by: http://www.meriwardanaku.com/2011/07/politik-dalam-pandangan-islam-by-hasan.html
"Kebangkitan
suatu bangsa di dunia selalu bermula dari kelemahan. Sesuatu yang
sering membuat orang percaya bahwa kemajuan yang mereka capai kemudian
adalah sebentuk kemustahilan. Tapi, di balik anggapan kemustahilan itu,
sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran,
keteguhan, kearifan, dan ketenangan dalam melangkah telah mengantarkan
bangsa-bangsa lemah itu merangkak dari ketidakberdayaan menuju
kejayaan." (Hasan Al-Banna; Risalah Ila Ayyu Syain Nad u An-Naas.)
Dalam sejarah kehidupan bangsa-bangsa, kebangkitan dan kemajuan adalah
sebuah keniscayaan yang mesti diyakini. Namun, kelemahan yang sedang
mengungkung suatu bangsa seringkali memicu keputusasaan sehingga
bayang-bayang ketidakpastian dan kemustahilan menjadi begitu kuat.
Realitas kejiwaan masyarakat inilah yang ingin didobrak oleh Hasan
Al-Banna, dengan salah satu ungkapannya: "Inna haqaiqa al-yaumi hiya ahlamu al-amsi, wa ahlama al-yaumi haqaiqu al-ghadi (Sesungguhnya kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari)."
Sementara
akar penyebab kelemahan yang sebenarnya ada pada kehancuran jiwa
masyarakatnya. Ini yang secara kuat dicemaskan oleh Abul Hasan An-Nadwi
dengan ucapannya, "Kemanusiaan sedang ada dalam sakratul maut.”. Bahkan,
kecemasan dunia modern yang digjaya seperti Amerika misalnya, juga
terletak di sini. Laurence Gould pernah mengingatkan publik Amerika,
"Saya tidak yakin bahaya terbesar yang mengancam masa depan kita adalah
bom nuklir. Peradaban AS hancur ketika tekad mempertahankan kehormatan
dan nilai-nilai moral dalam hati nurani warga kita telah mati."
(Hamilton Howze, The Tragic Descent: America in 2020 , 1992).
Dari pemahaman inilah, Hasan Al-Banna menyimpulkan bahwa pilar kekuatan utama membangun kembali umat adalah kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-hikmah), dan ketenangan (al-anat) yang kesemuanya menggambarkan kekuatan kejiwaan (al-quwwah an-nafsiyah)
suatu bangsa. Dan Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang
akan dilalui. Kesimpulan ini berangkat dari analisa sejarah perjalanan
bangsa-bangsa dan upaya memahami arahan-arahan Rabbani
Berikut Seri Pemikiran Politik Hasan Al-Banna: Lima Babak Kebangkitan Umat
1. Kelemahan (adh-dho fu).
Faktor
utama kelemahan adalah terjadinya kesewenang-wenangan rezim kekuasaan
yang tiranik. Kekuasaan inilah yang memporak-porandakan sendi-sendi
kehidupan masyarakat dan memberangus potensi-potensi kebaikannya dengan
dalih kepentingan kekuasaan. "Sesungguhnya Firaun telah berbuat
sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun
termasuk orang yang membuat kerusakan." (QS. 28:4) Itulah sebabnya
tujuan pertama transisi politik menurut Al-Banna adalah membebaskan umat
dari belenggu penindasan dalam kehidupan politik.
2. Kepemimpinan (az-zuaamah).
Sejarah
perubahan menunjukkan bahwa upaya bangkit kembali dari kehancuran
membutuhkan seorang pemimpin yang kuat. Kepemimpinan ini mesti muncul
pada dua wilayah, yaitu pemimpin di tengah-tengah masyarakat (az-zuaamah ad-da wiyah) yang menyeru kepada kebaikan dan pemimpin pemerintahan (az-zuaamah as-siyasiyah)
yang sejatinya muncul atau menjadi bagian dari mata rantai barisan
penyeru kebaikan itu. "Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi(QS. 24:55). Ini artinya
kekuatan-kekuatan Islam mesti mempersiapkan diri secara sistematis,
sehingga masa transisi politik menjadi kesempatan untuk meneguhkan
kepemimpinan dakwah dan untuk meraih kepemimpinan politik. Inilah
tantangan sekaligus rintangan terberat kaum muslimin pada hari ini.
3. Pertarungan (ash-shiraa u)
Ketika
suatu bangsa memasuki masa transisi politik, Al-Banna mengingatkan akan
muncul dan maraknya berbagai kekuatan ideologis yang lengkap dengan
tawaran sistem dan para penyerunya. Akan terjadi kompetisi terbuka untuk
menanamkan pengaruh, meraih dukungan dan memperebutkan kekuasaan. Ada
dua karakter dasar ideologi-ideologi kuffar. Pertama, secara hakiki ia
berlawanan dengan ideologi Islam. Dan kedua, untuk menjamin
eksistensinya di muka bumi, ideologi-ideologi kuffar itu akan berupaya
menghancurkan ideologi Islam. Pertarungan terberat adalah pada upaya
untuk membebaskan diri dari mentalitas, sikap, perilaku dan budaya yang
sudah terkooptasi oleh ideologi materialisme-sekuler. Pertarungan ini
tidak bisa dimenangkan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan bangunan
keimanan baru yang memantulkan izzah (harga diri) umat di hadapan
peradaban-peradaban kuffar.
4. Iman (Al-Iman)
Pertarungan
ideologi di fase transisi menuju kebangkitan adalah masa-masa ujian
berat bagi umat. Pertarungan akan memunculkan dua golongan manusia.
Pertama, mereka yang tidak istiqamah dengan cita-cita Islam dan
menggadaikan perjuangannya demi keuntungan-keuntungan material.
Perjuangan bagi mereka adalah bagaimana mengumpulkan sebanyak-banyaknya
perhiasan dunia sesuatu yang tidak mereka miliki sebelumnya. Golongan
kedua, adalah mereka yang istiqamah dan iltizam dengan garis dan
cita-cita perjuangan. Besarnya kekuatan musuh justru menambah keimanan
mereka dan semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah. Inilah golongan
yang sedikit, tapi dijanjikan kemenangan oleh Allah. Proses kebangkitan
umat tidak akan berjalan tanpa keberadaan mereka; orang-orang yang akan
menorehkan garis sejarah panjang perjuangan yang diliputi berbagai
keistimewaan dan keajaiban.
5. Pertolongan Allah (Al-Intishar)
Inilah
hakikat kemenangan bagi umat, yaitu ketika Allah swt. telah menurunkan
pertolongannya untuk mencapai kemenangan sejati. Kemenangan tidak semata
diukur oleh terkalahkannya musuh. Tetapi, kemenangan adalah ketika
tangan-tangan Allah ikut bersama kita menghancurkan seluruh kekuatan
musuh. Inilah awal tumbuhnya kehidupan baru di mana Allah akan menerangi
dengan cahayaNya dan Allah akan menaungi kehidupan umat dengan
Keperkasaan dan Kasih-sayangNya. Di sinilah pembalikan keadaan (tabdil)
dalam kehidupan akan terjadi. Kemakmuran, keamanan, kedamaian dan
keadilan akan menjadi nikmat yang bisa dimiliki setiap makhluk yang
mendiami negeri itu. "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap
dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan
nikmatNya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya
Allah menolongmu dengan pertolongan yang besar." (QS. Al-Fath: 1-3)
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com