GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Kisah Nyata Sedih dan Mengharukan : Sayang, aku menderita, tolonglah aku

Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 23 September 2013 | 22.03

by: https://www.facebook.com/orangmanado/posts/10151478025163590
True story by.Thich Nhat Hanh
Ada seorang pria yang masih muda belia, ia harus mengikuti wajib militer. Sehingga dia menjadi tentara dan pergi berperang. Dia harus meninggalkan istrinya sendirian di rumah dalam keadaan hamil.

http://elianajungworld.files.wordpress.com/2012/02/5318125313_a94e6bf5c8.jpg 
Mereka menangis cukup lama saat berpisah. Mereka tidak tahu apakah sang pria ini akan kembali dengan selamat, karena tidak ada yang tahu. Pergi berperang sangatlah beresiko.

Anda bisa saja mati seketika dalam waktu beberapa minggu, beberapa bulan, atau mungkin anda terluka parah, atau jika anda sangat beruntung, anda akan selamat, pulang ke rumah, bertemu orang tua, istri dan anak-anak anda.

Pria muda tersebut cukup beruntung; dia selamat. Beberapa tahun kemudian, dia dibebastugaskan. Istrinya sangat gembira mendengar kabar bahwa suaminya akan pulang. Dia pergi ke pintu gerbang desa dan menyambut suaminya, dia ditemani anak laki-lakinya yang masih kecil. Anak kecil itu dilahirkan saat ayahnya masih bergabung dengan pasukan militer.

Pada saat mereka bertemu kembali, mereka menangis dan saling berpelukan, mereka menitikkan air mata kegembiraan. Mereka sangat beryukur, pria muda tersebut selamat dan pulang ke rumah. Saat itu adalah pertama kalinya pria muda itu melihat anak laki-lakinya yang masih kecil.

Berdasarkan tradisi, mereka harus membuat persembahan di altar leluhur, untuk memberitahu para leluhur bahwa keluarga telah bersatu kembali. Pria itu meminta istrinya pergi ke pasar untuk membeli bunga, buah-buahan, dan barang persembahan lain yang diperlukan untuk membuat persembahan di altar. Pria itu membawa anaknya pulang dan mencoba membujuk anaknya untuk memanggilnya ayah. Tetapi anak tersebut menolak.

“Tuan, kamu bukanlah ayah saya. Ayah saya adalah orang lain. Dia selalu mengunjungi kami setiap malam, dan setiap kali ia datang, ibu saya akan berbicara dengannya lama sekali. Saat ibu duduk... ayah saya juga duduk, saat ibu tidur, dia juga tidur. Jadi, kamu bukanlah ayah saya.

Ayah muda tersebut sangat sedih, sangat terluka. Dia membayangkan ada pria lain yang datang ke rumahnya setiap malam dan menghabiskan waktu semalaman dengan istrinya. Semua kebahagiaannya lenyap seketika. Kebahagiaan datang sangat singkat, diikuti dengan ketidakbahagiaan.

Ayah muda tersebut sangat menderita sehingga hatinya menjadi sebongkah batu atau es. Dia tidak dapat lagi tersenyum. Dia menjadi sangat pendiam. Dia sangat menderita. Istrinya, yang sedang berbelanja, tidak tahu sama sekali mengenai hal itu.

Sehingga, sewaktu ia pulang ke rumah, ia sangat terkejut. Suaminya tidak mau menatap wajahnya lagi. Dia tidak mau berbicara. Dia menjadi sangat dingin, seakan-akan ia memandang rendah istrinya. Wanita itu tidak mengerti. Mengapa? Sehingga sang istri mulai menderita. Menderita sangat mendalam.

Setelah persembahan selesai dibuat, perempuan tersebut meletakkannya di altar. Suaminya menyalakan dupa, berdoa kepada para leluhur, membentangkan tikar, melakukan empat sujud dan memberitahukan bahwa ia sudah pulang ke rumah dengan selamat dan kembali ke keluarganya.

Setelah mempersembahkan dupa, berdoa dan melakukan empat sujud, ayah muda tersebut menggulung tikar, dan ia tidak mengizinkan istrinya melakukan hal yang serupa, karena ia berpikir bahwa istrinya tidak pantas untuk menampakkan dirinya di depan altar para leluhur. Wanita muda itu kemudian merasa malu, “terhina” karena peristiwa itu, dan dia menderita lebih dalam lagi.

Menurut tradisi , setelah upacara selesai, mereka harus membereskan persembahan, dan keluarga tersebut harus duduk dan menikmati makanan dengan suka cita dan kegembiraan, tetapi pria muda tersebut tidak melakukannya. Setelah ritual persembahan pria muda tersebut kemudian pergi ke desa, dan menghabiskan waktunya di kedai arak. Pria muda tersebut mabuk karena dia tidak dapat menanggung penderitaannya.

Pada masa itu, saat mereka sangat menderita, mereka biasanya pergi ke kedai arak dan minum banyak alkohol. Ia tidak pulang ke rumah hingga larut malam, sekitar pukul satu atau dua dini hari dia baru pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Dia mengulangi perbuatannya tersebut hingga beberapa hari, tidak pernah berbicara dengan istrinya, tidak pernah menatap istrinya, tidak pernah makan di rumah, wanita muda tersebut sangat menderita dan ia tidak dapat menanggungnya.

Pada hari keempat ia melompat ke sungai dan mati. Dia sangat menderita. Pria tersebut juga sangat menderita. Tapi tidak seorangpun dari mereka berdua yang datang pada salah satu pihak dan meminta bantuan, karena “harga diri”-mu harus memanggil dengan nama aslinya, “harga diri” penghambat.

Saat anda menderita dan anda yakin bahwa penderitaanmu disebabkan oleh orang yang paling anda cintai, anda lebih suka menderita sendiri. Harga diri mencegahmu menemui orang lain dan meminta bantuan.

Bagaimana seandainya sang suami tersebut menemui istrinya? Situasinya mungkin akan berbeda. Malam itu, dia harus tetap tinggal di rumah karena istrinya sudah meninggal dunia, untuk menjaga anak laki-lakinya yang masih kecil. Dia mencari lampu minyak tanah dan menyalakannya.

Saat lampunya menyala, tiba-tiba anak kecil itu berteriak: “ini dia Ayahku!” dia menunjuk bayangan ayahnya di dinding. “Tuan, ayahku biasanya datang tiap malam dan ibu berbicara banyak dengannya, dia menangis di depannya, setiap kali ibu duduk, ayah juga duduk. Setiap kali ibu tidur, ayah juga tidur.”

Jadi, ‘ayah’ yang dimaksudkan anak tersebut hanyalah bayangan ibunya. Ternyata, wanita itu biasanya berbicara dengan bayangannya setiap malam, karena dia sangat merindukan suaminya.

Suatu ketika anaknya bertanya kepada ibunya: “Setiap orang di desa memiliki ayah, kenapa aku tidak punya?” Sehingga pada malam tersebut, untuk menenangkan anaknya, sang ibu menunjuk bayangannya di dinding, dan berkata, “Ini dia ayahmu!” dan ia mulai berbicara dengan bayangannya.

“Suamiku sayang, kamu sudah pergi begitu lama. Bagaimana mungkin aku membesarkan anak kita sendirian? Tolong, cepatlah pulang sayang.” Itulah pembicaraan yang sering ia lakukan. Tentu saja, saat dia lelah, ia duduk, dan bayangannya juga duduk. Sekarang ayah muda tersebut mulai mengerti. Persepsi keliru sudah menjadi jernih. Tetapi semua itu sudah terlambat, istrinya sudah mati.

Andai saja pria muda tersebut menemui istrinya dan mengatakan: “Sayang, aku sangat menderita beberapa hari ini. Sepertinya aku tidak dapat hidup lagi. Tolong aku. Tolong beritahu aku siapa pria yang selalu datang setiap malam, kamu ajak bicara, menangis di depannya, setiap kali kamu duduk, ia duduk.” Hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Temui dia dan katakan. Jika pria tersebut melakukannya, wanita muda itu akan punya kesempatan untuk menjelaskan, dan tragedi tersebut dapat dihindari.

Mereka dapat memulihkan kebahagiaan dengan mudah, secara langsung. Tetapi ia tidak melakukannya karena ia terluka sangat mendalam, dan harga diri telah mencegahnya untuk menemui istrinya dan meminta bantuan.

Tidak hanya pria tersebut yang melakukan kesalahan, wanita itu jga melakukan kesalahan yang serupa. Dia juga sangat menderita, tetapi ia terlalu sombong untuk meminta bantuan. Dia seharusnya menemui suaminya dan mengatakan: “Sayang, aku tidak mengerti. Aku sangat menderita. Aku tidak mengerti mengapa kamu tidak mau menatapku, kamu tidak mau berbicara denganku, kamu sepertinya merendahkan aku. Tampaknya kamu merasa bahwa aku ini tidak ada sama sekali.

Apakah aku telah melakukan kesalahan sehingga aku pantas diperlakukan seperti ini?” itulah yang seharusnya ia lakukan. “Sayang, aku menderita, tolong aku!”.

Jika dia mengatakannya, pria muda tersebut, suami muda tersebut akan menjawab seperti ini: “Kenapa? Apakah kamu tidak tahu jawabannya? Siapa orang yang selalu datang setiap malam, orang yang selalu kamu ajak bicara?” maka wanita itu seharusnya memiliki kesempatan untuk menjelaskannya.

Setelah pria muda tersebut sadar akan kesalahannya, dia menangis dan terus menangis. Dia menjambak rambutnya. Memukul dadanya. Tapi semuanya sudah terlambat!!!

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...