Kesan dari Memberikan Materi tentang Aliran Sesat dalam Penataran para Da’i
Oleh: Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Di tengah hiruk pikuk berita tentang mengamuknya aliran sesat LDII di Masjid Al-Hijri UIKA Bogor hingga mereka dilaporkan ke polisi, sedangkan MUI serta umat Islam bertekad agar kasus mengamuknya LDII di Masjid itu diproses secara hukum hingga tuntas; saya diundang untuk memberikan materi dalam penataran para da’i. Materinya adalah tentang aliran sesat.
Penataran diselenggarakan oleh yayasan di lingkungan Angkasa Pura II Cengkareng (Masjid Nurul Barkah) dengan peserta para da’i dari 5 kecamatan di sekitar Bandara Cengkareng Tengerang Banten. Tempat penataran atau diklat untuk para da’i ini di Bukit Emas, Wisma Angkasa Pura II, di Cimacan – Pacet Cianjur Jawa Barat. Di daerah yang cukup sejuk itu saya diminta untuk menyampaikan materi tentang aliran sesat dan musykilat (problema) da’wah dan da’iyah (juru da’wah), Rabu 10 Sya’ban 1434H/ 19 Juni 2013.
Aliran sesat yang perlu dibahas tentu saja cukup banyak. Sedangkan waktu hanya satu setengah jam setelah ‘ashar ditambah tanya jawab setengah jam ba’da maghrib. Kemudian materi musykilat da’wah dilaksanakan ba’da ‘isya’ sampai hampir pukul 22.00 WIB.
Menurut panitia, sejak pagi para da’i itu sudah disuguhi materi secara maraton. Bahkan sampai menjelang jam yang harus saya isi pun mereka masih ditatar. Sehingga secara kemampuan fisik, tentunya para da’i itu sudah lelah pula. Namun tampaknya mereka tetap segar dan bersemangat dengan pertolongan Allah, dan lantaran kebanyakan mereka masih muda serta semangatnya pun tampak bagus, maka acara pun berjalan lancar. Alhamdulillah.
Sebenarnya membahas aliran sesat bukanlah masalah ringan. Perlu konsentrasi. Tidak bisa hanya menggunakan sisa-sisa tenaga yang sudah lelah. Oleh karena itu, selaku pembicara mesti harus menyajikannya dengan cara “ekstra”. Ustadz Jaya yang alumni Mesir memandunya dengan cukup familiar, hingga berlangsunglah pembahasan aliran sesat dengan lancar. Alhamdulillah.
Pada intinya, mereka diberi materi yang secara sekilas tampak ringan. Dibandingkanlah antara aliran sesat Ahmadiyah, Syi’ah, LDII, dan Liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme).
Barisan sesat Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII itu berlawanan secara total dengan faham sesat liberal. Yang satu pihak (Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII) adalah ekstrim ketat, siapa saja selain golongannya maka kafir. Di lain pihak, yakni liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme) adalah kebalikannya, yaitu golongan bahkan agama apa saja semuanya akan masuk surga. Jadi yang satu ekstrim ketat, sedang yang lain ekstrim longgar.
Namun ternyata mereka « bersatu » dukung mendukung. Hingga kaum liberal mendukung aliran-aliran sesat (yang justru pada hakekatnya adalah lawannya itu). Kaum liberal mendukung Ahmadiyah, padahal liberal itu sendiri dikafirkan oleh Ahmadiyah. Bahkan belum lama ini gurunya dedengkot liberal Ulil yakni Fran Magnis Suseno dari Pendeta Kristen Jesuit membela aliran sesat Syi’ah dan Ahmadiyah. Itulah bukti sebagaimana dalam Islam dikenal bahwa alkufru millah waahidah (kekafiran itu adalah agama yang satu/ sama).
Secara sifat pun aliran sesat itu ketika diperbandingkan, maka kesamaannya sangat kentara. Ahmadiyah memiliki nabi (palsu) Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Siapa yang tidak beriman kepadanya maka kafir. Istilah nabi dalam Ahmadiyah itu kalau di Syiah namanya imam. Siapa yang tidak beriman kepada imam-imam syiah maka kafir. Demikian pula aliran sesat LDII. Istilah nabi atau fungsi dari nabi itu dipegang oleh yang mereka sebut Amir. Maka yang tidak berbaiat kepada amir LDII alias selain golongan LDII adalah kafir. (Itu sudah dibuktikan oleh mantan LDII dan FRIH-nya, di antara buktinya adalah pidato Ketua Umum LDII Abdullah Syam berisi tentang itu, menurut Adam dan FRIH. Dalam masalah kesesatan LDII ini, pihak pemimpin LDII sudah berkali-kali ditantang mubahalah, namun belum pernah terjadi. Apa itu mubahalah? Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya dijelaskan: Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).)
Dari perbandingan itu, maka dapat dilihat, aliran sesat yang tiga itu pada dasarnya mereka memfungsikan pemimpinnya secara ghuluw (berlebihan) hingga diposisikan seolah sebagai nabi. Hanya saja, yang terang-terangan adalah Ahmadiyah, meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Yang lain yakni syiah, lafal “nabi” atau yang difungsikan sebagai nabi itu disebut imam, tetapi disifati maksum. Tetapi fungsinya sama, yakni untuk mengkafirkan siapa saja yang tidak mengimani imam syiah. Namun karena hanya disebut Imam, maka umat Islam tidak mudah untuk langsung mengerti bahwa itu sesat (karena tidak disebut nabi). Jadi tipuannya lebih lihai dibanding Ahmadiyah.
Demikian pula LDII yang hanya menyebut pemimpinnya Amir, padahal pemfungsiannya hampir sama dengan Ahmadiyah walau tidak mengaku mendapatkan wahyu, hanya wajib manqul (pemaknaan ayat dan hadits wajib hanya menukil) kepada Amir mereka. Maka siapa saja yang ilmunya tidak manqul kepada Amir mereka dianggap tidak sah. Ini lebih rumit lagi bagi yang awam, sehingga kurang faham bahwa itu sesat. Padahal pada hakekatnya mirip Ahmadiyah hanya lebih lihai lagi. Ujung-ujungnya sama, mengkafirkan selain jamaahnya. Hanya saja cara-caranya berbeda-beda.
Dengan cara perbandingan semacam itu, para da’I yang sudah seharian ditatar dari pagi itu ternyata tetap bersemangat sampai hampir pukul 22 malam.
Ketika malam itu pemberian meteri telah selesai, mereka pun menyalami pembicara dan para pemandu yakni Ustadz Jaya dan Ustadz Syauqi, lalu satu persatu berjalan menuju kamar masing-masing untuk istirahat. Waktu shubuh, para da’i itupun berjama’ah shubuh disertai para murid madrasah yang tampaknya mereka di gedung yang lain juga mendapatkan bimbingan dari gurunya sambil berekreasi di daerah yang sejuk itu di masa menjelang liburan sekolah.
Demikianlah sekelumit kesan dari menatar para da’i dengan materi tentang aliran sesat, di saat sedang ramainya masalah aliran sesat, di antaranya aliran sesat LDII sedang dilaporkan ke polisi karena mengamuk dan mengadakan perusakan di masjid Al-Hijri UIKA Bogor.
Antara Aliran Sesat Syiah, Ahmadiyah dan LDII Vs JIL
Kesan dari Memberikan Materi tentang Aliran Sesat dalam Penataran para Da’i
Oleh: Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Di
tengah hiruk pikuk berita tentang mengamuknya aliran sesat LDII di
Masjid Al-Hijri UIKA Bogor hingga mereka dilaporkan ke polisi, sedangkan
MUI serta umat Islam bertekad agar kasus mengamuknya LDII di Masjid
itu diproses secara hukum hingga tuntas; saya diundang untuk memberikan
materi dalam penataran para da’i. Materinya adalah tentang aliran
sesat.
Penataran
diselenggarakan oleh yayasan di lingkungan Angkasa Pura II Cengkareng
(Masjid Nurul Barkah) dengan peserta para da’i dari 5 kecamatan di
sekitar Bandara Cengkareng Tengerang Banten. Tempat penataran atau
diklat untuk para da’i ini di Bukit Emas, Wisma Angkasa Pura II, di
Cimacan – Pacet Cianjur Jawa Barat. Di daerah yang cukup sejuk itu saya
diminta untuk menyampaikan materi tentang aliran sesat dan musykilat
(problema) da’wah dan da’iyah (juru da’wah), Rabu 10 Sya’ban 1434H/ 19
Juni 2013.
Aliran
sesat yang perlu dibahas tentu saja cukup banyak. Sedangkan waktu hanya
satu setengah jam setelah ‘ashar ditambah tanya jawab setengah jam ba’da
maghrib. Kemudian materi musykilat da’wah dilaksanakan ba’da ‘isya’
sampai hampir pukul 22.00 WIB.
Menurut
panitia, sejak pagi para da’i itu sudah disuguhi materi secara maraton.
Bahkan sampai menjelang jam yang harus saya isi pun mereka masih
ditatar. Sehingga secara kemampuan fisik, tentunya para da’i itu sudah
lelah pula. Namun tampaknya mereka tetap segar dan bersemangat dengan
pertolongan Allah, dan lantaran kebanyakan mereka masih muda serta
semangatnya pun tampak bagus, maka acara pun berjalan lancar.
Alhamdulillah.
Sebenarnya
membahas aliran sesat bukanlah masalah ringan. Perlu konsentrasi. Tidak
bisa hanya menggunakan sisa-sisa tenaga yang sudah lelah. Oleh karena
itu, selaku pembicara mesti harus menyajikannya dengan cara “ekstra”.
Ustadz Jaya yang alumni Mesir memandunya dengan cukup familiar, hingga
berlangsunglah pembahasan aliran sesat dengan lancar. Alhamdulillah.
Pada
intinya, mereka diberi materi yang secara sekilas tampak ringan.
Dibandingkanlah antara aliran sesat Ahmadiyah, Syi’ah, LDII, dan Liberal
(sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme).
Barisan
sesat Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII itu berlawanan secara total dengan
faham sesat liberal. Yang satu pihak (Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII)
adalah ekstrim ketat, siapa saja selain golongannya maka kafir. Di lain
pihak, yakni liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan
multikulturalisme) adalah kebalikannya, yaitu golongan bahkan agama apa
saja semuanya akan masuk surga. Jadi yang satu ekstrim ketat, sedang
yang lain ekstrim longgar.
Namun
ternyata mereka « bersatu » dukung mendukung. Hingga kaum liberal
mendukung aliran-aliran sesat (yang justru pada hakekatnya adalah
lawannya itu). Kaum liberal mendukung Ahmadiyah, padahal liberal itu
sendiri dikafirkan oleh Ahmadiyah. Bahkan belum lama ini gurunya
dedengkot liberal Ulil yakni Fran Magnis Suseno dari Pendeta Kristen
Jesuit membela aliran sesat Syi’ah dan Ahmadiyah. Itulah bukti
sebagaimana dalam Islam dikenal bahwa alkufru millah waahidah (kekafiran itu adalah agama yang satu/ sama).
Secara
sifat pun aliran sesat itu ketika diperbandingkan, maka kesamaannya
sangat kentara. Ahmadiyah memiliki nabi (palsu) Mirza Ghulam Ahmad
(1835-1908). Siapa yang tidak beriman kepadanya maka kafir. Istilah
nabi dalam Ahmadiyah itu kalau di Syiah namanya imam. Siapa yang tidak
beriman kepada imam-imam syiah maka kafir. Demikian pula aliran sesat
LDII. Istilah nabi atau fungsi dari nabi itu dipegang oleh yang mereka
sebut Amir. Maka yang tidak berbaiat kepada amir LDII alias selain
golongan LDII adalah kafir. (Itu sudah dibuktikan oleh mantan LDII dan
FRIH-nya, di antara buktinya adalah pidato Ketua Umum LDII Abdullah Syam
berisi tentang itu, menurut Adam dan FRIH. Dalam masalah kesesatan LDII
ini, pihak pemimpin LDII sudah berkali-kali ditantang mubahalah, namun
belum pernah terjadi. Apa itu mubahalah? Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya
dijelaskan: Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah
masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).)
Dari
perbandingan itu, maka dapat dilihat, aliran sesat yang tiga itu pada
dasarnya mereka memfungsikan pemimpinnya secara ghuluw (berlebihan)
hingga diposisikan seolah sebagai nabi. Hanya saja, yang terang-terangan
adalah Ahmadiyah, meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Yang lain
yakni syiah, lafal “nabi” atau yang difungsikan sebagai nabi itu disebut
imam, tetapi disifati maksum. Tetapi fungsinya sama, yakni untuk
mengkafirkan siapa saja yang tidak mengimani imam syiah. Namun karena
hanya disebut Imam, maka umat Islam tidak mudah untuk langsung mengerti
bahwa itu sesat (karena tidak disebut nabi). Jadi tipuannya lebih lihai
dibanding Ahmadiyah.
Demikian
pula LDII yang hanya menyebut pemimpinnya Amir, padahal pemfungsiannya
hampir sama dengan Ahmadiyah walau tidak mengaku mendapatkan wahyu,
hanya wajib manqul (pemaknaan ayat dan hadits wajib hanya menukil)
kepada Amir mereka. Maka siapa saja yang ilmunya tidak manqul kepada
Amir mereka dianggap tidak sah. Ini lebih rumit lagi bagi yang awam,
sehingga kurang faham bahwa itu sesat. Padahal pada hakekatnya mirip
Ahmadiyah hanya lebih lihai lagi. Ujung-ujungnya sama, mengkafirkan
selain jamaahnya. Hanya saja cara-caranya berbeda-beda.
Dengan
cara perbandingan semacam itu, para da’I yang sudah seharian ditatar
dari pagi itu ternyata tetap bersemangat sampai hampir pukul 22 malam.
Ketika
malam itu pemberian meteri telah selesai, mereka pun menyalami pembicara
dan para pemandu yakni Ustadz Jaya dan Ustadz Syauqi, lalu satu persatu
berjalan menuju kamar masing-masing untuk istirahat. Waktu shubuh, para
da’i itupun berjama’ah shubuh disertai para murid madrasah yang
tampaknya mereka di gedung yang lain juga mendapatkan bimbingan dari
gurunya sambil berekreasi di daerah yang sejuk itu di masa menjelang
liburan sekolah.
Demikianlah
sekelumit kesan dari menatar para da’i dengan materi tentang aliran
sesat, di saat sedang ramainya masalah aliran sesat, di antaranya aliran
sesat LDII sedang dilaporkan ke polisi karena mengamuk dan mengadakan
perusakan di masjid Al-Hijri UIKA Bogor.
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2013/06/21/25394/antara-aliran-sesat-syiah-ahmadiyah-dan-ldii-vs-jil/#sthash.uA4PTTNn.dpufAntara Aliran Sesat Syiah, Ahmadiyah dan LDII Vs JIL
Kesan dari Memberikan Materi tentang Aliran Sesat dalam Penataran para Da’i
Oleh: Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Di
tengah hiruk pikuk berita tentang mengamuknya aliran sesat LDII di
Masjid Al-Hijri UIKA Bogor hingga mereka dilaporkan ke polisi, sedangkan
MUI serta umat Islam bertekad agar kasus mengamuknya LDII di Masjid
itu diproses secara hukum hingga tuntas; saya diundang untuk memberikan
materi dalam penataran para da’i. Materinya adalah tentang aliran
sesat.
Penataran
diselenggarakan oleh yayasan di lingkungan Angkasa Pura II Cengkareng
(Masjid Nurul Barkah) dengan peserta para da’i dari 5 kecamatan di
sekitar Bandara Cengkareng Tengerang Banten. Tempat penataran atau
diklat untuk para da’i ini di Bukit Emas, Wisma Angkasa Pura II, di
Cimacan – Pacet Cianjur Jawa Barat. Di daerah yang cukup sejuk itu saya
diminta untuk menyampaikan materi tentang aliran sesat dan musykilat
(problema) da’wah dan da’iyah (juru da’wah), Rabu 10 Sya’ban 1434H/ 19
Juni 2013.
Aliran
sesat yang perlu dibahas tentu saja cukup banyak. Sedangkan waktu hanya
satu setengah jam setelah ‘ashar ditambah tanya jawab setengah jam ba’da
maghrib. Kemudian materi musykilat da’wah dilaksanakan ba’da ‘isya’
sampai hampir pukul 22.00 WIB.
Menurut
panitia, sejak pagi para da’i itu sudah disuguhi materi secara maraton.
Bahkan sampai menjelang jam yang harus saya isi pun mereka masih
ditatar. Sehingga secara kemampuan fisik, tentunya para da’i itu sudah
lelah pula. Namun tampaknya mereka tetap segar dan bersemangat dengan
pertolongan Allah, dan lantaran kebanyakan mereka masih muda serta
semangatnya pun tampak bagus, maka acara pun berjalan lancar.
Alhamdulillah.
Sebenarnya
membahas aliran sesat bukanlah masalah ringan. Perlu konsentrasi. Tidak
bisa hanya menggunakan sisa-sisa tenaga yang sudah lelah. Oleh karena
itu, selaku pembicara mesti harus menyajikannya dengan cara “ekstra”.
Ustadz Jaya yang alumni Mesir memandunya dengan cukup familiar, hingga
berlangsunglah pembahasan aliran sesat dengan lancar. Alhamdulillah.
Pada
intinya, mereka diberi materi yang secara sekilas tampak ringan.
Dibandingkanlah antara aliran sesat Ahmadiyah, Syi’ah, LDII, dan Liberal
(sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan multikulturalisme).
Barisan
sesat Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII itu berlawanan secara total dengan
faham sesat liberal. Yang satu pihak (Ahmadiyah, Syi’ah,dan LDII)
adalah ekstrim ketat, siapa saja selain golongannya maka kafir. Di lain
pihak, yakni liberal (sekulerisme, inklusifisme, pluralism agama, dan
multikulturalisme) adalah kebalikannya, yaitu golongan bahkan agama apa
saja semuanya akan masuk surga. Jadi yang satu ekstrim ketat, sedang
yang lain ekstrim longgar.
Namun
ternyata mereka « bersatu » dukung mendukung. Hingga kaum liberal
mendukung aliran-aliran sesat (yang justru pada hakekatnya adalah
lawannya itu). Kaum liberal mendukung Ahmadiyah, padahal liberal itu
sendiri dikafirkan oleh Ahmadiyah. Bahkan belum lama ini gurunya
dedengkot liberal Ulil yakni Fran Magnis Suseno dari Pendeta Kristen
Jesuit membela aliran sesat Syi’ah dan Ahmadiyah. Itulah bukti
sebagaimana dalam Islam dikenal bahwa alkufru millah waahidah (kekafiran itu adalah agama yang satu/ sama).
Secara
sifat pun aliran sesat itu ketika diperbandingkan, maka kesamaannya
sangat kentara. Ahmadiyah memiliki nabi (palsu) Mirza Ghulam Ahmad
(1835-1908). Siapa yang tidak beriman kepadanya maka kafir. Istilah
nabi dalam Ahmadiyah itu kalau di Syiah namanya imam. Siapa yang tidak
beriman kepada imam-imam syiah maka kafir. Demikian pula aliran sesat
LDII. Istilah nabi atau fungsi dari nabi itu dipegang oleh yang mereka
sebut Amir. Maka yang tidak berbaiat kepada amir LDII alias selain
golongan LDII adalah kafir. (Itu sudah dibuktikan oleh mantan LDII dan
FRIH-nya, di antara buktinya adalah pidato Ketua Umum LDII Abdullah Syam
berisi tentang itu, menurut Adam dan FRIH. Dalam masalah kesesatan LDII
ini, pihak pemimpin LDII sudah berkali-kali ditantang mubahalah, namun
belum pernah terjadi. Apa itu mubahalah? Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya
dijelaskan: Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah
masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).)
Dari
perbandingan itu, maka dapat dilihat, aliran sesat yang tiga itu pada
dasarnya mereka memfungsikan pemimpinnya secara ghuluw (berlebihan)
hingga diposisikan seolah sebagai nabi. Hanya saja, yang terang-terangan
adalah Ahmadiyah, meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Yang lain
yakni syiah, lafal “nabi” atau yang difungsikan sebagai nabi itu disebut
imam, tetapi disifati maksum. Tetapi fungsinya sama, yakni untuk
mengkafirkan siapa saja yang tidak mengimani imam syiah. Namun karena
hanya disebut Imam, maka umat Islam tidak mudah untuk langsung mengerti
bahwa itu sesat (karena tidak disebut nabi). Jadi tipuannya lebih lihai
dibanding Ahmadiyah.
Demikian
pula LDII yang hanya menyebut pemimpinnya Amir, padahal pemfungsiannya
hampir sama dengan Ahmadiyah walau tidak mengaku mendapatkan wahyu,
hanya wajib manqul (pemaknaan ayat dan hadits wajib hanya menukil)
kepada Amir mereka. Maka siapa saja yang ilmunya tidak manqul kepada
Amir mereka dianggap tidak sah. Ini lebih rumit lagi bagi yang awam,
sehingga kurang faham bahwa itu sesat. Padahal pada hakekatnya mirip
Ahmadiyah hanya lebih lihai lagi. Ujung-ujungnya sama, mengkafirkan
selain jamaahnya. Hanya saja cara-caranya berbeda-beda.
Dengan
cara perbandingan semacam itu, para da’I yang sudah seharian ditatar
dari pagi itu ternyata tetap bersemangat sampai hampir pukul 22 malam.
Ketika
malam itu pemberian meteri telah selesai, mereka pun menyalami pembicara
dan para pemandu yakni Ustadz Jaya dan Ustadz Syauqi, lalu satu persatu
berjalan menuju kamar masing-masing untuk istirahat. Waktu shubuh, para
da’i itupun berjama’ah shubuh disertai para murid madrasah yang
tampaknya mereka di gedung yang lain juga mendapatkan bimbingan dari
gurunya sambil berekreasi di daerah yang sejuk itu di masa menjelang
liburan sekolah.
Demikianlah
sekelumit kesan dari menatar para da’i dengan materi tentang aliran
sesat, di saat sedang ramainya masalah aliran sesat, di antaranya aliran
sesat LDII sedang dilaporkan ke polisi karena mengamuk dan mengadakan
perusakan di masjid Al-Hijri UIKA Bogor.
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2013/06/21/25394/antara-aliran-sesat-syiah-ahmadiyah-dan-ldii-vs-jil/#sthash.uA4PTTNn.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com