Analisa Bakat psikopat pada anak dan Bagaimana solusinya…?
Rio (bukan nama
sebenarnya) 15 tahun, adalah anak yang di kenal cerdas disekolah,
selain itu ia cukup aktif dalam mengikuti penelitian-penelitian ekstra
kulikuler, meski ia agak tetutup dengan teman-teman yang lain tetapi ia
cukup populer disekolahnya, kemudian terjadilah hal yang menggemparkan,
yaitu saat rio dituduh telah memukul orang dengan martil, setelah di
interogasi barulah rio mengakui bahwa ia memang ia yang melakukan hal
tersebut, dengan alasan, karena ia pernah dipalak (dimintai uang) oleh
si korban. Yang menjadi aneh adalah sikap rio yang dingin
dalam mengeksekusi korban yang jauh lebih besar dari dirinya, ia
menceritakan saat itu korban dalam kondisi tertidur kemudian ia
memukulkan martil ke kepala korban, setelah itu rio pulang kerumah tanpa
ekspresi dan rasa bersalah. beruntung nyawa korban dapat diselamatkan dan keluarganya bisa diajak untuk berdamai.
Kisah diatas merupakan kejadian umum yang terjadi disekitar kita.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi berdasarkan informasi www.psychologytoday.com/ di Amerika Serikat Antara 1977 dan 1986, lebih dari 300 orang tua dibunuh setiap tahun oleh anak-anak mereka sendiri. Sungguh mengerikan…
Meski tidak semua
psikopat itu menjadi pembunuh, tetapi pada kenyataan mereka selalu
menjadi sumber masalah dikomunitasnya, oleh karena itu perlu ada
pengetahuan untuk seluruh orang tua agar kita dapat menganalisa sejak
dini perkembangan buah hati kita dan segera mengetahui jika ada sesuatu
yang aneh dari kejiwaanya.
Amati Ciri-cirinya
Psikopat berasal dari
kata psyche (jiwa) dan pathosi (penyakit). Secara harfiah, psikopat
berarti sakit jiwa. Namun, psikopat tak sama dengan kegilaan
(skizofrenia/psikosis), sebab seorang psikopat umunya disebut
“Sosiopat”, karena prilakunya yang antisosial yang merugikan orang-orang
terdekat tanpa empati sedikitpun, meski mereka menyadari seluruh perbuatannya.
Menurut penelitian, sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati, alias gejala menjadi psikopat.
>> Berikut ciri-ciri psikopati pada anak:
Jenius menciptakan kebohongan yang sempurna
Sering berbohong. Jika
ketahuan, ia tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang
kebohongan lainnya, bahkan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
Memiliki kemampuan menguasai emosi orang lain bahkan memanipulasinya.
Pandai melucu dan pintar bicara, Pandai mengarang cerita yang membuatnya terkesan positif.
Lemah dalam mengontrol emosi dan mampu menyimpan dendam dalam waktu yang lama, menunggu ada kesempatan untuk membalas.
Impulsif dan sulit
mengendalikan diri; emosi tinggi, tantrum, dan agresif. Mudah terpicu
amarahnya oleh hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan,
kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele,
anehnya energinya seolah tak pernah habis hingga musuh benar-benar
dipastikan hancur.
Cerdas, serta pandai memanipulasi ekspresi .
Persuasif dan memesona
di permukaan, Tidak memiliki respons fisiologis yang normal; seperti
rasa takut yang ditandai tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut
kering, tegang, gemetar bila melakukan kesalahan atau disaat sedih dan
gembira, ekspresinya tidak terlalu kelihatan, Memiliki IQ datas
rata-rata.
Tidak memiliki empati (respon) atas rasa sakit atau kedukaan orang lain.
Tidak punya rasa sesal
dan rasa bersalah, sering menyangkal akibat tindakannya dan tidak
memiliki alasan untuk peduli. Butuh stimulasi dan gampang bosan, Kurang
empati terhadap perasaan keluarga dan teman sepermainan.
Memiliki egoisme tinggi
Egosentris dan
menganggap dirinya hebat, Agresif, menantang nyali dan perkelahian,
tidur larut malam, dan sering ke luar rumah. tidak mau bertanggungjawab,
dan melakukan berbagai hal demi kesenangan belaka.
>> Faktor Penyebab
Faktor lingkungan
fisik dan sosial yang berisiko mengembangkan seorang psikopat adalah
perlakuan kasar dan keras dimasa kecilnya, penelantaran, perceraian
orangtua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, serta
kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial.
Sedangkan lingkungan
biologis menyangkut pola makan. Ternyata banyak faktor risiko juga
terjadi pada penderita alergi dan intoleransi makanan. Belakangan
terungkap, bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh anak, termasuk gangguan fungsi otak.
Akibat gangguan fungsi
otak itulah, muncul gangguan pada perkembangan dan perilaku anak,
seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur,
impulsivitas, hingga memperberat gejala autisme dan ADHD (Attention
Deficit and Hyperactivity Disorder).
Faktor penyebab
pastinya hingga saat ini masih belum dapat diungkap jelas. Maka, tindak
pencegahan optimal yang dapat dilakukan adalah sebatas mengenali faktor
risiko sejak dini.
>> Metode analisa
Pengamatan terhadap
anak-anak dalam rentang usia 6–13 tahun bisa mulai dilakukan. Beberapa
penyimpangan perilaku pada mereka, harus diketahui dan dikenali
orangtua.
Sejumlah penelitian
lain menyebutkan, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan
tersebut bisa berupa fisik, biologis, dan sosial.
Anak-anak
ditempatkan dalam pencitraan resonansi magnetik (fMRI) Mesin fungsional
yang menggambarkan area mana dari otak yang aktif dalam menanggapi
rangsangan.
Sebagian kelompok,
anak-anak dengan masalah perilaku yang serius cenderung menunjukkan
aktivasi menurun pada area otak - terutama korteks cingulate anterior
dan insula - yang sangat penting untuk empati untuk nyeri.
Dengan empati yang
lebih rendah, mereka kurang reaktif terhadap rasa sakit orang lain. Ini
bisa menjadi akar dari apa yang peneliti sebut “sifat tak berperasaan”.
Tidak ada anak yang
harus diberi label psikopat, karena otak mereka dan pengalaman hidup
masih berkembang dan, terutama jika diberikan intervensi, mereka mungkin
tidak akan pernah berakhir psikopat, tapi ciri tidak berperasaan adalah
masalah yang nyata.
>> Solusi
Perlunya tindakan terapi sistematis bagi anak yang terindikasi memiliki gejala psikopatik seperti :
1. Bimbingan mental spiritual (keagamaan) secara mendalam2. Pembentukan karakter dan empati
3. Senantiasa di arahkan pada kegiatan-kegiatan sosial yang membiasakan mereka untuk senang dalam membantu sesama.
4. terapi terjitu tetap saja pada upaya kita membina keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Jadi, waspadalah.
Data : dari berbagai sumber…
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com