Kebetulan, pada tahun
2007 hingga tahun 2009, saya ditugaskan oleh Harian Kontan untuk meliput
di Istana Kepresidenan. Sebagai wartawan Istana, saya
dan rekan-rekan jurnalis bertemu Andi nyaris setiap hari. Maklumlah,
kala itu Andi adalah Jubir Presiden untuk urusan dalam negeri, sedangkan
Jubir Presiden untuk urusan luar negeri adalah Dino Pati Jalal.
Bang Andi, begitu ia
kami sapa, pembawaannya begitu berbeda dibandingkan Dino. Andi terlihat
lebih santai, sedangkan Dino terlihat agak jaim, mungkin karena ia adalah seorang diplomat. Dari cara bicara, saat menjadi Jubir, Andi lebih ceplas-ceplos.Ia kerap memberikan statement yang to the point. Beda
sekali dengan Julian Pasha, Jubir Presiden saat ini, yang terkesan
sangat hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan kepada wartawan.
Mudah-mudahan
Kompasianer masih ingat saat Andi Malarangeng menyindir Jusuf Kalla, ia
menyebut orang Makassar belum waktunya untuk jadi presiden. Ucapan Bang
Andi ketika itu menjadi kontroversi. Mungkin, latar belakang Andi
sebagai pengamat politik membuatnya sulit untuk jaim. Saat
menjadi jubir ia terlihat begitu ekspresif. Oya, saat menjadi Jubir ia
selalu menyapa para wartawan Istana dengan sebutan “bos”.
Selain dari gaya
bicaranya, satu hal yang masih saya ingat dari Bang Andi adalah cara dia
berjalan dan gerak tubuhnya. Menurut saya, Andi sangat berbeda dari
juru bicara atau humas kebanyakan. Jalannya relatif cepat dengan gerak
tubuh yang santai sekali. Berbeda dengan Dino yang cara jalannya
terkesan diatur dan ditata betul.
Sohor sebagai Pengamat Politik
Cara bicara Andi yang
ekspresif dan gerak tubuhnya yang terlihat santai, mungkin karena ia
mengawali karir sebagai dosen dan pengamat politik. Dulu, saat Andi
masih menjadi pengamat politik, setiap kali muncul di televisi kritiknya
cukup lugas, dan analisis politiknya bernas.
Sewaktu belajar
politik dan pemerintahan di Unpad, tahun 2000, saya cukup mengagumi Andi
Malarangeng. Ketika itu, ia adalah salah satu pengamat yang cukup
sering tampil di media, selain Arbi Sanit, Indria Samego, Indra Piliang,
Sukardi Rinakit, Ikrar Nusabakti, dan beberapa pengamat lain.
Tapi, setahun terakhir, sejak ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, Andi sangat berbeda. Ia tidak lagi ceplas-ceplos berbicara. Pembawaan dan gerak tubuhnya pun terkesan tidak lagi ekspresif. Wajar memang, sebab sengkarut Hambalang yang menderanya tergolong jumbo.
Namun, “perubahan”
Andi ini berbeda dengan rekan lawasnya di Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum. Andi terkesan lebih pasrah, sedangkan Anas terkesan
“melawan”.
Pagi tadi saya coba
melayangkan sebuah pesan singkat ke nomor Andi Malarangeng, entah
nomornya masih sama atau sudah berubah. Saya tulis: “Bang Andi bicaralah
apa adanya seperti dulu saat masih di Istana. Semoga Anda dapat
menemukan kebenaran di muka pengadilan”. Yohan Rubiyantoro, Wartawan
Istana Kepresidenan 2007 – 2009.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com