by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/24/terkait-wacana-tes-keperawanan-585991.html
Meruaknya isu tentang tes keperawanan bagi perempuan dalam melanjutkan
dunia pendidikan, beberapa pekan ini menjadi topik pembicaraan yang
mengundang pro dan kontra di dalamnya. Pada wacana tes keperawanan ini
dilandasi atas tingginya tingkat masalah pergaulan bebas yang
berindikasi pada terjadinya seks bebas khusunya di kalangan remaja
(pelajar). Melalui wacana tes keperawanan diharapkan mampu menjadi upaya
pemerintah untuk menekan tingginya tingkat masalah seks bebas pada
kalangan pelajar yang terus meruak di masyarakat.
Pergaulan bebas yang berujung
dengan terjadinya seks bebas di kalangan remaja bisa disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, kurangnya pengawasan dari agen sosial yang
paling pertama dan utama yaitu, keluarga. Keluarga merupakan agen sosial
pertama yang melakukan proses soialisasi awal diikuti dengan agen
selanjutnya yaitu, kelompok sepermainan dan kelompok pendidik (sekolah).
Orang tua, saudara terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk
mendidik anak supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup
yang benar dan baik. Atas dasar kasih sayang itu, anak dididik untuk
menegenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban dan
ketentraman, nilai kebendaan dan keahklakan, nilai kelestarian dan
kebaruan, dan seterusnya. Maka banyak dari mereka yang relatif cenderung
terjerumus ke pergaulan bebeas adalah remaja yang keluarganya kurang
berjalan harmonis. Ini bisa diakibatkan pada kurang harmonisnya hubungan
dari kedua orang tua. Sehingga, dididikan atas dasar kasih sayang orang
tua sedikit agak kurang Ia dapatkan. Peranan orang tua terhadap anak
(baik yang masih kanak-kanak maupun yang sudah remaja) tidak dapat
digantikan secara utuh oleh pihak-pihak lain. Oleh karena itu, apabila
salah seorang orang tua mengalami perceraian atau meninggal dunia,
diperlukan suatu proses penyesuaian yang sangat mendalam.
Kedua, agen sosial kedua yaitu,
teman sepermainan juga menjadi salah satu faktor penyebab. Lingkungan
pergaulan yang kurang sehat akan mempunyai peranan negatif terhadap
remaja tersebut. Apabila ia berada pada lingkungan pergaulan yang kurang
sehat maka besar kemungkinan Ia bisa ikut terbawa pergaulan yang
sifatnya negatif. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang negatif
itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru,
dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan
yang benar dan baik para remaja.
Atas dasar masalah tersebut
akhirnya pemerintah membuat wacana untuk melakukan tes keperawanan bagi
kalangan pelajar. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah hal ini
akan mampu berjalan efektif atau hanya menimbulkan masalah baru di
bangsa ini?
Analisis Peristiwa
Ketika pemerintah berwacana
untuk melakukan tes keperawanan, hal yang sifatanya diskriminatif
menyeruak. Pada wacana tes keperawanan ini ditakutkan bahwa suatu bentuk
diskrimintaif terhadap perempuan akan menjadi masalah baru. Seolah-olah
perempuan yang tidak lagi memiliki kehormatan diri tidak bisa
melanjutkan pendidikan. Dengan kata lain akses pendidikian bagi
perempuan terbatasi. Sehingga, hal-hal yang sifatnya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki bisa terjadi. Bukankah hal yang menyangkut
kehormatan diri itu adalah sifatnya pribadi bagi seseorang, bukan urusan
hal yang harus memerlukan campur tangan orang lain.
Wacana ini juga kembali
memperkuat isu gender di masyarakat nantinya. Tubuh perempuan dijadikan
objek untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materil. Artinya, melalui
tubuh perempuan (vagina perempuan) bisa dikomersialkan menghasilkan
materil (uang) dengan biaya tes keperawanan nantinya. Lalu belum lagi
ditambah dengan nasib bagi pelajar yang terbukti tidak lagi memiliki
kehormatan diri. Aib Ia nantinya bisa menjadi konsumsi publik yang
mengakibatkan beban mental yang berat dari pelajar tersebut. Psikis Ia
justru sangat terganggu. Tekanan dari lingkungan juga pasti akan menjadi
masalah baru, Ia akan mendapatkan bentuk tindakan assosial dari
masyarakat. Assosial adalah suatu bentuk tindakan yang dikucilkan dari
suatu kelompok. Hal-hal ini yang dirasa akan menimbulkan bentuk masalah
masalah baru di bangsa ini.
Ketika negara-negara berkembang
lain telah jauh melesat memikirkan model pembangunan yang visioner,
strategis, berkualitas. Negara ini justru masih memikirkan hal-hal yang
sifatnya sepele. Negara ini ibarat masih terus bergerak di tempat jauh
tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com