by: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/10/13/merapi-tepati-janji-setelah-tragedi-401020.html
Gunung Merapi, sebuah fenomena alam yang penuh misteri, menimbulkan
tanda tanya, mengusik ketenangan, menyebarkan marabahaya, namun
menebarkan limpahan harta. Disaat gunung ini bergejolak tak satupun yang
berkutik untuk menahannya, namun setelah semua aktivitas vulkanis
selesai limpahan rejeki dari maaterial perut bumi menjadi sumber
kekayaan dan kesuburan. Hampir setahun sudah, erupsi terbesar semenjak
seratus tahun terakhir dengan ratusan korban jiwa dan tak terhitung
kerugian material yang lain. Saat ini berkah dari tragedi sudha bisa
dinikmati oleh para petani, penambang, maupun pendaki gunung yang ingin
menyambangi puncaknya.
Dari sisi historis, Gunung Merapi memiliki perjalanan panjang. Letusan
tahun ini adalah yang terbesar sejak seratus tahun belakangan ini,
sehingga tak terelakan lagi ada ratusan korban jiwa. Dalam mitologi
kejawen, Gunung Merapi adalah poros utara yang apabila ditarik garis
imajiner menuju selatan, akan bersinggungan dengan Keraton Yogyakarta
dan berakhir di Pantai selatan. Setiap titik yang bersentuhan dengan
garis imajiner tersebut memiliki sebuah filosofi kehidupan manusia.
Gunung Merapi sebagai poros utara memilik peranan penting dalam mitologi
tersebut, yakni sebagai kerajaan mahluk halus. Konon penunggu Gunung
Merapi adalah Kyai Sapu Jagad yang sebenarnya adalah Ki Juru Taman yang
memakan “endog Jagad” telur dunia milik Panembahan Senopati. Akibat
memakan “endog jagad” Ki Juru Taman berubah menjadi raksasa dan oleh
Penembahan Senopati diperintahkan menjadi penunggu Gunung Merapi. Saat
ini menjadi legenda bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.Sisi
cerita Gunung Merapi yang telah mengakar menjadi sebuah kearifan lokal,
tidak lepas dari eksotisme dari gunung teraktif didunia ini.
Kini gunung teraktif di dunia tersebut sudah tertidur kembali dan
saatnya mencoba untuk melihat lekuk-lekuk tubuhnya. Dari dusun
Plalangan, Selo, Boyolali kaki mulai melangkah dari base camp. Disinari
dengan cahaya “Head Lamp” menembus kabut di sela-sela kebun penduduk.
Pada awalnya perjalanan cukup berat, karena tubuh belum teradaptasi
dengan baik. Berjalan pelan, sambil menghirup udara dalam-dalam sebuah
cara agar kondisi tubuh lekas menyesuaikan diri. 1 jam perjalanan dengan
melewati perkebunan penduduk, akhirnya sampai di batas hutan. Ada dua
pilihan jalur untuk kepuncak, lewat jalur utama disebelah kanan atau
alternatif disebelah kiri. Keputusan harus diambil secepat mungkin, dan
akhirnya mengambil jalur alternatif yang dikenal dengan jalur Kartini.
Terus berjalan melewati semak belukar dengan bunga-bunga Babandotan yang
mulai bermekaran dan akhirnya sampai juga di pertigaan “Patok 1″.
Perjalanan dilanjutkan, dengan jalur yang landai dengan jalan setapak
dan beberapa batuan. Dari lari kecil, melompat, bahkan harus melipir
disisi batuan agar secepatnya mencapai tujuan. Patok 2 dan Batu
Gajah-pun terlewati, dan kini saatnya mencapai batas vegetasi. Hamparan
pasir dan batu terbentang luas didepan mata. Berjalan disela-sela
bebatuan yang menjadi jalur aliran air. Terus melangkah dan tidak terasa
sudah sampai di sebuah kawasan yang kuas yang disebut Pasar Bubrah atau
Pasar Setan. Dari Pasar Bubrah, akan langsung di hadapkan pada
pendakian yang sebenarnya.Sesaat memandangi sebuah bukit besar yang
mengerucut curam dan mengepulkan asap tebal dan puncak Merapi sudah
didepan mata.
Orientasi medan, dengan menganalisa kira-kira nanti dari rute mana untuk
memulai pendakian sangat diperlukan agar terhindar dari jalur yang
salah. Dengan melihat alur-alur longsoran bebatuan dan pasir, diputuskan
untuk memanjahat dari sisi kiri “timur laut” karena relatif lebih
landai dan langsung menuju puncak tanpa ada penghalang batu besar.
Berjalan pelan diantara pecahan material vulkanik, dari batu besar,
kerikil, pasir hingga debu halus. Diawali dengan jalur yang landai,
namun seolah tubuh dihentakan oleh pemandangan didepan dengan jalur yang
curam. Dengan merayap “Scrambling” mencoba menyisir dan memanjat
dinding batu dan pasir. Mencari pijakan kaki dibatu yang kompak, atau
akan terperosok kebawah dan jatuh bebas bergulingan. Berjalan sambil
berurutan depan belakang secara vertikal sangat tidak disarankan, sebab
akan sangat berbahaya dengan longsoran batu. Berjalan secara beriringan
secara horizontal, zig-zag dengan tetap menjaga jarak dan di jalur yang
aman lebih disarankan untuk meminimalkan resiko. Berjalan dengan
hati-hati dan tetap menjaga keselamatan diri dan pendaki lain mutlak
diperlukan.
Sesampai di puncak Tidak ada “Kawah Mati dan Puncak Garuda” yang menjadi
ikon Merapi. Semua berubah disaat kepulan asap putih menyembur keatas
dan tangan sudah menggapai batu terakhir. Ini puncak dengan kaledera
luas dan bibir kawah yang yang bergelombang. Dibeberapa sisi nampak
permukaan puncak yang tidak merata dan bergelombang diiringi suara
gemuruh dari bawah sana, apalagi kalau bukan kawah. Seluas mata
memandang sisi selatan dan barat daya yang ada hanya asap putih tebal
dan dengan angin mengarah kebarat, saat itu Merapi menjadi sahabat yang
baik. Berjalan di igir-igir kawah dengan ekstra hati-hati untuk melihat
beberapa sisi Kawah dengan ketinggian dan tingkat kesulitan yang
berbeda. Ingin rasanya menggapai sebuah bukit kecil yang kemungkinan
puncak sejati disisi Utara mengarah ke barat laut, namun resiko yang
dipertaruhkan cukup besar. Sebuah tantangan buat mereka mau merintis
menuju puncak sejati, sebab bukan perkara yang mudah untuk membuka
jalur. Kemungkinan dibutuhkan peralatan panjat tebing sebagai pengaman
yang mutlak diperlukan. Merapai memberikan kesempatan emas bagi meraka
yang mencintai petualangan adrenalin diketinggian.
Bagi Anda yang tidak bisa menyambangi puncak Merapi secara langsung,
masih banyak tawaran dari Gunung teraktif di dunia ini. Lava tour
merupakan pilihan yang tepat untuk melihat sisa-sisa dasyatnya erupsi
Merapi setahun yang lalu.Kunjungan wisata untuk mengetahui dasyatnya
Gunung Merapi bisa dimulai dari sisi Selatan Gunung Merapi. Kunjungan
utama diawali dengan mengunjungi Museum Vulkanologi di daerah Pakem. Di
museum tersebut pengunjung akan diperkenalkan sejarah letusan Gunung
Merapi dari jaman Purba hingga yang terbaru. Peralatan pemantau gunung
berapi juga tersimpan rapi disini. Simulasi letusan juga ditampilkan
dalam 3 dimensi beserta audio sebagai pendukungnya. Selesai berkunjung
di Museum Vulkanologi perjalanan bisa dilanjutkan menuju Kali Adem di
Kinah Rejo, Cangkringan. Dilokasi ini tragedi awan panas meluluhlantakan
desa yang dihuni Juru Kunci Gunung Merapi, mBah Marijan yang ikut
menjadi korban awan panas.
Desa yang terletak dalam radius 4km dari puncak Merapi menjadikan
suasana serasa melihat secara langsung dasyatnya erupsi Gunung Merapai.
Sungai Gendol yang dulu dalam kini sudah tertutup material vulkanis,
menjadi bukti betapa besarnya erupsi Merapi. PUluhan rumah didesa Kinah
Rejo hampir rata dengan tanah, begitu juga dengan tanaman yang sudah
tidak tersisa lagi. Layaknya sebuah desa mati, namun keindahan Merapi
tak pudar di desa yang menjadi zona merah.
Beralih kesisi utara Gunung Merapi yang tak kalah indahnya. Kecamatan
Selo dan Sawangan menjadi tujuan untuk menikmati lava tour. Di Kecamatan
Selo yang berjarak juga kurang dari 4km dari puncak Merapi menjadi
salah satu jalur pendakian menuju Puncak Merapi. Kawasan New Selo yang
menjadi gerbang pendakian kini telah dibuka untuk umum guna menyaksikan
puncak Merapi dari dekat. Dari kawasan New Selo, pengunjung bisa
menyaksikan puncak Merapi dari dekat. New Selo yang berada di ketinggian
1600mdpl, menjadi tempat yang strategis untuk menyaksikan matahari
terbit dari sisi timur dibalik Gunung Lawu, atau saat matahari terbenam
dibalik Gunung Sindoro dan Sumbing.
Dikecamatan Sawangan Magelang, terdapat Gardu Pandang yang diresmikan
Presiden Megawati. Dari gardung pandang Ketep Pass, pengunjung akan
disuguhkan pemandangan dari sisi Barat Laut Gunung Merapi. Pengunjung
bisa menyewa teropong jika ingin melihat Merapi dari jarak dekat.
Apabila ingin lebih dekat lagi dengan Gunung Merapi, pengunjung bisa
menikmati lewat pertunjukan film pendek dan pameran dimuseum di ketep
Pass. Gardu pandang yang terletak tepat diantara Gunung Merapi dan
Merbabu menyuguhkan pemandangan yang luar biasa untuk tetap bisa
menikmati Merapi dari jarak dekat.
Salah satu dari sisi cicin api, Gunung Merapi tak akan habis untuk
dinikmati keindahannya. Fenomena tragedi dari Wedus Gembel, hujan debu
hingga lahar dingin adalah bukti betapa dasyatnya Merapi saat
bergejolak. Disaat Merapi kembli tenang, limpahan rejeki kesuburan,
material perut bumi dan keelokannya memanjakan umat manusia yang
menikmatinya. Merapi memang tak ingkar janji.
salam
DhaVe
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com