Kitab Suci Menyesatkan? Kisah Perjalanan Rakyat Logos sebagai Analogi
Keresahan Rakyat Logos
Tersebutlah sebuah tribe (sub rumpun suku-bangsa) yang terdiri dari puluhan keluarga dibawah pimpinan seorang bijak bernama Logos sedang resah. Tanah yang mereka diami tak lagi bersahabat. Sumber air mulai mengering. Buah-buahan kian berkurang, hewan buruan makin sulit didapat. Sementara penyakit dan bencana bertubi-tubi melanda mereka.
Di tengah keresahan yang kian mencekam itu, di suatu pagi yang sedikit suram, Logos sang kepala tribe, meminta seluruh rakyatnya berkumpul di alun-alun kampung.
“Wahai rakyat ku tercinta! Ketahuilah bahwa tadi malam aku mendapat petunjuk dari Sang Gaib” demikian sang kepala tribe yang sangat disegani, sekali gus dicintai rakyatnya itu mengawali seruan bersejarahnya.
“Sang Gaib telah membawa sukma ku ke suatu tempat di bagian lain persada ini. Tempat itu sangatlah subur, sumber airnya berlimpah, buah-buahan tinggal memetik, hewan buruan tinggal menangkap, juga terdapat naungan yang dapat dijadikan tempat tidur dan beristirahat dengan nyaman”.
“Inginkah kalian pindah ke tempat itu?” tanya Logos kepada rakyatnya.
“Ingin. Kami ingin sekali ke tempat itu” jawab rakyatnya secara serempak, layaknya sebuah koor.
“Jika demikian, maka dengarkanlah fatwa ku baik-baik” lanjut Logos.
“Tempat itu sangatlah jauh dari sini, butuh waktu berbulan-bulan untuk mencapainya. Di sepanjang jalan terdapat banyak sekali ancaman yang bisa membahayakan kita. Meskipun begitu jika kalian kompak di belakang ku, patuh dan taat pada arahan ku maka kalian akan selamat”.
Perjalanan Menuju Tanah Impian
Maka, berangkatlah Logos bersama seluruh rakyatnya mengarungi semak dan savanna menuju tanah impian.
Hari berganti pekan, pekan pun berganti bulan, tanah impian belum juga menampakkan tanda-tandanya. Malangnya, kepala suku kharismatik yang memang sudah tak muda lagi itu tiba-tiba sakit.
Menyadari waktunya tak lama lagi, Logos pun memanggil 5 kepala keluarga yang selama ini menjadi tangan kanannya. Kelima orang itu adalah Kelam (tertua dari yang lainnya), Legam, Pekat, Geram, dan Pitam.
“Sahabat ku, waktuku sudah dekat, hidupku tak kan lama lagi. Itu sebabnya aku panggil kalian ke sini. Aku tak bisa lagi menemani perjalanan kalian lebih jauh”.
“Demi keselamatan seluruh tribe yang kukasihi ini menuju tanah impian aku telah menuliskan semua arahan Sang Gaib pada selembar peta ini. Percayalah jika kalian kompak dan selalu berpegang teguh pada peta ini niscaya perjalanan kalian akan lancar, nyaman, jauh dari onak dan duri”. Usai bersabda, Logos pun menutup mata untuk selamanya.
Seusai pemakaman sang Pemimpin Tribe, kelima orang yang diserahi amanah itu pun berembuk. Disepakatilah bahwa peta suci pedoman ke tanah impian perlu digandakan untuk menjaga kemungkinan lusuh dan rusak. Kelimanya pun masing-masing memiliki peta yang identik (orisinal isinya). Mereka juga sepakat memilih Kelam, karena umurnya paling tua, sebagai pemimpin perjalanan.
Pertikaian Berantai Tak Berujung
Di bawah pimpinan Kelam, bulan pun berganti tahun. Namun, tanah impian yang dicari seolah kian menjauh. Pejalanan pun semakin menyengsarakan, jauh dari aman apalagi nyaman. Nyaris setiap hari ada anggota rombongan yang terluka karena tergores onak, tertusuk duri, atau disengat hewan berbisa.
Pitam yang memang berkarakter seperti namanya—tidak sabaran dan mudah naik pitam, tiba-tiba angkat bicara.
“Saudara-saudara ku sekalian. Tidakkah kalian sadari bahwa ada hal ganjil dalam perjalanan kita sepeninggal Yang Mulia Logos?”
“Bukankah di dalam peta suci ini tegas dikatakan bahwa jika pemimpin kita saat ini, saudara Kelam, benar dalam memahami petunjuk peta suci ini tidak seharusnya kita menderita oleh onak dan duri?”
“Terus terang aku mulai ragu dengan kemampuan saudara Kelam memimpin perjalanan ini” ujar Pitam berapi-api.
“Oleh karena itu saudara-saudara ku sekalian, maaf saja mulai saat ini aku dan keluarga ku menyatakan berpisah dari rombongan ini. Aku paham betul isi peta suci ini, karena aku juga merupakan orang yang dipercaya oleh Yang Mulia Logos memelihara peta suci ini”
Komunitas tribe itupun gempar. Ada yang terpengaruh ucapan Pitam lalu menyatakan ikut dengannya. Tetapi banyak juga yang kecewa dan marah terhadap kelakuan Pitam, Geram salah satunya.
“Laknat kau Pitam!” bentak Geram “Kau telah memecah belah tribe ini, dan berkhianat terhadap Yang Mulia Logos. Kau layak mendapat hukuman”
Mendengar teriakan Geram itu, layaknya mendapat komando, orang-orang yang menganggap Pitam memang keterlaluan langsung bersama-sama mencaci maki Pitam. Beberapa diantaranya langsung melayangkan pukulan pada si Pitam. Tak urung, demi menyelamatkan diri Pitam beserta keluarga dan orang-orang yang mempercayainya pun lari tunggang langgang.
Jadilah tribe Logos itu terpecah menjadi dua rombongan.
Belakangan ternyata Geram pun mengikuti jejak Pitam, memisahkan diri dari rombongan. Disusul kemudian oleh keluarga Legam dan Pekat. Mirisnya, saat menyatakan keluar dari rombongan semua keluarga itu mengalami perlakuan serupa dengan keluarga Pitam, dihujat, dimaki, dan dihinakan.
Akhirnya tribe Logos yang semula besar dan kompak itu tercerai berai menjadi lima rombongan besar. Kelimanya berbekal peta yang identik, peta suci jalan ke tanah impian.
Meski memiliki keykinan kuat akan kebenaran tafsir masing-masing terhadap peta suci itu, kelimanya sama-sama belum menemukan tanah impian. Malahan, penderitaan demi penderitaan di perjalanan mengarungi padang yang ganas itu terus menerus mereka alami.
Kitab Suci Agama-Agama dan Nasib Para Penganutnya
Setiap pemeluk agama pasti memiliki keyakinan bahwa kitab suci agamanya memuat kata-kata orisinal Tuhan. Itu sebabnya para pemeluk setiap agama berkeyakinan bahwa kitab suci mereka adalah petunjuk (kebenaran) bagi manusia agar dapat menemukan jalan ke syurga—apa pun sebutan dan deskripsi tentang syurga tersebut.
Akan tetapi anehnya, keyakinan akan orisinalitas dan kebenaran kitab suci itu tidak selalu mewujud dalam keseragaman pandangan dan tindakan para penganutnya sehari-hari. Semakin panjang rentang zaman yang dilewati kitab suci itu, semakin banyak pula kelompok penganut—bahkan individu, yang berbeda pemahaman sehingga muncullah beragam sekte di dalam agama itu.
Setiap sekte mengklaim bahwa interpretasi dan implementasi ala merekalah yang paling benar. Mirisnya, untuk “menjamin” agar klaim mereka itu “menjadi benar” maka masing-masing kelompok tadi sibuk mencela, menghujat, bahkan kadang tega mencederai dan membunuh saudara seagama (se-kitab suci) yang tak sepaham.
Jika demikian, apa sesungguhnya yang salah?
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com