by: http://ziziedaulay.blogspot.com/
Embun
pagi seakan menyapa mentari yang akan terbit, hari cerah ini membawaku dalam
kedamaian yang begitu hebat, aku begitu yakin bahwa hari ini adalah hari yang
cerah. Sepertinya untuk hari ini aku akan melakukan suatu aktifitas yang
berguna dan bermanfaat, hari ini kebetulan hari free. Misi pertama dapat! Aku
harus keluar rumah dan mencari sesuatu yang bisa aku jadikan cerita dalam
karanganku. Waktunya bersiap-siap untuk
misi pertama yang aku buat.
“dera!!!”
terdengar suara mama yang memanggilku dari bawah, panggilannya sangat lantang
dan sedikit menyeramkan. Ia adalah mamaku yang hebat, seorang wanita karier
yang sangat sukses. Walau mama jarang ada dirumah, tapi ia sangat sayang kepada
anaknya. Ia juga seorang ibu yang sangat
hebat membagi waktunya, bangga punya seorang bidadari seperti mama.
Tampa
berfikir panjang aku langsung menjawab panggilan mama, dan turun kebawah untuk
menemui mama. “yap siap bos! Ada apa? Apakah ada kejadian yang bisa saya
tangani? Saya siap melayani anda 24 jam,” seruku menjawab panggilan mama tadi,
aku senang sekali dengan candaku yang membuat semua orang tersenyum senang.
“haha
kau bercanda sayang, tolong kawani bibi kepasar sana,”
“ta..ta..tapi
maaa,”
“sudah
tidak apa-apa, nanti kamu bisa belajar sama bibi tentang memilih sayuran dan
buah yang segar. Sudah siap-siap sana, bibi sudah nunggu diluar,”
Sial!
Belum siap untuk berbicara dan memberi penjelasan mama sudah memotong saja, itu
salah satu keahlian mama yang tak aku senangi. Dengan berat hati aku menunda
misiku untuk hari free ini, misiku diganti dengan “kawani bibi kepasar sana,”
yaaaa! Itukan tadi kata mama? Sepertinya aku harus nurut untuk misi dari mama,
gerutuku sedikit kesal.
“bik..
tunggu aku ya. Aku ganti baju bentar, gak lama bik bentar doang, udah bik gak
usah dijawab. Bentar kok,” canda ku ke bibik yang sedang menunggu didepan
garasi.
“iya
non,” seru bibik.
“biiiiikk!
Jangan di,”
“heeh
kamu, pagi-pagi sudah linglung kaya gitu. Bibi itu pasti menjawab pertanyaan
kamu,karna bibi itu mendengar. Gak kaya kamu merengnya, sudah sana ganti baju!”
Usainya
aku ganti baju dan mencuci muka aku menjawab omelan mama dengan candaanku “iihh
mama jangan marah-marah akukan jadi takut huhuhu. Hahaha dada mama aku pergi
dulu ya, assalamualaikum” akupun berlari kearah garasi mobil dan segera pergi
kepasar bersama bibi.
Sesampainya
dipasar, aku malas sekali untuk masuk kedalam pasar yang sangat becek. Akhirnya
aku memutuskan untuk menunggu diluar saja, dan yang masuk kepasar untuk belanja
adalah bibik. Persetujuanpun deal, bibik mulai masuk kegerbang pasar dan belok
kekiri. Ntahlah, ntah kemana bibik ingin pergi. Ternyata setelah aku menunggu
cukup lama, akhirnya aku merasakan ada rasa bosan dalam sudut hatiku. Aku
memutuskan untuk melangkahkan kaki kedalam pasar, aku melihat disekitar pasar.
Suasana disini sangat ramai dan orangnyapun sangat ramah kepada pembeli, saling
sapapun tak tertinggal. Para pedagang saling becengkramah satu sama lain.
Disini sangat aku lihat kebersamaan yang diindahkan oleh orang-orang pasar,
walau hirukpikuk ikut serta dalam suasana pasar. Dan bukan hanya suara manusia
saja yang kudengar, tetapi suara hewan juga ada. Seperti ayam, ikan yang ada
didalam air dan meloncat-loncat. Aku tersenyum riang meihat suasana pasar yang
sangat ribut serta ditemani oleh aspal yang basah sepanjang jalan pasar.
Disudut
pasar tepatnya dekat parkiran belakang aku melihat seorang anak kecil yang
kira-kira umurnya enam tahun, anak itu sedang memunguti beras yang jatuh
diaspal basah itu. Tampa berfikir apa-apa aku langsung berlari menghampiri anak
itu.
“hai
dik,” sapaku ramah, tak lupa aku pancarkan senyumku agar ia tak merasa takut
kepadaku
“hai
kak,” akhirnya anak itu membalas sapaanku dengan sangat ramah, walaupun mukanya
agak sedikit takut
“jangan
takut dik. Aku dera dik, kamu siapa?” sambil menjulurkan tanganku kepadanya
“a..a..aku
fikri kak,”
“hmm
nama yang bagus, kalau kakak boleh tau sedang apa kamu disini dik? dan kakak
lihat kamu sedang memunguti beras yang berjatuhan ini,” tanyaku dengan ramah
kepada fikri yang mungkin umurnya berkisar enam tahun
Fikri
tak menjawab pertanyaanku, tetapi secara spontan ia lari dan menjatuhkan
semua beras yang ia punguti tadi. Tentu
saja aku sangat kaget, tampa berfikir panjang aku langsung mengejar fikri.
Sangat lelah yang kurasakan, tapi keinginanku tetap kuat untuk mencari tau
siapa fikri. Dan aku tetap mengejarnya. Walau aku sudah berada sangat jauh dari
pasar. Pasti bibik akan khawatir mencariku, sudahlah..misiku sudah lain, aku
harus fokus dengan fikri bocah yang kira-kira umurnya enam tahun itu.
Pelarian
fikripun berhenti disuatu tempat yang sangat banyak anak-anak jalanan. Dalam
hatiku bertanya, “tempat apa ini, siapa semua anak yang berada ditempat ini?”
Yang lebih aku herankan fikri ternyata tau aku mengikutinya, fikri menoleh
kebelakang dan melambaikan tangannya. Seolah itu tanda memanggilku, aku
berjalan pelan-pelan menuju puluhan anak jalanan itu, aku melihat disekitar, “ini
tempat sungguh tak layak dihuni untuk anak seumuran mereka. Mereka sungguh
masih belia untuk tinggal dibawah jembatan ini,” seruku dalam hati. Akupun
sampai diperkumpulan anak-anak itu, aku duduk disebelah anak kecil, dan aku
menggendongnya dan aku taruh ia dipahaku untuk duduk bersamaku. Aku bertanya
kepada fikri dengan nada yang sangat haru, dan rasanya aku tak sanggup melihat
keadaan malaikat kecil yang Tuhan berikan terlantar dan terasing seperti ini.
“fik,
siapa mereka? Adikmu?”
“mereka
semua teman fikri kak, dan yang kakak pangku adalah adik fikri,”
“fik,
kamu tidak bercandakan dik? Terus siapa yang menghidupi dan merawat kalian
semua?” nada sedupun mulai kuat terasa disuaraku, hatiku tak sanggup menahan
godaan airmata yang jatuh, aku langsung memeluk adik yang ada dipangkuanku.
Iapun membalas pelukanku, seolah ia nyaman sekali berada didekatku
“kami
semua yang mencari makan, kami semua bertahan untuk terus hidup kak. Walau
kerasnya detik demi detik yang kami lalui untuk mencari selembar rupiah itu,”
“sungguh?
Bagaimana kalian mencari selembar rupiah tampa ada bimbingan orangtua kalian?
Kemana orangtua kalian dik?” seruku membentak semua anak yang ada disitu,
anak-anak itupun terdiam menatap tangisanku
“kami
meminta-minta dilampu merah kak, dijalanan, didalam mikrolet dan bus, dengan
alat apa adanya, kami semua adalah anak yang dibuang oleh orangtua kami, dan
sebagian besar adalah yatimpiatu termasuk aku dan adikku” fikri berkata sambil
mengusapkan airmatanya
“sudahlah
fik, usap airmatamu ya dik,” seruku kefikri dengan suara yang disertai tangisan,
dan aku langsung berkata kepada mereka semua yang menatapku dengan mata yang
berkaca-kaca “adik semua, dengarkan kakak ya. Kakak pasti akan bantu kalian
semua, bantu kalian keluar dari suasana yang sangat tak layak seperti ini.
Kakak janji dik kakak akan bawa semua teman-teman kakak yang siap membantu
kalian beranjak dari suasana ini,”
“tapi
kak, kami semua sudah terbiasa dengan suasana seperti ini, walau kami tak punya
pendidikan. Tapi kami bisa belajar dari buku bekas yang dibuang warga setempat,
kami bisa bertahan hidup, walau keadaan kami tak seperti gedung yang berdiri
kokoh, dan suatu saat akan runtuh ditelan zaman,” seorang anak berbicara dengan
nada yang sangat haru dan penuh keyakinan dalam benaknya. Serasa aku tak tahan
dengan kondisi yang tuhan perlihatkan kepadaku. Aku tak tau harus berbuat apa
untuk mereka, mungkin saja tuhan mengirimkanku untuk membantu anak-anak jalanan
ini, semoga saja yang kufikirkan benar.
Aku
bercengkramah banyak kepada anak-anak jalanan itu, kisah sedihpun usai. Dan
dilanjutkan dengan canda dan tawaku yang membuat anak-anak itu tertawa
terbahak-bahak, tak lupa mereka menceritakan kehidupan mereka yang alur
ceritanya berputar-putar, aku hanya bisa tersenyum dengan apa yang mereka
sampaikan kepadaku dan aku sangat senang melihat mereka tersenyum lebar,
kedamaian dan rasa saling membutuhkan sangat terasa dibenakku. Terlintas cepat
difikiranku bahwa aku akan bertekad mengajar anak-anak ini dengan fasilitas
seadanya, aku akan berusaha supaya anak-anak ini dapat mengenal pendidikan yang
lebih layak seperti anak-anak yang lain, aku yakin akan pemikiran mereka yang
lebih luas tentang dunia yang berjalan sangat tragis ini, walau aku bangunkan
tekad ini bersama teman-temanku, tapi aku akan tetap berdiri kokoh untuk mereka.
Aku juga akan mengumpulkan baju-baju bekasku dan teman-temanku untuk mereka,
dan aku akan menyisihkan uang jajan untuk kuberikan kepanti asuhan agar panti
asuhan itu mengasuh anak-anak ini. Dan mereka bisa hidup lebih layak lagi, tidak
seperti sekarang yang sangat memprihatinkan.
Tampa
sadar ternyata hari sudah mulai larut malam, aku terbawa suasana yang sangat
nyaman dengan anak-anak jalanan itu. Ntah mengapa mereka membuatku semakin
sadar akan kehidupan didunia ini, mereka menyadarkanku bahwa masih ada yang
lebih memprihatinkan daripada apa yang sering tidak aku syukuri. Mereka juga
menyadarkan bahwa kehidupan ini butuh perjuangan, dan jangan pernah berharap
banyak kepada orang lain. Dan hidup akan terasa lebih sempurna, jika semua yang
kita dapat dan kita hasilkan adalah usaha dari apa yang kita kerjakan dengan
keringat sendiri. Karna hidup yang lebih bijak adalah hidup yang lebih memegang
prinsip sendiri tampa rapuh digoda zaman.
Dalam
perjalanan pulang, aku tersenyum sendiri dan berkhayal sejenak “semoga aku bisa
menjadi pemerintah dinegeri ini, agar tiada lagi anak-anak jalanan yang
terlantar dan tidak dilihat oleh kaum-kaum atas. Dan aku akan melaksanakan
pasal yang telah dibuat pemerintah tetapi tidak sama sekali dijalankan,” semoga
tuhan mendengar apa yang aku ucapkan, amin. Akhirnya aku sampai dirumah, sangat
terasa cepat hari ini berlalu. Besok aku harus kembali lagi kesekolah, dan
beraktifitas seperti biasa, karna libur telah usai. Aku harus semangat, yeah!
“assallamu’alaikum”
aku mengetok pintu rumah, tapi tak ada satu orangpun yang menjawab salamku. Aku
langsung duduk dikursi teras dan berfikir sejenak tentang anak-anak kecil tadi.
Aku tersenyum sendiri, aku berharap doaku tadi menjadi kenyataan.
Tak
lama kemudian, suara mobilpun datang, ternyata mobil papa yang datang. Mama
langsung keluar dari mobil dan berkata..
“dera,
kemana saja kamu nak? Kami semua khawatir, kami semua mencarimu kemana-mana.
Kemana kamu nak,?” mama berkata dengan wajah yang sangat cemas.
Aku
tak akan bilang kalau aku dari bawah jembatan itu, kalau mama dan papa tahu
pasti mereka tak akan membolehkanku untuk bertemu mereka lagi, aku harus
berbohong, ini tekadku dan aku akan terima resikonya. “a..a..aku dari.. nonton
konser ma. Iya nonton konser ma, dekat depan pasar tadi aku naik taxi terus
kepusat perbelanjaan ma, katanya disitu ada band dari luar negeri ma. Yaudah
akukan pengen nonton juga ma” dengan nafas satu-satu aku terpaksa berbohong
kepada mama, semoga tuhan tidak membalas kebohonganku ini. Untung saja mama
mempercayai kata-kataku. Sesampai dirumah aku langsung masuk kekamar, langsung
mandi, sholat dan berdoa kepada yang kuasa, dan selanjutnya aku langsung istirahat
untuk aktifitas esok pagi, selamat tinggal hari ini. Selamat datang hari esok,
semoga esok lebih indah.
Keesokkan
harinya..
‘kring
kring kring’ jam alarmku berbunyi, seakan mengusik tidurku yang nyenyak,
akhirnya dengan terpaksa aku terbangun dan mematikan jam alarmku, aku melihat
jam sudah menunjukkan 06.00 hari ini aku tepat sekali bangun, kuucapkan salam
pada embun pagi, pada burung yang berkicau merdu, pada ayam yang berkokok, dan
nanti pada matahari yang akan tiba. Tak lupa aku melaksanakan kewajibankku, aku
berdoa kepada yang maha kuasa agar hari ini aku dilancarkan dalam segala
aktifitasku. Amin amin yarobbalallamin.
Aku
segera bersiap-siap untuk pergi kesekolah dan bercerita tentang hari kemarin
kepada teman-temanku, yang sangat senang sekali berpartisipasi dalam kemajuan
serta keadaan negerinya. Aku segera turun kebawah untuk sarapan dan pamitan
kepada orangtua.
“hei
ma,” sapa pagiku kepada mama yang terlihat sangat terhormat menggunakan pakaian
dinas warna hijau
“hei
dera, ayo sini sarapan dulu,” seru mama, seolah itu balasan untuk sapaan ku
tadi
Tak
lama kemudian papa datang dari atas dengan mengenakan jas hitam dan dasinya
yang warnanya blaster, sepertinya aku tak berdosa bila bercanda pagi hari ini.
“jas hitam oke, dasi oke, tapi gak oke kalau gak ada selembar warna merah
untukku. Betulkan ma?” seruku menyindir papa agar menambahi uang jajanku
“baju
putih? Goodlah, rok abu-abu oke juga. Tapi kalau selembar merah dikasih setiap
hari tidak enak didengar sepertinya,” balas papa sambil menuju meja makan, dan
duduk dikursinya yang telah disediakan
“hahaha
pagi ini hanya bercandakan pa? besok pasti tidak lagikan hehe. Ohiya dera pergi
kesekolah dulu ya, assallamualaikum mama, papa juga,”
“wa’allaikumsalam,”
balas mama dan papa kepadaku
Dalam perjalanan menuju sekolah aku teringat
anak-anak itu lagi, pasti mereka tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan
sekarang. Mereka pasti sedang siap-siap untuk meminta-minta dilampu merah,
ngamen dipinggiran trotoar, dan bahkan menjual Koran. Sepertinya setelah pulang
sekolah nanti aku akan ketempat mereka lagi, untuk memenuhi perjanjianku
semalam. Tapi aku tak sendiri, aku bersama teman-teman seperjuanganku. Mereka
pasti akan sangat senang bila mereka aku ajak kesana. Dan akhirnya setelah lama
dijalanan aku sampai tepat didepan gerbang sekolah, dan kalian tahu kisah apa
yang ada disekolahku? Sekolahku sangat hebat, siswanya sangat aktif dan
kreatif, punya jiwa saing yang tinggi, pengetahuan yang luas, cara sopan santun
yang benar, dan kami tidak dibenarkan untuk bersikap sombong. Jadi didalam
sekolah kami, peraturan tetap mejadi pedoman para siswa yang menuntut ilmu
disekolah itu. Jika melanggar peraturan yang ada, jangan coba-coba menghindar,
karna sekolah kami sudah menyiapkan sanksi yang setimpal dengan
peraturan-peraturan yang ada.
Hari
ini adalah hari senin, kegiatan rutin akan dilakukan. Yaitu ‘UPACARA BENDERA’
kebetulan aku menjadi pengibar bendera pada hari senin ini, rasa guguppun tak kutinggalkan. Dan rasa banggapun takkan
pernah kulepaskan dari jiwa kebangsaanku. Setelah kegiatan rutin hari senin
usai, aku langsung bersalaman kepada guru-guru yang ada dimeja piket, dan tahu
apa yang mereka ucapkan “penampilan kalian hari senin ini sangat memuaskan.
Pertahankan dan terus sukses!” bangga sekali mendapat pujian yang akan menjadi
motivasi dalam hidupku dan yang lain. Sepertinya aku harus kekelas. Sesampai
dikelas aku langsung memanggil teman-teman suksesku, aku ajak mereka keruang
aula. Kebetulan hari ini guru-guru ada rapat untuk persiapan Ujian Nasional.
Tampa berfikir panjang kami semua langsung keruangan aula sekolah. Untuk tidak
memperpanjang waktu, aku langsung memulai rapat dan bermusyawarah kepada mereka
semua.
“assalamualaikum
teman-teman,”
“wa’allaikumsalam,”
“baiklah,
sebelumnya saya minta maaf karna saya mengganggu jam istirahat kalian semua.
Kita semua sama-sama letih dalam melaksanakan upacara pada hari senin tadi,
jadi untuk tidak memperpanjang waktu saya minta tolong kepada teman-teman untuk
mendengarkan sedikit kisah nyata dari saya. Dan nanti kita musyawarahkan
sama-sama untuk kesimpulannya,”
Akupun
mulai bercerita, ketika aku bercerita aku melihat air yang tergenang disetiap
mata teman-temanku, bahkan airmata mengalir disetiap pendengar yang menyimak
ceritaku. Mereka tak tahan bila mereka harus menahan airmata, mereka, semua
menangis tersedu-sedu. Setelah usai aku bercerita, kami diam sejenak dan
memulai musyawarah. Didalam musyawarah kami sepakat untuk membantu semua anak
jalanan yang berada dibawah kolong jembatan sana, kami akan memberikan mereka
tempat yang layak yaitu ‘PANTI ASUHAN’. Musyawarahpun selesai, dan semua
sepakat, pulang sekolah nanti kami akan sama-sama pergi ketempat yang aku
singgahi kemarin. Dan tiba-tiba lonceng untuk memulai pelajaranpun berbunyi,
dan ternyata guru-gurupun sudah siap rapat. Kami mulai memasuki kelas
masing-masing dan memulai pelajaran.
Waktu
tepat menunjukan pada pukul 14.00 dan lonceng pulangpun berbunyi. Semua murid
langsung pulang dengan tertib dan tak lupa untuk bersalaman kepada guru yang
masuk pada jam terakhir. Aku dan teman-teman yang lain segera manuju parkiran
sekolah untuk melaksanakan apa yang kami musyawarhkan tadi. Terlebih dahulu
kami mengumpulkan uang untuk membeli buku pelajaran yang akan menjadi bekal
kami dalam mengajar anak-anak jalanan itu pada hari ini. Dan uangpun
terkumpulkan, kami langsung ketoko buku dan setelah itu langsung menuju
ketempat anak-anak itu berada.
Setelah
sampai disana alhasil yang kami temukan, anak-anak itu nyaris sudah tak ada
lagi, sepertinya tempat ini terjadi penggusuran. Kejam sekali orang yang
melakukan semua ini, mana rasa prikemanusian mereka. Percuma mereka punya
pedoman pancasila. Ditempat itu aku menangis dan menjerit “ini salahku, aku
terlambat menolong mereka. Aku terlambat!!! Aaaaaa,” jeritanku ternyata membawa
hasil, secar tiba-tiba fikri dan adiknya datang menghampiri kami semua. Ia
mengajak kami ketempat barunya, ia menceritakan semua yang terjadi pada pagi
hari tadi. Ternyata mereka memang benar-benar digusur secara tidak hormat, aku
yang mendengarnya sangat terasa sakit sekali dihati. Tapi sudahlah yang berlalu
biarlah menjadi debu yang berterbangan, yang penting mereka selamat dari penggusuran
itu.
Ditempat
baru mereka, aku dan teman-teman lain segera mengajar mereka. Waktu terus
berjalan, kami semua melihat sangat penuh keriangan diwajah mereka, canda dan
tawa hadir tampa diundang. Kenikmatan kami rasakan sama-sama disana, susah
maupun senang kami akan lewati demi kemajuan mereka. Karna aku, teman-temanku,
dan anak-anak jalanan ini adalah penerus bangsa yang akan datang. Aku percaya
akan apa yang aku katakan, selagi bisa kenapa kita harus menyerah.
Akhirnya
setelah aku mengajar mereka. Kamipun sama-sama untuk beristirahat, dalam suasana itu aku dan teman-teman
bermusyawarah kepada mereka. Bahwa mereka akan kami berikan kepada panti
asuhan, dan masukan-masukan lainnya yang membuat mereka percaya bahwa kami
adalah penolong mereka yang nyata.
haripun
berlalu seiring berjalannya waktu, kami semua segera pulang. Tetapi aku tinggal
sejenak bersama mereka, untuk merasakan kedamaian yang kedua kalinya.
“kak,
tidak menyusul teman-teman kakak?” Tanya seorang anak lelaki
“tidak
dik, kakak mau berdiam diri sebentar disini bersama kalian. Ohiya kakak bawakan
makanan buat kalian semua. Ini,”
“waaaaah
banyak sekali kak,” seru mereka dengan nada yang begitu polos nan lugu. Sungguh
sepertinya mereka tidak tahu apa-apa, raut wajah mereka yang tak berdosa itu
rasanya sangat tak pantas dibalas dengan keadaan yang kleam seperti ini, beruntung
aku dipertemukan kepada mereka. Sambil menikmati makanan yang aku bawa, kami
bertukar fikiran, memperluas pengetahuan, dan yang tak pernah absen adalah
canda dan tawa kami semua. Karna keasikan bersama mereka, aku tak sadar bahwa
hari sudah malam. Aku segera berpamitan untuk pulang kerumah. Sesampainya aku
dirumah..
“dera!”
suara lantang terdengar
“seperti
suara papa,” seruku dengan nada yang sangat pelan
“iya
dera ini papa, darimana saja kamu sampai larut malam baru pulang. Pak dadang
tadi kesekolah menjeputmu, dan alhasil katanya kamu sudah pulang sejak tadi.
Kemana saja kamu,” bentak papa
“dari
rumah reni pa, ngerjain tugas,” jawabku gugup dan sangat singkat, aku sangat
takut dan segera lari kekamar, setelah sampai dikamar aku tak mendengar suara
papa lagi. Untung saja papa hanya marah sebentar. Dan lagi lagi aku harus
berbohong kepada kedua orangtuaku.
Setelah
aku bersiap-siap untuk tidur, aku sangat haus dan segera kedapur untuk
mengambil minuman. Setelah itu aku duduk sejenak diruang tv, aku melihat sebuah
map bewarna kuning. Karna rasa penasaran aku membuka isi map itu. Ternyata
isinya adalah proyek pembangunan gedung dibelakang jembatan, aku tak bisa berkata
apa-apa itukan tempat tinggal anak-anak jalanan yang tak berdosa. Ternyata
penggusuran tadi adalah proyek punya orangtuaku sendiri. Aku tak kuat menahan
airmata ini, rasanya ingin kurobek map yang aku pegang ini, aku langsung lari
kekamar dan segera tidur dalam tangisanku. Malam inipun larut dan berakhir
dengan kesedihanku.
Keesokkan
harinya..
Pagi
haripun tiba, aku turun kebawah dengan muka sinis yang kupancarkan kepada kedua
orangtuaku, mungkin dalam benak mereka bertanya-tanya mengapa aku seperti ini.
Akhirnya tak tertahankan lagi merekapun mulai bertanya kepadaku. “nak, kenapa
kamu pagi ini?” seru papa sedikit cemas kepadaku, mungkin papa merasa bersalah
atas kejadian tadi malam.
“batalkan
proyek itu!” bentakku kepapa, dan langsung beranjak lari kegarasi
“hey
apa maksudmu nak?!” seru papa sedikit agak membentak
Aku
bahkan tak menghiraukan bentakan papa tadi, seolah aku sudah punya peggangan
kuat untuk membatalkan proyek itu. Diperjalanan menuju sekolah aku menangis
sepanjang jalan, fikiranku terhenti sejenak. Aku menyuruh pak dadang untuk
membelokkan mobil kearah jembatan, hari ini tekadku sangat bulat. Jika ada yang
datang untuk membangun proyek dan menggusur orang tunawisma disini, aku janji
aku yang akan turun tangan. Sesampainya ditempat itu..
“non
tidak kesekolah,” seru pak dadang
“tidak!
Nanti kalau papa dan mama nanya bilang aja bapak gak tau!” seruku membentak pak
dadang yang tak berdosa dan tak tau apa-apa.
Pak
dadang langsung memutarkan mobilnya untuk pulang kerumah. Semua temanku, papa,
mama, meneleponku. Tapi sama sekali tak aku hiraukan. Aku sekarang sedikit
nyaman berada dibawah pohon belakang tempat tinggal anak-anak jalanan itu. Aku
mengintip mereka yang sedang tertawa riang, aku tak bisa berfikir jika
kebahagian mereka direngut oleh orangtuaku sendiri. Aku harus berkata apa jika
mereka semua tau bahwa yang menggusur mereka adalah orangtuaku. Aku menangis
dan terus menggerutu. Tiba-tiba handphoneku berdering lagi, ternyata papa. Kali
ini akan kucoba angkat telfonnya.
“batalkan
pa batalkan,” seruku sambil menangis kepapa lewat telfon
“apa
yang harus papa batalkan nak, apa?!”
“proyek
papa!!!!”
Papa
tak menjawab telfonku lagi, bahkan papa mematikannya. Aku seolah punya rasa
cemas, apa yang sedang papa lakukan. “Apakah proyek itu benar terjadi???”Aku
terus menangis dibawah pohon rindang itu, telfonku bordering lagi.. dan
ternyata papa lagi.
“kedepan!”
“maksud
papa?!” dengan nada heran dan bingung yang aku rasakan saat papa bilang
‘kedepan’ dan tampa hitungan detikpun komunikasi kami mati lagi, dan yang ada
hanya suara “tiiit..tiit..tiit”
Fikiranku
melayang dipanorama otakku, aku seakan terombang-ambing dengan suasana yang
sangat mencekam ini. Aku tak akan mungkin mundur, aku harus bertanggung jawab
dengan apa yang aku katakan kepada anak-anak jalanan itu dan kepada
teman-temanku. Aku tak mau dibilang simulut manis dengan sejuta khayalan,
kata-kata itu sangat menyakitkan jika terlintas dimulut mereka. Aku tak boleh
membayangkan itu terjadi. Aku mulai tegak dan mengusap airmataku, aku berjalan
sangat pelan menuju kedepan gubuk anak-anak jalanan itu. Aku tak langsung
memperlihatkan semua badanku, tetapi aku mengintip sejenak. Dan ternyata papa
benar-benar menjalankan proyek itu, dengan sigap aku berlari diselingi nafas
yang terengah-engah.
“BERHENTI,”
seruku lantang kepada mereka semua yang berada diproyek itu
“hey
nak,” sapa papa dan segera menghampiriku
Aku
membalas sapaan papa tadi dengan penuh amarah dan emosi yang tinggi, sepertinya
aku tidak bisa lagi untuk mengendalikan emosiku. Aku sudah tak bisa menahan
rasa amarah yang bergumpal seperti genggaman tanganku.
“hentikan
proyek ini, aku tak akan membiarkan kalian semua termasuk papa menghancurkan
apa yang tidak sepenuhnya kalian lihat. Coba sejenak luangkan waktu kalian
untuk melihat kaum tunawisma yang sangat membutuhkan bantuan tangan dari kita,
begitu tega kalian melihat mereka menjatuhkan airmatanya karna ulah kalian yang
sangat tak mempunyai moral. Apa kalian bangga dengan apa yang kalian perbuat,
tuhan menciptakan kita untuk saling membutuhkan dan saling membantu satu sama
lainnya, kita semua adalah mahluk social, mahluk yang saling bergantung kepada
oranglain, kerja kita bukan malah merusak kehidupan oranglain” amarahku semakin
menjadi-jadi dengan mata yang berkaca-kaca.
Tiba-tiba mama, teman-temanku, kaum tunawisma,
dan anak jalanan itu datang dengan senyuman yang lebar dan memandangku dengan
tatapan yang sangat penuh makna dan arti yang tak dapat aku artikan. Tiba-tiba
secara spontan mereka langsung bertepuk tangan, dan dari arah belakangku datang
fikri dan adiknya membawa sebuah kue tart yang tertulis namaku, dan diatasnya
dihiasi lilin dengan nomor ‘16’. Dengan hadirnya fikri dan adiknya itu semua
langsung menyanyikan lagu selamat ulangtahun dan secara perlahan-lahan
mendekatiku. Kalian tau apa responku atas semua ini? Aku menangis terus
menangis dan menangis, bibirku sangat kaku dan sama sekali tak bisa
mengungkapkan apa-apa. Ternyata hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke ’16
tahun’ aku tak menyangka mereka semua ingat atas hari lahirku. Aku sendiri
bahkan lupa bahwa tanggal ini adalah tanggal dimana aku dilahirkan diatas bumi
ini. Aku langsung berlari kearah mama yang tak jauh berada didekatku, aku
langsung memeluk mama erat, semua orang yang berada disana termasuk papa tersenyum
melihat aku memeluk mama dengan arimata yang berjatuhan.
Tiba-tiba
dari arah kanan aku melihat seorang anak membawa sebuah papan besar yang
ditutupi dengan kain, secara spontan aku langsung melepaskan pelukanku. Dalam
hatiku bertanya-tanya “apa itu, apa yang dibawa anak itu?” aku ingin bertanya
kepada yang lain, tapi rasanya mulutku terlalu kaku untuk berkata. Akhirnya aku
menunggu anak itu datang ketempat kami semua, setelah ia sampai ketempat kami.
Aku melihat anak itu menangis, secara spontan aku langsung berkata “kenapa kamu
menangis dik?” aku berkata sambil melihat semua orang yang memandangku.
“kak..tempat
ini,” anak itu menjawab dengan airmata yang berjatuhan ketanah. Rasa penasaran
semakin menghantui fikiranku. Aku tak sabar dengan isi papan yang ia bawa itu,
akhirnya aku mulai bertanya lagi.
“kenapa
dengan tempat ini,” bentakku kepadanya
Ia
tak menjawab pertanyaanku, bahkan ia memberiku papan yang ia pegang tadi. Tentu
aku langsung mengambil papan yang ia pegang tadi dengan sigap, karna penasaranku
yang hebat aku langsung membuka kain yang menutupi papan itu, dan dipapan itu
tertulis “TEMPAT INI AKAN DIBANGUN SEBUAH PANTI ASUHAN DAN RUMAH SUSUN UNTUK
MASYARAKAT YANG KURANG MAMPU” ini adalah suatu kejutan terhebat yang pernah aku
terima, setelah aku membaca tulisan itu dengan keras, semua orang langsung bertepuk
tangan lagi dan tersenyum melihat tangisanku yang berakhir bahagia. Aku
langsung berlari kearah papa dan mengucapkan banyak terimakasih atas pembatalan
proyeknya, ternyata apa yang akan dibangun nanti adalah hadiah ulang tahunku,
aku sangat senang dengan apa yang mereka berikan kepadaku. Dan rasa syukur
kepada yang maha esapun tak lupa aku panjatkan, tangisanku seolah berhenti
ketika aku melihat senyuman mereka yang disertai dengan rasa bahagia. Mereka
patut menerima ini semua, karna mereka semua adalah saudara-saudaraku yang
tuhan kirimkan. Sebelum aku meninggalkan tempat yang sangat berarti itu aku
berhenti dan berkata..
“aku
tahu dalam benak kalian tercipta rasa ingin bahagia, dan sekarang kebahagian
yang kalian idam-idamkan berada tepat didepan kalian. Hidup ini akan berakhir
indah jika kita semua ikhlas dan tulus menjalaninya, tuhan tak akan berikan
cobaan yang membuat umatnya selalu terus mengeluh, tapi tuhan memberi cobaan
kepada umatnya agar umatnya terus berusaha, dan tetap sabar menunggu akhir yang
bahagia. Sekarang kalian bisa hidup bersama-sama dalam kedamaian dan
ketentraman yang abadi, buatlah nafas kalian menjadi begitu bermakna. Jangan
sia-siakan waktu indah ini hanya untuk hal yang pantas, bangunlah rasa
kebersamaan yang kalian harapkan rasa itu tak akan pernah tumbang. Yakin dan
saling percayalah atas karunia yang selalu tuhan kirimkan. Cerita kalian
berakhir dihari ini, hari yang sangat special, tutuplah buku lama kalian dan
jadikan itu semua sebagai pengalaman dan motivasi hidup. Semoga dengan apa yang
tuhan berikan melalui hambanya ini, akan sangat bermaanfaat bagi kehidupan
kalian. Aku akan selalu berada tepat ditengah orang yang selalu membutuhkan dan
tak pernah mengeluh, tepat seperti kalian. Jalani hidup ini dengan sejuta makna
dan peganglah prinsip yang selalu orang katakan ‘hidup ini seperti roda, kadang
dibawah, dan kadang juga diatas’ jadi janganlah pernah sombong dengan apa yang
kita dapatkan sekarang. Mengertilah dalam-dalam kata itu, dan carilah arti
hidup sesungguhnya” kata-kata terakhirku membuat semua orang yang berada
ditempat itu menangis dan berlari untuk memelukku. Aku seolah mengeluarkan
airmata yang bahagia dan membalas pelukan mereka, dan akhirnya semua berakhir
bahagia pada hari ini. Kemerlap senyum yang mereka pancarkan dari wajah mereka
adalah penutupan akhir pada hari ini. Cerita untuk karangankupun usai aku
dapat, aku berharap tuhan selalu melindungi orang yang aku sayangi disetiap
detik.
“hidup
memanglah tak mudah untuk kita pahami, tapi hidup akan sangat mudah jika kita
memahami makna dari kata ‘HIDUP’,”
………The
end……..
Kirim Artikel / Cerpen anda ke: bagindaery@gmail.com untuk bisa tampil disitus bagindaery.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com