skip to main |
skip to sidebar
KISAH PENYAKIT MISTERIUS: 5 Tahun Bergelut dengan Penyakit yang Dikirim Orang ( Tulisan ini didedikasikan kepada almarhum sepupu perempuan saya yang meninggal 3 tahun yang lalu karena penyakitnya yang tak diketahui )
by: http://sosok.kompasiana.com/2013/11/04/5-tahun-bergelut-dengan-penyakit-yang-di-kirim-orang-605085.html
Tulisan
ini didedikasikan kepada almarhum sepupu perempuan saya yang meninggal 3
tahun yang lalu karena penyakitnya yang tak diketahui, kami terus
berdoa kamu kekal abadi bersama dengan-Nya di sana.
Tanah kelahiran saya, yaitu Sumarorong Kabupaten
Mamasa (Sulbar) sangat terkenal dengan ilmu-ilmu magisnya dan
tradisinya yang unik, bahkan beberapa tahun yang lalu di daerah saya
orang bisa menjalankan orang mati (mayat) dengan
hanya membaca mantra dan mungkin sampai sekarang pewaris ilmu-ilmu
demikian masih ada, selain ilmu menjalankan mayat masih banyak ilmu-ilmu
yang lain seperti ilmu hitam yang mencelakai orang hingga meninggal
dunia.
Tulisan
ini jujur bagi penulis sangat berat untuk merangkainya dalam sebuah
tulisan namun ini sebagai bagian dari cara penulis mengenang salah satu
sanak keluargaku sebut saja Y yang pada akhirnya menutup usia karena
penyakitnya yang tak kunjung sembuh selama 5 tahun diderita, sebuah
penyakit yang benar-benar mengerikan. Dokter yang paling terkenal di
makasar sekalipun hanya bisa geleng-geleng kepala saat keluargaku
memberi kepercayaan untuk menanganinya. Masih teringat saat mendiang
masih dalam keadaan sehat ia terakhir bertemu dengan saya waktu saya
duduk di bangku SMP kelas 3 dan ia juga masih kerja di Makassar, ia pun
bertemu dengan saya karena kebetulan ada acara keluarga di kampung
sehingga mengambil cuti kerja. Kalau tidak salah ia di kampung hanya 1 minggu. Habis itu ia lalu pulang ke Makassar kembali. Singkat cerita tak terasa 2 bulan
setelah ia pulang ke Makassar keluarga dapat kabar kalau si Y sakit dan
mau pulang ke kampung tapi waktu itu si Y masih kuat. Sakitnya masih
bisa kompromi. Akhirnya ia memutuskan pulang ke kampung. Setelah 8 jam
di bus menempuh perjalanan dari Makassar ke kampung halaman, akhirnya si
Y pun tiba, dan ia langsung ke rumah saudara yang kebetulan dekat dari
rumah penulis.
Setelah
sampai di kampung, si Y melakukan pengobatan medis dengan obat RS
seadanya karena dipikirnya itu penyakit biasa-biasa saja karena badannya
hanya panas. Setelah 3 hari mengonsumsi obat dari dokter, ternyata
tidak ada perubahan, malah panasnya ke seluruh tubuh dan ia pun sering
gemetaran. Keluarga pun mulai panik melihat kondisi si Y. Akhirnya
diputuskan untuk rawat inap. Setelah 2 hari rawat inap, setelah
diperiksa ternyata kondisi badan si Y normal, tapi anehnya ia merasakan
panas yang luar biasa. Keluarga pun dibuat resah dengan keadaan itu,
resah bercampur bingung memikirkan langkah selanjutnya. Akhirnya si Y
bilang kita keluar saja. Keluarga pun mengiyakan. Akhirnya ia dibawa
pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, beberapa keluarga sudah
mulai membicarakan proses pengobatan si Y. Banyak ide yang mulai
bermunculan, termasuk pengobatan lewat orang tua-tua (sejenis dukun).
Juga ada yang menyarankan dibawa ke Makassar kembali ke RS yang elit.
Akhirnya keluarga memutuskan
melakukan pengobatan orang tua-tua sementara. Yang memberikan pengobatan
tersebut adalah nenek dari keluarga kami juga. Alhasil beberapa hari ia
merasakan sedikit nyaman panasnya sudah mulai berkurang.
Hanya
berselang beberapa hari saja merasakan kenyamanan penyakit itu kambuh
lagi dan katanya badan dia tiba-tiba semakin panas dan rasa panas itu
berpindah-pindah serasa ada yang mengendalikan bola panas di dalam
tubuhnya. Mendengar pernyataan itu keluarga semakin panik dan sudah
mulai berpikir yang sudah mengarah pada hal-hal yang magis. Akhirnya
nenek yang sering mengobati dia pun mulai menyimpulkan bahwa nampaknya
penyakit ini dikirim orang. Setelah
malam hari, di saat kondisinya si Y agak membaik, ia mulai ditanya sama
nenek, “Apa kamu pernah menyakiti cowok atau orang lain atau teman
dekatmu?” Si Y bilang tidak pernah sama sekali. Pertanyaan itu berulang
kali namun jawab si Y memang tidak pernah. Keluarga semakin bingung dan
sudah bingung mau melakukan pengobatan seperti apa, sementara penyakit
yang diderita si Y kok semakin hari semakin aneh-aneh saja. Bagaimana
tidak, panasnya tinggi serasa dibakar dan kulit kaki mulai sedikit
mengelupas dan itu terus menjalar ke mana-mana. Kejadian ini semakin
menguatkan pernyataan bahwa ini memang penyakit yang dikirim orang.
Setelah sebulan berlalu, si Y semakin parah keadaannya. Tubuhnya sudah
mengelupas banyak, mengelupasnya persis dengan kulit telur bagian dalam
kalau direbus, dan itu sudah memenuhi tubuhnya. Sebuah proses penyakit
yang sangat cepat.
Tapi
karena beberapa keluarga juga masih menganggap bahwa ini sejenis kanker
kulit akhirnya diputuskan untuk membawanya ke spesialis kulit di
Makassar, sebuah proses panjang yang cukup melelahkan. Si Y hanya
menuruti apa saja yang disarankan keluarga.akhirnya tak pikir panjang
beberapa keluarga pun pergi mengantar ke Makasar, Setibanya di Makassar ia
langsung dibawa ke rumah dokter spesialis kulit yang paling terkenal di
Makassar, tidak lagi ke RS karena waktu itu keluarga dan si Y tiba jam 7
malam rumah dokter sepi pengunjung. Setelah si Y keluar dari mobil,
dokter tersentak kaget melihat wajah si Y yang sudah terkelupas dari
kaki tangan hingga muka. Dokter bahkan sempat marah kepada keluarga,
“Kok anak ini telat sekali diperiksa.” Keluarga tidak sempat menanggapi.
Dokter sudah menyarankan si Y
masuk ke ruangan praktek. Setelah proses pemeriksaan kurang lebih
setengah jam, dokter keluar dan bilang, “Penyakitnya aneh. Keadaan
tubuhnya normal, tidak ada bibit penyakit di dalamnya. Ini pertama kali
saya mendapatkan penyakit kulit yang tak punya penyebab,” kata Dokter.
Kulit terkelupas badan kelihatan membengkak tapi di dalam tubuh tidak
ada masalah sama sekali. Keluarga pun mulai putus asa ketika mendengar
pernyataan itu. Tak lama kemudian dokter memberiKAN obat herbal dari
Cina untuk dioleskan ke kulit yang terkelupas. Ia memberikan obat itu
gratis kepada si Y, yang seharusnya obat itu 1 botol Rp600 ribu dan ia
memberikan satu dos yang isinya 8 botol. Ia cuma bilang, “Semoga ini
bisa membantu mengurangi penyakit ini jika aku sudah mendengar anak ini
sembuh pasti saya sangat senang.”
Sekitar
2 jam di rumah dokter, akhirnya keluarga dan si Y beranjak pamit dan
pulang ke salah satu rumah keluarga di Makassar. Setibanya di rumah yang
dituju keluarga pun turun dari mobil dan langsung mengajak si Y
istirahat di salah satu kamar depan. Keluarga pun mulai berembuk kembali
untuk mencari jalan yang tepat untuk pengobatan si Y. Jalan medis sudah
tidak mungkin lagi. Satu-satunya harapan adalah pengobatan di kampung
dengan mengandalkan orang-orang pintar di kampung. Akhirnya keluarga
semua bersepakat untuk pulang ke kampung setelah 2 hari di Makassar.
Karena keadaan si Y itu semakin buruk, berdoa dan terus berdoa agar
kesembuhan itu bisa menghampiri adalah harapan satu-satunya meskipun
putus asa sering terus membayangi. Sesekali wajah semangat yang sering
ditunjukkan si Y membuat kita menjadi tegar meskipun tersenyum dalam
penderitaan. Satu harapan yang tak terukur selalu kita percayai bahwa
Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya.
Keluarga
pun tak hentinya mencari info tentang pengobatan penyakit itu, tapi
kebanyakan mengarah pada dukun karena lewat penanganan medis sudah
dilakukan namun keputusannya jelas bahwa ini penyakit tidak bisa
dijelaskan melalui medis. Maka satu-satunya cara adalah pengobatan lewat
orang-orang pintar hingga akhirnya salah satu keluarga dari ibu yang
tinggalnya di daerah Bugis dan ia memang sering menyembuhkan banyak
penyakit dan bahkan penyakit yang dibuat orang sekalipun, ia bisa
sembuhkan, ia meminta si Y untuk dibawa ke rumahnya dan melakukan
pengobatan di sana. Setelah beberapa hari di sana si dukun ini bilang
bahwa betul penyakit ini penyakit yang dikirim orang, jadi biarkan anak
ini saya rawat di rumah saja. Keluarga pun menyetujuinya. Sebelum
keluarga beranjak dari kediaman yang mengobati si Y, istri dukun
berpesan kepada kami bahwa jika nanti kami memberikan kabar ke kalian
bahwa si Y sudah dalam keadaan baik, tolong dijaga jangan dibeberkan
karena orang yang mengirimkan penyakit itu bisa saja tidak jauh dari
kita dan takutnya ia mendengar kalau si Y sudah mulai sehat, pasti orang
itu akan kirim lagi penyakit itu yang mengantar pun mengerti dan
berusaha menjaga informasi tersebut.
Perkembangannya
terus dipantau keluarga. Alhasil setelah beberapa hari di sana, si Y
merasakan ada perubahan. Hingga sudah mendekati setahun, ia sudah
lumayan membaik, bahkan kulitnya sedikit demi sedikit mulai berkurang.
Sebuah kabar yang bisa mendamaikan perasaan keluarga. Karena mendengar
kabar itu, keluarga pun bilang ke orang yang mengobati ini yang juga
masih ada hubungan darah bahwa si Y kami serahkan sepenuhnya sama bapak
karena ia bisa nyaman di sini. Yang mengobatinya pun mengiyakan dan
bahkan ia mau mengangkatnya sebagai anak. Tak terasa si Y benar-benar
sudah mulai pulih dari penyakit itu, bahkan sudah hampir 3 tahun. Di
saat itu pula yang mengobatinya pun menelepon keluarga dan bilang bahwa
si Y sudah bisa dibawa pulang ke rumah karena ia sudah merasa pulih.
Kulitnya pun sudah hampir sempurna kembali. Akhirnya si Y pun dijemput
dan dibawa pulang ke rumahnya, tapi ia pun tetap dibawa dalam keadaan
tersembunyi dalam arti jangan sampai dibeberkan, bahkan yang mengobati
memberikan pesan kalau bisa di rumah saja dulu, dan begitu sampai di
rumah lakukan ritual terlebih dahulu di kampung. Hal ini memang sering
dilakukan jika ada yang baru sembuh dari penyakitnya. Kalau di tempatku
namanya “Samaya” (semacam doa). Hal
itu pun disetujui keluarga, sebelum berangkat keluarga dan tuan rumah
berdoa terlebih dahulu sebelum si Y dibawa pulang ke kampung. Setelah
itu mereka pamit dan langsung melakukan perjalanan ke kampung.
Sesampainya di kampung dilakukanlah apa yang disarankan oleh bapak yang
memberikan pengobatan selama ini ke si Y.
Hal
itu pun dilakukan. Setelah selesai, keluarga pun merasa lega melihat si
Y sudah bisa bercerita layaknya dulu bersama dengan keluarga, tapi ia
tetap di dalam rumah bahkan ia jarang sekali keluar. Setelah 6 bulan di
kampung, entah apa yang terjadi tiba-tiba penyakit itu kembali datang.
Nampaknya ada yang tau bahwa si Y sudah dalam keaadaan sehat. Mungkin
orang yang biadab yang mengirimkan penyakitnya ini tau sehingga ia
mengirimkan kembali. Penyakit itu berlaku sama saat awal-awal, bahkan
jika malam hari ia teriak kayak orang yang kena bakar, benar-benar
mengagetkan seluruh keluarga. Karena keadaannya semakin memburuk bahkan
melebihi saat penyakit itu datang di awal, hampir setiap malam teriak
kepanasan, kulitnya pun mula terkelupas begitu tragis dan sangat memukul
bagi keluarga, bahkan beberapa keluarga sudah emosi dan kadang
mengeluarkan kata makian untuk orang-orang yang mengirimkan penyakit
itu. Akhirnya kakak si Y pun kembali lagi ke orang yang selama ini
mengobatinya. Ia di panggil datang ke rumah. Sorenya ia pun datang
bersama dengan kakak korban. Waktu melihat kondisi Y, bapak yang pernah
merawatnya selama hampir 3 tahun hampir pingsan. Entah karena melihat
keadaan si Y yang langsung kritis entah hal lain, bapak ini langsung
memeluk si Y sambil berkata, “Sabar Nak.” juga beberapa keluarga sudah
meneteskan air mata melihat apa yang menimpa salah satu dari keluarga
kami.
Setelah
1 hari 1 malam keadaannya tidak pernah berubah, bahkan tambah parah.
Bapak tersebut sudah mengeluarkan kata makian juga serasa ia ngomong
sama seseorang. Akhirnya bapak ini meminta untuk diambilkan air putih
lalu kemudian ia beri mantra lalu kemudian di oleskan ke kayu yang ia
bawa yang kira ukuran kayunya sebesar ibu jari. Lalu kayu tersebut
diletakkan di tangan si Y dan ia disuruh menggenggamnya dengan keras.
Beberapa menit kemudian si Y kelihatan tidak sadarkan diri dengan mata
tertutup. Semua orang di sekelilingnya panik menyaksikan kejadian
tersebut. Keadaan menjadi berubah ketika bapak yang melakukan pengobatan
ini memberi pertanyaan ke si Y. Ia pun menjawabnya. Ini beberapa
pertanyaan yang saya masih ingat.
B (Orang yang mengobati)
B: kamu kenapa?
Y: Saya disiksa
B:Siapa yg menyiksamu
Y: orang yang benci sama orang tuaku
B: Namnya siapa?
Y: …….. (maaf dianonimkan)
Setelah
mendengar nama yang ia sebut, kakak si Y langsung pingsan tak sadarkan
diri. Ternyata orang yang melakukan hal itu adalah orang terdekat dalam
keluarga kami. Hanya karena ada perselisihan antara orang tua si Y
dengan orang tersebut, akhirnya di berujung dendam. Hasil obrolan dari
si Y saat ia pingsan sangat panjang. Ia menceritakan bagaimana ia
disiksa. Intinya ini adalah persoalan orang tua. Dalam obrolan si Y saat
ia tak sadarkan diri bahwa orang itu sasarnya memang orang tua, namun
karena di orang tua juga punya ilmu yang kebal dengan hal-hal itu,
makanya tidak mempan akhirnya anaklah yang jadi sasaran. Ia pun
menceritakan bagaimana kronologinya ia disiksa lewat penyakit yang
dikirimkan ke dia. Si Y menderita kulit terkelupas itu akibat
percampuran antara cabe telur dan kalajengking. Prosesnya ketika
penyakit itu dikirim adalah 3 bahan tersebut dimasak. Jika dimasak maka
penyakit itu sudah mulai bekerja. Maka dapat dibayangkan bahwa bagaimana
pedasnya cabe kemudian direbus dengan kalajengking, dan efeknya adalah
terkelupas menyerupai kulit kedua telur (ini pernyataan si Y).
Setelah
ia terbangun, si Y langsung terbaring lemas. Yang mengobatinya pun
serasa putus asa, bahkan ia bilang bahwa orang yang melakukan hal ini
punya ilmu yang sangat luar biasa. Andaikan saya mengerti dari awal
mungkin penyakit ini bisa dikembalikan, namun karena sudah terlambat.
Yang mengobatinya pun terus berusaha sesuai kemampuanya, bahkan si Y
masih bisa melihat keluarga selama 5 tahun lebih sejak ia menderita
sakit hingga akhirnya Tuhan memanggil dia.
Kejadian
ini adalah duka yang takkan pernah terlupakan dalam sejarah keluarga
kami. Aku hanya berdoa penderitaan yang dialami almarhum selama sakit
itu digantikan Tuhan dengan keabadian yang kekal, dan memberinya terang
bagi yang melakukan hal keji dan biadab tersebut. Luka duka dendam dalam
keluarga kami boleh dibilang sulit dihilangkan dengan kejadian
tersebut. Hingga hari ini jika aku mengingat kejadian itu ingin
meneteskan air mata dan berkata mengapa Tuhan membelokkan kematian ke
umatnya dengan cara demikian. Tapi apa pun itu kami tetap percaya bahwa
Tuhan tidak pernah menjadi penonton pasif. Ia selalu bertindak pada
setiap karya yang dibuat manusia karena ia potensi murni dalam segala hal. Tak ada tindakan tanpa konsekuensi.
DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com