GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (TAMAT)

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 01 Agustus 2012 | 14.23

Sudah empat hari ini saya melupakan kisah pengalaman sewaktu bekerja di Tambang Batubara dahulu. Gara-gara sibuk merenovasi Blog pribadi yang sudah setahun tidak dijamah. Untungnya masih lekat sisa-sisa kenangan yang berada di otak kepala saya yang kecil ini. Begitu juga dengan foto-foto, sampai saat ini masih tersimpan dengan rapi. Sebab sebuah kenangan, bagi saya sangat penting. Sebagai bekal untuk bercerita nanti kepada Anak dan Cucu.

* * *

Memasuki bulan Ramadhan, adalah saat-saat yang mendebarkan bagi saya. Karena tidak seperti tahun lalu saat buka, dan sahur kumpul bareng keluarga. Puasa tahun ini harus siap untuk jauh dari keluarga, dan pulangnya minimal seminggu sebelum Lebaran. Tidak enak sih, tapi namanya juga bekerja harus siap menerima dengan lapang dada.

Awalnya sih berat, karena saya setiap hari harus berada dipelabuhan yang panas dan banyak debu beterbangan. Sampai-sampai saya ingin buka puasa pada waktu jam masih pukul 13 siang! Untung saja saya diingatkan oleh teman, kalau tidak… mungkin saya sudah berlari menuju timbangan yang ada kantin. Tapi saat buka puasa, terasa nikmat sekali. Bahkan saya merasa ini adalah anugerah, bisa bertahan dari imsak hingga maghrib dengan kuat menghadapi godaan. Saat buka, kami langsung menuju ke pasar yang berada di simpang empat kota asam-asam. Disana langsung saja saya menghabiskan 3 gelas es kelapa dengan ditambah sepiring nasi padang pakai lauk ayam bakar! Teman saya jadi kaget, sampai-sampai dia bilang ke saya, “kamu, puasa atau dendam???
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk kecil tanda entah setuju atau entah saya lagi tanggung dengan kegiatan yang sangat mengasyikkan ini. Setelah kenyang, kami istirahat sejenak untuk segera melanjutkan Sholat Taraweh di Masjid. Untungnya Sholat Taraweh disana sangat singkat, 11 Rakaat dengan bacaan yang pendek. Setelah selesai kami pulang, dan semalaman kami tidak ada yang tidur, semua pada bergadang. Entah main domino, main internet, atau seperti saya nelpon Orang tua, karena terus terang saya kangen juga akan suasana Puasa di Kampung halaman…

1298843012422089284

Saat sebelum pengukuran muatan Tongkang (Final Draft)

Nah saat sahur ini yang menarik, karena saya yang paling kecil di mes. Maka saya disuruh oleh Habib untuk pergi beli makanan jam 02 dini hari bersama seorang teman. Mending kalau naik mobil tapi ini hanya naik sepeda motor! (Kebetulan Mobil Taft Rocky yang biasa kami pakai sedang rusak, Hidrolik pecah dan gardannya sedang bermasalah, terus diservis di bengkel sejak seminggu yang lalu). Ga bisa dibayangkan, naik sepeda berdua saat tengah malam buta didaerah yang sama sekali asing bagiku. Untung saya ditemani oleh Wanto, seorang Melayu keturunan Jawa dari kedua Orang tuanya. Uuups benar-benar dingin udara di malam ini dan juga lumayan gelap. Untung bulan puasa, kalau hari biasa saya bisa merinding keluyuran tengah malam begini…
Selama disana saya hanya sanggup puasa sekitar 11 hari, sisanya tidak kuat dan memang tidak niat (entah karena tidak sahur atau pekerjaan yang berat). Kemudian pada tanggal akhir September datang kapal untuk melakukan Loading, memuat 8000 ton batubara untuk diangkut ke Cirebon. Setelah selesai memuat, saya langsung ikut di Tug Boat. Karena sudah tidak kebagian tiket pesawat dan juga Lebaran sudah tinggal beberapa hari lagi. Mau tidak mau, saya harus pulang dengan tongkang itu, daripada Lebaran tidak berkumpul dengan keluarga.
Hari selasa setelah selesai memuat batubara dan dilakukan pengukuran oleh surveyor (Final Draft), tug boat berangkat dari Pelabuhan, perkiraan sekitar satu minggu saya akan mengarungi samudera lepas. Benar-benar membayangkan pun tidak pernah, apalagi mimpi seperti ini. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hadapi, pergi dengan Pesawat dan pulang menumpang kapal Tongkang…

Hari pertama disamudera lepas sungguh tidak mengenakkan, saya benar-benar mengalami apa yang dinamakan mabok laut. Ombak yang besar sering menghantam kapal yang kecil tapi bisa menarik muatan 12.000 ton. Belum lagi kalau hujan, semua terasa ngeri untuk dibayangkan. Saya hanya bisa tiduran dibawah dek kapal sambil berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Anehnya Kapten, Chief dan Awak kapal lainnya tidak merasa apa-apa, mungkin karena sudah biasa jadi mereka santai menghadapi masalah seperti ini. Beda dengan saya yang baru kali ini menyeberang laut luas dengan kapal yang kecil. Sebenarnya saya sering juga naik kapal atau feri, tapi semuanya kapal besar dan jarak tempuhnya tidak begitu lama paling hanya 2-3 jam. Seperti yang sering saya alami saat menyeberang dari Merak menuju Bakauheni, dari Gilimanuk ke Surabaya, atau dahulu dari Batam ke Dumai.

Saya sampai tidak bisa makan selama beberapa hari, sebab setelah menelan nasi badan saya menjadi mual akibat kapal yang bergoyang terus. Padahal masakan didalam kapal sungguh lezat, koki pandai sekali membuat masakan yang membuat semua awak kapal makan dengan nambah, kecuali saya.

Kegiatan selama di Tugboat tidak ada, hanya menghitung hari supaya cepat sampai ke rumah dengan selamat. Sesekali saya foto-foto pemandangan di laut, dan yang menarik saat banyak ikan lumba-lumba yang berlompatan ketika kami melewati pulau Karimun Jawa di sebelah utara Semarang. Sungguh keren dan sangat indah pemandangannya, tidak menyesal juga saya harus mengikuti kapal ini.

12988431561253529551

Bergaya sebagai Juru Mudi…

Kalau malam hari saya paling hanya melihat tv dan menonton beberap awak kapal yang main kartu domino untuk membunuh waktu. Sambil sesekali saya mencicipi minuman beralkohol. Yuupz, mendengar kata Alkohol saya jadi mengingatnya, karena dari 2 lemari es yang ada di kapal, satu untuk menaruh daging dan sayuran, dan satunya lagi khusus untuk menaruh minuman berbagai jenis, hingga penuh! Benar-benar hobi minum orang yang ada disini, pikirku saat pertama kali membuka lemari es yang berisi minuman beralkohol semua, semuanya tersedia dari yang berharga murah hingga perbotol sekitar jutaan rupiah, dan dari yang kadar alkoholnya 0,5% sampai yang murni 100% alkohol…

Tapi itulah manusia, meskipun sudah terbiasa dilaut dan sering menghadapi badai, namun disaat tertentu mereka juga merasakan apa yang disebut dengan mabuk laut. Dan kalau begitu, mereka langsung meminum minuman alkohol untuk menghilangkan rasa mual.

Saat pertama kali melihat Gunung Ciremai dari kejauhan, perasaan saya sungguh girang tak terhingga. Berarti sudah hampir sampai pelabuhan Cirebon, dan tidak lama lagi saya bisa berkumpul dengan keluarga…

* * *

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...