ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Artikel Spesial Idul Adha: Kisah Kesabaran Nabi Ismail (Sejarah Hari Idul Adha)

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 13 Oktober 2013 | 20.08

by: http://www.facebook.com/notes/quranic-explorer-kamus-indeks-al-quran/kisah-kesabaran-nabi-ismail-sejarah-hari-idul-adha/437286008444
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.
http://catatanmasbay.files.wordpress.com/2012/10/qurban1.gif
“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.

Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: "Allah mendengar doaku".

Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).”

Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.

Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.

Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.

“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.

“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.

Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.

“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.

“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.

“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”

“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.

Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”

“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma'il.

Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”

Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.

Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”

Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.

Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).

Sumber: Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta
dengan beberapa perubahan


DOWNLOAD TAKBIR HARI RAYA (MP3, TEKS ARAB-TRANSLITERASI-TERJEMAH (DOC & PDF)
20.08 | 0 komentar | Read More

Artikel Spesial Qurban: Qurban dan Sekelumit Permasalahannya

by: http://sirojuth-tholibin.net/2012/10/qurban-dan-sekelumit-permasalahannya/
MENYEMBELIH QURBAN UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL DAN MASALAH SAMPINGAN SEPUTAR PENYEMBELIHAN QURBAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3c8yTGR1upHvlSvWNMgB9JKSM3vY6DJH7RqeUHUsyoH8oO5bVQrIgHqzW7tb1o92lrV9ZnkHw8vPh5Tm_1QS40UFhHJ9yL2nwBdLVxut5o0SsbPRnowTzBfYSv2ufyIs3Pk2eXMy_eBg/s1600/QurbanNaim.jpg
Hari raya yang kita peringati/kita rayakan setiap tanggal 10 Dzul Hijjah itu disebut Idul Adlha, Idun Nahri atau Idul Qurban. Dikatakan demikian, karena pada hari itu kaum muslimin yang mempunyai kemampuan/kelebihan rizki dianjurkan (disunnahkan) untuk menyembelih ternak berupa kambing, sapi atau unta dengan niat bertaqarrub/mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah SWT.
Waktu penyembelihannya yaitu sejak tanggal 10 Dzul Hijjah setelah kaum muslimin selesai melaksanakan shalat id sampai dengan akhir hari tasyriq/tanggal 13 Dzul Hijjah, dengan ketentuan seekor ternak berupa kambing hanya cukup untuk qurbannya seorang, sedangkan sapi atau unta cukup untuk qurbannya tujuh orang. Dalam riwayat sahabat Jabir bin Abdillah disebutkan :
نَحَرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَّةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ. رواه مسلم
Artinya :
“Kita para sahabat bersama Rasulullah SAW. pada tahun Hudaibiyah menyembelih qurban berupa seekor unta untuk qurbannya tujuh orang dan seekor sapi juga untuk qurbannya tujuh orang”. (HR. Muslim)
Ketentuan lain : menurut sunnah rasul, sebaiknya ternak qurban itu di sembellih sendiri oleh orang yang berqurban jika ia mampu, apabila tidak mampu maka dia boleh mewakilkan kepada orang lain. Selanjutnya mengenai persyaratan untuk ternak yang disembelih, cara menyembelih, aturan membagi-bagi dagingnya serta hikmah berqurban itu semua sudah sangat jelas bagi kita.
Namun  warga nahdliyin yang umumnya masih awam ini perlu diberi penjelasan tentang hukum yang terkait dengan masalah-masalah seputar pelaksanaan penyembelihan qurban. Masalah-masalah itu antara lain :
- Menyembelih qurban untuk orang yang telah meninggal (jawa: ngorbani wong mati);
- Mengqadla qurban;
- Daging qurban digunakan untuk walimahan;
- Perbedaan antara qurban dan aqiqah;
- Ternak betina untuk qurban atau aqiqah.
1. Qurban untuk Orang yang Sudah Meninggal.
Sebagian umat muslim, ketika menyembelih ternak qurban pada saat Idul Adlha itu ada yang berniat qurban untuk dirinya, untuk isterinya, atau untuk anak-anaknya yang semuanya masih hidup. Namun banyak juga dari mereka yang berniat qurban untuk sanak keluarganya yang sudah meninggal. Untuk masalah ini, masih dipertanyakan tentang sah atau tidaknya.
Sehubungan dengan hal tersebut agar warga kita lebih mantap dalam melaksanakan ibadah qurbannya, perlu diberi penjelasan bahwa memang ada ulama yang mengesahkan berqurban untuk orang yang sudah meninggal yaitu Imam Rofi’i. Keterangan hukum demikian ini bisa kita fahami dari keterangan kitab Qolyubi juz IV hal. 255 :
(وَلاَ تَضْحِيَةَ عَنِ الْغَيْرِ) الْحَيِّ (بِغَيْرِ إذْنِهِ) وَبِإِذْنِهِ تَقَدَّمَ (وَلاَ عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا) وَبِإِيصَائِهِ تَقَعُ لَهُ. (قوله وَبِإِيصَائِهِ) … إلى أن قال: وَقَالَ الرَّافِعِيُّ: فَيَنْبَغِي أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوصِ لأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ.
Artinya :
“Imam Nawawi berpendapat bahwa tidak sah berqurban untuk orang lain yang masih hidup tanpa mendapat izin dari yang bersangkutan, tidak sah juga berqurban untuk mayit, apabila tidak berwasiat untuk diqurbani. Sementara itu Imam Rafi’i berpendapat boleh dan sah berqurban untuk mayit walaupun dia tidak berwasiat, karena ibadah qurban adalah salah satu jenis shadaqah”.
2. Mengqadla Qurban.
Di sebagian daerah kita, sewaktu ada warga muslim yang meninggal dunia dan ahli warisnya mampu, biasanya mereka menyembelih ternak dengan niat shadaqah anil mayit. Ada oknum kiyai atau mbah modin setempat yang memberi saran kepada ahli waris agar ternak yang disembelih pada saat kematian keuarganya itu diniati untuk qurbannya si mayit. Dengan alasan : ini sebagai qurban diqadla’ padahal hari kematiannya bukan pada hari raya Idul Adlha/hari-hari tasyriq.
Sebagaimana disebut di awal bahwa qurban ‘anil mayit walaupun tanpa adanya wasiat adalah sah menurut pendapat Imam Rafi’i, akan tetapi jangan terus langsung difahami bahwa hal tersebut boleh dilakukan setiap saat, walaupun dengan niat mengqadla, karena qurban itu salah satu ibadah yang dikaitkan dengan waktu, yakni Idul Adlha dan hari-hari tasyriq. Sebagaimana yang di sebut dalam kitab Mustashfa juz II hal. 9
(وَلاَ تَقِسْ عَلَيْهِ) أَيْ عَلَى الصَّوْمِ (الْجُمْعَةَ وَلاَ اْلأُضْحِيَّةَ) فَإِنَّهُمَا لاَيُقْضَيَانِ فِيْ غَيْرِ وَقْتِهِمَا.
Artinya :
“Jangan anda mengqiyaskan/menyamakan puasa dengan shalat Jum’at dan penyembelihan qurban, keduanya (Jum’atan dan menyembelih qurban) tidak boleh diqadla’ pada saat-saat yang bukan waktunya”.
Dalam kitab “ats-tsimarul yani’ah” hal. 80 juga disebutkan :
(فَمَنْ ذَبَحَ ضَحِيَّتَهُ قَبْلَ دُخُوْلِ وَقْتِهَا) بِأَنْ لَمْ يَمْضِ مِنَ الطَّلُوْعِ أَقَلُّ مَا يُجْزِئُ مِنَ الصَّلاَةِ وَالْخُطْبَةِ (لَمْ تَقَعْ ضَحِيَّةً، وَكَذَا مَنْ ذَبَحَهَا بَعْدَ خُرُوْجِ وَقْتِهَا إِلاَّ إِذَا نَذَرَ ضَحِيَّةً مُعَيَّنَةً)
Artinya :
“Barang siapa menyembelih ternak qurban, sebelum tiba waktunya yakni saat matahari sudah terbit dan setelah pelaksanaan shalat id (dua rakaat) beserta khotbahnya, maka tidak sah qurbannya. Demikian pula tidak sah seseorang yang menyembelih qurban setelah keluar waktunya (10 Dzul Hijjah dan tiga hari tasyriq), kecuali karena nadzar qurban mu’ayyan”.
3. Daging Qurban Digunakan untuk Walimahan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan umat muslim, bahwa pada hari raya Idul Adlha mereka menyembelih ternak qurban dan di antara mereka banyak pula -pada hari-hari itu- yang mempunyai hajat (menantu, khitan, memperingati seribu hari wafatnya mayit dll). Maka sebagian dari mereka pada waktu menyembelih ternaknya ada yang berniat qurban, namun dalam praktiknya daging ternak tersebut tidak dibagi-bagikan kepada mustahiq tetapi digunakan untuk menjamu para tamu yang mendatangi hajatan mereka pada waktu itu, atau digunakan untuk walimahan.
Apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin di daerah kita tersebut hukumnya boleh, namun tidak secara mutlak, artinya ada beberapa syarat yang harus diperhatikannya, yaitu :
a. Qurbannya itu qurban sunnat. Jadi qurban wajib atau qurban nadzar tidak boleh digunakan untuk keperluan seperti itu.
b. Sebagian dagingnya harus dibagi-bagikan kepada fakir miskin dalam keadaan mentah. Jadi tidak boleh dimasak semuanya.
c. Jika si penyembelih itu sebagai wakil, dia harus meminta kerelaan orang yang mewakilkan tentang digunakannya daging qurban untuk keperluan tersebut.
Syarat-syarat tadi secara rinci telah diterangkan dalam beberapa kitab :
a. Kitab Bughyah hal. 258 :
يَجِبُ التَّصَدُّقُ فِي اْلأُضْحِيَةِ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا بِمَا يَنْطَلِقُ عَلَيْهِ اْلاِسْمُ مِنَ اللَّحْمِ، فَلاَ يُجْزِئُ نَحْوُ شَحْمٍ وَكَبِدٍ وَكَرْشٍ وَجِلْدٍ، وَلِلْفَقِيْرِ التَّصَرُّفُ فِي الْمَأْخُوْذِ وَلَوْ بِنَحْوِ بَيْعِ الْمُسْلَمِ لِمِلْكِهِ مَا يُعْطَاهُ، بِخِلاَفِ الْغَنِيِّ فَلَيْسَ لَهُ نَحْوُ الْبَيْعِ بَلْ لَهُ التَّصَرُّفُ فِي الْمَهْدَى لَهُ بِنَحْوِ أَكْلٍ وَتَصَدُّقٍ وَضِيَافَةٍ وَلَوْ لِغَنِيٍّ، لأَنَّ غَايَتَهُ أَنَّهُ كَالْمُضَحِّي نَفْسِهِ.
Artinya :
“Qurban sunat wajib dishadaqahkan berupa daging, tidak cukup jika berupa lemak, hati babat atau kulit ternak. Bagi orang fakir boleh mentasarufkan -untuk apa saja- daging yang diberikan kepadanya walaupun untuk dijual, karena daging itu sudah menjadi miliknya. Berbeda dengan orang kaya, dia tidak boleh menjual daging qurban akan tetapi boleh mamakannya, menyedekahkannya dan menyuguhkannya kepada para tamu, karena pada prinsipnya orang kaya yang menerima bagian daging qurban itu sama dengan orang yang berqurban sendiri”.
b. Kitab Qolyubi juz IV hal. 254 :
(وَاْلأَصَحُّ وُجُوبُ تَصَدُّقٍ بِبَعْضِهَا) وَهُوَ مَا يَنْطَلِقُ عَلَيْهِ الاِسْمُ مِنْ اللَّحْمِ وَلاَ يَكْفِي عِنْهُ الْجِلْدُ وَيَكْفِي تَمْلِيكُهُ لِمِسْكِينٍ وَاحِدٍ، وَيَكُونُ نِيئًا لاَ مَطْبُوخًا.
Artinya :
“Menurut pendapat yang paling shahih, qurban itu wajib disedekahkan sebagiannya berupa daging, tidak boleh berupa kulitnya. Sudah mencukupi walaupun diberikan kepada seorang miskin, dan yang diberikan itu harus berupa daging mentah tidak dimasak”.
c. Kitab Bajuri juz I hal. 286
(قَوْلُهُ وَتَفْرِقَةُ الزَّكَاةِ مَثَلاً) أَيْ وَكَذَبْحِ أُضْحِيَةٍ وَعَقِيْقَةٍ وَتَفْرِقَةِ كَفَّارَةٍ وَمَنْذُوْرٍ وَلاَ يَجُوْزُ لَهُ أَخْذُ شَيْءٍ مِنْهَا إِلاَّ إِنْ عَيَّنَ لَهُ الْمُوَكِّلُ قَدْرًا مِنْهَا.
Artinya :
“Kata-kata kiyai mushonnif : boleh mewakilkan kepada orang lain dalam hal membagi-bagi zakat, demikian pula dalam hal menyembelih qurban dan aqiqah serta membagi-bagi kaffarat dan nadzar. Dan bagi si wakil tidak boleh mengambil bagian sedikit pun dari apa yang dibagikan itu kecuali jika orang yang mewakilkan menyatakan boleh mengambil bagian tertentu dari benda tersebut”.
4. Perbedaan dan Persamaan Antara Qurban dan Aqiqah.
Walaupun dua hal ini sudah cukup jelas hukum dan aturannya, namun masih saja kita melihat adanya kerancuan antara keduanya di kalangan kaum muslimin khususnya yang ada di pedesaan. Sebagian dari mereka ada yang punya pendirian kalau qurban untuk orang yang meninggal diperbolehkan, begitu pula aqiqah untuk orang yang meninggal seharusnya diperbolehkan juga.
Perlu diketahui, bahwa diantara qurban dan aqiqah in di satu sisi ada banyak persamaan, antara lain persyaratan ternak yang disembelih dan hukum keduanya sama-sama sunnat, namun di sisi lain antara keduanya juga ada perbedaan-perbedaan. Antara lain : tentang waktu menyembelih dan cara membagi-bagi dagingnya. Perbedaan lain antara keduanya yaitu bahwa qurban untuk orang yang meninggal adalah sah seperti penjelasan di atas, sedangkan aqiqah untuk orang yang meninggal (jawa : ngaqiqohi wong mati) tidak sah, kecuali untuk si anak yang masih kecil yang belum sempat diaqiqahi sudah meninggal, maka dalam hal ini walinya/ayahnya masih disunnatkan mengaqiqahi anak tersebut.
Disebutkan dalam kitab Kifayatul Akhyar juz II hal. 243 :
وَقَال الرَّافِعِي وَغَيْرُهُ: وَلاَ تَفُوْتُ بِفَوَاتِ السَّابِعِ، وَفِي الْعِدَّةِ وَالْحَاوِيْ لِلْمَاوَرْدِيْ، أَنَّهَا بَعْدَ السَّابِعِ تَكُوْنُ قَضَاءً، وَالْمُخْتَارُ أَنْ لاَ يَتَجَاوَزَ بِهَا النِّفَاسُ فَإِنْ تَجَاوَزَتْهُ فَيُخْتَارُ أَنْ لاَ يَتَجَاوَزَ بِهَا الرَّضَاعُ، فَإِنْ تَجَاوَزَ فَيُخْتَارُ أَنْ لاَ يَتَجَاوَزَ بِهَا سَبْعُ سِنِيْنَ فَإِنْ تَجَاوَزَهَا فَيُخْتَارُ أَنْ لاَ يَتَجَاوَزَ بِهَا الْبُلُوْغُ، فَإِنْ تَجَاوَزَهُ سَقَطَتْ عَنْ غَيْرِهِ وَهُوَ الْمُخَيَّرُ فِي الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ فِي الْكِبَرِ، وَاحْتَجَّ لَهُ الرَّافِعِي بِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ النُّبُوَّةِ، وَاحْتَجَّ غَيْرُهُ بِهِ.
Artinya :
“Imam Rafi’i dan ulama lain berpendapat bahwa menyembelih aqiqah yang dilaksanakan setelah hari ketujuh dari kelahiran bayi itu bukan qadla’. Sementara Imam Mawardi mengatakan hal itu adalah sebagi aqiqah yang diqadla’. Boleh juga ditunda sampai saat sebelum tuntasnya nifas (60 hari), boleh sampai saat sebelum lewatnya waktu menyusui (2 tahun) boleh sampai anak belum berusia 7 tahun dan boleh juga sampai saat sebelum usia baligh. Maka kalau sudah melewati usia baligh, wali atau orang lain sudah gugur kesunatan untuk mengaqiqahi dirinya sendiri. Dalilnya -menurut Imam Rafi’i dan ulama lain- adalah bahwa Nabi SAW. Mengaqiqahi pribadinya sendiri setelah beliau menjadi rasul (setelah usia 40 tahun).
Dari keterangan tersebut, jelas bahwa tidak ada anjuran menurut syari’at untuk mengaqiqahi orang lain yang sudah dewasa, apalagi sang anak kok dianjurkan mengaqiqahi orang tuanya yang sudah meninggal, itu tidak ada aturan syari’atnya.
5. Ternak Betina untuk Qurban dan Aqiqah.
Ada satu lagi masalah sampingan yang terkait dengan ternak untuk qurban atau aqiqah, masalah itu sumbernya dari methos jawa tanpa adanya alasan yang jelas baik secara syar’i (tuntunan agama) atau secara aqli (rasio), orang-orang jawa itu sangat anti pati (jawa : sirikan) menyembelih ternak betina untuk qurban atau aqiqah, seakan-akan hal yang demikian itu merupakan suatu amalan yang haram.
Padahal para fuqaha’ telah memberikan fatwa, bahwa boleh dan sah menyembelih ternak betina untk qurban atau aqiqah. Mari kita simak keterangan yang tercantum dalam kitab Kifayatul Akhyar juz II hal. 236 :
وَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ فَرْقَ فِي اْلإِجْزَاءِ بَيْنَ اْلأُنْثَى وَالذَّكَرِ إِذَا وُجِدَ السِّنُّ الْمُعْتَبَرُ، نَعَمْ الذَّكَرُ أَفْضَلُ عَلَى الرَّاجِحِ، لأَنَّهُ أَطْيَبُ لَحْماً.
Artinya :
“Ketahuilah, bahwa dalam kebolehan dan keabsahan qurban/aqiqah tidak ada perbedaan antara ternak betina dan ternak jantan apabila umurnya telah mencukupi. Dalam hal ini memang ternak jantan lebih utama dari pada ternak betina karena jantan itu lebih lezat dagingnya”.
Berdasarkan fatwa tersebut, kita mengerti bahwa ternak betina dan ternak jantan itu sama-sama boleh dan sah digunakan untuk qurban atau aqiqah. Hanya saja jika dipandang dari segi afdlaliyahnya ternak jantan lebih afdlal dari pada ternak betina.
(Pustaka Ilmu Sunni Salafi)
“Sirojuth Tholibin”
20.06 | 0 komentar | Read More

Artikel Spesial Qurban: Makna Qurban

Setiap apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pastilah mengandung makna, bukan hanya filsafat yang hampa apalagi sandiwara yang sia-sia. Dia akan membuahkan nilai-nilai yang berguna baik bagi pribadi dan masyarakat apabila dilaksanakan secara benar sesuai dengan tuntunan-Nya. Marilah kita renungi makna yang terkandung dalam qurban ini.

http://sirojuth-tholibin.net/wp-content/uploads/2012/10/qurban.jpg
Sebagaimana kita ketahui ibadah qurban ini bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya semata wayang Nabi Ismail as. Dalam hal ini digambarkan oleh sebuah hadits sebagai berikut:
“Para sahabat bertanya, “apakah maksud qurban ini?” Beliau menjawab, “Sunnah Bapakmu, Ibrahim.” Mereka bertanya, “apa hikmahnya bagi kita?” Beliau menjawab, “Setiap rambutnya akan mendatangkan satu kebaikan.” Mereka bertanya, “Apabila binatang itu berbulu?” Beliau menjawab, “Pada setiap rambut dari bulunya akan mendatangkan kebaikan” (HR. Ahmad).
Diriwayatkan oleh para ahli tarikh, bahwa kehidupan Nabi Ibrahim adalah kehidupan penuh dengan perjuangan, keterlunta-luntaan, jihad dan perang melawan kebodohan kaumnya, kefanatikan penyembah berhala termasuk ayahnya sendiri, penindasan Namrudz sedang istrinya sendiri Sarah, yang mandul adalah seorang ningrat yang fanatik.
Sebagai seorang nabi yang menyerukan Tauhid, Ibrahim melaksanakan tugas berat dalam sebuah masyarakat yang tiran dan penuh perlawanan. Namun setelah seabad lamanya menanggungkan segala macam derita dan siksaan, ia berhasil menanamkan kesadaran ke dalam diri manusia-manusia akan cinta kemerdekaan dan keberagamaan.
Setelah tua Ibrahim menjadi kesepian. Sebagai manusia ia ingin mempunyai anak. Istrinya mandul sedang ia sendiri telah berusia seabad lebih. Ia tidak berpengharapan. Ia hanya dapat mendambakan. Allah akhirnya melimpahkan karunia-Nya kepada lelaki tua ini karena ia telah mengabdikan seluruh hidupnya dan karena ia telah menanggungkan penderitaan demi menyebarluaskan syari’at-Nya. Melalui hamba perempuannya yang hitam dari Ethiopia yang bernama Hajar, Dia mengaruniai Ibrahim dengan seorang putra, Ismail. Allah berfirman:
Maka Kami gembirakan dia dengan seorang anak yang sangat penyantun” (QS. Ash-Shaffat: 101).
Ismail bukanlah hanya seorang putra bagi ayahnya. Ismail adalah buah dambaan Ibrahim seumur hidupnya. Sebagai seorang putra tunggal dari seorang lelaki tua yang telah menanggungkan penderitaan berkepanjangan. Ismail adalah yang paling dicintai oleh ayahnya. Namun tanpa diduga, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, harapan dan dambaan hidupnya yang paling dicintai itu.
Betapa goncang jiwa Ibrahim ketika menerima perintah ini. Setelah perintah itu ia sampaikan kepada anaknya dan anaknya menerimanya, akhirnya kedua hamba Allah ini pasrah melaksanakan perintah Allah ini. Allah menggambarkan peristiwa yang sangat dramatis ini dengan firman-Nya:
“Tatkala keduanya telah pasrah dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya. Dan Kami panggil dia. “Hai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi (perintah) itu, sesungguhnya demikianlah Kami membalas kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Kemudian Allah menebus Ismail dengan seekor sembelihan yang besar dan inilah yang diabadikan dengan syari’at qurban hingga saat ini.
Jadi qurban adalah perlambang kesediaan seseorang untuk mengorbankan barang yang paling dicintai dalam rangka mengabdikan diri di jalan Allah.

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya” (QS. Saba: 39).
Dengan demikian kalau ita mau explore lebih jauh, makna/hikmah berkurban ada beberapa variable: bersyukur, berbagi dan memerangi hawa nafsu.
Semoga kita mampu mengamalkannya, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
20.03 | 0 komentar | Read More

Arti dan Makna Di Balik Lirik Lagu TRIAD-The Rock Indonesia "Munajat Cinta"

by: http://arti-liriklagu.blogspot.com/2012/09/inilah-makna-di-balik-lirik-lagu-triad.html
Arti-liriklagu  -Hay Guys apa kabar? Ternyata msih panas saja ya siang ini dan hujan blum sempat kembali menguyur kota kudusku tercinta,he2. BWT sudahkah Anda makan siang dan Sholat Dzuhur? Saya harap kondisi saat ini dalam kondisi yang berbahagia. Kali ini saya mau meriview lagu dari salah satu musisi yang fenomenal di Indonesia yang sampai saat ini masih tetap eksis di dunia permusikan Indonesia.

Bisa disebut musisi ini memang kontroversial dengan statmentnya yang kadang membuat kuping orang menjadi panas, tapi lepas dari hal itu karya-karyanya di dalam bidang musik di Indonesia sudah diakui kualitas dan kesuksesannya. Dari pada anda terus menerka-nerka siapa sosok itu saya langsung saja membuka kartunya. Yap sosok itu tak lain dan tak bukan adalah Ahmad Dhani. Pentolan Dewa 19, Ahmad Band dan The Rock, Triad itu memang tak asing lagi di telinya kita.

Ahmad Dhani mengawali karirnya pada 80an akhir dan menuai kesuksesan bersama Grup Bandnya Dewa pada tahun 90an awal. Musisi yang telah lama malang melintang di jagad permusikan Indonesia ini memang telah banyak sekali menelurkan karya-karya yang menjadi Hits. Sendapatkan sukses yang luar biasa bersama Dewa tak membuat Dhani berpuas diri bahkan dia mendirikan sebuah manajement Artis dan berhasil mengorbitkan bintang baru seperti The Virgin, The One, Maha Dewi serta beberapa artis dan Grup Band lainnya yang tergabung dalam Republik Cinta Manajemen atau dikenal dengan RCM.

Yap, cukup segitu aja ya review tentang Ahmad Dhani, sekarang saya akan mencoba meriview tantang lagu Munajat Cinta yang dibawakan oleh Triad. Ya sebenarnya lagu ini sudah lumayan lama sih tapi tak ada salahnya jika saya reviewnya karena lagu ini saya perkirakan akan masih enak didengar sampai kapanpun karena lirik dan aransemen musiknya yang bisa dibilang cukup berkalitas. berikut ini lirik dari Lagu “Munajat Cinta":


“Munajat Cinta”
Malam Ini Kusendiri
Tak Ada Yang Menemani
Seperti Malam Malam
Yang Sudah Sudah

Hati Ini Selalu Sepi
Tak Ada Yang Menghiasi
Seperti Cinta Ini
Yang Slalu Pupus

Tuhan Kirimkanlah Aku
Kekasih Yang Baik Hati
Yang Mencintai Aku
Apa Adanya

Mawar Ini Semakin Layu
Tak Ada Yang Memiliki
Seperti Aku Ini
Semakin Pupus


Menurutku lirik lagu “Munajat Cinta” yang dibawakan oleh Ahmad Dhani dengan grup band Triad-nya itu menceritakan tentang seorang yang meminta kepada Allah untuk dipertemukan dengan pasangan hidupnya didunia ini karena suudah sekian cukup lama hidup dalam kesendirian. Arti kata “Munajat” sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia sendiri berarti doa  sepenuh hati kepada Tuhan untuk mengharapkan keridaan, ampunan, bantuan, hidayah dsb

Seperti itulah arti lirik lagu “Munajat Cinta” yang dipoulerkan olehdanTriad. Jika hasil buah pemikiranku ini bermanfaat untuk kalian silahkan share ke akun Facebook dan Twitter kalian.
Thanks.
19.55 | 0 komentar | Read More

Spesial Malam Jum'at: Amalan malam Jum’at dan hari Jum’at

by: http://syamsuri149.wordpress.com/2008/03/13/amalan-malam-jum%E2%80%99at-dan-hari-jumat/
Amalan dan doa malam Jum’at
http://images.fineartamerica.com/images-medium-large/blue-night-light-toni-grote.jpg 
Amalan dan doa pada malam Jum’at banyak sekali, antara lain:
Pertama: memperbanyak membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya. Karena dalam hadis dikatakan bahwa malam Jum’at adalah malam yang mulia dan harinya adalah hari cahaya. Dalam suatu hadis dikatakan: paling sedikitnya membaca shalawat 100 kali, lebih banyak lebih utama.
Kedua: Membaca istighfar berikut:
Astaghfirullâhalladzi la ilâha illâ Huwal Hayyul Qayyum wa atubu ilayhi tawbata ‘abdin khâdhi‘in, miskînin mustakîn, lâ yastathî‘u linafsihi sharfan walâ ‘adlâ, walâ naf‘an walâ dharrâ, walâ hayâtan walâ mawtan walâ nusyurâ, wa shallallâhu ‘alâ Muhammadin wa ‘itratihi ath-thayyibînath thâhirîn, al-akhyâril abrâr, wa sallama taslîmâ.
Aku mohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Hidup danMengawasi, aku bertaubat kepada-Nya taubat seorang hamba yang rendah, hina dan miskin; yang dirinya tak mampu berupaya dan berbuat keadilan, tak mampu memberi manfaat dan mudharrat, tak mampu hidup, mati dan hidup kembali. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya yang suci dan baik, yang pilihan dan benar.
Ketiga: Memperbanyak mendoakan saudara-saudaranya yang beriman sebagaimana yang dilakukan oleh Fatimah Az-Zahra’ (sa). Jika mendoakan sepuluh orang yang telah meninggal, maka wajib baginya surga, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis.
Keempat: Membaca doa-doa malam Jum’at, antara lain:
Allâhumma innî a‘ûdzu bika fa-a‘idznî, wa astajîru bika fa-ajirnî, wa astarziquka farzuqnî, wa atawakkalu ‘alayka fakfinî, wa astanshiruka ‘ala ‘aduwwî fanshurnî, wa asta‘înu bika fa-a‘innî, wa astaghfiruka yâ Ilâhî faghfirlî âmin âmin âmin.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, maka lindungi aku. Aku memohon keselamatan kepada-Mu, maka selamatkan daku. Aku memohon rizki kepada-Mu, maka berilah aku rizki. aku bertawakkal kepada-Mu, maka cukupi daku. Aku memohon pertolongan kepada-Mu terhadap musuhku, maka bantulah daku. Aku memohon bantuan kepada-Mu, maka bantulah aku. Ya Ilahi, aku memohon ampunan kepada-Mu, maka ampuni daku, amin amin amin.
Allâhumma in wadha‘tanî famandzal ladzî yarfa‘unî, wain rafa‘ta famandzal ladzî yadha‘unî, wain ahlaktanî famandzal ladzî ya‘ridhu laka fi ‘abdika aw yas-aluka ‘an amrihi, wa qad ‘alimtu annahu laysa fi hukmika zhulmun walâ fi niqmatika ‘ajalun, wa innama ya‘jalu man yakhâful fawta, wa innama yahtâju ilâzh zhulmizh zha‘îfu, wa qad ta‘âlayta yâ Ilâhi ‘an dzâlika ‘uluwwan kabîrâ.
Ya Allah, jika Engkau hinakan daku, siapa lagi yang akan memuliakan aku. Jika Engkau muliakan aku, siapa lagi yang mampu menghinakan aku. Jika Engkau binasakan aku, siapa lagi yang akan beribadah kepada-Mu atau yang akan memohon pada-Mu tentang persoalannya. Sungguh, aku tahu tidak ada kezaliman dalam hukum-Mu, tidak ada yang tergesa-gesa dalam siksaan-Mu. Karena tergesa-gersa itu hanya terjadi pada orang takut ketinggalan, dan butuh pada kezaliman yang lemah. Sementara Engkau ya Ilahi benar-benar Maha Mulia dari semua itu.
Kelima: Membaca doa Kumail (doa Hidhir)
Amalan dan doa hari Jum’at
Amalan dan doa hari Jum’at antara lain:
Pertama: Mandi sunnah. Waktunya dari terbit fajar sampai matahari tergelincir. Yang paling utama menjelang matahari tergelincir.
Rasulullah saw bersabda kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, mandi sunnahlah kamu setiap hari Jum’at walaupun kamu harus membeli air, karena tidak ada amalan sunnah yang lebih mulia darinya.”
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang mandi sunnah pada hari Jum’at, kemudian membaca doa berikut, ia disucikan dari dosa-dosanya dari hari Jum’at ke hari Jum’at berikutnya, amal-amalnya diterima dan disucikan secara spritual:
Asyahadu allâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarrîka lah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasûluh. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, waj’alnî minat tawwâbîna waj’alnî minal mutathahhirîn.
Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, jadikan aku tergolong kepada orang-orang yang bertaubat, dan jadikan aku termasuk kepada orang-orang yang mensucikan diri.
Kedua: Ziarah ke kuburan orang-orang mukmin khususnya kedua orang tua.Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Ziarahlah kalian ke kuburan padahari Jum’at, karena mereka mengetahui orang yang datang kepada merekadan mereka bahagia.”
Amalan dan doa-doa ini diajarkan dan dicontohnya oleh Rasulullah saw dan keluarganya.
(Fafâtihul Jinân, bab 1, pasal 4, halaman 28-38 )
19.52 | 0 komentar | Read More

Doa Ziarah pada saat hari Maulid Nabi saw

by: http://syamsuri149.wordpress.com/2008/03/19/doa-ziarah-pada-hari-maulid-nabi-saw/#more-117
Doa ziarah ini dikenal dengan “ziarah Nabi saw minal bu’di”, ziarah Nabi saw dari kejauhan yaitu dari selain kota Madinah Al-Munawwarah. Doa ziarah ini termasuk amalan yang utama dibaca dan diamalkan di malam atau hari maulid Nabi saw.
http://khwaja.files.wordpress.com/2010/05/al-madinah-al-munawarah.jpg 
Bismillahir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad
Asyahadu an lâ ilâha illallâh, wahdahû lâ syarîkalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhû wa Rasûluh, wa annahu sayyidul awwalîna wal akhirîn, wa annahu sayyidul anbiyâi wal mursalîn, Allâhumma shalli ‘alayhi wa ‘alâ ahli baytihil aimmatith thayyibîn.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, Muhammad adalah Sayyidul awwalin wal-akhirin, penghulu para nabi dan rasul. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baytnya para Imam yang baik.
Assalamu’alayka yâ Rasûlallâh
Assalamu’alayka yâ Khalîlallâh
Assalamu’alayka yâ Nabiyallâh
Assalamu’alayka yâ Shafiyyallâh
Assalamu’alayka yâ Rahmatallâh
Assalamu’alayka yâ Khiyaratallâh
Salam atasmu, ya Rasulallah
Salam atasmu, duhai nabi Allah
Salam atasmu, duhai pilihan Allah
Salam atasmu, duhai rahmat Allah
Salam atasmu, duhai pilihan Allah
Assalamu’alayka yâ Habîballâh
Assalamu’alayka yâ Najîballâh
Assalamu’alayka yâ Khâtaman nabiyyîn
Assalamu’alayka yâ Sayyidal mursalîn
Salam atasmu, duhai kekasih Allah
Salam atasmu, ya Najiballah
Salam atasmu, wahai penutup para nabi
Salam atasmu, wahai penghulu para rasul
Assalamu’alayka yâ Qâiman bil qisthi
Assalamu’alayka yâ Fâtihal khayr
Assalamu’alayka yâ Ma’dinal wahyi wat tanzîl
Assalamu’alayka ayyuhals Sirâjul munîr
Salam atasmu, wahai yang menegakkan keadilan
Salam atasmu, wahai pembuka segala kebaikan
Salam atasmu, ya ma’dinal wahyi wal-tanzil
Salam atasmu, wahai yang menyampaikan risalah Allah
Salam atasmu, wahai pelita yang menyinari
Assalamu’alayka yâ Mubasysyir
Assalamu’alayka yâ Nadzîr
Assalamu’alayka yâ Mundzir
Assalamu’alayka yâ Nûrallâhil ladzî yastadhâu bih
Salam atasmu, wahai pembawa berita bahagia
Salam atasmu, wahai pembawa peringatan
Salam atasmu, wahai yang memberi peringatan
Salam atasmu, wahai cahaya Allah yang menerangi
Assalamu’alayka wa ‘alâ Ahli baytikath thayyibînath thâhirîn, Al-Hâdil mahdiyyîn
Assalamu’alayka wa ‘alâ jaddika ‘Abdil Muththalib, wa ‘alâ abîka ‘Abdillâh
Assalamu’alayka wa ‘alâ ummika âminah binti Wahab
Assalamu’alayka wa ‘alâ ‘ammika Hamzah sayyidisy syuhadâ’
Salam atasmu dan Ahlul baytmu yang baik, suci dan penuntun ke jalan petunjuk
Salam atasmu dan kakekmu Abdul Muththalib, dan ayahmu Abdullah
Salam pada ibumu Aminah binti Wahab
Salam pada pamanmu Hamzah penghulu para syuhada’
Assalamu’alayka wa ‘alâ ‘ammika Al-’Abbâs bin ‘Abdil Muththalib
Assalamu’alayka wa ‘alâ ‘ammika wa kafîlika Abî Thâlib
Assalamu’alayka wa ‘alabni ‘ammika Ja’far Ath-Thayyâr fî jinânil Khuld
Assalamu’alayka yâ Muhammad
Assalamu’alayka yâ Ahmad
Salam pada pamanmu Abbas bin Abdil Muththalib
Salam pada pamanmu dan pelindungmu Abu Thalib
Salam pada putera pamanmu Ja’far Ath-Thayyar di surga Khuld
Salam atasmu, wahai Muhammad
Salam atasmu, wahai Ahmad
Assalamu’alayka yâ Hujjatallâhi ‘alal awwalîna wal akhirîn, was sâbiqi ilâ thâ’ati Rabbil ‘âlamîn, wal muhaymina ‘alâ rusulih, wal khâtama li-ambiyâih, wasy syâhida ‘alâ khalqih, wasy syafî’ ilayh, wal makîna ladayh, wal muthâ’a fî malakûtihil Ahmad minal awshâfil Muhammad lisâiril asyrâfil karîmi ‘indar Rabb, wal mukallama min warâil hujubi, al-fâiza bis sibâq, wal fâita ‘anil lihâqi, taslîma ‘ârifin bihaqqik(a), mu’tarifin bit taqshîri fî qiyâmihi biwâjibika ghayri munkirin mantahâ ilayh min fadhlika, mûqinin bil mazîddât min Rabbika, mu’minin bil kitâbil munzali ‘alayka, muhallilin halâlaka, muharrimin harâmaka.
Salam atasmu, wahai hujjah Allah atas orang-orang terdahulu dan kemudian,
yang terdahulu mentaati Tuhan alam semesta
yang memelihara ajaran para rasul-Nya, penutup para nabi-Nya
yang menjadi saksi atas makhluk-Nya
yang memberi syafaat kepada makhluk-Nya
yang teguh di hadapan makhluk-Nya
yang ditaati di alam malakut-Nya, yang dipanggil Ahmad panggilan kehormatan
Muhammad di kalangan orang-orang mulia di sisi Tuhannya
yang diajak bicara dari balik tirai
yang beruntung dengan keterdahuluannya, yang selamat dari ketertinggalan
yang mengucapkan salam kepada yang mengenal hakmu
yang menyelamatkan orang yang mengakui kekurangannya dalam melaksanakan kewajiban-kewajibanmu,
yang tidak mengingkari keutamaanmu, yang meyakini keutamaan-keutamaan dari Tuhanmu, yang beriman kepada kitab yang diturunkan kepadamu,
yang menghalalkan apa yang engkaui halalkan, yang mengharamkan apa yang engkau haramkan.
Asyhadu yâ Rasûlallâh ma’a kulli syâhidin wa atahammaluhâ ‘an kulli jâhidin, annaka qad ballaghta risâlâti Rabbika, wa nashahta li-ummatika, wa jahadta fî sabîli Rabbika, wa shada’ta bi-amrihi, wahtamaltal adzâ fî janbih, wa da’awta ilâ sabîlihi bil hikmati wal maw’izhatil hasanatil jamîlah, wa addaytal haqqal ladzî kâna ‘alayka; wa qad raufta bil mu’minîna wa ghalazhta ‘alal kâfirîn, wa ‘abattallâha mukhlishan hattâ atâkal yaqîn, fa-balaghallâhu bika asyrafa mahallil mukarramîna wa a’lâ manâzilil muqarrabîna wa arfa’a darajâtil mursalîn. Haytsu lâ yalhaquka lâhiqun, walâ yafûquka fâiqun, walâ yasbiquka sâbiqun, walâ yathma’u fî idrâkika thâmi’un.
Ya Rasulallah, aku bersaksi bersama setiap yang bersaksi, dan membela dari setiap penentang, bahwa engkau telah:
menyampaikan seluruh risalah Tuhanmu dan menasehati ummatmu,
berjuang di jalan Tuhan-Mu dan menerangkan perintah-Nya,
mengemban beban yang menyakitkan,
mengajak ke jalan-Nya dengan bijaksana dan nasehat yang baik dan indah,
dan menyampaikan kebenaran yang ada padamu.
engkau menyayangi orang-orang mukmin
dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir,
mengabdi kepada Tuhanmu dengan tulus-ikhlas
sehingga engkau dipanggil ke hadirat-Nya,
Karena itu Allah menganugerahkan kepadamu
kedudukan yang paling mulia dari semua kedudukan orang-orang yang dimuliakan,
tempat yang paling tinggi dari semua tempat para muqarrabin dan derajat yang paling mulia dari derajat para rasul.
Tak aka nad orang yang mampu mendahuluimu
Tak akan ada orang yang dapat melampauimu,
Tak akan puas mengenalmu orang yang ingin mengenalmu
Alhamdulillâhil ladzis tanqadzanâ bika minal halakah, wa hadzânâ bika minadh dhalâlah, wa nawwaranâ bika minazh zhulmati, fa-jazâkallâhu yâ Rasûlallâhi min mab’ûtsin afdhala mâ jâzâ nabiyyan ‘an ummatihi wa rasûlan ‘amman ursila ilayhi.
Segala puji bagi Allah,
yang menyelamatkan kami denganmu dari kebinasaan,
yang memberi kami petunjuk denganmu dari kesesatan,
yang menyinari kami denganmu dari kegelapan
Semoga Allah membalasmu, ya Rasulallah dengan balasan yang paling utama dari apa yang telah dianugerahkan kepada para nabi dan rasul yang diutus kepada ummatnya.
Bi-abî anta wa ummî yâ Rasûlallâh zurtuka ‘ârifan bihaqqika, muqirran bi-fadhlika, mustabshiran bi-dhalâlati man khâlafaka wa khâlafa ahla baytika, ‘ârifan bil-hudal ladzî anta ‘alayh.
Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, aku berziarah kepadamu karena aku
mengenal hakmu dan mengakui keutamaanmu,
melihat kesesatan orang yang menyimpang darimu
dan menyimpang dari Ahlul baitmu,
dan mengenal petunjuk yang engkau ajarkan.
Bi-abî anta wa ummî wa nafsî wa ahlî wa malî wa waladî, ana ushallî ‘alayka kamâ shallallâhu ‘alayka wa shallâ ‘alayka malâikatuhu wa anbiyâuhu wa rusuluhu shalâtan mutatâbi’atan wâfiratan mutawâshilatan lanqithâ’a lahâ walâ amadan walâ ajala, shallallâhu ‘alayka wa ‘alâ ahli baytikath thayyibînath thâhirîna kamâ antum ahluhu.
Demi ayahku, ibuku, diriku, keluargaku, hartaku dan anakku,
aku bershalawat kepadamu sebagaimana Allah, para malaikat, para nabi dan para rasul bershalawat kepadamu dengan shalawat yang tak terputus-putus, terus-menerus dan tak berakhir.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepadamu dan Ahlul baytmu yang baik dan suci sebagaimana yang layak bagimu.
Kemudian mengangkat tangan membaca doa berikut:
Allahummaj’al jawâmi’a shalawâtika, wa nawâmiya barakâtika, wa fawâdhila khayrâtika, wa syarâifa tahiyyâtika wa taslimâtika, wa karâmâtika wa rahmâtika, wa shalawâti malâikatikal muqarrabîna wa anbiyâikal mursalîna wa aimmatikal muntajabîna wa ‘ibâdikash shâlihîna wa ahlis samâwâti wal aradhîna wa man sabbaha laka yâ Rabbal ‘âlamîna minal awwalîna wal âkhirîn(a), ‘ala Muhammadin ‘abdika wa Rasûlika, wa syâhidika wa nabiyyika, wa nadzîrika wa amînika wa makînika, wa najiyyika wa najîbika, wa habîbika wa khalîlika, wa shafiyyika wa shafwatika, wa khâshshatika wa khâlishatika, wa rahmatika wa khayri khiyatika min khalqik(a), nabiyyir rahmah, wa khâzinil maghfirah, wa qâidil khayri wal barakah, wa munqidzil ‘ibâdi minal halakati bi-idznika, wa dâihim ilâ dînikal qayyimi bi-amrika awwalin nabiyyîna mitsâqan wa âkhirihim mab’atsan alladzî ghamatstahu fî bahril fadhîlati wal manzilatil jamîlah, wad-darajatir rafî’ah, wal martabatil khathîrah, wa awda’tahul ashlâbath thâhirah, wa naqaltahu minhâ ilal arhâmil muthahharah, luthfan minka lahu wa tahannunan minka ‘alayhi. Idz wakkalta li-shawnihi wa hirâsatihi wa hifzhihi wa hiyâthatihi min qudratika ‘aynan ‘âshiman, hajabta bihâ ‘anhu madânisal ‘ahri wa ma’âibas sifahi, hattâ rafa’ta bihi nawâzhiral ‘ibâdi, wa ahyayta bihi maytal bilâdi, bi-an kasyafta ‘an nûri wilâdatihi zhulmal astâr, wa albasta haramaka bihi hulalal anwâr.
Ya Allah, curahkan semua (shalawat-Mu dan kesempurnaan keberkahan-Mu, keutamaan kebaikan-Mu, kemuliaan salam dan karamah serta rahmat-Mu; shalawat para malaikat-Mu Al-Muqarrabin dan shalawat para nabi-Mu, shalawat para imam pilihan-Mu dan shalawat hamba-hamba-Mu yang saleh, shalawat seluruh penduduk langit dan bumi, dan shalawat seluruh makhluk-Mu terdahulu dan kemudian yang bertasbih kepada-Mu ya Rabbal ‘alamin)
Sampaikan semua shalawat itu
kepada Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu, kesaksian-Mu dan Nabi-Mu,
peringatan-Mu, kepercayaan-Mu dan keteguhan-Mu,
rahasia-Mu dan kemuliaan-Mu,
kekasih-Mu dan pilihan-Mu,
kesucian-Mu dan kejernihan-Mu,
kekhususan-Mu dan ketulusan-Mu,
rahmat-Mu dan kebaikan pilihan-Mu dari seluruh makhluk-Mu,
Nabi pembawa rahmat dan pemelihara maghfirah,
penuntun kebaikan dan keberkahan,
penyelamat hamba-hamba-Mu dari kebinasaan dengan izin-Mu,
penyeru mereka ke agama-Mu dengan perintah-Mu,
awal para nabi dalam perjanjian dan akhir para nabi dalam pengangkatan,
diri yang Kau tenggelamkan ke dalam samudra keutamaan,
tempat yang mulia, derajat yang tinggi dan martabat yang agung
diri yang Kau titipkan dalam sulbi yang suci dan Kau pindahkan ke dalam rahim yang disucikan sebagai karunia dan keutamaan dari-Mu.
Ketika Kau wakilkan pemelihannya dengan kekuasaan-Mu, Kau sucikan dia dari noda-noda kemaksiatan dan penyimpangan; sehingga Kau muliakan dia di tengah-tengah kehinaan manusia, dan Kau hidupkan dia di tengah-tengah kematian penduduk negeri agar kau ungkapkan dari cahaya kelahirannya kegelapan semua tirai, dan Kau bungkus apa yang Kau haramkan dengan pakaian-pakaian baru dari cahaya kelahirannya.
Allâhumma fakamâ khashashtahu bisyarafi hâdzihil martabatil karîmah, wa dzuhri hâdzihil manqabatil ‘azhîmah, shalli ‘alayhi kamâ wafâ bi’ahdika, wa ballagha risâlâtika, wa qatala ahlal juhûdi ‘alâ tawhîdika, wa qatha’a rahimal kufri fî ighrâzi dînika, wa labitsa tsawbal balwâ fî mujâhati a’dâika, wa awjabta lahu bikulli adzan massahu, aw kaydin ahssa bihi minal fiatil latî hâwalat qatlahu, fadhîlatan tafûqul fadhâila, wa yamliku bihal jazîla min nawâlika. Wa qad asarral hasrata, wa akhfaz zafrata, wa tajarra’al ghushshah, wa lam yatakhaththa mâ matstsala lahu wahyuka.
Ya Allah, sebagaimana telah Kau istimewakan dia dengan kemuliaan derajat yang agung dan keluhuran pribadi yang mulia,
curahkan shalawat kepadanya sebagaimana dia telah
memenuhi janji-Mu, menyampaikan risalah-Mu,
memerangi mereka yang menentang tauhid-Mu,
memutuskan kasih sayang terhadap orang-orang yang ingkar
dalam menegakkan agama-Mu,
membungkus dirinya dengan pakaian bala’ dalam berjihad
menghadapi musuh-musuh-Mu,
menanggung segala yang menyakitkan
segala tipudaya dari sekelompok manusia yang berusaha membunuhnya,
sebagai keutamaan yang melebihi keutamaan-keutamaan yang lain,
yang dengannya ia memiliki karunia-Mu yang melimpah,
merahasiakan kelelahan dan menyembunyikan semua penderitaan
menyembunyikan semua duka dan derita
belian tidak pernah menyalahi apa yang digariskan dalam wahyu-Mu.
Allâhumma shalli ‘alayhi wa ‘alâ ahli baytihi shalâtan tardhâhâ lahum, wa ballighhum minnâ tahiyyatan katsîratan wa salâmâ(n), wa âtinâ min ladunka fî muwâlâtihim fadhlan wa ihsânan wa rahmatan wa ghufrânan innaka Dzul fadhlil ‘azhîm.
Ya Allah, sampaikan kepadanya dan Ahlul baitnya shalawat yang Kau ridhai bagi mereka; sampaikan salam kami kepada mereka; anugerahkan kepada kami dari sisi-Mu dalam berwilayah kepada mereka keutamaan, kebaikan, rahmat dan pengampunan, sesungguhnya Engkau Pemilik karunia yang agung.
Kemudian lakukan shalat 4 (empat) rakaat dua salam, dengan niat shalat untuk ziarah; setiap rakaat setelah Fatihah membaca salah satu Surat Al-Qur’an yang Anda inginkan. Setelah shalat membaca Tasbih Zahra’ yaitu: Allahu Akbar (34 kali), Alhamdulillah (33 kali), dan Subhanallah (33 kali).
Kemudian membaca doa berikut:
Allâhumma innaka qulta li-Nabiyyika Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi: “wa law annahum idz zhalamû anfusahum jâûka fastaghfarullâha wastaghfara lahumur Rasûlu la-wajadullâha Tawwâban Rahîmâ.”
Ya Allah, Engkau berfirman kepada Nabi-Mu Muhammad saw: “Kalau sekiranya mereka ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka dapati Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Menyayangi.” (An-Nisa’: 64).
wa lam ahdhur zamâna Rasûlika ‘alayhi wa âlihis salâm. Allâhumma qad zurtuhu râghiban tâiban min say-i ‘amalî, wa mustaghfiran laka min dzunûbî wa muqirran laka bihâ, wa Anta a’lamu bihâ minnî.
Aku tidak hadir disisi Rasul-Mu saw ketika beliau masih hidup. Ya Allah, kini aku datang untuk berziarah kepadanya karena aku mencintainya, ingin bertaubat dari keburukan amalku, aku mengakui dosa-dosaku dan memohon ampun kepada-Mu, Engkau lebih mengetahui dosa-dosaku daripadaku.
Wa mutawajjihan ilayka bi-Nabiyyika Nabiyyir rahmah shalawâtuka ‘alayhi wa âlihi, faj’alnî Allâhumma bi-Muhammadin wa ahli baytihi ‘indaka wajîhan fid dun-yâ wal âkhirah wa minal muqarrabîn.
Aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat (semoga shalawat-Mu tercurahkan kepadanya dan keluarganya), maka jadikan aku, ya Allah, dengan Muhammad dan Ahlul baitnya, orang yang mulia di sisi-Mu di dunia dan akhirat, dan tergolong kepada orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.
Yâ Muhammadu yâ Rasûlallâh, bi-abî anta wa ummî, ya Nabiyallâh yâ Sayyida khalqillâh innî atawajjahu bika ilallâhi Rabbika wa rabbî li-yaghfira-lî dzunûbî wa yataqabbala minnî ‘amalî wa yaqdhi-lî hawâijî, fa-kun-lî syafî’an ‘inda Rabbika wa Rabbî, fa-ni’mal mas-ulul mawlâ Rabbî wa ni’masy syafî’ anta yâ Muhammadu ‘alayka wa ‘alâ ahli baytikas salâm.
Ya Muhammad, ya Rasulallah, demi ayahkku dan ibuku. Ya Nabiyallah, wahai penghulu makhluk Allah, sungguh aku menghadap denganmu kepada Allah Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia mengampuni dosa-dosaku, menerima amalku dan memenuhi hajat-hajatku. Untuk itu, jadilah engkau pemberi syafaat bagiku di sisi Tuhanmu dan Tuhanku; sebaik-baik tempat memohon dan berlindung adalah Tuhanku dan sebaik-baik pemberi syafaat adalah engkau wahai Muhammad, semoga shalawat tercurahkan kepadamu dan Ahlul baitmu.
Allâhumma wa awjaba-lî minkal maghfirata war rahmata war rizqal wasî’ath thayyiban nâfi’a kamâ awjabta liman atâ Nabiyyaka Muhammadan shalawâtuka ‘alayhi wa âlihi wa huwa hayyun, fa-aqarra lahu bi-dzunûbihi wastaghfara lahu Rasûluka ‘alayhi wa âlihis salâm fa-ghafarta lahu bi-rahmatika yâ Arhamar râhimîn.
Ya Allah, anugerahkan kepadaku dari sisi-Mu maghfirah, rahmat dan rizki yang luas, yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang telah Kau anugerahkan kepada orang yang datang kepada Nabi-Mu Muhammad saw ketika beliau hidup, lalu ia mengakui dosa-dosanya dan Rasul-Mu (semoga shalawat tercurahkan kepadanya dan Ahlul baitnya) memohonkan ampunan baginya, lalu Engkau mengampuninya dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.
Allâhumma wa qad ammaltuka wa rajawtuka wa qumtu bayna yadayka wa raghibtu ilayka ‘amman siwâka. Wa qad ammaltu jazîla tsawâbika, wa innî la-muqirrun ghayru munkirin wa tâibun ilayka mimmaqtaraftu, wa ‘âidzun bika fî hâdzal maqâmi mimmâ qaddamtu minal a’mâlil latî taqaddamta ilayya fîhâ wa nahaytanî ‘anhâ wa aw’adta ‘alayhal ‘iqâb.
Ya Allah, sungguh aku mendambakan dan mengharapkan-Mu,
aku berdiri di hadapan-Mu, berpaling dari selain-Mu,
aku berharap limpahan pahala-Mu.
Sungguh kini aku mengakui dosa-dosaku, tidak mengingkarinya,
aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatan dosa yang telah kulakukan.
Dengan semua ini aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku yang mengharuskan siksa-Mu.
Wa a’ûdzu bi-karami wajhika an tuqîmanî maqâmal hizyi wadz dzulli yawma tuhtaku fîhil astâr(u), wa tabdu fîhil asrâri wal fadhâih, wa tar’adu fîhil farâishu yawmal hasrati wan nadâmah, yawmal âfikati, yawmat taghâbun, yawmal fashi yawmal jazâ’, yawman kâna miqdâruhu khamsîna alfa sanah, yawman nafkhati, yawma tarjafur râjifatu tatba’uhar râdifah, yawman nasyri yawmal ‘ardhi, yawna yaqûmun nâsu li-rabbil ‘âlamîn, yawma yafirrul mar-u min akhîhi wa ummihi wa abîhi wa shâhibatihi wa banîhi, yawma tasyaqqaqul ardhu wa aknâfus samâ’, yawma ta’ti kullu nafsin tujâdilu ‘an nafsihâ, yawma yuraddûna ilallâhi fa-yunabbiuhum bimâ ‘amilû, yawma lâ yughnî mawlan ‘an mawlan syay-an walâ hum yunsharûna illâ man rahimallâhu innahu Huwal ‘Azîzur Rahîm(u), yawma yuraddûna ilâ ‘âlimil ghaybi wasy syahâdah, yawma yuraddûna ilallâhi Mawlâhumul haqqi, yawma yakhrujûna minal ajdâtsi sirâ’an ka-annahum ilâ nushubin yûfidhûna wa ka-annahum jarâdun muntasyirun muhthi’îna ilad dâ’i ilallâh(i), yawmal wâ’qi’ah, yawma turajjul ardhu rajjâ, yawma takûnus samâu kal-muhli wa takûnul jibâlu kal-’ihni, walâ yus-alu hamîmun hamîmâ, yawmasy syâhidi wal masyhûd, yawma takûnul malâikatu shaffan shaffâ.
Aku berlindung kepada-Mu dengan kemuliaan wajah-Mu dari kedudukan yang hina pada hari diungkapkan segala tirai dan ditampakkan segala rahasia dan aib.
Yaitu, hari kerugian dan penyesalan,
hari yang gersang dan panas, hari kiamat dan perpisahan,
hari pembalasan, hari yang bandingannya 50.000 tahun,
hari ditiupnya sangkakala, hari yang penuh dengan ketakutan,
hari manusia bangkit menuju Tuhan alam semesta;
hari manusia lari dari saudaranya, dari ibunya, dari bapaknya,
dari pasangannya, dan anak-anaknya,
hari bumi dihancurkan dan langit dibinasakan,
hari setiap manusia datang menyesali dirinya,
hari manusia dikembalikan kepada Allah
lalu diberitahukan kepada mereka amal perbuatan mereka,
hari tak ada pelindung dapat memberi perlindungan

dan tak seorang pun mendapat pertolongan kecuali orang yang dikasihi Allah
karena Dialah Yang Maha Mulia dan Maha Pengasih.
hari manusia dikembalikan ke alam ghaib dan alam kesyaksian,
hari manusia dikembalikan kepada Allah Pelindung Yang Benar,
hari mereka keluar bergegas dari alam kubur
seperti mereka lari menuju nasibnya yang baik,
seperti belalang yang bertebaran, lari dengan rasa takut menghadap Malaikat
yang memanggil munuju Allah
hari kiamat,
hari bumi digoncangkan, langit bagaikan nanah mayat,
gunung-gunung hancur berserakan,
hari air yang panas tak terasa panasnya
hari bersaksi dan disaksikan,
hari para malaikat berbaris dan bershaf-shaf
Allâhummarham mawqifî fî dzâlikal yawm bi-mawqifî fî hâdzal yawm, walâ tukhzinî fî dzâlikal mawqifi bimâ janaytu ‘alâ nafsî, waj’al yâ Rabbi fî dzâlikal yawm ma’a awliyâika manthalaqî, wa fî zumrati Muhammadin wa Ahli baytihi ‘alayhimus salâm makhsyarî, waj’al hawdhahu mawridî, wa fil ghurril kirâmi mashdarî, wa a’thinî kitâbî bi-yamînî, hattâ afûza bi-hasanâtî, wa tubayyidha bihi wajhî, wa tuyassira bihi hisâbî, wa turajjiha bihi mîzânî, wa amdhiya ma’al fâizîna min ‘ibâdikash shâlihîna ilâ ridhwânika wa jinânika Ilâhal ‘âlamîn.
Ya Allah, kasihi keadaanku pada hari itu dengan keadaanku hari ini.
Jangan hinakan aku pada hari itu dengan kezalimanku terhadap diriku.
Ya Rabbi, jadikan perjalananku pada hari itu bersama para kekasih-Mu,
dan mahsyarku golongan Muhammad dan ahlul baytnya (sa)
Jadikan telaga Muhammad tempat kembaliku,
cahaya kemuliaannya keberangkatanku
Anugerahkan padaku buku catatanku di tangan kananku
sehingga aku beruntung dengan amal-amal baikku;
Dengannya putihkan wajahku, mudahkan hisabku, lebihkan timbanganku,
Berangkatkan aku bersama orang-orang yang beruntung dari hamba-hamba-Mu yang saleh menuju ridha-Mu dan surga-Mu ya Ilahal ‘alamin.
Allâhumma innî a’ûdzu bika min an tafdhahanî fî dzâlikal yawm bayna yadayil khalâiqa bijarîratî, aw alqal khizya wan nadâmata bi-khathîatî, aw an tuzhhira fîhi sayyiâtî ‘alâ hasanâtî, aw an tunawwiha baynal khalâiqi bismî, yâ Karîmu yâ Karîmu al’afwa al’afwa assatra assatra.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
Jangan hinakan aku pada hari itu di hadapan-Mu
dan makhluk-Mu karena rahasiaku,
Jangan pertemukan aku dengan kehinaan dan penyesalan
karena dosa-dosaku,
Jangan tampakkan keburukan-keburukanku di atas kebaikan-kebaikanku,
jangan puji aku dengan namaku di hadapan makhluk-Mu
Ya Karim ya karim, maafkan aku, ampuni aku.
Allâhumma wa a’ûdzu bika min an yakûna fî dzâlikal yawm fî mawqifil asyrâri mawqifî, aw fî maqâmil asyqiyâi maqâmî. Wa idzâ mayyazta bayna khalqika fasuqta kullan bi-a’mâlihim zumaran ilâ manâzilihim, fa-suqnî birahmatika fî ‘ibâdikash shâlihîn, wa fî zumrati awliyâikal muttaqîna ilâ jannâtika yâ Rabbal ‘âlamîn.
Ya Allah, lindungi keadaanku hari itu dari keadaan orang-orang yang buruk,
kedudukanku dari kedudukan orang-orang yang celaka
Jika Kau bedakan di antara makhluk-makhluk-Mu lalu Kau pisahkan mereka menurut amal-amal mereka munuju tempat tinggal mereka,
maka masukkan aku dengan rahmat-Mu ke pada kelompok hamba-hamba-Mu yang saleh dan para kekasih-Mu menuju ke surga-Mu ya Rabbal ‘alamin.
Kemudian ucapkan salam:
Asalâmu’alayka yâ Rasûlallâh, Assalâmu’alayka ayyuhan basyîrun nadzîr, Assalâmu’alayka ayyuhas sirâjul munîr, Assalâmu’alayka ayyuhas safîru baynallâh wa bayna khalqih.
Salam atasmu, ya Rasulallah
Salam atasmu, wahai pembawa berita bahagia dan peringatan
Salam atasmu, wahai pelita yang menerangi
Salam atasmu, wahai duta di hadapan Allah dan makhluk-Nya
Asyhadu yâ Rasûlallâh annaka kunta nûran fil ashlâbisy syâmikhah wal arhâmil muthahharah, lam tunajjiskal jâhiliyyatu bi-anjâsihâ, walam tulbiska min mudlahimmâti tsiyâbihâ. Wa asyhadu yâ Rasûlallâh annî mu’minun bika, wa bil-aimmati min ahli baytika mûqinun, bi-jamî’i mâ atayta bihi râdhin mu’minun. Wa asyhadu annal aimmata min ahli baytika a’lâmul hudâ, wal ‘urwatul wutsqâ, wal hujjatu ‘alâ ahlid dun-yâ.
Ya Rasulallah, aku bersaksi
Engkau adalah cahaya di dalam sulbi yang mulia dan rahim yang disucikan
Engkau tidak pernah ternodai oleh noda jahiliyah,
Tidak pernah tersentuh oleh pakaian kehinaan jahiliyah
Ya Rasulallah, Aku bersaksi bahwa
aku mempercayaimu dan meyakini para Imam dari Ahlul baitmu,
ridha dan percaya terhadap semua risalahmu.
Aku bersaksi bahwa para Imam dari Ahlul baitmu paling mengetahui petunjuk, tali yang kokoh dan hujjah bagi penduduk dunia.
Allâhumma lâ taj’alhu âkhiral ‘ahdi min ziyârati nabiyyika ‘alayhi wa alihis salâm. Wa in tawaffaytanî fa-innî asyhadu fî mamâtî ‘alâ mâ asyhadu ‘alayhi fî hayâtî, annaka Antallâhu lâ ilâha illâ Anta wahdaka lâ syarîka lak(a), wa anna Muhammadan ‘abduka wa rasûluka, wa annal aimmata min ahli baytika awliyâuka wa anshâruka wa hujajuka ‘alâ khalqika, wa khulafâuka fî ‘ibâdika, wa a’lâmuka fî bilâdika, wa khuzzânu ‘ilmika, wa hafazhatu sirrika, wa tarâjimatu wahyika.
Ya Allah, jangan jadikan kesempatan ini kesempatan yang terakhir untuk berziarah kepada Nabi-Mu saw.
Jika Kau matikan aku, aku akan bersaksi dalam kematianku seperti apa yang kupersaksikan dalam hidupku, bahwa:
Engkau adalah Allah, tiada Tuhan selain Engkau Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Mu, Muhammad adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu, para Imam dari Ahlul baytnya adalah para kekasih-Mu, pasukan-Mu dan hujjah-Mu terhadap makhluk-Mu, para khalifah-Mu atas hamba-hamba-Mu, orang-orang yang paling alim di seluruh negeri-Mu, khazanah ilmu-Mu, pemelihara rahasia-Mu dan penerjemah wahyu-Mu.
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, wa balligh rûha Nabiyyika Muhammadin wa آlihi fî sâ’atî hâdzihi wa fî kulli sâ’ah tahiyyatan minnî wa salâman, was salâmu ‘alayka yâ Rasûlallâh wa rahmatullâhi wa barakâtuh, la ja’alahullâhu âkhiru taslîmî ‘alayka.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sampaikan salam dan hormatku kepada ruh Nabi-Mu Muhammad dan keluarganya saat ini dan setiap saat. Ya Rasulallah, semoga salam, rahmat dan keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadamu. Dan semoga Allah tidak menjadikan salam ini sebagai salamku yang terakhir padamu.
(Kitab Mafatihul Jinan,kunci-kunci surga)
19.48 | 0 komentar | Read More

Munajat Imam Ali bin Abi Thalib sa ( Bagian 1 dan 2 )

by: http://syamsuri149.wordpress.com/
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah sampaikan salawat kepada Muhammad dan Keluarga Muhammad

Dengarlah doaku, ketika aku berdoa pada-Mu
Dengarlah seruanku, ketika aku menyuru-Mu
Hampiri daku, ketika aku memanggil-Mu
Aku telah lari menuju-Mu, berhenti di hadapan-Mu,
bersimpuh pada-Mu, berserah diri pada-Mu,
mengharapkan pahalaku dari hadirat-Mu
Engkau ketahui apa yang ada dalam diriku.
Engkau kenali segala keperluanku.
Engkau arif akan apa yang tergetar dalam hatiku.
Tak tersembunyi bagi-Mu urusan kepulangan dan kembaliku
dan apa yang ingin aku ungkapkan semuanya dari mulutku
dan aku ucapkan dengan keinginanku dan mengharapkannya untuk hari akhirku.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiRkngUJpFtzMNCo-Vmx3Dh8Ei1jfad0WjuCfYQc4tb2rKEg-joH9UaKzUr3504OvngDidF7GtSjAkRzNkcEVNWdyUZ8F_ovYE7u7tagJhNp5-t3Cw-w9px-t7U_UO09m31jaKxf2ihOQ/s1600/ali+Bin+Abi+Thalib.jpg
Sudah berlaku ketentuan-Mu padaku, duhai junjunganku, apa yang terjadi padaku sampai akhir umurku, baik yang tersembunyi maupun yang tampak padaku, pada tangan-Mu bukan pada tangan selain-Mu kelebihanku dan kekuranganku, manfaatku dan madaratku.
Tuhanku, jika sekiranya Engkau menahan rezekiku, maka siapa lagi yang memberikan rizki padaku. Jika Engkau mengabaikan aku, maka siapa lagi yang akan membelaku.
Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari marah-Mu dan terlepasnya murka-Mu
Tuhanku, jika aku tidak layak memperoleh kasih-Mu, Engkau sangat layak untuk memberikan anugrah kepadaku dengan keluasan karunia-Mu.
Tuhanku, seakan diriku telah tersungkur di hadapan-Mu, dan sebaik-baiknya
kepasrahaku padaMu telah menangui aku, lalu Engkau berkata apa yang layak Engkau katakan dan Kauliputi aku dengan ampunan-Mu.

Munajat Imam Ali bin Abi Thalib sa (Bagian 2)


Tuhanku, jika Engkau ampuni aku siapa lagi yang lebih pantas melakuakanya salain-Mu. Jika sekiranya ajalku sudah dekat,tetapi amalku tidak mendekatkanku kepadaMu, telah aku jadikan pengakuan dosa ini sebagai wasilahku kepada-Mu.
Tuhanku, aku telah berbuat zalim dalam memandang diriku.
Celaka sudah diriku, jika saja Engkau tidak mengampuninya.
Tuhanku, tidak henti-hentinya kebaikan-Mu mengalir padaku hari-hari hidupku,
maka jangan putuskan kebaikan-Mu padaku pada hari kematianku.
Tuhanku, bagaimana mungkin aku berputus asa pada pandangan baikku kepada-Mu
setelah kematianku, padahal Engkau tidak memberikan kepadaku selain yang indah saja dalam hidupku.
Tuhanku, perlakukanlah aku apa yang Engkau layak melakukannya. Kembalilah
kepadaku dengan karunia-Mu yang Kauberikan kepada pendosa yang sudah dipenuhi kebodohannya.
Tuhanku, jika telah Kaututupi dosa-dosaku di dunia, padahal aku sangat memerlukan penutupan pada hari akhirat nanti, karena Engkau tidak menampakkannya di hadapan orang-orang yang saleh, maka jangan mempermalukan aku pada hari kiamat dihadapan para saksi.
Tuhanku, anugrah-Mu meluaskan harapku; Maaf-Mu lebih utama dari amalku.
Tuhanku, bahagian aku ketika berjumpa dengan-Mu pada hari kautetapan keputusa di antara hamba-hamba-Mu.
Tuhanku, permohonan maafku kepada-Mu adalah permohonan seseorang yang sangat memerlukan penerimaan permohonannya. Terimalah permohonan maafku. Wahai yang paling pemurah untuk dimohonkan oleh para pendosa.
Tuhanku, janganlah kautolakkan keperlianku, jangan Kausia-siakan kedambaanku,jangan kau putuskan dariMu harapanku dan cita-citaku.
Tuhanku, sekiranya Engkau ingin menjatuhkan aku, tentulah Engkau tidak memberikan petunjuk kepadaku; sekiranyn Engkau ingin mempermalukanku, tentulah Engkau tidak menyelamatkan daku.
Tuhanku, tak pernah aku mengira Engkau akan menolak keperluan yang untuk
memperolehnya dari sisi-Mu telah kuhabiskan seluruh umurku.
Tuhanku, bagi-Mu segala sanjung dan puja, selama-lamanya, sanjugan yang kekal abadi, berlansung terus, takpernah habis, sanjung-puja seperti yang Engkau cintai dan Engaku ridhai.
Tuhanku, jika Engkau menuntutku karena kesalahanku,aku akan menuntut-Mu dengan maaf-Mu; jika Engkau menuntutku dengan dosaku, aku akan menuntutmu dengan ampunan-Mu; jika Engaku memasukkan aku kedalam neraka, aku akan memberitahukan kepada para penghuninya bahwa aku mencintai-Mu.
(Mafatihul Jinan, bab2)
19.44 | 0 komentar | Read More

Shalat Tasbih ( Shalat tasbih dikenal dengan nama Shalat Ja’far Ath-Thayyar (ra). Keutamaan yang terpenting dari shalat ini adalah untuk pengampunan dosa-dosa besar )

by: http://syamsuri149.wordpress.com/2009/02/22/shalat-tasbih/
Shalat tasbih dikenal dengan nama Shalat Ja’far Ath-Thayyar (ra). Keutamaan yang terpenting dari shalat ini adalah untuk pengampunan dosa-dosa besar. Waktu melakukannya yang paling utama adalah permulaan siang pada hari Jum’at. Shalat ini dilakukan sebanyak 4 (empat) rakaat, dua kali salam. Pada rakaat pertama membaca: Surat Fatihah dan Surat Az-Zalzalah; rakaat kedua: Surat Fatihah dan Surat Al-’Adiyat. Rakaat pertama (pada shalat yang kedua) membaca: Surat Fatihah dan Surat An-Nashr; rakaat kedua membaca: Surat Fatihah dan Surat Al-Ikhlash. Dan setiap rakaat sebelum ruku’, setelah membaca Surat Al-Qur’an tersebut, membaca Tasbih sebayak 15 kali, yaitu:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Subhânallâh walhamdulillâh wa lâilâha illallâh wallâhu akbar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVKZA9P0KZWPzuw67bLRf2APsn_pWd3yYcXSIkAqFJ6QVsRi5FpXzmd_dX0KTt4Nt6D5gU5MlG6AOIO8yKAMZoDsFJ7yrZhBSNrcCbrZwrsqLbCWhz00xkYaq9JGvRFbLfXLpLAERmrgo0/s1600/sebuah-doa.jpg 
Tasbih ini juga dibaca sebanyak 10 kali pada setiap rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk untuk berdiri. Sehingga dalam 4 rakaat berjumlah 300 tasbih.
Dalam sujud yang terakhir setelah membaca tasbih tersebut hendaknya membaca:
Subhâna Man labisal ‘izza wal waqâr, Subhâna Man ta’aththafa bil majdi wa takarram bihi, Subhâna Man lâ yanbaghit tasbîhu illâ lahu, Subhâna Man ahshâ kulla syay-in ‘ilmuhu, Subhâna Dzil manni wan ni’ami, Subhâna Dzil qudrati wal karâm.
Allâhumma innî as-aluka bi-ma’âqidil ‘izzi min ‘Arsyik(a), wa muntahar rahmati min kitâbika, wasmikal a’zhami wa kalimâtikat tâmmah allatî tammat shidqan wa ‘adlâ, shalli ‘alâ Muhammadin wa Ahli baytihi waf’al bî kadzâ wa kadzâ.
Maha Suci Yang Memakai pakaian kehormatan dan keagungan. Maha Suci Yang Memakai busana kemuliaan. Maha Suci Yang tidak layak pensucian kecuali pada-Nya. Maha Suci yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Maha Suci Yang Memiliki semua karunia dan kenikmatan. Maha Suci Yang Memiliki kekuasan dan kemuliaan.
Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan keagungan ‘arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, nama-Mu yang agung, dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna yang mencakup kebenaran dan keadilan, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan lakukan padaku … (sampaikan hajat Anda).
Setelah salam angkatlah tangan Anda sambil membaca doa berikut, masing-masing semampu Anda tidak bernafas:
1. Ya Rabbi ya Rabbi
2. Ya Rabbâhu ya Rabbâhu
3. Ya Rabbi ya Rabbi
4. Ya Allâh ya Allâh
5. Ya Hayyu ya Hayyu
6. Ya Rahîm ya Rahîm
Kemudian membaca asma Allah swt berikut, masing-masing (7 kali):
1. Ya Ramânu yâ Rahmân
2. Yâ Arhamar râhimîn
Kemudian membaca doa berikut:
Allâhumma innî aftatihul qawla bihamdika, wa anthiqu bits-tsanâi ‘alayka, wa amjiduka walâ ghâyata limadhika wa atsnâ ‘alayka, wa man yablaghu ghâyata tsanâika wa amaddu majdaka, wa innî likhalîqatika kunhu ma’rifati majdika. Wa ayyu zamanin lam takun mamdûhan bifadhlika, ‘awwâdan ‘alal mudznibîna bihilmika. Takhlufu sukkânu ardhika ‘an thâ’atika fakunta ‘alayhim ‘athûfan bijûdika, jawwâdan bi- fadhlika, ‘awwâdan bikarâmika, yâ lâilâha illâ Antal Mannânu Dzul jalâli wal ikrâm.
Ya Allah, aku memulai ucapanku dengan puji-Mu, bicaraku dengan puja-Mu, dan aku memuliakan-Mu. Tak akan berakhir puja dan puji-Mu. Aku memuji-Mu dan orang yang mencapai puncak pujian-Mu tak akan berhenti memuliakan-Mu, sementara aku adalah makhluk-Mu, mengenal kemuliaan-Mu. Sampai kapan pun Engkau selalu dipuji dengan karunia-Mu, disifati dengan kemuliaan-Mu, menjadi tempat kembali orang-orang yang berdosa dengan kebijaksaan-Mu. Walaupun penghuni bumi menyimpang dari ketaatan pada-Mu, tetapi Engkau tetap menyayangi mereka dengan kedermawanan-Mu, Engkau terima kedatangan mereka dengan kemuliaan-Mu, wahai yang tiada Tuhan kecuali Engkau Yang Maha Memberi karunia, Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan. (Mafâtihul Jinan, bab 1: 46)
19.40 | 0 komentar | Read More

Bulan Kelahiran Nabi saw beserta amalannya

by: http://syamsuri149.wordpress.com/2009/02/26/bulan-kelahiran-nabi-saw-dan-amalannya/
Kini kita telah memasuki bulan yang mulia, bulan Rabi’ul Awal, bulan kelahiran Rasulullah saw.
Menurut riwayat yang umum dikenal oleh kaum muslimin Rasulullah saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Riwayat ini diriwayatkan oleh Al-Kulayni dan Ibnu Mas’ud. Pada tanggal ini sangat dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rakaat. Rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun (3 kali). Rakaat kedua, surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash (3 kali). (Mafâtihul Jinân: 295)
http://praptanugrahaardiatma.files.wordpress.com/2012/09/muhasabah_islam1.jpg 
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw dilahirkan pada tanggal 17 Rabiul Awal. Riwayat ini masyhur dikalangan ulama Imamiyah, para pengikut Ahlul bait Nabi saw. Dalam riwayatkan ini disebutkan bahwa Rasulullah saw lahir di Mekkah, saat terbit Fajar hari Jum’at 17 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Amalan yang sangat dianjurkan pada tanggal ini adalah:
Pertama: Mandi sunnah.
Kedua: Berpuasa
Dalam suatu hadis disebutkan: Sesungguhnya orang yang berpuasa pada hari ini nilainya seperti berpuasa satu tahun.
Ketiga: Berziarah atau membaca kepada Rasulullah saw dari kejauhan. Dari kejauhan artinya dari selain kota Madinah Al-Munawwarah.
Keempat: Berziarah atau membaca doa ziarah kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa) sebagaimana doa yang dibaca oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa).
Kelima: Melakukan shalat sunnah dua rakaat pada pertengahan siang. Setiap rakaatnya membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Qadar (10 kali) dan surat Al-Qadar (10 kali).
Keenam: Setiap muslim hendaknya mengagungkan hari ini, bersedekah, memberikan kebaikan dan membahagiakan kaum mukminin.
(Mafâtiful Jinân: 296)
Dalam kitab Mafâtihul Jinân: 319 disebutkan bahwa dalam kitabnya Zâdul Ma’âd Allamah Al-Majlisi meriwayat bahwa pada tanggal 17 Rabi’ul Awal sangat dianjurkan berziarah atau membaca doa ziarah kepada Nabi saw dari kejauhan (ziarah minal bu’di). Sebelum ziarah atau membaca doa ziarah dari kejauhan dianjurkan mandi sunnah, dan menghadirkan diri seolah-seolah berada di dekat kuburan Nabi saw, lalu membaca doa ziarah kepada Rasulullah saw yakni doa ziarah dari kejauhan, dari selain kota Madinah Al-Makarramah. Berikut ini petikan sebagian doa Ziarah kepada Nabi saw dari kejauhan :
Salam atasmu, ya Rasulallah
Salam atasmu, duhai nabi Allah
Salam atasmu, duhai pilihan Allah
Salam atasmu, duhai rahmat Allah
Salam atasmu, duhai pilihan Allah

Salam atasmu, duhai kekasih Allah
Salam atasmu, ya Najiballah
Salam atasmu, wahai penutup para nabi
Salam atasmu, wahai penghulu para rasul
Ya Allah, anugerahkan kepadaku dari sisi-Mu maghfirah, rahmat dan rizki yang luas, yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang telah Kau anugerahkan kepada orang yang datang kepada Nabi-Mu Muhammad saw ketika beliau hidup, lalu ia mengakui dosa-dosanya dan Rasul-Mu (semoga shalawat tercurahkan kepadanya dan Ahlul baitnya) memohonkan ampunan baginya, lalu Engkau mengampuninya dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sampaikan salam dan hormatku kepada ruh Nabi-Mu Muhammad dan keluarganya saat ini dan setiap saat. Ya Rasulallah, semoga salam, rahmat dan keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadamu. Dan semoga Allah tidak menjadikan salam ini sebagai salamku yang terakhir padamu.
Bagi yang berminat doa ziarah ini secara lengkap berikut tek arab, teks bacaan latin dan terjemahannya, bias mendowloadnya di bagian File Milis berikut ini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa
Cara download: Klik kanan pada nama filenya, kemudian Save Link As..
Catatan: Jika File tdk bisa, install dulu WirRar. Karena File doa ini dikemas dg WiRar.
Di Milis tsb juga ada software WirRar bisa didownload.
19.39 | 0 komentar | Read More

Asmaul Husna Sebagai Tawasul dalam Berdoa ( Bertawasul dengan Asmaul husna dalam berdoa diperintahkan oleh Allah swt )

by: http://syamsuri149.wordpress.com/2009/05/14/asmaul-husna-sebagi-tawasul-dalam-berdoa/
Bertawasul dengan Asmaul husna dalam berdoa diperintahkan oleh Allah swt.
Allah swt berfirman:
“Allah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu berdoa dengannya.” (Al-A’raf/7: 180)
http://cdn.ar.com/images/stories/09/dua.jpg 
“Katakanlah, berdoalah kepada Allah atau berdoalah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berdoa, Dia mempunyai Asmaul husna.” (Al-Isra’/17: 110).
Rasulullah saw bersabda:
“Allah azza wa jalla memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang berdoa dengannya doanya diijabah.” (At-Tawhid, 195)
Sebagian ulama berkata:
Berdoalah dengan memuji Allah swt dan sebutlah di antara Asmaul husna sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya rizki, sebutlah:

يَا رَزَّاقُ، يَا وَهَّابُ، يَا جَوَّادُ، يَا مُغْنِي، يَا مُنْعِمُ، يَامُفْضِلُ، يَا مُعْطِي، يَا كَرِيْمُ، يَا وَاسِعُ، يَا مُسَبِّبَ اْلاَسْبَابِ، يَا مَنَّانُ، يَارَزَّاقَ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Yâ Razzâq, yâ Wahhâb, yâ Jawwâd, yâ Mughnî, yâ Mun’im, yâ Mufdhil, yâ Mu’thî, yâ Karîm, yâ Wâsi’, yâ Musabbibal asbâb, yâ Mannân, yâ Razzaqa may yasyâu bighayri hisâb.
Wahai Yang Maha Pemberi rizki
Wahai Yang Maha Pemberi anugerah
Wahai Yang Maha Dermawan
Wahai Yang Maha Memberi kekayaan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan
Wahai Yang Maha Memberi karunia
Wahai Yang Maha Memberi
Wahai Yang Maha Mulia
Wahai Yang Maha Luas
Wahai Sebab dari semua sebab
Wahai Yang Maha Pemberi karunia
Wahai Yang Maha Pemberi rizki kepada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan
Jika mengharapkan pengampunan dan taubat, sebutlah:

يَا تَوَّابُ، يَا رَحْمَنُ، يَا رَحِيْمُ، يَا رَؤُوفُ، يَا عَطُوفُ، يَا صَبُورُ، يَا شَكُورُ، يَا عَفْوُ، يَا غَفُورُ، يَا فَـتَّاحُ، يَاذَا الْمَجْدِ وَالسَّمَاحِ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجْمِلُ، يَا مُنْعِمُ

Yâ Tawwâb, yâ Rahmân, yâ Rahîm, yâ Raûf, yâ ‘Athûf, yâ Shabûr, yâ Syakûr, yâ ‘Afwu, yâ Ghafûr, yâ Fattâh, yâ Dzal majdi was samâh, yâ Muhsin, yâ Mujmil, yâ Mun’im.
Wahai Yang Maha Menerima taubat
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Penyayang
Wahai Yang Maha Penyantun
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Sabar
Wahai Yang Maha Bersyukur
Wahai Yang Maha Pemaaf
Wahai Yang Maha Pengampun
Wahai Yang Maha Membuka pintu taubat
Wahai Yang Memiliki kemuliaan dan pengampunan
Wahai Yang Maha Memberi kebaikan
Wahai Yang Maha Memberi keindahan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan
Jika mengharapkan perlindungan dari musuh, maka sebutlah:

يَا عَزِيْزُ، يَا جَبَّارُ، يَا قَهَّارُ، يَا مُنْتَقِمُ، يَاذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ، يَا فَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ، يَا قَاصِمَ الْمَرَدَةِ يَا طَالِبُ، يَا غَالِبُ، يَا مُهْلِكُ، يَا مُدْرِكُ، يَا مَنْ لاَ يُعْجِزُهُ شَيْءٌ

Yâ ‘Azîz, yâ Jabbâ, yâ Qahhâr, yâ Muntaqîm, yâ Dzal bathsyisy syadîd, yâ Fa’’âlu lima yurîd, yâ Qashimal maradah, yâ Thâlib, yâ Ghâlib, yâ Muhlik, yâ Mudrik, yâ Man lâ yu’jizuhu syây’.
Wahai Yang Maha Agung
Wahai Yang Maha Memaksa
Wahai Yang Maha Perkasa
Wahai Yang Maha Pendendam
Wahai Yang Memiliki serangan yang dahsyat
Wahai Yang Melakukan apa yang dihendaki
Wahai Yang Menghancurkan orang-orang yang sombong
Wahai Yang Maha Menuntut
Wahai Yang Maha Mengalahkan
Wahai Yang Maha Membinasakan
Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Tidak Dilemahkan oleh apapun
Jika mengharapkan ilmu, maka sebutlah:

يَا عَالِمُ، يَا فَتَّاحُ، يَا هَادِي، يَا مُرْشِدُ، يَا مُعِزُّ، يَا رَافِعُ

Yâ ‘Alim, yâ Fattâh, yâ Hâdî, yâ Mursyid, yâ Mu’izzu, yâ Râfi’.
Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Maha Membuka pintu ilmu
Wahai Yang Maha Memberi petunjuk
Wahai Yang Maha Membimbing
Wahai Yang Maha Memuliakan
Wahai Yang Maha Meninggikan derajat
Dan nama-nama Allah yang lain yang semakna dengannya
(kitab Iddadud Da`i: 199)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:: “Jika dalam keadaan sujud seorang hamba menyebutkan: Ya Allâh ya Rabbahu ya Sayyidahu tiga kali, maka Allah tabaraka wa ta`ala menjawabnya: ‘Aku di sini duhai hamba-Ku, mohonlah hajatmu’.” (Amali Ash-Shaduq, 335)
Beliau juga berkata: “Jika ayahku memiliki hajat ia sujud (di luar shalat dan ruku’), kemudian ia membaca: Ya Arhamar Rahimin tujuh kali, kemudian memohon hajatnya; selanjutnya ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang menyebut asma ini kecuali Allah swt menjawab: ‘Inilah Aku Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi, mohonlah hajatmu’.” (Al-Wasail 7: 88, hadis ke 16)
19.36 | 0 komentar | Read More

Amalan-Amalan Praktis dan Doa-Doa Pilihan

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/berdoa-_110825153534-350.jpg

Amalan dan doa-doa di sini merupakan suatu ringkasan dari manfaat dan kegunaannya. Dilengkapi teks arab, transliterasi arab-latin dan terjemahan:
Baliton CLC Teknologi Ngedak Lantai Cepat, Hemat dan Kuat
Cara Mudah Membuat Materi Presentasi
Tips dan Doa untuk Mendapatkan Keturunan
Doa Fatimah Az-Zahra’ (sa) untuk Keperluan Dunia dan Akhirat
Doa Fatimah Az-Zahra’ (sa) Pagi dan Sore
Dampak Buruk Amarah dan Cara Praktis Pengobatannya
Penyakit Jiwa: Marah (Ghadhab) dan Pengendalian Amarah
Pengampunan Dosa Dengki (hasad)
Akibat-Akibat Buruk Bangga Diri dan Pengobatannya
Penyakit Jiwa: Bangga Diri dan Peringkatnya
Doa untuk Menangkal Sihir
Ayat-Ayat Al-Qur’an untuk Menangkal Sihir
Doa Keselamatan dari Badai
Penyakit Jiwa: Dengki dan Penyebabnya
Doa untuk Mencapai Hajat dan Keberkahan
Hari-Hari Baik dan Berkah Untuk Mulai Aktivitas dan Transaksi
Doa Penolak Bala’ dan Bencana
Dilengkapi teks arab, transliterasi arab-latin dan terjemahan
Hari-Hari Nahas untuk Mulai Aktivitas dan Transaksi
Doa dari Al-Qur’an untuk Pasangan Suami-Istri dan Keturunan
Cara Melacak Dua Macam Suara Halus dalam Hati
Doa dari Al-Qur’an untuk Orang Tua dan Anak
Shalat dan Doa untuk Menundukkan Lawan
Tips dan Doa untuk Sukses di Bidang Pertanian
5 Doa dari Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah)
 Shalat dan Doa untuk Mendapatkan Kemudahan Rejeki
 Doa Bakdah Shalat Fardhu
Tips dan Doa untuk Meraih Cinta Sejati
Tata Cara dan Doa Ziarah Kubur
Doa untuk Menghilangkan Tekanan Batin
 Doa untuk Orang Tua
 Akibat Berbakti kepada Orang Tua
Doa untuk Anak
Meraih Sukses Alami itu Indah
 Tips Menembus Hijab Pintu Rejeki
Tips Agar Rejeki yang Mencari Anda
 Wasiat Nabi saw tentang Hubungan suami-istri
10 Wasiat Nabi SAW untuk Mengusir Bisikan Setan, Jin dan Manusia
Kisah Isteri dan Harta pindah ke Tangan Orang lain
Rumah Idaman dalam Perhitungan Islami
Kesucian Jiwa dan Kesuksesan
Wassalam
Syamsuri Rifai
http://shalatdoa.blogspot.com
19.29 | 0 komentar | Read More

Kisah Kesabaran Nabi Muhammad ( Tanda-tanda kenabian dapat aku ketahui pada saat memandangi wajah Rasulullah )


Islami.co-Ini adalah sebuah cerita yang menggambarkan betapa kesabaran tingkat tinggi yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw. telah berhasil membuat seorang pendeta Yahudi memeluk Islam. Kisah ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Abdullah bin Salam r.a.

Suatu hari, ketika Rasulullah saw. keluar rumah bersama Ali bin Abu Thalib r.a., tiba-tiba beliau saw. kedatangan seseorang yang wajahnya mirip orang Badui yang sedang naik untanya. Orang itu berkata, "Wahai Rasulullah, di desaku di Bani Fulan ada beberapa orang yang telah masuk Islam. Akulah yang berdakwah kepada mereka supaya mereka masuk Islam. Sebelumnya harta mereka sangat melimpah, tapi sekarang mereka sedang ditimpa kekeringan dan kesulitan pangan. Wahai Rasulullah, aku khawatir jangan-jangan mereka keluar dari Islam karena ketamakan terhadap harta. Jika engkau sudi untuk membantu meringankan penderitaannya, aku siap melaksanakan apa saja perintah engkau sekehendakmu."
http://www.artislamic.com/3dd/b2/b-19.jpg
Zaid bin Sa'nah pun mendekati Rasulullah saw. seraya berkata, "Wahai Muhammad, sudikah engkau berhutang kurma sesuai jumlah yang engkau inginkan, yang sekarang masih berada di kebun Bani Fulan dengan tempo pembayaran sesuai dengan kesepakatan?"

Beliau saw. bersabda, "Tetapi engkau tidak boleh menyebut-nyebut kebun Bani Fulan."

"Baiklah", jawab Zaid bin Sa'nah.

Ketika Rasulullah saw. menyetujuinya, maka Zaid bin Sa'nah mengeluarkan kantong-kantong miliknya, kemudian dia memberikan pada Rasulullah saw. delapan takaran kurma yang akan dibayar sesuai kesepakatan. Beliau saw. berpesan kepada orang Badui itu, "Berbuatlah adil kepada mereka dan bantulah mereka."

Setelah waktu jatuh tempo itu kurang dua atau tiga hari lagi, Rasulullah saw. keluar rumah bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman serta beberapa orang sahabat lainnya untuk menshalatkan jenazah. Setelah selesai menshalatkan jenazah tersebut, ketika Rasulullah saw. bersandar di dinding, Zaid bin Sa'nah menarik jubah beliau saw. sambil memandangi beliau saw. dengan menunjukkan kemarahannya seraya berkata, "Hai Muhammad, tidakkah engkau akan memenuhi hakku? Demi Allah, kalian semua tentu telah mengetahui bahwa bani Abdul Muthallib memang suka mengulur-ulur waktu terhadap pembayaran hutang. Kami sudah tahu betul, karena kami sudah biasa bergaul dengan kalian."

Kemudian Zaid bin Sa'nah melihat kedua mata Umar yang bulat itu menjadi merah. Umar memandangi Zaid dengan berang. Rasulullah kemudian bersabda, "Wahai Umar, aku dan dia sudah bersepakat bahwa kita memerlukan cara yang baik untuk menyelesaikannya.Seharusnya engkau menyuruhku untuk segera melunasi hutangku kepadanya dan menyuruhnya untuk memperingatkan aku. Wahai Umar, penuhilah haknya dan tambahlah pembayarannya sebanyak dua puluh ikat sebagai ganti atas ketakutannya terhadap kemarahanmu."

Kemudian Umar pergi bersama Zaid dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. kepadanya. Zaid bin Sa'nah bertanya kepada Umar, "Wahai Umar, mengapa harus ada tambahan dua puluh ikat?" Umar menjawab, "Rasulullah saw. telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan tambahan dua puluh ikat sebagai ganti atas ulahku terhadapmu tadi."

Zaid bertanya lagi, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa aku?" "Tidak", jawab Umar. Zaid menjawab, "Aku adalah Zaid bin Sa'nah".

Kemudian Umar ganti bertanya, "Apakah engkau seorang pendeta Yahudi?" "Benar", jawab Zaid.

"Lalu apa yang menyebabkan engkau melakukan seperti itu terhadap Rasulullah saw.?", Umar kembali bertanya. Zaid kembali berkata, "Wahai Umar, tanda-tanda kenabian dapat aku ketahui pada saat memandangi wajah Rasulullah saw., kecuali dua perkara saja yang belum pernah aku ketahui sebelumnya, yaitu kesabaran beliau saw. ketika marah dan pada waktu beliau saw. harus marah tetapi malah bersabar. Sekarang aku telah mengetahui keduanya. Aku bersaksi di hadapanmu wahai Umar, bahwa aku telah ridha kepada Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagaiu nabi dan utusan Allah swt.. Aku juga berikrar kepadamu bahwa separuh milikku yang kebanyakan masih berupa uang aku serahkan sebagai shadaqah untuk umat Muhammad saw.."

Akhirnya Umar membawa Zaid bin Sa'nah kembali menemui Rasulullah saw. dan mengucapkan kalimat syahadat di hadapan beliau saw., dia juga menyatakan bai'atnya. Setelahnya, Zaid bin Sa'nah banyak terlibat dalam peristiwa penting bersama Rasulullah saw. hingga mati syahid dalam perang Tabuk.

Demikianlah, semoga menginspirasi dan bermanfaat.
11.10 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...