsertakan berperang karena kerajaan sedang diserang musuh. Semua pemuda yang sehat dari desa itu diambil paksa untuk ikut kewajiban membela kerajaan. Berhubung putra kakek tua cacat maka dia tidak ikut dibawa pergi. Maka kakek tua tetap dapat hidup tenang di masa tuanya dengan ditemani putra tunggalnya.
Cerita di atas memberikan inspirasi kepada kita tentang hakekat kehidupan. Jika Anda pernah mendengar atau membaca sebelumnya, biarlah cerita ini mengingatkan Anda kembali untuk menghayati hidup dengan cara yang baru.
Moral cerita di atas begitu sederhana. Hidup ini penuh dengan serangkaian peristiwa yang datang silih berganti. Ada yang kita sukai dan menyenangkan kita, ada yang tidak kita sukai dan mengantarkan penderitaan bagi kita. Begitulah kehidupan, dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang terkadang memberi keberuntungan, terkadang membawa kemalangan. Dan dengan cara demikianlah kita memberi label atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup.
Moral yang lain, ketika kemalangan datang menghampiri, kita tidak perlu terlalu bersedih hati. Tersenyumlah, mungkin saja keberuntungan sedang dalam perjalanan mengunjungi kita. Dan ketika keberuntungan mengetuk di pintu kehidupan, kita tidak perlu merasa senang dan bahagia berlebihan. Siapkanlah hati, mungkin saja kemalangan sedang mengintai, menunggu saat lengah untuk menerkam kita.
Tolong “share” ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada kisah di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.
http://rumahmakna.com/414/kisah-keluarga-kakek/
13.28 | 0 komentar | Read More

Inspiratif: Kisah Kakek Yang Memberikan Kepala Ikan Pada Sang Nenek

Alkisah pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek-nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan.
Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut. Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.
Disela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.
Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran.Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek, “Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan Sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab, “Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Merekapun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir sehingga akhirnya merekapun ikut terharu.
Moral Of The Story:
Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri suatu hubungan yang sudah berjalan cukup lama dan tidak mengalami masalah yang berarti, kandas di tengah-tengah karena hal yang sepele, seperti masalah pada cerita di atas.
Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita mengenali pasangan kita masing-masing. Hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yang dilandasi dengan keterbukaan. Oleh karena itu, mulailah kita membina hubungan kita berlandaskan pada kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
http://a3243qwgdstyreyr5.blogspot.com/p/kisah-kakek-yang-memberikan-kepala-ikan.html
13.23 | 0 komentar | Read More

Inspirasi Penuh Makna: Kisah Kakek Tua Pedagang Tali Sepatu dan Koran


Jatinangor, tepatnya Universitas Padjadjaran adalah almamaterku, tempatku menimpa ilmu dan sebagai langkah awal mencapai asaku. Tak jauh berbeda memang dengan aktivitas di kampus lain dengan segala hiruk-pikuk lalu lalang para mahasiswanya. Jatinangor pun kini menjadi daerah pendidikan yang semakin mengalami perkembangan mengikuti zaman. Kultur dan pola pikir masyarakatnya pun kini mulai mengalami perubahan ke arah yang lebih dinamis, tidak hanya terpaku kepada pemikiran yang kolot semata. Namun, apakah daerah ini masih menjadi surga bagi warganya. Tidak ada yang dapat memastikan akan hal itu.
            Seperti layaknya mahasiswa lain, pagi-pagi buta aku sudah terjaga dari dinginnya cuaca kala itu. Namun, bagaimana lagi aku harus melaksanakan amanah yang aku terima. Tak ada kata lain, jangan sampai mengeluh dalam keadaan dan aku pun percaya dibalik sebuah kesulitan, pasti ada kemudahan yang berdampak kepada kebahagiaan. Dengan semangat 45, akupun memaksakan diri untuk membersihkan badan, walaupun airnya sangat mengiris kulit ari, terasa dingin yang membuatku menggigil kedinginan.
            Aktivitas pagi hari pun begitu ramai dengan lalu lalang mahasiswa dan pedagang yang memiliki aktivitanya masing. Begitu juga aku, aku disibukkan dengan buku-buku dan Jas Laboratoriumku, karena aku harus mengikuti praktikum yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Semua pasti ada hikmahnya, kalau tidak praktik bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya di lapangan.
            Diperjalan menuju kampus, mataku kini terpaku pada satu sudut kampus yang mulai ramai oleh tukang ojeg yang menawarkan jasanya. Disisi lain aku melihat seorang kakek tua yang terlihat begitu sayup, namun semangatnya terus saja melekat pada diri kakek itu. Perlahan ku dekati kakek tua itu dan ternyata kakek tua itu sedang berdagang tali sepatu yang menurutku memiliki peluang yang sangat kecil untuk mendapatkan keuntungan. Namun, kakek tu yang selalu memakai topi ini selalu saja berusaha dan baginya dia rela melakukan apapun demi keluarganya.
            Setelah ditelusuri, kakek tua ini menghabiskan waktunya di Jatinangor menjajakan dagangannya hanya untuk bekal keluarganya. Dia tidak akan pulang kampong sampai dia mendapatkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Aku pun memutuskan untuk membeli sepasang tali sepatu itu walaupun tali sepatuku masih terlihat bagus. Namun, apa salahnya membeli sebagai cadangan nantinya.
            Tadinya aku mau berbincang banyak dengan si kakek itu, namun waktu telah memaksaku untuk berpisah karena harus mengikuti perkuliahan yang lumayan padat. Rencananya aku mau mewawancarai kakek itu dilain waktu yang luang. Semoga pengalaman beliau bisa menjadi hikmah tersendiri bagi diriku pada khususnya dan teman-temanku pada umumnya. Sesampainya di kelas, aku menceritakan kejadian yang telah menimpaku kepada teman-temanku. Mereka pun merasa iba dan terharu mendengar cerita tentang si kakek itu.
            Waktu istirahat pun tiba, aku pun memutuskan untuk makan di kantin bersama teman-temanku. Setelah tiba di kantin ada hal aneh yang terjadi, aku melihat kakek tua yang tadi ada di gerbang lama Unpad. Aku heran dan memastikan apakah beliau kakek yang tadi pagi digerbang. Setelah aku bertanya, ternyata memang benar kakek itu adalah pedagang tali sepatu yang tadi pagi. Namun, kali ini kakek tua itu beralih profesi menjadi pedagang Koran. Seperti biasanya, dengan semangat yang pantang menyerah kakek itu menjajakan dagangannya dengan yakin dan kalimat persuasi para pelanggannya. Teman-temanku pun terbengong dan kagum kepada kakek tua itu, di usianya yang sudah renta yang seharunya menikmati masa tuanya masih saja bekerja demi kepentingan keluarganya.
            Salah satu temanku bertanya pada kakek itu tentang anaknya dan seharusnya anaknya yang menggantikan posisi si kakek. Namun, dengan legowo dan bijak kakek tua itu menjawab “selama masih bisa berjalan dan memiliki nikmat kesehatan, kakek masih mau membantu keluarga”. Lagi pula, anak-anaknya juga memiliki bebannya masing-masing karena semuanya sudah berumah tangga. Kondisi ekonomi juga mendesak si kakek untuk berusaha lebih di usianya kini yang tidak muda lagi. Akhirnya, percakapan kami dengan si kakek pun berakhir karena aku dan teman-temanku harus kembali kuliah. Salah satu temanku memborong Koran yang dijajakan kakek tua itu. Katanya sih untuk dibagikan juga untuk teman-temannya yang lain. Sang kakek pun tersenyum tanda terima kasih dengan bibir yang merekah.
      Hidup memang pilihan, apakah kita memilih untuk maju dan berkembang atau hanya bertahan diri saja. Si kakek yang setua itu, masih saja memiliki motivasi yang tinggi untuk membiayai keluarganya. Padahal kondisinya sudah terlalu rapuh dan harusnya lebih banyak beristirahat. Sebagai pemuda, mahasiswa memiliki semangat yang lebih dari si kakek. Dengan kondisi seperti itu saja si kakek bisa bertahan, kenapa mahasiswa yang masih bugar lebih sering mengeluh dan meratapi keadaan. Semoga kita dapat mengambil hikmah kehidupan yang lebih baik. Aaamiin.
https://id-id.facebook.com/notes/muhammad-badru-tamamuddin/kisah-kakek-tua-pedagang-tali-sepatu-dan-koran/10151569891674535

13.21 | 0 komentar | Read More

Inspirasi Islami: Kisah Seorang Kakek Berusia 20 Tahun



Dikisahkan, suatu ketika di bawah sebuah pohon yang rindang, tampak sekelompok anak-anak sedang menyimak pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Di antara anak-anak itu, terlihat seorang kakek duduk di sana.

Seusai pelajaran, seorang pemuda dengan penasaran menghampiri dan bertanya kepada si kakek,
“Kek, apakah kakek seorang guru?”

“Bukan…, aku bukan seorang guru. Aku juga sedang belajar, sama dengan anak-anak itu.”

“Lho, memangnya, berapa umur kakek?”

“Umur kakek tahun ini, baru 20 tahun.”

“Ah…, kakek bercanda! Perkiraanku, umur kakek sekitar 60 tahunan…”

“Ha ha ha, tebakanmu benar!
Bila dihitung dari saat kakek lahir hingga kini, umur kakek memang 63 tahun.
Akan tetapi, 40 tahun yang telah dilewati jangan dihitung.
Yang benar-benar dapat dihitung adalah kehidupanku duapuluh tahun terakhir ini.”

Si pemuda menunjukkan wajah kebingungan. Ia pun bertanya, “Maksudnya bagaimana, Kek?”

Sambil menghela napas panjang si kakek menjawab,
“Sejak kecil sampai usia 20 tahun, yang seharusnya waktu terbaik untuk belajar,tetapi kakek sibuk bermain dan bersantai. Karena semua kebutuhan hidup telah disediakan berlimpah oleh orangtua kakek.
Kemudian 20 tahun berikutnya, waktu yang seharusnya untuk mengejar karir dan berjuang, kakek malah menggunakannya untuk berfoya-foya-menghamburkan harta yang diperoleh dengan susah payah oleh orangtua kakek. Bekerja hanya sekedar mengumpulkan harta semata dan menghabiskannya demi kesenangan sementara.

“Lalu bagaimana dengan dua puluh tahun terakhir hidup kakek?”

Dengan mata berkaca-kaca si kakek bertutur berkisah,
“Dua puluh tahun terakhir ini aku sadar, 40 tahun hidup berlalu  kulalui tanpa makna, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita… Sungguh hidup yang sia-sia, tidak berguna.
Saat sadar, kakek sudah hidup sebatang kara dan tanpa harta. Usia terus menua & kematian semakin dekat. Untuk hidup pun harus ditunjang dari belas kasihan orang lain.
Inilah aku yang baru merasa pentingnya waktu dan kehidupan, dari enam puluh tahun usiaku baru dua puluh tahun yang benar-benar layak disebut kehidupan, sebelumnya aku hidup bagai dalam kematian.
Anak muda, jangan meniru kehidupan seperti yang telah kakek jalani. Karena, waktu adalah modal utama paling berharga yang dimiliki oleh setiap manusia. Pergunakanlah baik-baik untuk belajar,berusaha, dan berkarir. Efektivitaskan waktumu pada tujuan yang jelas, dan berjuang meraih keberhasilan. Maka kelak di hari tuamu, kamu akan menjalani kehidupan ini dengan bangga dan bahagia.”
_________________________________________________________________

Sahabat taqwa yang luar biasa,

Saat ini kita hidup di Abad ke-21, di mana zaman mempunyai ciri khas yakni perubahan yang cepat, perkembangan teknologi yang semakin pesat, persaingan di semua lini usaha yang begitu ketat. Dan kita dituntut menjadi manusia pembelajar yang bisa menghargai waktu dan mengelolanya secara cerdas, cermat, dan cekatan.

Jika kita mampu mengelola waktu dengan begitu smart, bisa dipastikan kehidupan kita akan punya warna, punya ciri, dan berkualitas. Manfaatkan waktu yang begitu berharga!

Seperti pepatah berbunyi, time is money (waktu adalah uang).
Tetapi lebih dari itu, time is life (waktu adalah nyawa)…!

Namun demikian, jangan terseret arus zaman dan gaya hidup modern.
Pilihlah kehidupan yang menghidupkan hati & memuaskan jiwamu,
mendekatkan diri dengan Penciptamu,
menjadikanmumu bermanfaat bagi masyarakatmu,
dan membuatmu dikenang dengan tinta emas kebajikan.

Sahabat taqwa tercinta,
Selamat menikmati kehidupan & merajut impian,
namun jangan lupa tuk membangun kehidupan di hari kemudian.

Salam Sukses & Bahagia

iNspirasi taQwa
sahabat inspiratif anda
http://id-id.facebook.com/notes/inspirasi-taqwa/kisah-seorang-kakek-berusia-20-tahun/300957693251168
13.19 | 0 komentar | Read More

Kisah Penuh Hikmah: Kisah Kakek Sholeh yang Terlupa

bobby-01
Seorang sahabat bernama Davy bertutur kepada saya tentang pengalaman hidupnya. Beliau yang berprofesi sebagai presenter, artis dan publik figur sering mendapat undangan untuk menghadiri. Dalam sebuah perjalanan bersamanya, saya mendapatkan kisah ini
26 Desember 2004 adalah tanggal yang takkan terlupa bagi rakyat Indonesia, khususnya Aceh. Allah Swt telah memberikan sebuah peringatan hebat dengan datangnya musibah Tsunami. Sebuah hikmah yang diambil oleh kita bersama adalah bahwa Tsunami telah mengingatkan kita semua yang tadinya. Serta-merta kita semua menyebut dan mengagungkan nama Allah Swt saat menyaksikan kebesaran-Nya lewat musibah Tsunami.
Ya, kita semua terlupa untuk membesarkan nama-Nya. Hingga Dia Swt paksa kita untuk meneriakkan nama-Nya. meski dengan pekik tangis, erangan bahkan jeritan dari setiap mulut baik yang terkena musibah tersebut atau yang menyaksikan. Dia Swt jg tumbuhkan rasa simpati dan empati mendalam pada diri kita terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban di sana. Hingga entah berapa milyar atau trilyun rupiah dana digalang dr dlm maupun luar negeri untuk membantu saudara-saudara di sana.
Davy bercerita bhw ia diundang ke sebuah desa di Aceh untuk menghadiri acara syukuran. Alhamdulillah sebuah desa sudah berhasil dibangun kembali dari hasil kerjasama semua pihak. Dalam acara perayaan syukuran itu tidak hanya orang aceh saja yang hadir…, namun beberapa orang dari dalam dan luar negeri terlihat turut hadir dan bergembira atas desa yang berhasil dibangun kembali.
Saat acara formal sudah selesai dihelat, kini giliran acara hiburan yang ditunggu-tunggu. Salah satu performance andalan masyarakat desa tersebut adalah penampilan seorang gadis Aceh asli yg akan menyanyikan sebuah lagu berbahasa Inggris. Gadis itu tanpa rasa sungkan dan ragu tampil ke muka. Gaya dan mimiknya begitu ceria, seolah menggambarkan bahwa ia dan rakyat Aceh tidak lagi bersedih.
Ia menyanyikan sebuah lagu tahun 80-an berjudul My Bonny, dengan fasih gadis itu melantunkan. My bonny is over the ocean….My bonny is over the sea…My bonny is over the ocean…O bring back my bonny to me. Penampilan gadis itu sungguh memukau.  Ratusan orang yang hadir memberikan applause, bahkan tidak jarang yang berdiri memberi penghormatan.
Hingga saatnya ada seorang ‘bule’ tampil ke muka dan datang menghampiri gadis tersebut di atas panggung. Pria bule itu menyalami si gadis kecil sambil bertanya pertanyaan sederhana dalam bhs Inggris, “O my dear, what is your name?”Mendapati pertanyaan itu sang gadis kecil terdiam membisu. Ia tak mampu menjawabnya, malah ia menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dengan mulut tertutup ia hanya bisa menjawab, “Mmmmmm…….!”
Sang pria bule penasaran, ia melontarkan satu pertanyaan kembali, “O my sweetheart, do you live here?” Lagi-lagi gadis tersebut tidak menjawab pertanyaan pria bule itu kecuali hanya dengan menggelengkan kepala sambil menjawab, “Mmmmm….” Melihat kejadian itu kontan seluruh hadirin tertawa. Mereka kini semua tahu bahwa gadis kecil yang baru saja memukau dengan lagu bahasa Inggris yang dibawakannya rupanya hanya sekedar hapal.Bahkan satu kata dan kalimat sederhana dalam bahasa Inggris pun rupanya ia tidak tahu.
Davy meneruskan kisahnya bahwa acara itu selesai diselenggarakan. Beberapa orang kaum muslimin yang turut hadir kemudian pergi ke masjid terdekat untuk shalat Zhuhur berjamaah. Davy ikut serta dalam shalat Zhuhur tersebut. Saat shalat usai dan kaum muslimin berdoa kepada Allah Swt…, maka Davy mendengar ada seorang pria Aceh berusia tua yang duduk di belakang sambil berdoa dengan suara terisak-isak.
Kakek itu menengadahkan wajahnya ke langit. Tangannya terangkat sedemikian tinggi. Tubuh berguncang, air mata menetes deras dan dengan suara terisak yang menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.  Lama sekali kakek itu berdoa dan menangis di hadapan Tuhannya. Hingga muncullah simpati Davy yang membuat ia tergerak untuk menghibur kakek yang terlihat sedih tadi. Davy pun datang menghampiri.
“Pak…, kita orang beriman harus bersabar ya atas ujian yang Allah berikan. hidup ini tak selalu bahagia, ada kalanya Dia Swt berikan ujian kepada kita agar kita selalu mawas diri!” demikian ujar Davy kepada kakek itu. Masih dengan tubuh berguncang dan suara terisak kakek itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Davy pun kini mengusap-usap punggung sang kakek untuk meredam tangis dan gejolak emosi. Alhamdulillah, usaha Davy sedikit berbuah hasil. Kakek tersebut sudah mulai agak tenang.
Davy lalu bertanya kepada kakek itu, “Memangnya berapa orang anggota keluarga kakek yang menjadi korban Tsunami tempo hari?” Dengan terbata-bata sang kakek menjawab,”Alhamdulillah, semua keluarga saya selamat. Tidak satupun Allah Swt ambil lewat peristiwa Tsunami.”
Masih ingin tahu lebih jauh, Davy bertanya lagi,”Mungkin harta atau usaha atau kendaraan bapak hanyut dan hilang disapu Tsunami?!” Sang kakek menjawab, “Alhamdulillah tidak satu pun yang Allah Swt ambil dari saya lewat Tsunami!” Kini Davy menjadi bingung dan bertanya membatin mengapa kakek ini menangis tersedu. Hal itu pun ia utarakan dalam sebuah tanya, “Lalu apa yang membuat kakek menangis seperti ini andai tidak 1 pun Allah Swt ambil lewat Tsunami?!”
Kini sang kakek menatap wajah Davy dengan dalam. Mimik kesungguhan tergurat di wajahnya. Sang kakek bertanya kepada Davy, “Apakah Anda tidak melihat penampilan seorang gadis kecil Aceh yang menyanyikan lagu berbahasa Inggris?!”"Ya, saya lihat!” jawab Davy. ”Apakah Anda melihat seorang pria bule yang bertanya kepada gadis itu dengan bahasa Inggris?!” tanya Kakek lagi. ”Ya, saya lihat!” jawab Davy.”Apakah Anda menyimak jawaban gadis kecil tersebut?!” tanya kakek.
“Ya, gadis itu tidak bisa menjawab pertanyaan pria tadi, padahal sebelumnya ia bernyanyi lagu berbahasa Inggris dengan amat fasih!”jelas Davy.
“Ya… kejadian itu membuat kt semua tertawa terbahak2 saat kt menyadari bhw gadis kecil itu tdk bs sama sekali brbahasa Inggris.
Rupanya ia hanya menghapal, dan apa yang ia nyanyikan bisa jadi tidak ia pahami…” sang kakek menambahkan.
“Kejadian itu sungguh adalah sebuah peringatan bagi saya. Sebuah peringatan bagi saya yang sudah Terlupa atas tugas yang Allah Swt titipkan kepada saya…” tambah Kakek.
“Maksud bapak…?!” tanya Davy mengejar.
“Teguran yg Allah berikan kepada saya hari ini jauh lebih hebat daripada tegurannya yang bernama Tsunami.Dalam tempo hanya beberapa belas menit, Tsunami telah melenyapkan hampir seluruh harta dan jiwa yang dimiliki oleh rakyat Aceh.Namun teguran Allah Swt yang diberikan kepada saya ini boleh jadi akan melenyapkan semua kebahagiaan saya…, tidak hanya di dunia bahkan mungkin hingga akhirat!” terang sang kakek.
Davy hanya terdiam. ia masih belum mengerti. Ingin sekali ia menyimak dengan seksama apa yang akan dijelaskan oleh sang kakek.
Sang kakek pun menambahkan, “Peristiwa gadis itu menyadarkan saya bahwa sang gadis tidak memahami apa yang ia nyanyikan. Kejadian itu membuat semua orang yang hadir tertawa terbahak saat menyadarinya. Kini usia saya sudah lebih dari 60 tahun, dan saya tahu mungkin waktu kematian saya sudah tak lama lagi.
SETIAP HARI SAYA SHALAT, BERDOA & MEMBACA AL QURAN. NAMUN APA YANG SAYA BACA DAN HAPALKAN HANYA SEDIKIT YANG BISA SAYA MENGERTI. SAYA TAK UBAHNYA SEPERTI GADIS KECIL TADI…. MUNGKIN SAAT SAYA MATI DAN BERADA DI DALAM KUBUR…., MALAIKAT MUNKAR-NAKIR AKAN DATANG KEPADA SAYA DAN BERTANYA…, MAN RABBUKA…, WA MAN NABIYYUKA…, WA MA QIBLATUKA… WA MAN IKHWANUKA…?
SAAT ITU SAYA AKAN TERDIAM, TERPAKU DAN TIDAK BISA MENJAWAB. MUNGKIN SAYA AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN GADIS TADI. SAYA AKAN MENGGELENGKAN KEPALA DAN MENJAWAB DENGAN; MMMMMM…… SAYA TIDAK MENGERTI.
Bila hari ini kita semua tertawa atas gadis yang tidak mengerti tadi…, boleh jadi nanti di kubur malaikat, setan dan iblis akan menertawakan saya sambil berkata…,Lihat ini anak manusia, 60 thn lbh dia hidup di dunia menjadi hamba Allah,namun selama itu ia tidak mengerti apa yangg Allah mau dari hidupnya!”
Kalimat terakhir itu membuat sang kakek kembali menangis tersedih. Ia tidak lagi menghiraukan Davy yang berada di sisinya. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Berulangkali kata tobat ia ucapkan kepada Tuhannya. Davy hanya tercenung, bergetar relung batinnya. Perlahan tangannya yang sedari tadi merangkul tubuh sang kakek ia lepaskan.
Kini tatapan Davy nanar. Tak terasa air mata sudah mulai mengembang di sudut matanya. Dalam batin ia berulang membaca istighfar. Ia bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi peringatan kepadanya…, Padahal sebelumnya ia termasuk manusia yang ‘terlupa’. Thanks to Davy buat kisah yang sungguh menggetarkan ini!
- Bobby Herwibowo-
http://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/kisah-kakek-sholeh-yang-terlupa.htm#.UsXW3vuaKho
13.18 | 0 komentar | Read More

Resolusi: Janji pada Diri Sendiri yang Harus Ditepati

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 01 Januari 2014 | 21.03

1388253509770178572
gambar diambil dari http://kbsdrama.blogspot.com/

Menjelang tahun baru, trending status yang di posting adalah tentang Resolusi atau bisa juga disebut sebagai ketetapan. Semua orang ramai-ramai membuatnya, menuliskannya. Yang konsisten dan serius, menulisnya di buku harian atau agendanya, memfollow up dan memonitor untuk meyakinkan bahwa sepanjang tahun itu dia akan melakukan apa yang dia tulis.

Sebenarnya kenapa sih kita harus punya resolusi?
Jangan sampai kita hanya mengikuti trend, supaya dibilang keren, karena sesungguhnya memiliki resolusi atau ketetapan diri adalah bukti kesungguhan kita memperbaiki diri sendiri. Resolusi itu janji pada diri sendiri yang harus ditepati.

Semua orang tentu punya target dalam hidupnya, bohong kalau pernah bilang hidup saja seperti air mengalir, yang mungkin punya pendapat seperti itu kebanyakan hidupnya ya cuma segitu-gitu aja, baik banget juga enggak, kaya banget juga enggak, pinter banget juga enggak, hidup itu jadinya cuma setengah-setengah, nggak pernah kemana-mana. Dan sesungguhnya hidup itu gak se-lancar air mengalir, karena adakalanya kita perlu melawan arus. Buktinya? Ada saat-saat kita lagi pengen males padahal ada target tulisan yang harus diposting, ada buku yang wajib kita baca, ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan sebagainya. Lalu kita `memaksa` diri agar dapat menyelesaikannya, itulah sebenarnya yang disebut sebagai melawan arus. Waktu atasan kamu bilang kalau kamu tidak akan bisa menyelesaikan tugas itu tepat waktu, tentu ada perasaan merasa tertantang untuk segera menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya, kan?
Untuk kamu yang merasa tahun ini biasa-biasa saja, cobalah untuk membuat dan menuliskan target dan keinginan kamu. Bahkan yang paling sederhana sekalipun. Tak perlu malu ditertawakan teman, memangnya dia yang mengatur hidup kamu? Memangnya dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu? Teman yang baik pasti mendukung atau minimal memberikan masukan kalau dirasa target hidup kamu kurang realistis, tapi tetap yakinlah dengan apa yang kamu inginkan.

Tulis saja yang simple, misalnya, aku pengen punya android baru tahun ini, merknya A harga sekian. Aku pengennya bisa tercapai bulan Mei, misalnya. Tulis resolusi, kapan tercapai dan bagaimana mencapainya dengan detil. ( kalau ndak siap mental ditertawakan teman, jangan diposting di sosial media ya…Allah aja nggak bakalan ngetawain kamu kok, jadi tenang aja, tulis di buku atau note hape kamu ). Baca setiap saat untuk memastikan apakah kamu telah berada dan masih berada di jalur yang sama dan konsisten. Kalau belum tercapai sesuai target waktu yang kamu tentukan, periksa lagi apakah yang telah kamu lakukan benar? mencatat resolusi kamu juga memberikan kamu kesempatan untuk me-review dan memperbaiki kesalahan.
Selamat membuat resolusi teman, dan ingatlah..tepati janji yang telah kamu buat. Kalau menepati janji pada diri sendiri saja sering kamu abaikan, bagaimana bila berjanji dengan orang lain?
Selamat menyongsong fajar pagi 2014…dan percayalah..Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang istiqomah dan konsisten.

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/29/resolusi-janji-pada-diri-sendiri-yang-harus-ditepati-623513.html
21.03 | 0 komentar | Read More

Khusus Untukmu Ibu: Walaupun Hidup Miskin, Aku Bahagia bersama Ibu

61 - Auda Zaschkya
1387659659112088958
http://klipkoo.com/kisah-seorang-ibu-dan-anak/
Ibu tak pernah lelah mengurus perempuan ini. Padahal, gadis yang tengah beranjak dewasa ini, berkali-kali mengecewakannya. Padahal, berkat perempuan senja itu, aku diberikan hidup berkali-kali oleh Tuhan. Juga berkat ibu, tsunami hatikupun terobati. Dan yang terpenting, walaupun aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, ibu tak pernah memanjakanku. Jika aku melakukan kesalahan, pasti aku dimarahi. Baiklah, berkat cita dan cintanya yang selalu tercurah bagi si Bandel ini, ternyata mampu membuatku mandiri.
*
Adalah aku, seorang putri yang terlahir dengan berat dan panjang badan yang hampir berimbang  dengan botol kecap. Bisa kita bayangkan, bukan? Ya… hampir tak ada harapan hidup. Namun, berkat do’a dan kesabaran ibu, aku mampu bertahan dan melihat warna warni dunia hingga sekarang.
Saat umurku 4 bulan, ibu di hadapkan pada pilihan sulit kali pertama dalam hidupnya. Vonis dokter mengatakan bahwa bayinya harus dioperasi, akibat penyakit yang membuatnya susah makan dan berat badan si bayi tak pernah naik. Setelah dilakukan operasi, berangsur pertumbuhan si bayi membaik. Tentunya ini kebahagiaan bagi kedua orang tuaku. Operasi Kolostomi telah berhasil kulewati. Namun, tak sampai di situ keakrabanku dengan dokterpun usai. Menginjak umurku 4 tahun, kelanjutan operasi ini pun harus kulakukan.  Dan pembedahan berikutnya ini tak bisa dilakukan di kota kelahiranku, melainkan di kota domisiliku sekarang.
*
Ya Tuhan… Ini sungguh memberatkan. Menambah beban finansial orang tuaku, apalagi ayahku hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang gajinya tak cukup besar. Sedangkan ibu, hanya ibu rumah tangga. Walaupun di depan namanya tersemat title Dra., namun tak serta merta membuat lupa akan kami. Ya… kakakku yang berselisih umur 15 tahun denganku. Dan tentunya aku, sang putri yang berkelainan fisik dengan yang lain. Jika aku tahu, mungkin aku tak akan mau dioperasi, mengingat biaya yang dikeluarkan oleh orang tuaku sangat besar, saat itu. Namun, berkat kasih sayang mereka yang luar biasa, beberapa barang berharga milik merekapun dengan ikhlas hati demi putrinya ini mereka jual hingga dana untuk operasiku pun terpenuhi. Akhirnya, di umur 4 tahun itu, ayah dan bundaku kembali merelakanku dioperasi.
*
Suatu hari, aku digendong Ibu kembali ke Rumah Sakit. Melihat kesehatanku membaik, ada seorang dokter yang mengatakan kepada ibu, “Wah… sudah sehat ya, Bu anaknya. Bagaimana kalau untuk saya saja, Bu. Akan saya sekolahkan dan saya anggap anak sendiri. Kebetulan untuk teman anak saya yang seusia dengannya dan biar anak saya yang tertua punya dua adik, hehehe…” Ibupun menjawab dengan setengah bercanda walaupun agak kesal, ”hehehe… gitu ya, Dok. Kalau gitu, kita tukaran aja, gimana?” Seketika sang Dokterpun diam saja.
Ketika ibu menceritakan ini padaku, tentu saja perasaanku kesal. Setelah itu, ibu juga bercerita bahwa Putri Sang Dokter adalah temanku ketika SD dulu yang kini juga telah menjadi seorang Dokter. Dan aku, tetap menjadi Putri dari Ayah dan Ibu, serta adik dari seorang kakak laki-laki yang saat itu tengah melanjutkan pendidikannya di Bandung.
Tak lama berselang sejak kebakaran rumah kami beberapa bulan yang lalu, ayahku pun dipanggil olehNya. Saat itu, badai ekonomi kembali menggauli ibu. Beliau dituntut untuk menghidupi dirinya, aku dan seorang anak angkatnya. Syukur Alhamdulillah, kakakku bersekolah dengan beasiswa, jadi tak membebani ibu.
*
Akhir 2004, musibah besarpun dialami Indonesia dan telah meluluhlantakkan Kotaku. Sesaat sebelum itu, entah kekuatan dari mana dan tak mau memikirkan apapun, bersama ibu dan para tetangga, aku yang akan dioperasi keesokan harinya, berlari ke sebuah sekolah. Alhamdulillah kami selamat dan akupun melanjutkan sekolah di Kota ini sembari mencari alternatif pengobatan, agar tak dioperasi, lagi. Awal 2005, aku harus tinggal berjauhan dari ibu dan hanya saat liburan sekolah bertemu, atau ibu yang mengunjungiku di rumah abang. Saat itu, aku benar-benar harus mandiri. Beruntung, ketika tinggal bersama ibu, beliau mengajariku mencuci juga menyetrika, sehingga ketika harus berjauhanpun, kurasakan aku mampu mandiri. Ya… walaupun tinggal bersama keluarga kakak dengan seorang pembantu, membereskan baju dan kamarku adalah tanggung jawabku. Aku tak dekat dengan iparku. Jangankan bercerita banyak seperti dengan ibu, berbicara saja tak bisa. Seperti ada sekat. Sungguh tak nyaman. Saat seperti inilah aku hanya mampu menangis dan merindukan tinggal bersama ibu lagi.
*
Do’aku terkabul, saat aku di wisuda pada tahun 2009 lalu, aku sudah tinggal bersama ibu. Aku senang sekali. Walaupun aku tinggal berdua dan berkehidupan sederhana, yang penting, aku tinggal dengan ibu kandungku. Ibu yang hampir pingsan ketika mendapat kabar bahwa aku tengah comma setelah ditabrak di kampung halamanku. Mendapat kabar itu dari seorang teman, kakak laki-lakiku segera mendatangi ibu dan mengajak ibu untuk terbang ke kampung halaman kami. Sesampainya ibu di Rumah Sakit, aku sudah tersadar dari Comma.
Sekilas tampak olehku, berjuta kesedihan di raut wajahnya. Suatu ketika, aku ingin ke Toilet. Seketika, aku tersungkur ke lantai ketika bangun dari tempat tidur. Oleh dokter dikatakan bahwa seluruh syaraf kananku untuk sementara, tak bisa digunakan. Dua minggu di kampung halamanku, aku kembali ke kota ini. Dicekoki bermacam obatan-obatan dan fisioterapi, akhirnya aku sudah mampu bergerak normal lagi.
Operasi selanjutnya, harus kujalani lagi setelah tiga bulan mengalami kecelakaaan. Operasi penanaman Pen di siku kiriku dilakukan di akhir 2010 lalu. Seorang diri, Ibu yang tengah beranjak tua, menemaniku di Rumah Sakit. Seperti ketika operasiku semasa kecil, beralaskan karpet, ibu harus tidur di lantai Rumah Sakit.
Maka dari itu, mendapat vonis dokter yang mengatakan bahwa aku harus dioperasi lagi untuk penyakitku yang lain, aku tidak mau dioperasi. Aku tak mau menyakiti ibu di usia senjanya yang harus rela tidur hanya beralaskan karpet di lantai Rumah Sakit. Siapa lagi yang akan menjagaku kalau bukan ibu, bukan?
Yang terpenting, walaupun sedikit akan dibantu oleh kakak, aku tak mau membiarkan beliau menguras tabungannya yang tak banyak itu demi membiayai operasiku. Lebih baik, berobat alternatif saja. Apalagi, tak semua vonis dokter harus dilakukan, bukan? Ibarat ada jalan menuju roma, opsi kedua, ketiga, bahkan keseratus pun akan ada jika kita sebagai makhlukNya mau berusaha.
*
Ya… Sejarah hidupku, sedikit berbeda dari kebanyakan anak di dunia ini. Terlahir dengan cacat lahir yang susah diobati, bukanlah hal yang mudah. Bagi seorang yang tak memiliki kesabaran yang luar biasa, mungkin bayi sepertiku sudah dibuang ke tong sampah atau ke manapun, ya… seperti banyak kejadian belakangan ini. Namun, tidak bagi perempuan setengah baya yang tengah terlelap itu.
Ya… Perempuan itu. Perempuan pintar dan berjasa dalam hidupku, yang terkadang tanpa sengaja  masih kusakiti. Padahal, cita dan cintanya teramat besar bagi putri kecilnya ini. Di mataku, kesempurnaan cintanya, selalu tercurah untukku.
- Perempuan yang rela membuang title dan harapannya bekerja demi merawat bayi ajaib sepertiku, di waktu kecilku.
- Perempuan kritis lulusan Sospol yang memiliki kekayaan intelektual demi mengimbangi pertanyaan dan minatku akan masalah sosial dan perpolitikan negeri, Sekarang.
- Perempuan ini juga selalu ada saat tsunami memporak porandakan hatiku, terkadang.
- Perempuan yang tak pernah berhenti memberikan pemahaman ilmu agama bagiku, setiap waktu.
*
Maafkan aku, wahai perempuanku…
Ampuni aku atas dosa-dosaku yang tak terhitung lagi banyaknya kepada perempuanku ini, Ya Tuhan.
*
Bagiku dan anak lainnya, seorang ibu adalah perempuan terhebat sepanjang masa. Biarpun orang lain mencela kita, namun di mata ibu, kita tetap anugerah terindah yang diberikan Tuhan untuknya. Sudah sepatutnya, kita menyayanginya.Yang tinggalnya berjauhan, pulanglah. Rasakan kenikmatan kasih sayangnya dalam masakannya. Lalu, bersimpuhlah di hadapannya selagi beliau ada. Jikapun ibu telah meninggal, ziarahi kuburnya, do’akan beliau selalu.
*

NB : Untuk membaca karya peserta lain, silahkan menuju akun Fiksiana Community dan bergabunglah di FB Fiksiana Community
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/12/22/untukmu-ibu-walaupun-hidup-miskin-aku-bahagia-bersama-ibu-618592.html
20.54 | 0 komentar | Read More

Sisi Lain: Bahagia Dengan Mengingat Mati

http://media.viva.co.id/thumbs2/2010/03/15/86653_seorang_pria_di_santiago__cile__berdiri_di_tengah_kegelapan_663_382.jpg
Oleh Tri Handoko
” …Kuluu nafsindzaa iqatul mauuut, Dan tiap-tiap yang hidup akan mati…”. Berapa banyak ayat tersebut ada di dalam Al Qur’an? Berkali-kali ayat tersebut diulang. Kepada setiap makhluk agar menyadari bahwa ia akan merasakan mati setelah merasakan hidup. Inipun tak pernah kita tahu kapan, dimana, sedang apa lalu kita mati. Maka sebagai Muslim wajib kita mengImani setiap yang Ghaib. Mati itu pasti, tapi waktunya kapan ndak tahu pasti. Jadi tinggal kita yang harus mempersiapkan diri.
Ada sederet kata bijak ” Yang paling bahagia didunia ini adalah yang selalu ingat mati,,, “. Betul ndak Brow? Ya terserah anda mau mengartikan bagaimana. Yang jelas ada kaitannya memang. Terutama jika seseorang itu ingat mati maka ia pasti akan tahu diri. Tahu dengan pasti dirinya akan mati dan sadar harus mempersiapkan bekal yang banyak. Bukan bekal harta tapi bekal yang bisa menyelamatkan dirinya dari Api Neraka.
Maka ia pun tak pernah lalai dari urusan dunia. Toh kalau mati juga tidak akan dibawa. Dan ia juga sadar Tujuan hidup manusia itu hanya sederhana, yaitu Bahagia. Dan bahagia tak diukur dengan harta tapi Jiwa. Sehingga ia bisa tenang. Bisa merasakan nikmatnya hidup. Bukan seperti Koruptor, banyak harta toh akhirnya juga Penjara. Hhahaha
Sebagai contoh nyata bisa kita ambil pelajaran dari Pak Dahlan Iskan. Tahun 2007 Beliau divonis tidak lama lagi akan meninggal dunia. Tapi takdir bisa dirubah asal kita mau berusaha. Maka jadilah beliau melakukan Operasi Cangkok Hati di Tiongkok. Sehingga umur Beliau pun bisa di perpanjang.
Peristiwa Pak Dahlan Ganti hati ini juga pernah masuk dipelajaran Bahasa Jawa. Waktu itu saya masih sekolah SMP kelas 2. Di buku itu tertera judul ” Ati Anyar Pangajab 1 Milyar “. Waktu itu Beliau masih jadi CEO Jawa Pos.
Yang saya ingat kata-kata dari Beliau, ” Salah satu bentuk Syukur atas Umur adalah dengan bekerja Keras “. Lebih lanjut Beliau juga menjelaskan tentang ” Intensifikasi Usia “. Yaitu usia yang singkat ini harus diisi dengan mengerjakan segala sesuatu yang bermanfaat. Karena umur itu pendek atau panjang sama saja, yang beda hanya berapa banyak prestasi yang dapat kita kerjakan. Sehingga dengan umur yang singkat ini bermanfaat dan bisa menjauhkan dari Neraka.
Siapa yang mau masuk Neraka? Ada ndak? Kalau ada berarti ia telah siap menantang adzab. Didalam Al Qur’an pun juga sudah disebutkan. Bahwa panas Api Neraka itu 100x lipat api didunia. Ada juga disebutkan 1000x panas api di dunia. Maka adakah selain orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berani menempati Neraka?
” Mereka [ Orang-orang Yahudi dan Nasrani ] berkata, “Kami tidak akan masuk Neraka kecuali hanya beberapa hari yang dapat dihitung… “. Tentu mereka punya akal ketika mengucapkan seperti itu. Hanya saja kebencian mereka terhadap Islam menjadikan mereka tak mau meyakini jika 1 hari di akherat sama saja dengan 1000 tahun, bahkan 70.000 tahun di dunia. Jadi sama sekali tidak masuk akal jika mereka berani menempati Neraka walau sehari saja.
Sedangkan dahsyatnya siksa Neraka itu sangat banyak dijelaskan di Al Qur’an dan Hadits. Yang paling ringan saja itu kaki diinjakkan, Otak di kepala ini mendidih. Itu yang paling ringan. Belum lagi bermacam-macam siksaan sesuai dosa yang kita perbuat selama didunia.
Maka Koruptor-koruptor itu sebagai contoh sederhana tentang makhluk yang tidak takut dengan Neraka. Betapa tidak? Ketua DPR pun, Pak Marzuki Alie berkali-kali juga mengatakan potongan hadits yang sangat jelas. ” Yang Menyuap dan Yang Disuap Masuk Neraka “. Walau akhirnya mbak Najwa Shihab pun menyanggahnya, ” Tapi mereka kan tidak takut sama Neraka Pak? “.
Takut apa tidak, Neraka tetaplah Neraka. Tak seorang pun bisa menawarnya sekalipun dengan Emas sepenuh Bumi. Apalagi cuma dituker sama gundule Gayus? Gakda apa-apane sama sekali.
Mungkin dari kita ada yang bertanya, ” Lho la tiap orang kan pasti pernah berbuat dosa? “. Iya memang semua orang tak lepas dari Dosa Kecuali Nabi. Kalau Nabi memang Ma’soum terjaga dari dosa baik kecil atau besar. Nah kaya kita-kita ini ” Apakah dosa kita itu tidak dibalas?. Dan apakah kita akan masuk Neraka dulu setelah dosa kita bersih lalu masuk Syurga? “.
Sama sekali tidak seperti itu Prosedurnya. Didalam Al Qur’an Surat AZ ZUMAR ayat 61, Allah SWT berfirman,
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
” Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita “
Maka di ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang yang bertaqwa itu pasti masuk Syurga. Dan Tidak akan pernah sekali-kali disentuh Api Neraka. Disentuh saja tidak apalagi sampai masuk Neraka.
Maka kalaupun anda berpendapat masuk Neraka dulu baru Syurga ya monggo. Tapi saya mengajak kepada kawan-kawan semua. Jangan pernah mau masuk Syurga tapi lewat Neraka dulu. Kenapa? Sebab di Al Qur’an sudah disebutkan, ” Mereka [penghuni Neraka] sekali-kali Tidak akan masuk Syurga sebelum Unta masuk Lobang Jarum..”. Maksudnya ini sesuatu yang ” Hil bin Mustahal “. Lho tapi kan kalau Allah menghendaki bisa to Unta Masuk lobang jarum?
Tentu jika Allah menghendaki semua bisa terjadi. Unta yang segede itu Taqdirnya tidak akan pernah bisa masuk lubang jarum. Dan ini Sunnatullah. Maka saya mengajak kepada Bolo-bolo sekalian, Ayolah kita bareng-bareng masuk Syurga langsung Jangan pernah mau mampir ke Neraka,,, Naudzubillah.
Dan akhirnya, sederet tulisan saya semoga bisa menyadarkan kita semua terutama bagi anda yang mau membacanya. Aminn
(red-@Handocoe_HanCel)
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/27/bahagia-dengan-mengingat-mati-620174.html
20.51 | 0 komentar | Read More

Sosial Budaya: Menikah untuk Bahagia

13884575871007967979
Menikah adalah salah satu momok yang mulai menghantui kaum hawa saat usianya mendekati atau melebihi seperempat abad. Tuntutan keluarga serta lingkungan tak jarang menyebabkan banyak wanita memutuskan menikah dengan tergesa-gesa. Alih-alih menghindari sebutan perawan tua, justru menjadikan mereka janda muda. Kawin cerai bukanlah sesuatu yang asing lagi pada masyarakat kita. Hal itu bisa kita hindari jika kita memiliki bekal yang cukup sebelum menuju jenjang pernikahan serta mengenal siapa calon pasangan hidup kita sebenarnya. Mengenal calon pasangan hidup tidak harus ditempuh dengan jalan pacaran. Lamanya masa pacaran tidak menjamin kehidupan rumah tangga kita kelak akan bahagia, langgeng, dan harmonis karena antara suami-istri sudah saling mengenal. Melalui pacaran, kita tidak bisa mengenali pasangan dengan sebenarnya, karena masih banyak hal yang sifatnya negatif tidak diperlihatkan atau mereka tidak menjadi diri mereka yang sebenarnya. Hal itu dilakukan bukan tanpa tujuan. Mereka menjaga image mereka supaya memberikan kesan positif kepada pasangan sehingga bisa memikat hatinya. Tak sedikit dari mereka yang setelah menikah seperti baru mengenali pasangannya walaupun sudah melewati masa pacaran, karena ternyata sifat pasangan berbeda 180º dibandingkan pada saat masih pacaran.


Pacaran bukanlah cara yang bijak untuk mengenali calon pasangan hidup kita. Kita bisa mencari informasi kepada teman-teman sekolah atau kuliahnya dulu, teman-teman kerjanya atau orang-orang di lingkungan sekitarnya. Dengan cara itu kita bisa mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Jangan langsung memutuskan untuk menikah ketika kita sudah merasa cocok atau mencintai seseorang sebelum meminta pendapat orang lain. Orang yang sedang dilanda cinta tidak bisa berpikir logis dan objektif, apapun yang ada pada orang yang dicintainya akan terlihat baik dan indah walaupun sebenarnya ia tahu ada sisi negatif yang melampaui batas kewajaran, cinta telah mengubahnya menjadi pemakluman. Mintalah pendapat keluarga terutama orang tua atau teman yang bisa memberikan pendapat yang logis dan objektif, karena setelah menikah orang tersebut akan menjadi partner hidup kita seumur hidup.


Menikah tidak bisa diumpamakan seperti orang yang akan pergi ke mall. Orang yang pergi ke mall hanya untuk bersenang-senang, dan bekal mereka hanya sebuah tas kecil atau dompet. Orang menikah ibarat orang yang akan mendaki gunung. Tas yang mereka bawa sangatlah besar karena berisi perbekalan yang mereka butuhkan selama mendaki gunung. Saat menuju puncak, bukanlah jalan mulus yang mereka tempuh, tapi jalan terjal dan penuh dengan rintangan. Dibutuhkan fisik dan mental yang kuat agar kita bisa mencapai puncak. Begitu juga dengan menikah, dibutuhkan kesiapan mental untuk menghadapi segala masalah rumah tangga agar tetap kuat dan bisa bertahan. Bekal berupa keterampilan, sikap dan pengetahuan juga diperlukan agar bisa menyelesaikan masalah dalam rumah tangga dengan baik.


Menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia dan harmonis tidaklah semudah yang dibayangkan. Saat kita memasuki gerbang rumah tangga, hanya ada satu pilihan yang harus kita pilih antara ego dan kebahagiaan. Jika kita mempertahankan ego, maka kita tidak akan memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga. Sebaliknya, saat kita menanggalkan ego demi kepentingan bersama, maka kebahagiaan dalam rumah tangga akan kita raih. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Sang Pencipta. Begitu juga dengan pasangan kita, kita harus ikhlas menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Antara suami istri harus saling menghormati, menghargai, dan mendukung untuk menuju pribadi yang lebih baik.
http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/31/menikah-untuk-bahagia-622919.html
20.48 | 0 komentar | Read More

Tips Twitter: Cara Mudah Menambah Followers Twitter Dengan Cepat dan Gratis

Cara Menambah Followers Twitter Cara Menambah Followers Twitter Dengan Cepat

Kalau anda seorang artis, penulis, musisi, politikus, internet marketer, ataupun profesi lain dan ingin membuat diri anda atau produk anda menjadi terkenal di internet, memiliki banyak followers di twitter adalah sesuatu yang sangat menguntungkan karena situs social media ini dapat membantu anda cepat terkenal. Dengan situs social media ini, anda dapat memperkenalkan karya anda ke dunia dengan cepat dan gratis, mempromosikan perusahaan anda atau produk yang anda jual, menjual produk anda secara nasional ataupun internasional, dan lain-lain.

Tapi tunggu dulu, jumlah followers anda di twitter tidak selalu berbanding lurus dengan hasil yang anda harapkan karena tidak semua akun twitter benar-benar digunakan oleh manusia. Banyak akun twitter yang disetting otomatis, dan tidak benar-benar digunakan oleh manusia, bahkan banyak juga yang memakai nama palsu, foto palsu, deskripsi palsu, bahkan alamat palsu (Ayu Ting-ting mode on :P). Kalau mau punya followers banyak itu mudah, tapi kalau anda ingin punya followers yang potensial untuk bisnis anda maka anda perlu melakukan sedikit effort.
Artikel terkait: Cara membuat akun Twitter
Lalu anda bertanya, bagaimana cara menambah followers twitter dengan cepat dan gratis? Ada banyak situs yang dapat digunakan untuk membantu anda dalam kampanye memperbanyak followers twitter yang potensial, berikut ini adalah 3 situs yang saya rekomendasikan:
1. Twitclub.com (http://twitclub.com)
twitclub 300x187 Cara Menambah Followers Twitter Dengan Cepat
twitclub
Cara yang saya rekomendasikan untuk mendapatkan followers dengan mudah dan cepat adalah dengan menggunakan bantuan situs twitclub.com. Twitclub dapat digunakan secara gratis tapi ada fitur tambahan berbayar yang bisa menjadi opsi tambahan, seperti menambah poin, tapi dengan fitur gratisnya sudah cukup efektif untuk mendapatkan followers di twitter. Cara mendaftar di twitclub sangat mudah berikut ini adalah langkah-langkahnya:
  • Buka situs twitclub.com, lalu klik tombol “My Account” pada bagian kanan atas halaman situsnya
  • Nanti akan diarahkan ke halaman login twitter, login ke akun twitter Anda
  • Anda akan diarahkan ke halaman poin, skip saja. Langsun klik tombol “view clubs” di kiri atas situs tersebut
  • Pada halaman clubs, kita akan melihat banyak club yang sudah dibuat oleh orang lain. Silahkan pilih salah satu club yang Anda inginkan. Saya sendiri memilih tweeps Indonesia, jadi saya pilih club “Indonesia 10.000 followers, klik tombol “view club”
  • Setelah anda masuk, langkah selanjutnya adalah klik tombol “Join This Club”, nanti akan ada pop up yang menanyakan apakah Anda bersedia untuk otomatis follow back, klik tombol “Yes, I agree”
  • Langkah selanjutnya adalah mem-follow orang-orang yang ada di club itu. Perlu diperhatikan bahwa poin awal yang diberikan adalah 300 poin. Ketika kita follow satu orang maka akan menghabiskan 10 poin, jadi kalo 300 poin berarti kita bisa mem-follow 30 orang. Orang yang kita follow tersebut akan otomatis mem-follow back akun twitter kita.
2. Twiends.com (http://twiends.com)
twiends 300x188 Cara Menambah Followers Twitter Dengan Cepat
twiends
Cara mendapatkan followers dengan mudah dan cepat yang lain adalah dengan menggunakan tweepi. Situs ini dapat digunakan secara gratis ataupun berbayar, tapi kalau hanya untuk mencari followers saja menurut saya cukup mendaftar dengan gratis. Cara mendaftar di twieend hampir sama dengan cara mendaftar di tweepi:
  • Buka situs twieends.com, lalu login dengan akun twitter anda
  • Anda perlu meng-authorize twiends dengan akun twitter anda
  • Lalu daftarkan email anda di bagian general setting, dan verifikasi … You’re done!
  • Setelah selesai mendaftar anda dapat mencari followers sesuai kategori yang anda pilih, yaitu dengan memfollow akun twitter orang lain terlebih dahulu.
3. Tweepi.com (http://tweepi.com)
tweepi 300x187 Cara Menambah Followers Twitter Dengan Cepat
tweepi
Anda dapat mendaftar di situs ini dengan gratis dan anda pun bisa mendaftar menjadi member Premium dengan membayar sekitar $7,49 – $14,99 perbulan tergantung paket yang dipilih. Akun yang berbayar tentunya akan mendapatkan fitur yang lebih banyak dibanding dengan yang gratisan. Tapi dengan akun gratis pun sebenarnya sudah mendapatkan banyak keuntungan, jadi menurut saya tidak perlu menjadi premium member untuk menambah followers twitter dengan cepat. Berikut ini langkah mudah mendapatkan followers twitter dengan bantuan tweepi.com:
  • Buka situs tweepi.com, lalu klik Sign Up
  • Anda akan diarahkan ke halaman paket yang tersedia, anda pilih saja yang gratis (klik sign up)
  • Lalu anda akan diarahkan ke halaman Login, di halaman ini tersedia 2 pilihan yaitu login dengan akun twitter anda dan login dengan membuat akun yang baru.
  • Cara mudahnya anda login dengan akun twitter anda saja, lalu authorize dengan twitter anda…. yup langkan mendaftar sudah selesai!
  • Setelah itu anda tinggal memulai mencari followers anda, yaitu dengan memfollow akun twitter orang lain terlebih dahulu.
Memiliki banyak followers di twitter adalah sebuah keuntungan untuk bisnis anda, dan pastikan anda mendapat followers yang potensial. Tweepi, twiends, dan twitclub memiliki kelebihan masing-masing dalam fiturnya, saya menggunakan ketiga situs ini untuk menambah followers twitter saya dengan cepat dan gratis.
http://www.maxmanroe.com/cara-menambah-followers-twitter-dengan-cepat.html
20.48 | 0 komentar | Read More

Bahagia Itu Sederhana [Momen Tahun Baru]

13885450961116872750
Lembaran Baru, Tahun 2014
Tahun baru sering dijadikan momen untuk berhura-hura. Balap mobil, main motor, bakar petasan dan lain sebagainya. mungkin bagi mereka tidak mengapa, orang cuma setahun sekali, hmmm,…setahun sekali yang berkali-kali kalau begitu. Di satu kelurahan di Kecamatan Sukolilo Surabaya ini, misalnya. Di malam tahun baru seperti ini mereka mengisinya dengan kumpul-kumpul di halaman rumah salah satu warga. Para ibu-ibu berkumpul dihadapan bara arang dengan beberapa jagung dijerang diatasnya, beberapa sibuk mengipasi bara api dan membumbui jagung bakar setengah jadi kemudian dimakan bersama.
“Mbak, kok nggak pulang?”, tanya salah seorang teman. Spontan saya jawab tidak.
“Kan lumayan, liburannya lama?” tambahnya.
“Hmmm,…liburnya cuma tanggal 1, habis itu ada kuliah lagi” jawab saya manambahkan.
Ya begini rasanya jika menjadi perantau, jauh dari kampung halaman, tapi tak apa, kan sudah menjadi pilihan. Merasakan hari raya kurban, tahun baru Hijriyyah dan juga tahun baru Masehi diatas genteng Kosan :D
Sembari anak-anak mereka membunyikan terompet dengan tiupan bernada sekenanya, tangan para ibu masih tetap sibuk mengibaskan kipas agak agar bara api tetap menyala dan yang lain mengoles bumbu diatas jagung. Tidak semua momen pergantian tahun harus diisi dengan kegiatan yang buruk, ya lumayan sekalian ajang kumpul walaupun tidak satu RT sepenuhnya.
Momen tahun baru hampir setara dengan lebaran, bahkan hura-huranya juga persis hanya beda yang menjadi lafadz. Jika dihari lebaran yang dikumandangakan adalah kalimat mengagungkan Sang Khalik (Pencipta) dan jika tahun baru adalah saut-sautan suara terompet dan pada puncaknya adalah kembang api. Begitulah umumnya masyarakat mengisi momen menuju pergantian tersebut.
Alangkah indah jika momen pergantian tahun diisi dengan hal yang lebih bermanfaat, sekalian mengisi liburan, seperti cerita tadi, tahun baru sebagai ajang berkumpul yang mungkin jarang terjadi kecuali menjelang tahun baru atau liburan panjang lainnya. Selain sebagai ajang berkumpul juga dapat digunakan sebagai penyambung tali silaturahmi dengan tetangga di satu RT tersebut.
Riuh suara anak-anak kecil semakin menambah meriahnya suasana, padahal hari sudah menunjukkan hampir larut malam. Jika biasanya pukul sepuluh mereka sudah harus tidur untuk mempersiapkan hari esok, kali ini mereka turut bersuka cita, berkumpul dengan kawan bermain mereka dengan obrolan khas anak-anak.
Hari pergantian tahun tinggal beberapa menit lagi, sepertinya di luar sana semakin ramai saja.
Sepeda motor, mobil dan kendaraan lalu lalang, hilir mudik silih berganti sedang biasanya berlaku hukum semakin malam jalanan semakin sepi, namun kali ini sebaliknya. Suara-suara knalpot tinggi sepertinya sudah dilarang, belum tahu jika ditempat tracking yang lain, yang saya tahu kendaraan bermotor harus memakai knalpot yang sesuai dengan ketentuan, ya kalau helm yang berlogo SNI bukan yang bersuara keras dan menimbulkan gaduh sana sini.
Kembang api sudah mulai dilayangkan ke langit lepas, menghias langit malam pinggiran Kota dengan lampu-lampu yang senantiasa berkemerlapan, bahkan sinar bintangpun terkalahkan dan cahaya rembulanpun dilupakan oleh cahaya dari makhluk berkekuatan listrik itu.
Aroma jagung bakar dan ikan bakar dengan bumbu khasnya semakin menggemulai, menggoda hidung yang menciumnya menjadikan tak sabar ingin mencicipi. Kira-kira seperti apa rasanya jika dari aromanya saja sudah begitu membuat meneteskan air liur. Yuk mari di coba,..!!!
Tahun baru, juga menjadi ladang bisnis yang menggiurkan bagi mereka petani jagung dan yang bisa dibakar lainnya, pedagang terompet dengan aneka rupa dan bentuk dagangannya, penjual petasan dan kembang api dengan kembang api yang kelas kecil alias mainan anak-anak hingga yang besar yang biasa digunakan untuk event termasuk tahun baru kali ini.
Nah, Jika disini sudah riuh dan ramai dengan petasan dan kembang api, bagaimana dengan momen pergantian tahun baru anda 2014 ini??
Pada intinya, semakin tahun bertambah, umurpun semakin bertambah tua, sedangkan usia semakin berkurang. Selamat melaksanakan beberapa rencana dan mewujudkan mimpi-mimpi untuk tahun 2014.
Selamat mengisi tahun 2014 dengan hal yang lebih berguna, menunaikan tugas sesuai dengan profesi. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok (yang akan datang) harus lebih baik pula dari hari ini.
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/01/01/momen-tahun-baru-bahagia-itu-sederhana-621231.html
20.45 | 0 komentar | Read More

Sosial Budaya: Seekor Kuda Merusak Kebahagiaan Keluarga

1387238696253775949
ilustrasi : www.talktoana.wordpress.com
Kebohongan itu tidak akan bisa bertahan lama. Pasti akan terbongkar juga nanti pada waktunya. Sepandai apapun suami atau istri menyimpan kebohongan, pada saatnya akan ketahuan. Kisah Bagus dan Ayu berikut ini sudah sering kita baca, karena sudah banyak diposting di berbagai media. Saya ingin menghadirkannya kembali untuk menjadi pengantar tema bahasan kali ini, bahwa seekor kuda bisa merusak kebahagiaan keluarga.
Pada suatu pagi, Bagus tengah duduk bersantai di teras depan rumahnya sambil membaca koran. Tiba-tiba Ayu, istrinya, datang dan memukul kepala Bagus dengan panci. Tentu Bagus kaget dan marah.
Bagus : “Kenapa kamu memukul aku?”
Ayu : “Tadi ada kertas dengan tulisan Julia di saku bajumu …..”
Bagus : “Ohh itu waktu nonton pacuan kuda, ada kuda namanya Julia… Indah sekali kudanya. Supaya gak lupa, aku tulis namanya..”
Ayu : “Aduh maaf ya mas… Aku salah paham…”
Hari berikutnya, saat Bagus sedang menonton TV tiba tiba Ayu muncul dan kembali memukul Bagus dengan panci.
Bagus : “Kenapa kamu memukulku lagi?”
Ayu : “Tuh, kudamu tadi nelpon…!”
Maka jangan suka bohong ya…. Membohongi kuda saja tercela, apalagi membohongi pasangan kita.
Tidak Ada Kebohongan Tunggal
Sebuah kebohongan, selalu menuntut adanya kebohongan berikutnya, demi menutupi kebohongan yang pertama. Hal seperti ini kalau dituruti tidak akan pernah selesai. Seseorang yang berbohong, harus menyediakan diri untuk terus menerus berbohong agar kebohongannya itu tidak terungkap. Justru karena itulah, maka kebohongan pasti ada batasnya. Kebenaran akan terungkap pada masanya. Karena orang tidak akan bisa konsisten dalam kebohongannya.
Coba jika kita panjangkan kisah kebohongan Bagus kepada Ayu di atas. Ketika Ayu penasaran ingin mengetahui siapa Julia.
Ayu     : Siapa itu Julia ?
Bagus            : Sudah aku bilang tadi. Julia adalah nama kuda yang bentuknya sangat indah (bohong 1, karena Julia adalah nama perempuan). Aku terkagum dengan keelokan kuda tersebut (bohong 2, karena memang bukan kuda).
Ayu     : Memang Julia itu kuda punya siapa ?
Bagus            : Kata temanku (bohong 3), itu kuda milik keluarga Sultan (bohong 4), makanya bagus banget (bohong 5).
Ayu     : Apa memang Julia sering ikut pacuan kuda ?
Bagus            : Iya (bohong 6), setiap kali ada lomba pacuan kuda di stadion, Julia selalu diikutkan (bohong 7).
Ayu     : Berarti sering jadi juara dong ?
Bagus            : Iya (bohong 8), beberapa kali Julia berhasil menjadi juara (bohong 9).
Dalam satu kebohongan, ada kebohongan lain yang harus dilakukan demi menutupi kebohongan pertama. Maka ketika Ayu kembali marah di hari kedua, Bagus memiliki pilihan untuk mengakui saja kebohongannya yang kemarin, atau menambah kebohongan baru.
Ayu     : Kamu bilang Julia itu nama kuda, tapi tadi menelpon melalui HPmu.
Bagus            : Oh, itu Julia yang lain, bukan yang aku ceritakan kemarin (bohong 10).
Ayu     : Memang kuda jaman sekarang bisa menelpon ya?
Bagus            : Sudah aku bilang, ini Julia yang berbeda (bohong 11). Ini teman kerjaku (bohong 12).
Ayu     : Awas ya mas, kalau kamu bohong …
Bagus            : Aku tidak bohong dik (bohong 13). Aku katakan apa adanya (bohong 14).
Nah, jika Bagus bertahan dengan kebohongannya, maka ia akan selalu bergelut dengan aneka kebohongan baru agar kebohongan awal tetap tidak terkuak. Tapi sampai berapa lama Bagus bisa bertahan dalam kebohongan? Pasti tidak akan lama. Ada masa dimana kebohongan akan terungkap, dan kebenaran menjadi terbuka.
Agar Tidak Perlu Berbohong
Hidup berumah tangga bukanlah permainan. Tidak untuk sementara, tidak untuk kesenangan sesaat saja. Hidup berkeluarga adalah sebuah ibadah yang harus diniatkan untuk selamanya. Maka sangat penting merawat keluarga dengan penuh ketulusan dan kejujuran. Jika keluarga tumbuh di atas landasan ketulusan dan kejujuran, akan membuatnya menjadi kokoh dan tahan terhadap aneka godaan kehidupan. Sebaliknya, jika keluarga diliputi oleh kebohongan, akan membuatnya menjadi rapuh dan mudah goyah oleh permasalahan.
Suami dan istri memerlukan saling kepercayaan satu dengan yang lain, memerlukan saling terbuka, saling merasa memiliki, saling mencintai, saling mengasihi, saling merindukan, saling menjaga, saling mengingatkan, saling menguatkan dalam kebaikan, saling bergandengan tangan menyusuri hari-hari sepanjang kehidupan. Suami dan istri mengusahakan kebahagiaan bersama, bukan kebahagiaan masing-masing. Keduanya terikat kuat sama dengan yang lain, untuk bersama-sama menemukan kebahagiaan bersama keluarga.
Jika kondisi itu yang dimiliki suami dan istri, rasanya tidak perlu ada kebohongan yang mereka lakukan. Semua persoalan mampu mereka selesaikan dengan penuh kedamaian. Mereka menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Suami dan istri adalah dua manusia yang memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan, namun justru karena menyadari itu mereka saling menguatkan dan saling melengkapi. Tidak saling membohongi dan saling mengkhianati.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/17/seekor-kuda-merusak-kebahagiaan-keluarga-617160.html
20.42 | 0 komentar | Read More

Artikel Menarik: “Pohon Kebahagiaan”: Jiwa yang Tenang dalam Diri Aridha Prassetya

1387864214417998086
Foto dari https://www.facebook.com/aridha.prassetya
-
Ia memilih jalan sebagai pemerhati masalah ketidakbahagiaan, kemudian ia menanam (baca: merilis) “Pohon Kebahagiaan”. Itulah judul buku ke-12 Aridha Prassetya.
Menelusuri huruf demi huruf yang tercetak dalam buku Pohon Kebahagiaan, saya merasakan jiwa yang tenang penulisnya melalui pantulan jari-jari yang mengetikkan huruf-huruf tersebut. Saya sadar bahwa mengkultuskan individu- mengagumi manusia secara berlebihan- bukan lah sikap yang tepat, tapi itulah yang saya rasakan sebagai pembaca. Saya merasakan jiwa yang tenang dan kepribadian yang matang dalam diri Aridha Prassetya melalui tulisannya.
Dalam sebuah kesempatan, Erri Subakti penulis novel The Smiling Death: Senyuman Berbisa meminta Aridha mengkritik novelnya itu. Aridha memberikan jawaban yang menarik, “Hope me to criticize is impossible, just because I am a woman with no criticize and no judge. The only thing I know is ‘love’.”
Cinta. Hanya itu yang Aridha tahu. Cinta yang dimaksud Aridha, saya maknai dengan memahami, mengerti, menerima. Dengan pemahaman cinta yang seperti itu, saya melihat Aridha memeluk kehidupan sebagai kehidupan, tanpa tendensi, tanpa asumsi, tanpa kesimpulan. Menerima dan memahami realitas sebagaimana adanya realitas itu hadir.
Mari kita simak sebagian isi dari buku Pohon Kebahagiaan
9.Core Quality of Jiwa
Aku tidak takut masuk dalam “kesesatan”. Biarlah banyak orang suka memvonis tanpa mengenal sesungguhnya yang terjadi. Bagiku, hidupku adalah sebuah “riset besar”. Dan re-search ­= pencarian kembali. Aku, obyek sekaligus subyek risetku sendiri. Aku selalu skeptic terhadap “ilmu katanya-katanya”. Aku masuk, aku melihat, aku bergabung, aku mendengar, aku mengalami dan aku belajar sesuatu darinya.
Selamat membaca!
Beberapa hari lalu, sahabatku Arimbi, bertanya, “Mbak, apa judul buku barunya?” tanyanya. Pertanyaan senada, juga datang dari banyak sahabat yang telah membaca karya tulisku baik buku, artikel maupun status Facebook. Aku bahagia bersamaan hidupku yang punya kegunaan. Berbagi yang kupunya. Berbagi yang kutahu. Aku juga berterima kasih kepada Likha yang terus-menerus mengejar-ngejarku agar segera menerbitkan bukuku. “Aku indent!” katanya.
Kepada Mbak Rimb, kukatakan kalau belum ketemu judul yang pas hingga bab ini kutulis. Kukabarkan bahwa isi bukuku nanti akan berkisar seputar masalah kualitas inti dari jiwa. Hmm..apa itu? Kupastikan Anda suka bagian ini. Teruslah membaca dengan keadaan hati yang bahagia! Oya, ingin kusampaikan pada Mbak Justic, “Mbak! Ini loh yang buat penasaran itu!”
Nah, untuk Anda semua, mari bicara tentang the core quality of soul.
Dulu, aku tak banyak tahu bagaimana hidup ini berjalan. Sulit kupahami hubunganku dengan orang lain. Aku tidak mengerti bagaimana menjalin hubungan yang benar. Makin ke sini, makin kusadar. Ternyata, bukan hanya menjalin hubungan dengan orang lain, yang tidak kumengerti, tapi juga dengan Tuhan. Belakangan, baru kupahami bahwa untuk mengerti yang lain, aku harus lebih dahulu mengerti diriku. Jika hubunganku dengan diriku sendiri saja tidak kumengerti, bagaimana mungkin aku bisa berhubungan dengan orang lain, apalagi dengan Tuhan? Tanpa mengenali diri sendiri, hidup pasti kompleks. Saat membaca ini, bila Anda merasa sedang dalam kerumitan hidup, itu pertanda Anda belum kenal diri Anda. Itu artinya, Anda lupa diri (sejati).
Suatu saat kuperhatikan diriku, kuperhatikan orang-orang, juga kuperhatikan kehidupan yang sibuk tidak berhenti. Dari detik menuju menit, dari menit menuju jam, dari jam menuju hari, dari hari menuju minggu, dari minggu menuju bulan, dan dari bulan menuju tahun. Kita semua sibuk bekerja dan berkegiatan. Aku sangat lelah. Lalu kutanya diriku, “Apa sejatinya yang kucari? Apa sejatinya yang orang-orang cari?”
Awalnya kupikir aku mengejar uang, agar bisa kupenuhi kebutuhan hidupku. Sekali lagi kuamati hidupku. Aku bukan hanya butuh makan minum, tapi aku juga butuh pakaian layak, rumah, kendaraan, sekolah, perhiasan dan lain-lain. Jika punya banyak uang, aku pasti bahagia. Ketika ini kuceritakan pada guru, beliau berkata, “Jungkir balikmu itu untuk satu hal! Kamu sedang mengejar kebahagiaan”. “ Actually, you are looking for happiness!” Demikian kata beliau.
Aku juga bertamasya, rekreasi, belanja, jalan-jalan melihat sawah, sungai, air terjun, air mancur, gunung, udara segar, pantai, laut, sungai, gua dan perbukitan. Aku berharap, penatku bakal hilang. Ketika ini kuceritakan pada guru, aku diberitahu bahwa, sejatinya yang sedang kucari-cari adalah kedamaian. “ You are looking for peacefulness!” kata guru.
Ketika kuceritakan bahwa aku inginkan, orang-orang di sekitarku memperhatikanku. Bukan sebaliknya! Malah mengabaikan keberadaanku. Kusampaikan hidupku yang penuh kecemburuan. Jika orang yang aku cintai memperhatikan orang lain, aku sakit hati, marah, cemburu, dan tidak terima. Banyak orang menasehatiku agar aku bisa ikhlas. Aku ingin ikhlas dan hidup dalam ketulusan, tapi teramat sulit dan berat. Aku menangis pada Tuhan. Air mataku air mata kebencian, air mata kemarahan, penyesalan dan kesedihan. Mengapa orang-orang yang kucintai sedalam ini, tidak bisa melihat kebaikan dan pengorbananku, padahal dekat secara fisik dengan mereka? Aku merasa tidak diperhatikan. Di sini, guru memberitahuku, bahwa sejatinya yang kurindu-rindukan adalah CINTA. “ You are looking for love!” kata guru.
Manakala aku berkisah tentang diriku yang kerap tidak tenang, tidak mengerti apa yang membuatku tidak tenang. Aku sulit bersyukur. Aku sulit menerima kejadian. Lalu guru katakan, bahwa sejatinya aku kehilangan kemurnian, ketulusan dan keikhlasan. Aku sedang tercemar, tidak lagi murni. “ You are looking for purity! To be pure is to be real, to be pure is to be natural, for the pure is never violent, can’t never give pain or suffering, the pure maintain the law of life and the law of life is love, ” kata guru.(Aku sedang merindukan kemurnian. Hakekat murni adalah ikhlas. Menjadi murni itu menerima kenyataan. Yang murni, ia tidak jahat, tidak bertindak kasar, tidak memberi sakit dan derita. Kemurnianlah yang akan memelihara hukum kehidupan dan hukum kehidupan itu, adalah cinta)
Selanjutnya, aku bercerita tentang keinginanku agar orang-orang yang kucintai, berpikir seperti caraku berpikir, berkata seperti yang kuharapkan, bertindak dan berperilaku seperti yang kumau. Aku pasti geregetan begitu meliha mereka menyimpang. Sebaliknya, aku senang bila orang-orang yang kucintai patuh padaku. Aku tidak ingin mereka keras kepala. Tapi, aku selalu saja tidak berdaya. Kalau sudah mereka yang minta, aku tidak bisa menolak. Sebenarnya, aku kurang suka, tapi mau bagaimana lagi? Dari pada ribut, ya lebih baik aku mengalah saja. Aku seperti terikat! Apa kata guru? Beliau beritahu bahwa aku sedang merindukan kebebasan. “ You are looking for freedom!” katanya.
Terakhir, kusampaikan keprihatinanku tehadap konflik. Bukan hanya antaragama yang berkonflik, tapi juga inter-agama. Terjadi saling tuduh soal kesesatan. Membangun rumah ibadah merupakan cita-cita yang belum tentu kesampaian. Untuk berhubungan dengan Tuhan, harus minta izin manusia. Mengapa semua menjadi seperti ini? Pedang dihunus atas nama Tuhan, bom diledakkan atas nama Tuhan, darah dihalalkan atas nama Tuhan. Ketika aku bertanya, dimanakah Tuhan saat situasi memilukan ini terjadi? Guru bilang, sejatinya aku sedang merindukan kebenaran. “You are looking for the truth!” kata beliau.
Saatnya kita simpulan! Mari kita urutkan dari awal sambil mengingat-ingat, happiness, peacefulness, love, purity, freedom dan truth, kebahagiaan, kedamaian, cinta, kemurnian, kebebasan dan kebenaran. Inilah kualitas sejati kita. Inilah kualitas sejati dari jiwa!
Inilah yang disebut sebagai core quality of soul atau the original quality of soul. Mengapa aku merindu-rindukan itu semua? Sebab, itulah kualitasku yang asli. Semua itu, pernah kumiliki. Tapi itu dulu! Kini semuanya tertutup oleh lapisan-lapisan berkarat. Aku sudah tidak murni lagi. Aku kehilangan kemurnian (kesejatianku).
Sejatiku adalah happy, peace, love, pure, free and truth. Untuk itulah guru katakan, penting bagiku menjaga kesadaran jiwa (ruhani). Jika sejatiku adalah bahagia, damai, penuh cinta, bebas dan benar, lalu mengapa aku berubah menjadi pribadi sebaliknya? Sebab, hal-hal diluar, telah berhasil menguasaiku, hingga aku lupa kualitas inti-ku. Seharusnya, akulah (sang jiwa) yang menjadi master. Bukan sebaliknya. Jadi, siapa yang selalu berupaya menguasaiku? Maya! Guru menyebutnya demikian. Siapa maya? Adalah, kemarahan, ego, ketamakan, keterikatan dan nafsu birahi.
Saat kupelajari Who I am, aku mengerti bahwa aku yang sejati adalah jiwa yang wujudnya adalah ruh/spirit. Kini kutahu sifat-sifat sejatiku. Bahwa spirit itu, dia bahagia, dia damai, penuh cinta, murni (tulus), bebas dan benar. Jadi, jika aku sadar jiwa, setiap kali bersedih, mestinya kuingatkan diriku bahwa itu bukan sifat asliku. Bila kesedihanku tak kunjung hilang, itu artinya aku sedang dikuasai maya. Bisa karena aku dikuasai ketamakan, bisa juga aku dikuasai keterikatan. Kebahagiaanku terikat pada syarat tertentu! Padahal harusnya, aku bahagia, sebagaiamana keadaan sejatiku. Kebahagiaanku tidak boleh tergantung pada hal-hal diluar aku.
Bila aku sadar jiwa, mestinya aku sadar bahwa aku ini damai. Bila hidupku selalu saja tidak damai, lalu gemar kemana-mana demi mencari kedamaian, ini pertanda ada yang tidak beres. “Sesuatu” sedang berupaya menguasaiku. Mungkin ketidakpuasan (ketamakan). Mungkin juga keterikatan. Mungkin juga nafsu birahi!
Aku (sang jiwa) adalah cinta.Bila aku menderita karena cinta, itu pertanda aku tak sadar jiwa. Aku mengira bahwa diriku kekurangan cinta, padahal aku sendiri adalah cinta. Aku mencari cinta dari sumber lain, padahal aku sumber cinta. Karena mengira persediaan cintaku terbatas, aku takut kalau-kalau bakal kehabisan cinta. Pantas saja kalau cintaku untuk jiwa lain, kuberikan sedikit-sedikit saja, dan tidak total. Bahkan cintaku kuberikan dengan penuh syarat! Aku hidup dalam konsep, “ini cintaku, mana cintamu? Seluas ini cintaku, seberapa dalam cintamu padaku?” Pantas saja aku kerap dihadapkan pada ujian cinta. Selalu saja digoda cinta. Pasanganku jatuh cinta pada yang lain. Lalu aku menangis seharian dan bila perlu berhari-hari mengurung diri di kamar. Aku mengutuk pasanganku. Aku juga mengutuk diriku, mencari-cari apa yang kurang dari diriku. Dalam hatiku berucap, “Apa yang kurang dari aku? aku sudah demikian mencintaimu, kukorbankan banyak hal hanya demi kamu… inikah balasanmu atas apa yang sudah kuberikan untukmu? Inikah balasanmu atas apa yang sudah kulakukan untukmu?” Cintaku menjadi sarat dengan syarat. Mengapa aku bisa lupa bahwa aku ini adalah cinta yang bisa mengkreasi cinta? Aku pasti sedang dikuasai kemarahan, ego, ketamakan, keterikatan dan nafsu birahi. Padahal guru wanti-wanti, bahwa maya itulah musuh besarku.
Bagaimana dengan kemurnian atau ketulusan? Ini sangat erat kaitannya dengan sifat cinta yang baru saja kubicarakan. Kecemburuan yang membuncah adalah pertanda hilangnya kesadaranku atas diri sejatiku. Aku lupa bahwa aku yang sejati adalah murni, tulus, ikhlas. Kesakitan yang kuderita adalah efek karena aku lupa bahwa aku ini jiwa yang murni, jiwa yang tulus. Bila ingat bahwa aku ini jiwa yang murni, tulus, ikhlas, maka aku pasti sadar bahwa setiap sesuatu adalah milik Allah. Dan aku berprasangka baik terhadap setiap jiwa. Bahwa, setiap jiwa akan berupaya mencari diri sejatinya. Setiap jiwa pasti mengadakan pencarian, ingin menemukan kesejatiannya. Ingin bahagia, ingin damai, ingin cinta, ingin murni, ingin bebas, inginkan kebenaran. Jika aku menginginkan bahagia, jiwa lain juga sama! jika aku ingin damai, jiwa lain juga sama! Kesadaranku tentang kemurnianku pasti membimbingku kepada pengertian, bahwa setiap jiwa itu, milik Allah bukan milikku. Setiap jiwa itu milik Allah Sang Pencipta, Sang Pemilik Sejati. Saat aku mendapati kemurnian dan ketulusanku hilang, mungkin ego sedang menguasaiku. Atau empat maya lainnya, yaitu kemarahan, ketamakan, keterikatan dan nafsu birahi. Padahal, guru sudah wanti-wanti agar aku waspada dengan maya.
Saatnya bicara tentang kebebasan. Manakala kugantungkan kebahagiaanku pada orang lain atau pada situasi tertentu, ini pertanda aku tidak sadar jiwa. Aku lupa bahwa sejatiku harusnya bebas, tidak tergantung! Kebahagiaan dan kedamaianku tidak harus tergantung pada orang lain atau situasi yang terjadi di luar aku. Siapa yang membuatku tidak bebas? Adalah, keterikatan! Aku pasti sedang terikat pada orang atau situasi. Aku lupa bahwa hanya kepada Allah sajalah seharusnya aku bergantung. Ribuan kali sudah kubaca Al-Ikhlas, tapi praktik-ku justru khianat.
Bagaimana? Lanjut? Baiklah! Mari bicara tentang kebenaran sebagai core quality dari jiwa. Sifat sejati jiwa adalah benar. Jika aku tahu sesuatu adalah salah, tapi aku lakukan, itu pertanda aku sedang tidak dalam kesadaran jiwa. Mungkin aku hanya sadar badan saja. Harusnya aku berbuat kebenaran, tapi mengapa aku melakukan ketidakbenaran? Anda pasti berkata bahwa aku sedang dalam penguasaan maya. Maya yang manakah gerangan yang sedang menguasaiku? Kemarahan? Ego? Ketamakan? Keterikatan ataukah nafsu birahi? Biarlah ini menjadi rahasia perenunganku.
Paling tidak, aku mendapatkan pelajaran baru, bahwa lapisan-lapisan negatif bernama maya ini telah berupaya dan berhasil menguasaiku sudah sejak lama, sehingga aku menjadi lupa kesejatianku. Inilah sumber kekacauan dunia hari ini. Hanya sedikit jiwa yang sadar jiwa karena terbelenggu dalam kuasa maya. Sempat kubertanya pada guru tentang bagaimana menghilangkan, atau mengurangi lapisan-lapisan buruk itu. Guru menyarankan, “bermeditasilah!” Wah, meditasi?
Awalnya, aku memahami meditasi sebagai “berkaca” atau “bercermin” diri. Sebagian orang berpendapat bahwa bermeditasi adalah berdoa atau berkomunikasi dengan Tuhan, sebagian lainnya berpendapat bahwa meditasi itu sesat dan tak perlu dilakukan. Seperti biasa, aku tidak sedang menulis apa yang tidak kualami. Aku tidak takut masuk dalam “kesesatan”. Biarlah banyak orang hanya pandai memvonis tanpa mengenal sesungguhnya yang terjadi. Bagiku, hidupku adalah sebuah “riset besar” . Dan re-search adalah pencarian-kembali. Aku, obyek sekaligus subyek risetku sendiri. Aku gemar skeptic terhadap “ilmu katanya-katanya”. Ilmu yang pengikutnya, gemar mengaku banyak tahu tentang kehidupan orang lain, tapi lupa belajar mengenal dirinya sendiri. Aku masuk, aku melihat, aku bergabung, aku mendengar, aku mengalami dan aku belajar sesuatu darinya.
Dalam perjalanan pembelajaranku itulah, aku tahu bahwa ternyata meditasi justru berasal dari akar yang sama dengan sebuah kata bahasa Latin, yaitu mederi.
Mederi artinya “menyembuhkan”. Kuintip praktik-praktik meditasi, kudengarkan, kualami dan kupelajari dengan cermat, kata dan kalimat yang mereka ucap dalam meditasi. Meditasi ternyata adalah aktivitas mengingatkan kita kepada diri kita yang sejati (core quality). Bukan hanya itu! Meditasi ternyata adalah juga latihan mengingat. Bukan sekadar mengingat, tapi mengingat terus-menerus bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, Sang Pemilik, Sang Pembimbing, Sang Pemberi Petunjuk dan sifat-sifat baik lainnya. Meditasi ternyata bukan sekadar “diucapkan” bagai mantra. Bukan disebut meditasi, kalau apa-apa yang diucapkan ternyata tidak dialami dan tidak dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Maka, kegiatan memasak, makan, belajar, bekerja, berjalan dan bahkan bernapaspun adalah bisa jadi meditasi, senyampang terpelihara keadaan mengingat Tuhan dan diri sejati.
Jika aku mengira bahwa meditasi hanyalah membaca “mantra-mantra”, maka pantaslah kalau hidupku sering dihiasi dengan rasa sakit hati, marah, cemburu, dendam dan kebencian. Meskipun aku sering memberi nasehat orang lain untuk bersabar, tapi aku sendiri tidak bisa sabar. Aku hanya menasehati orang agar jangan suka marah, tapi aku sendiri pemarah. Hanya mengajak orang agar saling mengasihi dan menyayangi, tapi perbuatanku menunjukkan sebaliknya. Ini bukanlah meditasi! Ini jiwa sakit dan perlu penyembuhan. Keberhasilan meditasi terukur dari selarasanya pikiran, kata dan perbuatan dalam kesadaran core quality of jiwa.
Hmm… sepertinya, ini bab yang paling panjang. Kupikir ini sudahlah cukup! Kuserahkan kepada Anda untuk menerima atau tidak. Ini adalah ilmu pengetahuan. Hanyalah sebagian saja dari yang tersebar di seluruh semesta. Semoga tidak pening ya! Sekarang, istirahatlah untuk merenungkan apa yang baru saja kita bicarakan. Setelah itu, terserah Anda, mau lanjut atau stop. Yang jelas, di balik ini tidak kalah menarik.
-
1387864113799671591
Foto dari https://www.facebook.com/aridha.prassetya
Judul : Pohon Kebahagiaan
No. ISBN : 978-602-281-055-1
Penulis : Aridha Prassetya
Tahun terbit : Desember 2013
Dimensi : xvi + 117 hlm; 14 x 21 cm
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori : Kisah Inspiratif
Harga : Rp 37,500 + ongkir dari Depok
Stok : Order by SMS >> 085773518074 : Nama, Alamat, Judul, Jumlah pesanan
Judul : Pohon Kebahagiaan
No. ISBN : 978-602-281-055-1 Penulis : Aridha Prassetya
Tahun terbit : Desember 2013 Dimensi : xvi + 117 hlm; 14 x 21 cm Jenis Cover : Soft Cover Kategori : Kisah Inspiratif Harga : Rp 37,500 + ongkir dari Depok Stok : Order by SMS >> 085773518074 : Nama, Alamat, Judul, Jumlah pesanan - See more at: http://www.indie-publishing.com/pohon-kebahagiaan/#sthash.91DHZcIb.dpuf
-
Melalui buku, Aridha ingin menyentuh hati sebanyak mungkin orang untuk jalan bersama dalam kehidupan yang damai penuh kebahagiaan. Dan sudah menjadi tekadnya untuk menerbitkan buku tiga kali dalam setahun. Yakni tiap 21 April pas Hari Kartini, 11 Juni pas hari lahirnya, dan 22 Desember pas Hari Ibu.
Ke depan, Aridha berencana akan beralih format dari buku cetak ke buku digital (e-book) demi efisiensi dan memudahkan siapa saja yang ingin memetik buah pikirannya (free of charge).
“Itu idenya Hanif (putra Aridha- pen), dan saya menyambut baik. Saat ini Hanif sedang mempersiapkan piranti untuk e-book itu,” tutur Aridha.
Oke.
Kembali ke buku terbarunya.
Membaca buku Pohon Kebahagiaan, hati ini serasa dipeluk dan dibelai sayang. Karena itulah, saya ingin membacanya lagi.
Terimakasih untuk semuanya.
-
Selamat Natal bagi Anda yang merayakannya.
Selamat Tahun Baru 2014 untuk kita semua.
Sejatinya semua hari itu indah bagi yang mengindahkannya.
http://media.kompasiana.com/buku/2013/12/26/pohon-kebahagiaan-jiwa-yang-tenang-dalam-diri-aridha-prassetya-621259.html
20.41 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...