by: http://metro.kompasiana.com/2013/10/16/jokowi-bikin-monorel-regulasi-pembatasan-mobil-pribadi-dibuat-601123.html
Sebagai warga Jakarta, saya turut gembira saat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang beken dengan panggilan Jokowi meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking), pembangunan proyek monorel Jakarta di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 16 Oktober 2013.
Ini
adalah hari yang sangat bersejarah dalam era kemajuan transportasi di
Indonesia. Setelah menunggu selama lima tahun, akhirnya proyek angkutan
masal yang dulunya terbengkalai
akan segera dinikmati tahun 2016. Indonesia menuju babak baru,
mensejajarkan dirinya dengan negara-negara maju dalam memberikan
pelayanan transportasi massal terbaik bagi warganya.
Namun
pekerjaan mengurai kemacetan dari Gubernur DKI Jakarta Jokowi tidak
akan selesai begitu saja setelah monorel dibangun. Menurut saya, jika
pembangunan monorel tidak disertai dengan regulasi pembatasan kendaraan pribadi secara tegas, maka Jakarta akan tetap macet. Mengapa? Orang kaya akan tambah bersemangat menambah satu mobil pribadinya lagi. Soalnya enak sih…kan Jakarta sudah tidak macet lagi.
Awalnya
memang berkat keberadaan monorel Jakarta dapat sedikit terbebas dari
kemacetan total. Namun seiring terus bertumbuhnya animo pembelian
kendaraan pribadi, maka Jakarta di masa mendatang akan kembali macet.
Penyebabnya adalah membludaknya mobil pribadi yang mengakses jalan-jalan
di Jakarta.
Dengan
demikian monorel tidak menjamin Jakarta bebas macet jika tidak disertai
dengan regulasi pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi. Contohnya
saja Thailand. Negara ini sudah lebih dahulu mempunyai monorel dan
bahkan MRT. Namun jika berkunjung ke negara tersebut, hampir di semua
jalan tetap dijumpai kemacetan lalu lintas yang di dominasi oleh
kendaraan/mobil pribadi.
Menurut data
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan kendaraan
roda empat di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 23-24
juta unit mobil. Pada tahun 2011, penjualan mobil pribadi ini bertambah secara fantastis sebanyak 745.699 unit. Jadi animo kepemilikan mobil
pribadi bakal terus bertambah seiring dengan meningkatnya kemakmuran
ekonomi bagi sekelompok orang tertentu atau ‘dinasty’ tertentu.
Beda
dengan negara tetangga terdekat kita Singapura. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, Singapura adalah negara yang juga menyediakan moda
transpotasi monorel bagi warganya. Kebijakan pembangunan monorel di
Singapura disertai dengan kebijakan regulasi pembatasan kendaraan
pribadi.
Sebab
untuk apa pemerintah mengusahakan monorel jika pada akhirnya sarana ini
tidak digunakan secara makasimal secara menyeluruh bagi warganya. Maka,
pemerintah Singapura telah mengeluarkan regulasi pemilikan kendaraan
pribadi yang isinya sangat keras dan tegas. Regulasi ini berdampak secara nyata dengan minimnya orang Singapura yang berkeinginan memiliki mobil pribadi.
Pemerintah
Singapura tidak memberi kemudahan bagi warganya yang hendak membeli
mobil pribadi. Kepemilikan kendaraan pribadi ini oleh pemerintah
Singapura dibatasi berbagai macam cara, salah satunya pajak kepemilikan
mobil yang sangat teramat mahal.
Singapura juga menerapkan kebijakan sistem kuota (vehicle quota system).
Kebijakan ini tidak mengizinkan kepemilikan mobil-mobil tua. Artinya
setiap lima tahun sekali, pemilik mobil pribadi harus mengganti mobilnya
dengan mobil yang baru. Mobil-mobil usia tua tidak boleh
diperjualbelikan di Singapura. Kuota kepemilikan mobil baru dibatasi, hanya lima tahun sekali.
Selain itu, pemerintah Singapura juga menerapkan Electronic Road Pricing (ERP). Dengan sistem ERP, pemilik mobil harus
menyiapkan dana sangat untuk perlintasan kendaraannya. Oleh karena itu,
masyarakat Singapura berpikir beribu kali jika ingin memiliki mobil
karena pengetatan dari berbagai lini tersebut. Lebih baik naik monorel, deh!
Di Singapura, bagi warganya yang ingin membeli mobil untuk urusan berdagang pun sangat luar
biasa ketatnya. Mereka diwajibkan memiliki izin resmi dari pemerintah
sebelum membeli motor/mobil. Pengurusan izin di pemerintah pun sangat
sulit dan ketat, tidak ada istilahnya sogok menyogok.
Selain
faktor-faktor diatas yang membuat orang Singapura yang kaya sekali pun
enggan membeli mobil adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sangat mahal. Sebab Pemerintah Singapura tidak memberikan sesen pun untuk mensubsidi BBM.
Intinya,
Jokowi mulai saat ini harus memikirkan regulasi yang ketat untuk
membatasi kepemilikan kendaraan pribadi guna mendukung suksesnya
keberadaan monorel sebagai moda transportasi massal di Jakarta.
Transportasi massal harus segera diwujudkan, di sisi lain penjualan
mobil pribadi tetap perlu pembatasan yang setegas-tegasnya.
Nah, siapa saja yang sudah pasti menggunakan moda transpotasi monorel di Jakarta ini?
1. Pengguna terbanyak tentulah warga Jakarta yang tidak memiliki kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor.2. Di urutan kedua adalah para pemilik sepeda motor yang beralih pada layanan monorel dengan alasan monorel lebih nyaman, aman, dan santai.
3. Pemilik
mobil pribadi yang hanya memiliki 1 buah mobil, tetapi masing-masing
anggota keluarganya mempunyai rute bepergian yang berbeda jalur satu
dengan yang lainnya. Jadi sangat tidak mungkin hanya dengan satu mobil
saja bisa memenuhi kebutuhan tarnspotasi keluarga. Contoh: Sesuai jadwal
rutin. Suami pergi ke kantor, anak tertua ke kampus, anak kedua di SMU,
anak ke tiga SMP, dan si istri mengantarkan mertua yang berumur 70 tahun kontrol kesehatan di rumah sakit. Mana
yang lebih membutuhkan kendaraan pribadi? Ya jawabnya semua harus
mengalah pada jadwal kunjungan rumah sakit si nenek mengingat usianya
sudah 70 tahun dan tidak mungkin naik monorel.
Nah, jika tidak ada regulasi pembatasan kepemilikan mobil pribadi,
andaikan dalam keluarga tersebut mereka memiliki lebih dari satu mobil
atau bahkan masing-masing anggota keluarganya dibelikan mobil, apakah
dijamin mereka akan naik monorel? Oh tentu tidak bukan? Mereka pasti
menuju tempat aktivitasnya dengan mobil pribadi.
Bila monorel sudah berfungksi di Jakarta, maka keluarga-keluarga kaya di Jakarta yang memiliki
kendaraan lebih dari dua akan semakin rajin memakai kendaraan pribadi.
Mengapa? Soalnya nyaman sih, bukankah Jakarta sudah tidak macet lagi.
Alhasil, melihat jalan yang sudah tidak macet ini, akan semakin
menimbulkan keinginan orang-orang kaya membeli beberapa kendaraan
pribadi.
Betul
di Jakarta banyak warganya yang miskin, tetapi jangan lupa, hampir
semua orang kaya raya yang ada di seluruh Indonesia mempunyai rumah di
Jakarta. Selama berada di ibukota negara, kemana pun orang kaya pergi,
pastilah pakai mobil pribadi. Sebab sampai saat ini, bagi banyak orang,
mereka memandang bawa mobil adalah lambang prestisius, lambang kemakmuran hidup seseorang.
Ayo Jokowi, segera desak pemerintah pusat untuk bekerjasama membuat
regulasi pembatasan kepemilikan mobil pribadi yang sangat ketat di
wilayah Jakarta! (Puri Areta)
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com