Saat itu, ia dan peserta baiat bertekad akan gugur sebagai syahid. Rasulullah kemudian menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.”
Kecintaan Nusaibah kepada Nabi Muhammad tak perlu diragukan lagi. Ini terbukti dalam beberapa perang yang diikutinya seperti perang Uhud, Hudaibiyah, Hunain dan Yamamah.
Ketika perang Uhud meletus dan para prajurit tak lagi mengindahkan ketetapan Rasul hingga mereka terbirit-birit lari dari pertempuran, Nusaibah malah terjun langsung ke arena peperangan.
Mulanya ia datang membawa air untuk tentara. Namun ia melihat Rasululah tengah melawan musuh tanpa perisai. Kepada tentara yang lari menjauh karena silau dengan harta rampasan perang Nabi berseru, “Berikanlah perisaimu pada yang ingin berperang!”
Si tentara kemudian melempar perisainya. Tanpa pikir panjang, Nusaibah langsung memungut perisai itu. Dalam sekejap ia sudah berdiri untuk melindungi Rasulullah.
Hingga Rasulullah pun bersabda, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”
Ya, bak prajurit sungguhan, perempuan rupawan itu berperang dengan pedang dan panah hingga tubuhnya dipenuhi luka.
Bukan hanya dirinya, buah hati Nusaibah, Hubaib bin Zaid bin Ahsim juga menjadi korban kekejaman saat membela Rasulullah. Ia diutus Nabi saw untuk menyampaikan surat kepada Musailamah Al-Kazab. Namun, pendusta yang mengaku nabi itu malah menyiksa Hubaib.
Alasannya, saat dipaksa untuk mengakui Musailamah sebagai nabi, Hubaib tetap teguh mengatakan bahwa Muhammad saw adalah rasul sebenarnya. Musailamah geram dan menyiksanya lebih kejam sampai memotong tubuh Hubaib hingga ia mati syahid.
Mendengar nama Rasulullah tercemar dan anaknya terbunuh, darah Nusaibah mendidih. Ia bernadzar tidak akan mandi sebelum ia bisa membunuh Musailamah.
Maka ketika pecah perang Yamamah, Nusaibah langsung mendaftarkan diri dan berdiri di barisan terdepan bersama Khalid bin Walid dan Abdullah bin Zaid bin Ahsim, putranya yang lain.
Bagai singa kelaparan yang siap menerkam mangsanya, Nusaibah melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah lawan sehingga tangannya tertebas pedang lawan.
Saat itu Nusaibah berkata “Tanganku terpotong pada hari peperangan Yamamah, padahal aku sangat ingin membunuh Musailamah. Tidak ada yang dapat melarangku sehingga aku melihat anakku, Abdullah bin Zaid, mengusap pedangnya dengan pakaiannya, lalu aku berkata kepadanya, “Engkaukah yang membunuhnya (Musailamah, red)?”
Ia menjawab “Ya”. Kemudian, Nusaibah pun bersujud syukur kepada Allah swt. (ummi-online)
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com