by: http://sosbud.kompasiana.com/2010/09/30/menderita-karena-cinta-yang-egois-274242.html
“ Cinta “ memang egois, namun “ cinta yang egois “ karena untuk memenuhi ambisi diri, adalah sangat menjerumuskan dan menghancurkan orang yang dicintai à Kelanjutan dari “ Manipulasi cinta (1) dan (2) dipandang dari sudut yang di cinta-i.
Sepasang muda-mudi yang sedang menjalani masa pacaran selama bertahun-tahun, karena orang tua pria
begitu egois terhadap anaknya, maka pacarnya selalu diatur menurut
kehendaknya. Pada suatau hari pacarnya memutuskan hubungan karena tidak
tahan dengan cara ibunya mengatur dirinya. Setelah putus anaknya mulai
tertekan, mau berontak terhadap ibunya, tidak berdaya karena yang
didengar selalu demi kebaikan anaknya. Berontak ditunjukan dengan sikap
berdiam diri dirumah. Sikap ini juga menjadi omelan, karena kuatir
anaknya stress tidak ada pacar. Begitu anaknya keluar begaul dengan
cewek lain, menjadi masalah lagi karena dikatakan cewek barunya itu
memiliki keluarga yang kurang baik, dikuatirkan hanya menginginkan harta
kekayaan –nya. Tekanan jiwa pada anak tidak dirasakan oleh ibunya,
hanya menekankan demi cinta anak terus menerus. Sampai terakhir
ceritanya, anak ini akan memilih sikap seperti orang tidak waras, supaya
orang tuanya memahami betapa besar jiwanya tertekan.
Cerita lain lagi yaitu seorang muda mudi, berpacaran juga sudah bertahun-tahun,
karena ayahnya tidak bisa menerima dengan alasan beda suku, maka
pertentangan ini makin lama makin runcing. Pada satu hari ayahnya cerita
pada saya, untuk mencari kebenaran. Ia bercerita tentang putrinya yang
berpacaran dengan seorang pria beda suku. Ceritanya menurut dia bahwa
pria itu cukup baik, sopan sekali. Namun karena beda suku, ia merasa itu
suatu yang sulit diterima. Bahkan dia mengancam tidak akan mengakui
putrinya jika itu dilakukan terus. Dirasakan sangat memalukan, putrinya
disuruh memilih papa atau pacarnya. Ia mengatakan kecuali papamu
meninggal, semua terserah kamu ! Namun selama masih hidup, jawabannya
adalah tidak ! – Putrinya yang malang, karena tidak berani melawan
kehendak papanya, ia hanya mengatakan ok, dia tidak akan menikah
selamanya, demi taat akan orang tua. Diapun tidak
memutuskan hubungan dengan pria yang dicintai, terus berjalan sebagai
teman baik – Orang tuanya ( papanya ini teman baik saya ) bertanya
bagaimana pendapat saya ? Saya tidak ragu-ragu mengatakan bahwa anda
sangat “ Egois “, anda hanya karena malu dikatakan orang nantinya, hanya
karena dikeluarga besarmu tidak ada yang nikah campuran, sulit diterima
dan memalukan. Namun anda telah menjual kebahagiaan
putrimu. Anda telah menyiksa hidupnya sepanjang masa ! “. Teman saya ini
berdiam, tidak menjawab apa yang saya katakan. Karena “cinta egois” nya
begitu tinggi, pendiriannya masih tetap tidak bisa menerima putrinya
menikah dengan suku lain!
Seorang sarjana dengan
lulusan IP-4, sehari-harinya tinggal dirumah dengan kadang tertawa
sendiri. Mengapa bisa terjadi demikian ? Menurut cerita orang tuanya, ia
saat sekolah mulai sejak Sd hingga universitas, selalu diperhatikan dan
diawasi oleh orang tuanya dengan ketat, berbagai upaya dilakukan, diberi
pelajaran tambahan demi memenuhi selera orang tuanya supaya menjadi
orang yang didambakan dan yang bisa membanggakan keluarga. Dari sejak SD
hingga Universitas selalu menjaid bintang kelas. Orang tua nya sangat
bangga. Menurut orang tuanya anaknya itu penurut, tidak pernah berontak
terhadap apa yang diinginkan orang tuanya. Apapun itu semua akan
diterima baik – Pernah sekali ia ada mengajukan permintaan memilih
jurusan yang disukai, namun ditolak mentah-mentah, dengan mengatakan
bahwa ia tidak boleh memilih itu, semua yang telah dipersiapkan adalah
demi kebaikan dan kebahagiaannya ! – Perkataan ini tersimpan didalam
hatinya sepanjang hidup, hidupnya sekarang benar-benar memenuhi
keinginan orang tuanya, demi ketaatan pada orang tua.
Sepasang suami istri
yang telah cerai, anak laki-lakinya mengikuti ibunya karena ingin selalu
mendapatkan perhatian dari mantan suaminya, maka anaknya menjadi
sasaran kemarahan, setiap hari dipukul dan disiksa, sehingga sekujur
tubuh luka memar, Anak ini setiap hari sekolah dengan kondisi yang
sangat lemah, didalam kelas selalu tidur. Satu hari gurunya megetahui
bahwa tubuhya penuh luka, kepala disekitar rambut juga luka. Kemudian
ditanya gurunya, ia langsung menjawab bahwa dirinya kecelakaan,
berualang-ulang dengan kejadian serupa, namun tetap dijwab kecelakaan
diri. Oleh gurunya dipanggil ibunya untuk menghadap namun tidak pernah
mau hadir. Kerumah dikunjungi juga tidak mau menerima. akhirnya pergi
mencari mantan suaminya. Dari situ diketahui bahwa apa yang dilakukan
ibunya terhadap anaknya, hanya semata-mata ingin supaya ada perhatian
dari mantan suaminya terhadap diri maupun anaknya kembali. Sebagai
pemeras supaya mantan suaminya mau menghidupi kembali diri dan anaknya –
Betapa hendak menjerit namun tidak bsia, karena anak harus menahan
sakit demi ibunya, tidak ingin diketahui gurunya, hanya mau melindungi
mamanya yang memiliki cinta yang hanya mementingkan diri sendiri.
Seorang ibu
rumhatangga, selalu datang kesekolah memaki-maki gurunya, jika anaknya
dapat nilai dibawah 8, ia selalu menuntut supaya anaknya harus dapat
nilai 9 atau 10. Kejadian ini sampai diketahui semua orang tua lainnya
yang sudah biasa antar jemput anak-anaknya. Tidak segan-segan ia
menuntut gurunya untuk memberi pelajaran tambahan, dan
ulangan susulan dengan berbagai ancaman. Anaknya sendiri merasakan bahwa
ibunya menuntut terlalu berlebihan, sehingga sering dikucilkan oleh
teman-teman sendiri dan menjadi bahan gossip orang tua lainnya – Apa
sebenarnya yang dikehendaki ibunya ? Apakah hanya karena ingin anaknya
menjadi yang terhebat ? Kemudian tidak lagi memikirkan perkembangan jiwa
anaknya ? Perasaan terpendam yang sulit untuk dilawan karena tidak berdaya ?
Cerita lain, seorang
anak yang memiliki talenta bermain Piano sejak usia dua tahun, melihat
bakat ini orang tuanya mulai memaksakan kehendak pada anaknya dengan
mencarikan guru les terhebat dengan maksud supaya kelak menjadi pianis
yang piawai dan terkenal – Apa yang menjadi keinginan hati, diperoleh
sebaliknya, anak itu sangat membenci piano, begitu dipaksakan bermain ,
dan berlatih sesuai tuntutan guru dan orang tua, anak ini berubah
menjadi benci dengan alat music piano. Pianonya dipukul dirusak karena
hanya menyiksa jiwanya.
Kita maish ingat akan
peristiwa mahasiswa, juara olimpiade di Universitas Nanyang Singapore,
terlepas dari benar atau salahnya pengadilan, telah diutuskan bahwa
mahasiswa itu karena depressi, melakukan pencobaan pembunuhan terhadap
dosen pembimbing. Salah satu sebab bisa terjadi karena anak tersebut
tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan. Tekanan-tekanan yang datang
tidak pernah dialami semasa disamping orang tuanya. Begitu hidup
sendiri, jiwanya tergoncang.
Masih banyak
contoh-contoh korban “ Cinta Egois “, yang kasusnya berbeda namun
intinya sama yaitu korban cinta egois dari orang tua. Berapa banyak
anak-anak kehilangan masa kekanak-kanakannya. Berapa banyak anak-anak
muda yang jiwanya tertekan, hanya karena ingin memenuhi keserakahan
orang tuanya. Berapa banyak mereka harus berkorban sepanjang hidupnya karena memenuhi keinginan orang tuanya à
Tahukah anda, mereka tidak berdaya, mereka tidak berani berontak, hanya
karena mencintai orang tuanya yang hanya memberi cinta egois pada
dirinya. Betapa banyaknya anak-anak dimasa liburan, diajak tamasya,
seolah-olah semua itu baik , namun kemanapun sianak pergi, buku pelajran
tidak pernah ditinggal, pekerjaan rumah yang menumpuk harus dikerjakan
terlebih dulu barulah ia diperbolehkan bermain. Ditambah ancamana, jika
belum selesai, kamu tidak boleh ikut ini ikut itu dll. Kelihatannya
memang bagus untuk anak mendisiplinkan anak. Namun dibalik itu semua itu
hanya kepentingan ambisi dan egois orang tua dalam meraih tujuannya
melalui anaknya yang dicintai itu – Dibalik itu tahukah para orang tua,
bahwa tekanan yang terjadi pada anak ? Kemungkinan ini bisa
ditanya pada pembantu rumah tangganya , ataupun siapa saja yang diminta
untuk menjaga anaknya – Karena anak takut dan patuh akan perintah orang
tua, mereka hanya bisa senang bebas, saat orang tua tidak dirumah, begitu
mendengar suara mobil atau ketukan pintu pada jam-jam tertentu, mereka
akan berlarian semburat, untuk menunjukan sikap patuh, duduk manis
dengan pelajarannnya dimeja –
Ada teman saya dulu, menjadi idola para orang tua, ia sangat sopan dan santun,
semua memuji orang tuanya pandai mendidik anak. Hanya sebagai teman
dekat kita kenal dia yang sebenarnya sangat berbeda, dirumah ia sebagai
anak manis dihadapan orang tuanya, tetapi diluar ia seorang penipu
ulung. Satu saat ia menjadi buron polisi, orang tuanya terpukul, dan
sangat tidak pecaya bahwa anaknya berbuat seburuk itu, karena malunya,
hingga tidak mau lagi mengaku anaknya sendiri.
Baikah itu semua ?
kelihatannya baik untuk para orang tua yang demikian, namun dengan tidak
merasa Anda telah menjerumuskan anak-anak itu belajar tidak jujur,
tertutup dan penuh kerahasiaan dalam diri anak.
Apa sebenarnya arti
cinta bagi anak-anak yang menderita semacam ini, tekanan jiwa yang harus
diterima karena tidak berdaya, bahkan hanya mempertahankan nama baik,
martabat keluarga dan harga diri orang tuanya. Menerima pasangan yang
bukan kehendaknya, melainkan pilihan orang tua, karena calon itu ada
kedudukan, kaya yang mungkin bermanfaat bagi dirinya. Bahkan ada orang
tua yang hanya karena mau mendapatkan uang untuk membayar hutang, rela
anaknya dijual kepada orang kaya yang sudah beristri.
Betapa kasihannya mereka, jika sudah masuk dalam rumah sakit jiwa, mental terganggu ? Siapa peduli ? Penyesalan
juga sudah terlambat ! – Jika ini belum terjadi, apakah Anda juga
senang dengan Anak anda yang angkuh, congkak, sulit bergaul tidak punya
teman, karena akibat didikan Anda yang egois terhadap cinta ? Apakah
anda juga ingin menurunkan sikap Anda pada anak -istri dan cucunya kelak ? –
Kita jangan mudah menyalahkan pendidikan sekolah bertanggungjawab pada
anak didiknya, Namun yang lebih berpengaruh sebenarnya didikan keluarga,
Jika ini dilakukan dengan benar, niscaya anak-anak itu akan bertumbuh
dengan baik, bertumbuh dengan mampu bertahan dalam kehidupan yang selalu
berubah. Keseimbangan seutuhnya dalam intelektual harus diimbangi
pekembangan emosi dan religious yang aplikatif.
Jauhkanlah didikan yang
mengarah pada cinta yang egois, melainkan cintailah anak-anak anda
dengan cinta yang membangun secara menyeluruh, baik itu intelektual,
kepribadian dan rohani-nya. Hanya dengan didikan yang baik, anak itu
tidak akan berubah hingga hari tuanya. Tidak ada pekerjaan
yang lebih mulia, dari pada anak yang mampu menjadi terang dan garam
dunia dimanapun ia berada, menjadi orang yang bisa membawa berkat pada
orang lain.
Semoga bermanfaat bagi
orang tua yang masih memiliki anak-anak balita, karena salah selangkah
saja, akan menjadi penyesalan yang tidak berkesudahan !
Penulis, kml.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com