by: http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/04/tahun-baru-hijriyah-atau-tahun-baru-jawa-1-suro-momentum-mawas-diri-606571.html
Tahun Baru Hijriyah atau Tahun baru Jawa 1 Suro Momentum mawas diri.
Tahun baru Islam atau juga di kenal dengan tahun
baru Jawa 1 Suro sering di rayakan dengan berbagai bentuk kegiatan.
Sebagian umat Islam merayakan tahun baru Islam dengan pengajian, tablik
akbar dan kegiatan yang bernuansa Islam, sedangkan sebagian lain
mengemasnya dengan unsur budaya. Seperti di Jogjakarta, tahun baru Islam
diperingati dengan jamasan pusaka, nguras enceh (gentong air di makam
Raja Imogiri). Di Jawa secara khusus Jogjakarta mengapa ini dilakukan
tidak lepas dari peran Sultan Agung sebagai Sultan Mataram yang
menginginkan perubahan penanggalan dari Saka (Hindu ) ke Tahun baru
Hijriyah (Islam). Perubahan ini berbarengan dengan penanggalan Islam
atau Hijriyah. Maka antara keduanya menjadi tidak terpisahkan. Orang,
selain mengenal tahun baru Islam juga mengenal tahun baru Jawa 1 Suro.
Maka tak heran, tahun baru Jawa juga diperingati
oleh umat non Islam. Seperti penghayat kepercayaan. Di kampung tempat
saya pernah tinggal, peringatan tahun baru Islam menjadi momentum
refleksi diri. Kegiatannya berupa malam perenungan, yang diikuti oleh
siapapun yang tinggal di kampung itu. Baik Islam maupun yang Kristen.
Mereka saling berbaur tak berjarak. Hal ini menandakan moment tersebut
menjadi kelanjutan sebuah relasi penuh makna. Dari kegiatan tersebut
dapat disimpulkan bahwa, manusia handaknya perlu mawas diri, berefleksi
menemukan jati diri. Selain itu juga perlu melihat sejauh mana relasi
social memberi dampak pada kehidupan harmonis antar manusia. Manusia
diajak kembali menyucikan diri, hidup baru dengan menanggalkan keburukan
menuju ada kebaikan kepada setiap insan.
Pada prinsipnya, mawas diri adalah kembali
menemukan ensesi kemanusiaan kita. Tidak harus menunggu datangnya tahun
baru. Kapanpun manusia bisa melakukannya. Namun di malam tahun baru,
manusia hendaknya dengan kesadaran menemukan kembali sisi spiritual.
Sisi yang memang sudah dimiliki oleh manusia sejak dilahirkan. Dengan
begitu, manusia semakin teruji, mampu mengasah rasa dan batin dengan
tidak lagi mudah lepas kendali mengikuti nafsu serakah dan kerakusan. Ya
manusia bisa bermati raga. Meninggalkan keserakahan melepaskan hal-hal
yang membawa kepada jurang kenikmatan sesaat.
Lepas dari mencampuradukkan dengan budaya, momentum
tahun baru Islam tetap tidak kehilangan makna pentingnya. Budaya
tetaplah budaya, tidak akan menggeser nilai-nilai Islam yang sudah
luhur. Justru momentum Tahun Baru semakin diperkaya dengan perpaduan
nilai-nilai budaya dan agama. Dari itu semua yang terpenting adalah
manusia masih tetap mengabdi dan memuliakan namaNya.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com