Saya punya kisah berkaitan dengan orang-orang yang mengatasnamakan orang, kelompok pendukung Negara Islam Indonesia (NII). Waktu itu saya masih kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekitar tahun 1999-2003. Kisahnya, ada teman sealumni di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sukamanah, Singaparana, Tasikmalaya. Teman tersebut kuliah di jurusan teknik. Sahabat saya ini diajak salah seorang teman yang biasa ikut dalam halaqah (pertemuan kecil/pengajian) dan membujuknya ke salah satu tempat.
Sahabat saya ini agak ragu, mengingat obrolan-obrolan keisalaman teman yang mengajaknya kurang srek di benaknya atau keilmuannya selama ini. Memang ia tak bodoh-bodoh amat tentang keislaman, karena semasa Madrasah Aliyah dia sempat nyantri di pesantren Sukamanah yang didirikan Pahlawan KHZ Mustofa yang juga pahlawan nasional.
Singkat cerita sahabat saya mengajak saya bertemu dengan kelompok NII yang bermarkas di sebuah kontrakan di daerah Janti-Jogjakarta. Sayapun meyakinkan diri akan mampu menghadapi berbagai argument yang kemungkinan menjadi perdebatan atau menyerang saya. Sebelumnya saya punya pengalaman, berhadapan dengan pengikut semacam NII, selalu berdebat soal keyakinan dan mengguggat keyakinan mainstream. Maka tak lupa, sebelum berangkat saya melahap beberapa buku bacaan, diantaranya buku Nurcholish Madjid (Cak Nur) serta buku-buku lainnya terkait kebenaran sebuah doktrin agama.
Benar perkiraan saya. Setibanya di markas mereka, saya disambut sekitar 7 orang. Ada juga dua orang perempuan yang mengaku kuliah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja dan yang satunya mengaku berasal dari Tasikmalaya-daerah yang sama dengen asal saya. Sebuah pendekatan awal untuk menarik simpati saya. Kesamaan asal usul, diharapkan kelompok itu agar saya atau lawan bicara mau mengikuti sugestinya saat dialog nanti.
Setelah dipersilahkan, saya masuk mengikuti tuan rumah. Perbincangan berjalan, mulai basa-basi hingga perkenalan nama dan asal sekolah. Saya terpaksa berbohong, mengaku sedang studi di jurusan teknik, sama dengan sahabat saya yang mengajak ke rumah tersebut.
Obrolan terus mengalir hingga soal agama. Obrolan dimulai dari orang yang terlihatnya paling dituakan di kelompok itu. Tanyanya “apakah Anda meyakini al-quran benar?”. Saya jawab, “karena agama saya Islam, al-quran benar. Kalau anda mengatakan al-quran salah, akan saya bunuh kau,” saya balik bertanya dengan nada yang agak tinggi. Mereka sedikit kaget.
Namun jadi perdebatan agak panjang berikutnya, soal kebenaran tafsir agama. Saya melihat saat itu, mereka menggiring pembicaraan, bahwa Islam yang ditafsirkannyalah yang paling benar. Islam saya, islam yang lain serta Islam di luar kelompoknya salah semua dan pantas mendapat istilah kafir (takfir).
Masuk ke perbincangan ini saya semakin sadar, bahwa saya berada di lingkungan kelompok yang merasa paling benar sendiri. Saya ingat sebelumnya, saat membaca buku (alm) Nurcholish Madjid dan dikatakan juga pada mereka. Bahwa yang benar di atas segalanya hanyalah Allah. JIka ada manusia yang mengklaim dirinya paling benar, itu artinya membuat kebenaran selain Allah di kepalanya. Sama artinya, dia membuat tandingan Allah dalam konteks kebenaran. Padahal pemikiran manusia tak akan sampai pada kebenaran hakiki. Dan inilah konteks pemberhalaan yang sebenarnya. Dapat dikatakan, barang siapa yang memutlakan penafsirannya, dialah membuat “tuhan” selain Allah. (Allah di sini dalam konteks keyakinan Islam).
Sayapun mengilustrasikan. Ada matahari yang begitu bersinar terang ke seluruh alam. Di sekitarnya ada planet bumi, Jupiter, Mars dan anggota palnet lainnya. Jika bumi mengklaim dirinya yang hanya kena sinar matahari, bumi telah berbohong. Sebab planet yang lain juga sesekali mengalami sinar terang matahari. Baik bumi, mars, jupiter dan lain-lain, hanya sebelah permukannya yang terkena sinar matahari. Sebab yang sepenuhnya terang adalah matahari itu sendiri, bahkan bisa menerangi alam raya disekitarnya.
Dari argument saya tersebut ada bisikan yang terdengar kepada temannya. “Wah kayaknya ini bukan dari teknik, seperti dari IAIN”. Saya semakin semangat untuk menyerang mereka dan bertanya soal tafsir dan terjemah. “Apakah anda bisa membedakan antara tafsir dan terjemah?” Tanya saya. Tak satupun yang menjawab. Saya mengajukan pertanyaan itu. Kebetulan saya sedang mengambil mata pelajaran ilmu tafsir yang dosennya pelit banget dalam member nilai.
Padahal kalau pertanyaan dijawab sederhana saja, saya tak akan banyak berkata lagi. Misalnya, terjemah al-quran itu hanya alih bahasa ke bahasa lain seperti ke bahasa Indonesia, Inggris atau lainnya. Sedangkan tafsir, merupakan penjelasan dari isi kandungan ayat-ayat al-quran. Terjemah akan berwujud seperti terjemah al-quran departemen agama RI dll. Sedangkan tafsir seperti tafsir Jalalain tafsir Al-manar dll.
Dengan pertanyaan itu, akhirnya mereka menahan argument-argumennya. Padahal sebelumnya mereka begitu semangat mempertanyakan berbagai keyakinan mainstream yang selama ini berjalan di masyarakat, termasuk keberagamaan saya. Sedangkan gol yang diharapkan dari dialog itu, supaya lawan bicara mengakui bahwa lslam yang benar, hanya Islam penafsiran mereka.
Memang, dalam sejarah agama-agama, paham atau pemikiran kelompok lain salah, dan hanya alirannya yang benar, meski dalam satu agama kerap terjadi. Ini berlangsung hingga saat ini, baik dalam agama samawi maupun agama non samawi.
Setelah perbincangan itu, dialog ditutup, tanpa mengambil kesimpulan. Saya berusaha menyampaikan pendapat-pendapat, setidaknya jangan sampai agama dimanipulasi demi kepentingan tertentu. Saya juga menganjurkan (meski saya bukan ahli agama) pelajarilah agama dengan reperensi sebanyak mungkin. Saya bersyukur belajar di IAIN (UIN) yang sangat terbuka terhadap berbagai pemahaman agama tanpa menghilangkan keyakinan dalam hati saya sebagai pegangan diri sendiri.
Kini, NII KW-9 kembali muncul. Anehnya modus dan motif perekrutannya masih sama, yakni membaiat anggota juga mengambil storan-storan dari anggotanya. Sasarannya masih sama, mahasiswa dan anak-anak muda di kampus-kampus.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com