Jangan remehkan Manusia Apapun Suku dan Ras Keturunan
Itulah pesan yang hendak penulis
sampaikan lewat artikel ini. Apapun warna kulit , ras keturunan, suku,
agama itu bukan penghalang seorang warga Indonesia untuk lebih mengenali
sejarahnya dan bisa menelusuri bagaimana negeri ini berdiri. Sering
orang mendiskreditkan warga Indonesia keturunan China ( maaf, kalau tidak berkenan dengan istilah China maka akan penulis ganti dengan sebutan Tionghoa). Dan
kita tidak menutup mata saat Pemerintahan Soeharto, warga keturunan
Tionghoa begitu disingkirkan dari panggung kehidupan negeri ini. Mereka
tidak bisa menjadi abdi negara baik sipil maupun pemerintahan. Dan
ternyata memang Tuhan maha Adil, keturunan Tionghoa bisa menguasai
perekonomian di Indonesia begitu kuat dan berjaya saat Soeharto
berkuasa. Terbukti ada mega konglomerat yang tercatat berasal dari
keturunan China seperti Liem Sioe Liong (Soedono Salim), juga Eka Tjipta
dan lain sebagainya.
Tapi bukan ini yang hendak kami bahas,
karena kali ini penulis akan membahas bahwa ternyata warga keturunan
China yang sering dipinggirkan keberadaannya oleh warga berpaham
rasisme, memiliki andil atas kemajuan dan kejayaan negeri kita ini.
Kiprah dan sumbangsih warga keturunan China untuk Indonesia tidak
sedikit, dan kecintaan mereka kepada tanah air kita juga sama dengan
warga Indonesia keturunan melayu, jawa, borneo, bali, irian dan suku
lainnya yang juga merintis peradaban dan pendidikan di Indonesia.
KITVL atau Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (:
“Lembaga Kerajaan Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi”) adalah sebuah
perpustakaan di negeri Belanda yang banyak menyimpan koleksi bersejarah
dari photo, buku, koleksi perangko, manuskrip dan benda warisan
bersejarah lainnya atas negeri-negeri yang pernah dijajah Belanda,
seperti Indonesia. Dari sinilah semua sumber catatan kemajuan peradaban
negeri kita berasal dan diabadikan dengan apiknya.
Apa saja catatan sumbangsih dan kiprah warga keturunan China Indonesia yang membanggakan ? Mari kita simak di bawah ini.
1. Advokat Wanita Pertama Indonesia Ternyata Keturunan China Indonesia
Masuk sekolah hukum “Rechtshogeschool”
di Jakarta tahun 1927 saat masih berusia 16 tahun ! Usia yang masih
terbilang sangat muda untuk menempuh pendidikan tingkat tinggi. Prestasi
akademiknya sangat bagus dan Hoei Nio sering mendapat pujian dari
Professor Kollewijn. Menurut Buletin Mahasiswa Batavia dari tahun 1931 ,
ia menjabat sebagai ketua di dewan Perkumpulan Mahasiswa Wanita
se-Batavia.
Walau cukup padat kegiatannya, namun
dengan tekad bulat dan kegigihan , Hoei Nio sanggup menyelesaikan
pendidikannya dan mendapat nilai yang sangat memuaskan. Sebuah prestasi
yang cukup gemilang untuk remaja seusianya di masa itu. Di bulan Agustus
tahun 1931, Hoei Nio lulus, walaupun sudah bergabung di sebuah
perusahaan advokat ternama di Batavia bernama Batavia Bar Association, Hoei
Nio masih harus puas menjadi asisten dulu, karena usianya yang masih di
bawah 21 tahun belum memperolah izin sebagai advokat. Barulah setahun
kemudian, Desiree Tan, mendapat sertifikat sebagai advokat wanita
pertama Indonesia , bahkan yang termuda dan tercantik. ( Hehehe.. iya
tercantik, karena advokat zaman Hindia Belanda, umumnya didominasi oleh
kaum pria, jadi dia lah yang paling cantik diantara semua advokat
se-Batavia..). Setelah menikah dan memiliki anak, Desiree Tan tetap
menjalankan profesinya sebagai advokat / pengacara dan koleganya banyak
berasal dari warga Indonesia yang kekurangan secara finansial dan tidak
bisa membayar perkara. Jelas inilah advokat perempuan pertama Indonesia
yang tidak hanya cantik, juga berhati lembut dan berjiwa sosial yang
pernah Indonesia miliki.
2. Dua Warga China Indonesia Mengkhianati Belanda dan Jepang Demi Menyelamatkan Jembatan dan Pembangkit Listrik Milik Rakyat
Cerita dari Perpustakaan KITVL juga
memuat kisah heroik seperti yang ditulis ulang oleh Sioe Yao Kan. Ada
dua pemuda cerdik keturunan China Indonesia dan meski masih muda mereka
adalah insinyur - insinyur listrik yang ditugaskan menjaga kantor ANIEM (Algemeen Nederlandsch Indische Spoorweg Electriciteits Maatschappij atau perusahaan listrik Hindia Belanda) yang nota bene adalah Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Mereka adalah Tan Eng Swie, dan Kan Hay Liong.
Tugas berat adalah saat Tan Eng
Swie diperintahkan membuat bom untuk meledakkan sebuah jembatan agar
Jepang tidak bisa memasuki wilayah Batavia. Namun Tan Eng Swie menolak
karena ada pertimbangan khusus bahwa jembatan itu satu-satunya jembatan
yang berharga menghubungkan Jakarta dan Kota Kerawang. Penolakan ini
membuat pemerintah Belanda marah. Ditambah lagi adanya penolakan keras
dari Kan Hay Liong untuk mematikan Pembangkit Listrik milik Belanda itu.
Penolakan Kan hay Liong didasarkan adanya pemikiran bahwa pembangkit
listrik itu sangatlah berharga buat rakyat Batavia kelak, bila hancur
maka rakyat akan kesulitan mengakses listrik dan kesejahteraan akan
bertambah parah mengerikan buat rakyat Betawi bila tidak ada listrik.
Kekacauan Belanda ini dibuat demi mengamankan fasilitas mereka dari
akses campur tangan Jepang yang mau masuk ke Batavia.
Dua foto diatas diambil di tahun
1957, gambar sebuah plakat untuk memperingati anggota ANIEM yang
meninggal di Hindia Belanda (Indonesia). Plak ini pernah dipasang di
ANIEM (Algemeen Nederlandsch Indische Spoorweg Electriciteits
Maatschappij atau perusahaan listrik Hindia Belanda).
Sampai akhirnya Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang dan keduanya masuk penjara, Jepang pun sempat meminta mereka untuk berpartisipasi
dalam memperbaiki dermaga apung untuk Jepang, dan meledakkan pelabuhan
Balikpapan ketika pasukan sekutu hendak menyerang Indonesia kembali.
Karena menolak, Tan Eng Swie dan Kan hay Liong diperlakukan dengan kasar
di penjara, dan disimpan dalam sel-sel isolasi. Penjara ini sangat
kejam karena makanan tahanan yakni beras terdiri dari beras dicampur
kerikil dengan komposisi 80% adalah batu kerikil, sisanya beras kotor.
Bisa dibayangkan betapa tersiksanya tahanan saat dipenjara jaman
penjajahan Jepang ini.
Keduanya pun tewas ditembak tentara Jepang dan nama mereka masuk ke dalam plakat tersebut.
3. Sumbangan Budaya Barongsai
Tidak bisa dipungkiri bahwa Barongsai
atau arak-arakan dengan hewan naga sebagai wujud lambang kesetiaan dan
penghormatan kepada arwah leluhur adalah prosesi yang masih ada sampai
sekarang. Walaupun nilai religiusnya sekarang sudah memudar dan lebih
banyak kepada nilai entertainment modern. Tetap saja dunia harus
mengakui dan Indonesia harus bersyukur bahwa barongsai kini bukan hanya
milik warga China saja namun sudah menjadi bagian dan akar budaya
Indonesia dan beradaptasi banyak di nusantara dengan nama-nama yang
berbeda namun hampir mirip.
- Barong Bali, dari Bali
- Dencong, dari Jepara
- Ondel-Ondel Jakarta
- Badawang, tradisi Suku Sunda dari Jawa Barat
- Burokan, berwujud Buraq dari Cirebon
- Bebegig Sumantri, dari Ciamis
- Barongan Singo Karya, dari Demak
- Barongan Gembong Amijoyo, dari Blora
- Barongan Gembong Kamijoyo, dari Kudus
- Singo Ulung, dari Bondowoso
- Barong Loreng Gonteng, dari Kendal
- Barong Gondorio, dari Grobogan
- Barong Kemiren, dari Banyuwangi
- Hudoq, dari Kalimantan Timur
- Barongan Juwangi, dari Boyolali
Mungkin 3 point ini saja yang bisa
penulis haturkan kepada pembaca. Semoga bisa bermanfaat. Nilai - nilai
sejarah dan budaya dari warga keturunan China Indonesia sangatlah banyak
dan sudah mengakar kental di kehidupan peradaban masa lampau. Masihkah
kita membenci dan menjadi seorang rasialis yang tidak memperhatikan
semua sila dari Pancasila ? Karena sejatinya Pancasila milik rakyat yang
bertuhan, beradab, bersatu, bermusyawarah dan berusaha memajukan
kesejahteraan bersama.
Hidup Indonesia ku !
( Sumber : Chinese Indonesia Heritage Center )
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com