ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Pengalaman Saksi''

Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 30 Juli 2012 | 13.09

Pengalaman Menjadi Saksi di Kejagung

Pada bulan Juli 2008, saya mendapat surat panggilan dari Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk diperiksa sebagai saksi berkaitan dengan tuduhan kasus korupsi di perusahaan tempat saya bekerja. Saat itu kebetulan saya bertugas di bagian keuangan, sehingga saya dianggap tahu persis arus keluar masuk uang perusahaan. Karena kasus ini dianggap “penting”, maka pemeriksaannya langsung ditangani Kejagung, bukan kejaksaan tinggi atau kejaksaan negeri.

Pada hari yang telah ditentukan, saya datang ke Gedung Bundar Kejagung dengan perasaan cemas dan tidak karuan, saya tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap saya pada hari itu. Banyak selentingan beredar bahwa posisi saya sebagai saksi belum aman 100 persen, bisa saja status saya berubah menjadi tersangka jika ditemukan bukti yang cukup.

Hari itu panggilan untuk saya sebenarnya pukul 09.00, tetapi pukul 08.00 saya sudah siap di tempat. Saya tidak ingin terlambat sehingga hal tersebut bisa memberatkan saya. Padahal kenyataannya, pemeriksaannya sendiri baru dilakukan pada pukul 18.00. Saya harus menunggu cukup lama dalam ketidakpastian.

Beberapa hari sebelumnya, begitu menerima surat panggilan, saya sudah mulai tidak bisa tidur. Berbagai bayangan dan mimpi yang tidak baik kerap menghantui saya, bagaimana nanti saya harus menjelaskan posisi saya di hadapan anak-anak, orang tua dan teman-teman kalau terjadi perubahan status pada diri saya. Bagaimana kalau nanti saya harus menjalani hidup di dalam sel dan harus hidup berpisah dengan keluarga dan lain sebagainya.

Pada tahap ini saya bersama istri bersepakat untuk tidak memberitahu pada anak-anak, mereka masih terlalu kecil untuk dilibatkan dalam perkara ini. Saya ingin menunggu perkembangan lebih lanjut dari proses tersebut, pada saat yang tepat nanti saya tetap akan memberitahu mereka.

Inilah pengalaman pertama saya diperiksa oleh jaksa. Mula-mula yang ditanyakan masalah berkaitan dengan pribadi saya seperti nama, alamat, umur dan lain sebagainya, setelah itu beralih kepada masalah yang berkaitan dengan kasus yang diperiksa, bagaimana kedudukan saya, apa yang saya lakukan, apa yang saya ketahui dan lain sebagainya.

Pemeriksaannya sendiri sebenarnya tidak lebih dari satu jam, tetapi karena harus menunggu dari pagi saya menjadi sangat capek. Karena itu, begitu pemeriksaan selesai, saya siap-siap langsung pulang ke rumah. Tetapi begitu menuju keluar, saya tertahan di pintu Gedung Bundar. Di luar ternyata telah dipenuhi puluhan wartawan, lengkap dengan peralatan mereka. Mereka siap meliput penahanan beberapa petinggi perusahaan yang sore itu telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sekitar jam 23.00 saya sampai di rumah, anak-anak sudah tidur dengan pulasnya, mereka belum tahu peristiwa yang terjadi pada ayahnya sepanjang hari itu.

Malam itu ternyata istri saya telah menerima beberapa panggilan telepon dan sms dari teman-teman dan saudara di berbagai kota. Mereka menanyakan nasib saya dan apa kasus yang menimpa saya. Mereka ingin tahu karena nama saya juga tertulis di running text di beberapa stasiun televisi.

Istri saya juga terlihat sangat gundah, dia hanya bisa pasrah dan memohon doa untuk kebaikan saya sekeluarga setiap kali menjawab telepon atau sms.

Saya menjalani hari-hari pemeriksaan di Kejagung selama lebih dari tiga bulan, kadang seminggu dua kali, kadang tiga kali. Seingat saya, saya dipanggil ke Gedung Bundar lebih dari sepuluh kali. Inilah hari-hari yang sangat melelahkan dalam hidup saya, lahir maupun batin.

Di kalangan sebagian teman, kadang saya harus menghadapi tuduhan macam-macam seperti dianggap terlibat dan ikut menikmati uang yang dikeluarkan dari kas perusahaan. Selain itu juga ada tekanan dari beberapa pihak agar saya mau memberikan keterangan yang saya anggap tidak benar, juga tekanan untuk menunjukkan bukti-bukti yang kadang saya sendiri tidak mengetahuinya.

Alhamdulillah akhirnya proses pemeriksaan terhadap diri saya selesai, status saya tetap sebagai saksi. Tetapi saya bersedih karena beberapa orang yang saya kenal akhirnya tetap tidak bisa lepas dari jeratan hukum dalam masalah ini.

Mudah-mudahan proses pemeriksaan semacam ini hanya terjadi sekali dalam hidup saya.

13.09 | 0 komentar | Read More

Pangkat,Jabatan & Materi,Apa Arti Semuanya?

“Kesemuan Ditengah Pangkat, Jabatan, dan Materi”

Pada prinsipnya manusia menjalani profesi tertentu adalah wujud dari tanggung jawab pribadinya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar yaitu sandang,pangan dan papan. Kebutuhan dasar itu diusahakan bagaimana manusia tetap bisa hidup dan menjalankan fungsi sosialnya yang minimalis yaitu menafkahi diri sendiri,dan keluarga.Didalam pemenuhan kebutuhan dasar ini banyak profesi yang digeluti seperti :Petani,Nelayan,Buruh,Birokrasi,Politisi dan Pengusaha.Pada awalnya berangkat dari sesuatu yang mengalir begitu saja karena tuntutan hidup,”serta berangkat dengan niat dan cita-cita mulia.

Seorang petani berpikiran bagaimana saya menanam untuk memperoleh sesuatu yang bisa dimakan kalau lebih bisa dijual untuk sumber penghasilan,”sederhana sekali.Seorang nelayan berfikir bagaimana saya bisa menangkap ikan sebagai sumber penghasilan,Seorang buruh bagaimana saya bisa bekerja untuk mendapatkan uang demi pemenuhan kebutuhan hidup.Birokrasi bagaiaman saya bisa mendapatkan pekerjaan dengan mengabdi demi bangsa dan negara,Politisi bagaimana saya bisa memberikan ide dan pemikiran untuk gagasan yang lebih besar demi orang-orang yang saya perjuangkan,Pengusaha bagaimana saya berpenghasilan lebih dan bisa memperkerjakan orang-orang lebih banyak lagi.Suatu cita-cita dan pekerjaan mulia.

Lantas apa yang terjadi dan kita saksikan hari ini:

Ditengah pangkat ,Jabatan dan Limpahan Materi membuat orang merasa dihormati dan didekati,”maka seakan-akan Jabatan ,Pangkat dan Limpahan Materi telah membawa orang pada strata atau kelas borjuasi yang akan memberikan sebuah kedamaian dan ketentraman yang abadi.Telah terjadi penyimpangan makna dari cita-cita awal yang dulunya sederhana.

Apapun profesi dan limpahan matari atau kewenangan yang dimiliki,’seyogya semakin memperkuat rasa kemanusian dan solidaritas sosial yang mempertautkan antara kebutuhan dasar dengan kebutuhan sosial yang akan memberi apresiasi yang lebih terhadap kedamaian yang sesungguhnya. Karena Pangkat,Jabatan dan Materi kalau dimaknai dengan makna sesungguhnya akan menuntut pengorbanan lebih untuk berbuat lebih banyak yang membutuhkan tenaga ,pemikiran ,dan waktu demi relasi sosial dalam konteks pengabdian karena disitulah kedamaian itu berseminya.

Seorang petani ,nelayan,buruh tidak dituntut banyak meningkatkan kemampuan relasi sosial dalam konteks pemenuhan akan kebutuhan sosial,karena mereka masih bergelut untuk bisa bertahan hidup,”tanpa melupakan tuga-tugas sosial dalam lingkup yang bisa dicapai,’tanpa dituntut keharusan lebih.

Sementara diantara kita yang memiliki Pangkat dan Jabatan dituntut lebih bagaimana untuk mempergunakan jabatan serta pangkat yang sejatinya diperoleh karena janji pengabdian pada bangsa dan negara.

Pengusaha mendorong diri bagaimana menciptakan sumber penghasilan lebih dengan memperkerjakan banyak orang,”tentu saja limpahan materi itu untuk menyenangkan dirinya,anak istri dan keluarga dan tidak akan bermakna kekayaan itu ketika Para pengusaha tidak mau berbagi dengan sesama dalam bentuk hub.relasi sosialnya.

Para Politisi tidak akan berarti jika tumbuh dan besar sendiri yang bukan terlahir dari domain masyarakat sosial,komonitas dan kembali kepada sejati asalnya yaitu Rakyat,”ketika ini hilang maka tidak menjadi makna yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa ,”karena rakyat merasa terpisah dan tidak menjadi bagian dari rutinitas dan keseharian dalam pemikirannya.

Ditengah kesemuan Pangkat ,Jabatan dan Materi,”banyak kita temukan kesedihan,kemirisan,dan tatapan kosong sekian saudara kita,”yang hanya mampu mendengar dan melihat,”kepintaran berkata-kata,kemewahan hidup yang bersahaja dan bangunan megah serta mobil mengkilat,’ditengah derita dan tangisan kepiluan dan kesedihan didalam ruangan sederhana,dengan kata seadanya,dan lalu lalangnya simbol kemewahan dunia.

Kenapa Kedamaian itu tidak bisa digapai bersama dengan hadir ditengah-tengah mereka saling mengisi kekosongan diantara kita.Saya hanya mengingatkan kita yang sudah lupa,bagi saudara kita yang sudah mengarah kearah sana semoga mampu merubah kesemuan menjadi nyata.

Salam Indonesia

12.59 | 0 komentar | Read More

Tak Diduga Ustad Kampungan Itu ternyata???

Pulang dari sebuah pondok kondang

Dusmin berniat mengabdikan ilmunya di musola desanya…

30 juz alquran sudah dia hafal…..

Namun Imam musola tersebut telah dipegang Pak Slamet

………………..

Sepulang dari tarawih yang di-imami Pak Slamet

Dusmin geleng-geleng kepala…

Dan bapaknya, Kardiman, heran….

“Kenapa Min….pulang Tarawih geleng-geleng

Bukannya tadarus…. Khan kamu anak pondok?”

Dusmin:

Heran Pak…Heran……

Kardiman:

Heran kenapa?

Dusmin:

Ikut solat tarawih di sini kampungan…..

Bapak gak denger? Yang dibaca Cuma surat-surat pendek…..

Di pondok dulu, suratnya panjang-panjang Pak……

Apa pak Slamet HAPALNYA CUMA itu ya??

Kok bisa-bisanya jadi Imam……?

Ya udah pak….Dusmin cari angin dulu….jalan-jalan ke pojok desa

Kangen ama temen-temen…..

……………

Tak lama……

“Lho…..Ini khan rumahnya Pak Slamet?

Gelap amat? Imam kok jam segini udah tidur…..”

Tiba-tiba didengarnya alunan suara pelan nan merdu

“Lho itu khan surat at-Taubah……..Surat yang panjang

Ternyata Pak Slamet hafal…….

Kenapa dia tak pernah membacanya pas tarawih ya?”

……………………..

………………………..

Dan si Dusmin tak pernah tahu

Bahwa di deretan paling belakang jamaah…dekat pintu masuk

Ada seorang Nenek… Nenek Ijah namanya

Yang sudah tua renta……di temani cucunya

Yang tidak kuat berdiri lama untuk mendengarkan surat-surat panjang

Dari sang imam………………..

…………………………………



12.57 | 0 komentar | Read More

Pohon Kuat Dapat Memberikan Kita Pelajaran,,

Belajar dari Sebatang Pohon yang Kuat

duduk tertegun menatap sebuah pohon yang berdiri kokoh didepan kosan sore itu, disaat sore nan redup, karena awan yang memberikan irama mendungnya, mengantarkan ku untuk merenungkan banyak hikmah dalam hidup.

kali ini aku dihantarkan angin untuk belajar dari sebatang pohon nan kokoh dihalaman kosan ku, tepatnya dipekarangan pakir area kampus, area parkir nan ditutupi oleh bata blok yang menutupi tanah. dan sebatang pohon itu tumbuh dengan kokohnya walau disekelilingnya adalah bata.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0KrjezeEkRX4XmMjHwLXyz5y1POZCm9U0jzl9KcLIvy08K5y65SIUGSeLLlydB9sQ1Oo5I2LPa-bkHaNsQOZLeJUZtprSopySOeymhR2bsV1_tPvz5UOUVa0lLr1P5xCXgqplXKC2pswn/s1600/tree+love+2.gifsejenak aku berfikir, bagaimana cara pohon itu hidup, dan sampai saat ini masih bisa berdiri kokoh, sementara dia hidup ditengah keserakahan manusia, yang membabat tempaat hidup pohon nan asri. tapi pohon itu tetap tumbuh dengan kokohnya dan baahkan selalu berbuah dengan lebat, sehingga manusia sekitarnya sering memakan buah nya kala pohon itu sedang berbuah.

kurenungi, ku tanya, dan akhirnya terjawablah semua, walau dia hidup ditengah keterbatasan, dia mampu tetap bertahan hidup dengan terus mencai kedalam dengan bantuan akar, dan menggunakan daunya untuk memproses makanan.

sehingga sahabat, begitu pulalah harusnya kita menghaadapi kehidupan ini. tak perlu risau dengan lingkungan sekitar, yang harus kita lakukan adalah mengintrospeksi diri kedalam, dan selalu melihat keluar untuk terus belajar. dan kita akan menjadi seperti sebatang pohon nan kokoh, dan akan selalu kuat walau diterpa angin.

12.49 | 0 komentar | Read More

Tree of Life Bahrain,Pohon jg Bisa Kesepian

Tree of Life Bahrain “Pohon yang Kesepian”

1327083566403968664

tree of life bahrain Doc. djiwenk

Dipercaya sudah lebih dari 400 tahunan tree of life Bahrain atau pohon kehidupan di Bahrain tumbuh menyendiri di tengah gurun pasir yang jaraknya kurang lebih 2 kilo meter dari Jebel Dukhan. Jika anda berpikiran pohon ini tumbuh disekitar wadi atau oase disekitar gurun tentu anda salah besar. Karena pohon ini tumbuh diatas bukit-bukitan yang walau tidaklah terlalu tinggi tapi tidak ada satupun sumber air ataupun pepohonan lain di sekitarnya.

Pohonnya rindang, tingginya kurang lebih 30 meter dengan batang-batang yang sudah banyak yang patah sampai ketanah dan kering saat ini. Terlihat sangat tua sekali waktu saya mengunjunginya. Berada di bawahnya siang hari serasa sejuk sekali dengan terpaan angin yang semilir ditengah hawa panas gurun yang menyengat disekitarnya.

1327083770133077438

djiwenk

Sampai detik ini masih seperti sebuah misteri yang belum pernah terungkap bagaimana sipohon ini mendapatkan sumber air yang membuatnya bertahan hidup menyendiri hingga ratusan tahun ditengah gurun pasir. Konon sudah banyak ilmuwan yang datang untuk meneliti si pohon kesepian ini tapi sampai detik ini belum ada yang bisa menjelaskan secara ilmiah bagaimana sipohon ini bisa bertahan ditengah gurun menyendiri dan ditengah sengatan panasnya gurun yang bisa mencapai 50 derajat celcius dimusim panas hingga beratus-ratus tahun.

132708540728959549013270866511568587206

Batang tree of life bahrain yg sudah patah dan beberapa yang di tulisi oleh pengunjung


Banyak yang mempunyai versi tentang bagaimana pohon ini tetap bisa hidup hingga ratusan tahun. Ada yang bilang kalau pohon ini memiliki akar yang panjang dan menyebar sampai kesumber air yang sangat jauh, ada yang bilang kalau tempat itu adalah lokasi taman eden, ada juga yang bilang kalau pohon itu diberkati oleh dewa air bahkan ada yang bilang kalau pohon itu adalah sarangnya dedemit / setan.


13270840221786741255

Perjalanan menuju tree of life bisa ditempuh dengan mobil kurang lebih satu jam dari ibukota Bahrain Manama, akan melalui high way (atau semacam jalan tol, yg bagusnya gratis hehehe) dan setelah itu sepanjang jalan hanyalah gurun-gurun akan menarik bagi yang belum pernah melihat gurun, tapi yang sudah sering digurun tentu akan membosankan.

Meskipun tak ada yang lain untuk bisa dilihat disekitarnya akan tetapi pohon kehidupan di Bahrain mampu menarik wisatawan dari seluruh penjuru dunia untuk mengunjunginya dari tahun-ketahun. Saat saya kesana umumnya mereka hanya datang untuk beberapa menit, photo-photo terus pergi lagi. Atau ada juga yang menulis nama mereka dengan pasangan mereka di batang pohon itu, bak mengabadikan kisah cinta mereka ( heheheh ada-ada saja).

1327084164136646018

perjalanan menuju tree of life

1327084612364085781

peringatan dari pemerintah di dekat tree of life

12.48 | 0 komentar | Read More

Ricky,Sumber Inspirasi Anak Bangsa

Di Tengah Keterbatasan, Ricky Mampu Berprestasi

13339768671074657423

Ricky menerima penghargaan dari Pakdhe Karwo, gubernur Jatim, atas prestasinya menyabet medali emas OSN 2008 di Makassar (Dok.Pribadi)

Mengenal sosok pemuda bernama Rizky Aditya Fandi, seorang remaja sederhana dengan segudang prestasi, tentulah memberikan suatu pencerahan bagi teman dan sekelilingnya mengenai sebuah perjuangan meraih prestasi. Hidup dengan kondisi sederhana dan bisa dibilang pas-pasan tidak membuat ia menjadi remaja yang tumpul berkreasi, karena menurutnya bukanlah kemapanan yang bisa mengantarkan seseorang meraih prestasi, tapi ketekunan, kerja keras, dorongan orang tua, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, adalah sarana utama meraih prestasi.

Peraih medali emas dengan predikat The Best Teory and Absolut Winner dalam Olimpiade Sains Nasional 2011 di Manado bidang studi Fisika ini, merupakan remaja yang sederhana, senang berbagi pengetahuan dengan teman-teman di sekolahnya, saat ini dia duduk dikelas 3 IPA3 SMA negeri I Glagah Banyuwangi. Meski kondisi sekolah minim fasilitas dan tergolong daerah pedesaan, bukan menjadi penghambat bagi Ricky untuk bisa bersaing mensejajarkan diri menjadi yang terbaik di Indonesia dalam bidang sains, meski tidak ada laboratorium Fisika, dia belajar di perpustakaan Sekolah dalam mempelajari kajian teori Fisika.

13339770621196965942

sosok Ricky, sesaat setelah menerima penganugerahan The best teory and absolute winner dalam OSN 2011 di Manado (Dok.pribadi)

Menyukai Fisika merupakan hal yang tidak diduganya, remaja dengan IQ 130 ini, awal mulanya menyukai matematika, ketika duduk dikelas IV SD (SDN IV Singoturunan), guru dan kepala sekolahnya melihat ada sesuatu yang menonjol dalam diri Ricky, dia mampu menguasai pelajaran matematika untuk kelas VI, kemudian dia diikutkan dalam lomba UUP sekabupaten Banyuwangi dalam mata pelajaran Matematika dan meraih juara II, karena itu pada saat duduk di bangku SMP (SMP Negeri I Banyuwangi), sebenarnya dia ditunjuk sebagai wakil sekolah dalam seleksi OSN bidang matematika, namun ada salah satu guru fisikanya yang membujuknya untuk mempelajari lebih dalam Fisika, dan insting Pak gurunya benar, pada tahun 2008, Ricky berhasil meraih medali emas The best Teory bidang studi Fisika OSN di Makassar.

Selain Fisika, sebenarnya Ricky juga menguasai bidang studi yang lain, termasuk bahasa Inggris, prestasinya dalam bahasa inggris ini adalah juara I debat Bahasa Inggris tahun 2010 sekabupaten Banyuwangi. Dari SD hingga SMA, dia selalu meraih rangking 1 dikelasnya, sehingga banyak prestasi yang menyertainya dalam perjalanan menuntut ilmu ini diantaranya : siswa berprestasi tahun 2004, 2005, dan 2007, sering menjuarai lomba seperti cerdas sermat MIPA, dan olimpiade fisika yang diadakan beberapa universitas.

Ada sisi menarik dari sosok Ricky, sebagai teman yang tergolong dekat, tatkala saya berkunjung kerumahnya yang sederhana, saya menyaksikan betapa seorang Ricky adalah seorang yang sangat patuh dan sopan pada orang tua, contohnya dia selalu mencium tangan kedua orang tuanya ketika pergi ataupun pulang kerumah, dan berusaha untuk membahagiakan kedua orang tuanya lewat prestasi, dan dalam sisi kerohanian, dia cukup religius, selalu berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan dengan mengerjakan sholat lima waktu, dan disekolahpun, dia mengikuti ekstrakulikuler Rohis (kerohanian Islam).

Ricky sangat dekat dengan ibundanya, mungkin juga karena dia adalah anak semata wayang, maka dia anak yang digadang-gadang mampu membanggakan orang tua. Dan keunikan Ricky, dia hanya belajar jika mood saja, karena menurutnya, meski dipaksa belajar, kalau tidak mood maka pelajaran sulit masuk (tapi dia memang suka membaca), dan sebagai pengiring belajar, dia selalu disertai dengan mendengar musik dan kadang diselingi dengan bermain gitar.

Menurut ibundanya (ibu yuyun), kehidupan Ricky saat kecil sangat prihatin, hidup didekat pantai bersama komunitas nelayan, dan ayahnya saat itu bekerja serabutan, membuat orangtuanya tidak mampu memberikan makanan empat sehat lima sempurna, jangankan susu, lauk saja seringkali hanya tahu dan kecap, dan terkadang diberi ikan lemuru oleh tetangga yang nelayan. Namun Ricky kecil tumbuh sehat, dan kelebihan Ricky mulai terlihat sejak TK, karena dia telah mampu membaca huruf latin dan Alqur’an.

Dukungan orang tua, merupakan modal utama Ricky dalam meraih prestasi, kehidupan sederhana dengan suasana kekeluargaan yang kental, komunikasi dua arah yang selalu dibuka oleh orang tuanya, membentuk Rixky menjadi anak yang percaya diri, karena yang berkesan baginya, dukungan orang tuanya bukan untuk menuntut dia berprestasi, tapi memberi dukungan atas segala apa yang ia sukai dan lakukan (tentunya yang positif). Dan menurut ibundanya pula, Ricky merupakan anak yang keingintahuannya tinggi, jika ada suatu teori/hal yang membuat ia penasaran, maka dia akan terus mengejarnya sampai dia menemukan hasilnya. Dan pernah saya menanyakan mengapa dia suka dengan sains khususnya Fisika, jawabnya dia tidak suka pelajaran menghafal, tapi lebih menyukai bereksplorasi.

Sebenarnya, tahun ini Ricky mewakili Indonesia dalam Olimpiade International (asian physic olympiad) di India, namun dia tidak jadi berangkat karena anggaran yang dialokasikan dari pemerintah mengalami pemangkasan (minim), padahal persiapannya sudah dilakukan jauh-jauh hari, dari bimbingan yang intens dari dosen Universitas Negeri Jember, bimbingan dari beberapa guru fak Fisika, serta pelatihan intensif selama satu bulan di Bandung. Meski sedikit kecewa, namun proses yang telah ditempuhnya selama mempersiapkan diri ini djadikannya sebagai suatu pengalaman dan tambahan wawasan yang sangat berguna. (Bagaimana ini pemerintah, program seperti ini kok masih dipandang sebelah mata? padahal ini merupakan program mencerdaskan bangsa yang seharusnya diprioritaskan, pen).

Berkaca dari seorang Ricky, dengan potensi yang ada, dia mampu mengoptimalkannya ditengah fasilitas hidup yang pas-pasan, menunjukkan kepada kita bahwa bukanlah kemapanan yang menjadi tolok ukur meraih keberhasilan, namun kegigihan, kerja keras, dukungan keluarga, dan kebersyukuran dalam memaknai kekuranganlah yang mampu dijadikan senjata untuk meraih prestasi.

semoga menginspirasi khususnya untuk generasi muda seluruh Indonesia.

12.45 | 0 komentar | Read More

4 Pengalaman Terbaik Hidup Bersama Masyarakat Dayak (FULL PIC MENARIK)

Pengalaman Hidup Bersama Masyarakat Dayak yang Mengubah Cara Pandangku tentang Mereka

Kurang lebih beberapa tahun ini, saya hidup bersama dengan masyarakat Suku Dayak di wilayah perbatasan dengan Malaysia, yang terdiri dari beberapa sub suku. Setelah sekian lama menyelami kehidupan masyarakat Dayak, saya bisa mengenal lebih dekat bagaimana keseharian mereka, kekayaan budayanya, cara mereka menta hidup, dll. Banyak kekayaan batin yang telah saya peroleh ketika hidup di tengah berbagai sub suku Dayak. Tentu ada perasaan was-was ketika banyak cerita berkembang tentang masyarakat Dayak pada konflik yang terjadi beberapa tahun sebelum saya masuk dalam dinamika kehidupan mereka. Banyak pandangan negatif yang saya dengar tentang kelompok suku ini. Namun, ketika hidup di tengah-tengah mereka, bergaul bersama mereka, banyak cara pandang bias yang saya serap sebelumnya langsung dikoreksi oleh kenyataan yang saya alami.

Pertama,

Orang Dayak identik dengan terbelakang dan primitif. Hal ini sesungguhnya tidak sepenuhnya benar. Banyak orang Dayak yang saya kenal justru maju dalam pemikirannya, menduduki posisi-posisi penting di bidang pemerintahan, banyak kaum cendikiawan. Satu hal yang menarik, meskipun ada orang Dayak sudah berpendidikan tinggi, ketika kembali ke kampung halaman, masih tetap menghormati adat-istiadat warisan leluhur. Hukum adat masih tetap diakui dan dihargai di samping hukum positif. Di sini, para pemangku adat, mulai dari Temenggung (Kepala Suku Tertinggi) sampai dengan Kadat (kepala suku di tingkat kampung) masih mengambil peranan penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Segala persoalan terkait dengan pola relasi sosial diatur oleh para perangkat adat. Para pemangku adat masih menjadi orang-orang di garda depan untuk menegakkan aturan-aturan adat. Suara mereka masih didengarkan, meski oleh yang terpelajar sekalipun. Prinsipnya, meski sarjana, pulang kampung harus tahu adat. Salah kata, salah bahasa dengan sesama pasti akan dijatuhi hukuman adat. Dengan demikian, jarang sekali konflik-konflik sosial di antara masyarakat adat yang diselesaikan melalui jalur hukum postif. Dari kasus sederhana, mencuri ayam sampai dengan menghilangkan nyawah orang lain, semuanya diselesaikan terlebih dahulu melalui hukum adat. Makanya, dikenal dalam hukum adat, sebuah sanki “pati nyawah” atau “mengganti nyawah” yang besarnya diatur melalui hukum adat. Dari sini, saya menemukan bahwa sesungguhnya leluhur masyarakat adat Dayak sudah mempunyai kearifan lokal dalam mengatur tatanan masyarakatnya secara cerdas. Jadi, anggapan masyarakat Dayak identik dengan primitif harus dikoreksi kembali.

Kedua,

Masyarakat Dayak tertutup dengan orang luar. Anggapan ini langsung dikoreksi, karena sesungguhnya mereka begitu terbuka dan sangat menghargai pendatang. Prinsipnya: yang datang dengan niat baik, pasti akan diterima dengan hati yang putih. Dan jangan pernah sekali-kali membohongi orang Dayak, kalau masih mau dipercaya dan diterima kehadirannya. Sekali mereka merasa dibohongi dan ‘dimanfaatkan’, maka tiada maaf bagimu. Janji harus dipegang teguh. Jika berjanji untuk mengunjungi mereka apalagi dalam kerangka tugas, seharusnya ditepati. Jika ada pembatalan, karena satu dan lain hal, mohon segera diberitahukan dengan alasan yang jelas, logis, jauh-jauh hari sebelumnya. Jika tidak, maka akan dianggap melanggar hukum adat terkait pembohongan publik. Sanksi adatnya jelas. Meskipun kecil, tetapi mampu “menanamkan rasa malu.” Karena itu, saya bisa memaklumi ketika mantan Menhut RI M.S. Kaban pernah akan dijatuhi hukuman adat ketika hampir tidak jadi mengunjungi masyarakat Iban di Sungai Utik. Siapa pun, tanpa memandang jabatannya akan dijatuhi hukuman adat jika mengingkar janji/berbohong. Karena itu, jika mau diterima sebagai bagian dari hidup mereka, seorang pendatang harus mampu memegang janji dan menghargai tatanan adat yang berlaku. Hati mereka tulus dan mau menerima siapa pun apa adanya, asalkan jangan pernah membuat mereka kecewa.

Ketiga,

orang Dayak dikatakan sebagai penyebab rusaknya hutan-hutan alam di Kalimantan oleh karena sistem ladang berpindah yang diwariskan secara turun-temurun. Saya berani membantah anggapan ini. Mengapa? Sistem ladang berpindah ini menggunakan sistem siklus. Jika sebuah keluarga memiliki 5 bidang tanah, maka tanah-tanah ini akan digilir pengelolaannya secara bergantian setiap tahun. Misalkan satu kepala kelurga memiliki lahan A, B, C, D, E. Tahun ini mereka menggarap lahan A, maka 4 tahun lagi mereka akan kembali menggarap lahan A. Dengan demikian, mereka membirkan tanah mereka memulihkan dirinya sendiri terlebih dahulu dan menjadi subur kembali secara alamiah setelah ditinggalkan selama empat tahun, bahkan 5 tahun. Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada wilayah hutan alam masih perawan yang mereka garap untuk tempat berladang. Semuanya itu dikerjakan dengan tetap mengacu pada hukum adat, sehingga tidak ada yang sembarangan membabat hutan perawan, apalagi hutan adat (milik bersama) untuk tempat berladang. Penyebab utama lajunya kerusakan hutan perawan di Kalimantan, sesungguhnya bukan para petani ladang berpindah, tetapi perkebunan dan pertambangan skala besar. Jangan menjadikan orang Dayak sebagai kambing hitam, sudah jatuh ditimpuk tangga. Sudah alamnya rusak, sungainya keruh, menderita kehilangan tanah, masih dicap sebagai “biang kerok” kerusakan hutan.

Keempat,

untuk memajukan orang Dayak, datangkan investor perkebunan, HPH, dan pertambangan. Saya berani katakan: itu hanya bagian dari propaganda orang-orang yang rakus akan SDA di tanah Borneo. Siapa yang diuntungkan dari adanya perkebunan skala besar, HPH, dan pertambangan? Apakah ada orang Dayak yang menjadi miliader, menyekolahkan anak-anak ke luar negeri karena hasil tambang, perkebunan, dan tebang hutan? Tidak ada! Lalu siapa yang sesungguhnya bersembunyi di balik yel-yel kemajuan yang digembar-gemborkan itu? Investor dan segelintir penguasa dari fee-fee yang mereka dapatkan. Untuk orang Dayak sendiri? Mereka tetap tidak mau mengeruk lebih dari yang diperlukan untuk hidup mereka di alam yang diwariskan para leluhurnya. Siapa yang maju? Hanya Tuhan yang tahu. Bagi mereka sungai, hutan, dan alam yang lestari masih dianggap sebagai nafas dan ibu mereka. Kalau itu dirusak “atas nama kemajuan,” mereka dan anak cucunya akan menderita.

Demikianlah beberapa catatan koreksi atas pemahaman akan orang Dayak setelah bergaul akrab bersama mereka, masuk dalam kehidupan mereka, dan menjadi bagian dari suka-duka hidup mereka selama ini. Prinsipnya: “jangan mengadili orang lain sebelum anda sungguh-sungguh mengenalnya lebih dalam.” sumber pic:eryevolutions

Bonus Artikel Mengenai Dayak.

Manusia Dayak Dipaksa Modern

Dalam proses perjalanannya, masyarakat adat Dayak menghadapi tantangan yang berat untuk tetap bertahan dalam tradisinya. Kini mereka dipaksa untuk ”modern” dari kacamata masyarakat umum dengan keharusan meninggalkan tradisi leluhur yang memiliki nilai-nilai budaya luhur. Demi kepentingan pembangunan yang hanya dimaknai mengejar pertumbuhan ekonomi, keberadaan komunitas adat atau suku terasing dimana pun berada sering kali diabaikan seperti halnya yang dialami oleh orang Dayak. Padahal, cara dan nilai hidup komunitas adat itu penting untuk menjaga bertahannya keanekaragaman budaya. Komunitas adat semestinya harus didorong untuk menjadi bagian komunitas internasional dengan pendekatan pembangunan yang berperspektif budaya dan identitas. Pembangunan mesti didasarkan pada keragaman budaya. Pembangunan, jangan hanya dipahami secara sempit, yakni soal pertumbuhan ekonomi saja. Pembangunan juga berarti untuk mencapai kepuasan intelektual, emosi, moral, dan eksistensi spiritual.
Menurut J.U. Lontaan, kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Pada masa lalu, orang Dayak hidup mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka. Namun, kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar, seperti kedatangan Melayu menyebabkan mereka harus menyingkir ke daerah-daerah pedalaman di seluruh daerah Kalimantan.
Orang Dayak mengidentifikasikan kelompok-kelompoknya berdasarkan asal usul daerahnya, seperti nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Dayak Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayaan berarti pengembara), demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Dayak Jalai, karena berasal dari sungai Jalai, suku Dayak Mualang, diambil dari nama seorang tokoh lokal yang disegani (Manok Sabung) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang. Dayak Bukit (Kanayatn) berasal dari Bukit atau gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Simpakng, Kendawangan, Krio, Kayaan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain sebagainya, semua mempunyai latar belakang sejarahnya sendiri-sendiri.
Bicara tentang suku bangsa Dayak memang tidak pernah habisnya. Dayak merupakan sumber ilmu yang ibarat air selalu memberikan dahaga bagi setiap insan, menjadi sumber inspirasi yang begitu melimpah, yang tidak hanya bisa ditakar dalam sebuah buku, penelitian, studi-studi ilmiah, artikel-artikel, atau pun diskusi-debat dari forum ke forum saja.
Setiap kajian dan bahasan tentang Dayak, tidak akan berarti apa-apa jika tidak mengacu pada identitas Dayak yang sesungguhnya. Hanya dengan identitas-lah, maka pembahasan tentang Dayak akan lebih terasa bermakna dan konstruktif. Jika tidak, maka setiap bahasan itu akan terasa sangat dangkal dan tidak ada artinya. Menyelam Dayak tidak bisa hanya terpaku pada satu perspektif saja atau hanya mengacu pada teori ilmu pengetahuan modern. Dayak tidak bisa dikaji dalam perspektif ilmu pengetahuan modern, seperti melalui bidang ekonomi, sosial-politik, kesehatan saja, melainkan harus mengedepankan cara berpikir yang benar, argumentative dan saling berkaitan dengan meletakkan dasar pikiran pada eksistensi Dayak itu sendiri.
Bahasan kali ini bukan berarti penulis ingin mengajak sidang pembaca untuk kembali bernostalgia pada situasi masa lalu, melainkan untuk melihat kembali realitas yang menimpa kehidupan orang Dayak pada masa lalu, dan saat ini. Pada prinsipnya, perkembangan zaman tidak bisa kita tolak, dan tidak bisa terbantahkan, namun bagaimana ditengah arus deras pembangunan dan globalisasi yang begitu masif itu, orang Dayak tetap bisa mempertahankan identitas, terus mewarisi pengetahuan dan kearifan yang mereka miliki dari generasi ke generasi, tanpa putus dan melepas baju identitasnya. Masifnya perkembangan dunia dengan konsep menguasai panggung kehidupan manusia telah menciptakan pelbagai produk-produk yang menindas, tak luput aspek kebudayaan lokal turut terjerembab oleh hegemoni budaya-budaya luar yang sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai asli kebudayaan Dayak. Pelan tapi pasti, kebudayaan luar yang lebih menyuguhkan gemerlap kemewahan, penyamaan selera, instan, dan sebagainya menjadi ancaman serius yang akan menerpa eksistensi Dayak, baik hari ini maupun yang akan datang.
Karena jika tidak, suatu saat nanti maka identitas orang Dayak hanya akan menjadi sebuah balada yang memilukan, yang tergerus oleh arus budaya yang menindas. Tentu saja kita tidak menghendaki kondisi ini terjadi dan membiarkan Dayak kehilangan identitasnya.
Kita bisa melihat generasi muda Dayak saat ini yang sebagian besar sudah tercerabut dari akar budayanya, cenderung lebih membanggakan nilai-nilai budaya luar ketimbang budayanya sendiri, mengagungkan gemerlap modernisasi yang tidak mereka ketahui bahwa itu akan melindas identitas mereka sendiri. Umar Kayam dalam bukunya, Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya, pernah menyaksikan dan juga sekaligus meramal berbagai persoalan dan perubahan sosial yang sudah dan akan terjadi di seluruh wilayah Nusantara yang tempoe doeloe bernama Hindia Belanda ini. Berbagai persoalan dan perubahan sosial yang ia maksud ialah “mencairnya kebudayaan-kebudayaan setempat dari sifatnya yang homogen menjadi lebih heterogen, kemudian yang lebih penting lagi bahwa penerus-penerus nilai-nilai budaya setempat tidak lagi dapat diharapkan perannya, karena orang-orang muda sebagai penerus nilai budaya itu pergi meninggalkan tempat asal atau kampung halamannya untuk memburu ilmu di kota”.
Apa yang disaksikan Umar Kayam adalah sebuah fakta yang terjadi di kampung halaman penulis, sub-suku Dayak Simpakng, di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Karena banyak generasi Simpakng yang pergi ke kota untuk menimba ilmu sehingga nilai-nilai budaya lokal semakin terkikis akibat tidak adanya penerusnya. Banyak tradisi yang musnah, ditinggalkan dan tidak dilestarikan lagi. Memang disatu sisi, jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kabupaten Ketapang, orang Dayak Simpakng-lah yang paling banyak melahirkan generasi-generasi yang berpendidikan. Namun jika dilihat kehidupan budayanya justru banyak mengalami kemunduran.
Sebagai generasi yang sudah banyak ditinggal tradisi leluhur, penulis merasa berada dalam situasi kebimbangan. Sehingga pertanyaan refleksi yang selalu penulis ajukan untuk diri penulis sendiri adalah, akankah kondisi itu kita biarkan terus berlanjut? Tentu saja tidak. Karena penulis yakin kita bangga sebagai orang Dayak. Sebagai generasi yang ‘gamang’, tentu saja kita harus selalu mencari dan terus mencari identitas kita yang sebagian sudah hilang. Jangan biarkan diri kita hanyut dalam buaian kemajuan yang justru akan menghilangkan jati diri kita sebagai anak bangsa Dayak. Karena bicara tentang identitas diri, kita tidak hanya bicara sebatas menyebut kata Dayak saja, melainkan harus memahami dan melestarikan nilai-nilai terkandung dalam identitasnya itu sendiri. (*Frans Lakon Dalam Buku: DAYAK MENGGUGAT)

BONUS LAGI NIH MENGENAI ARTIKEL DAYAK

Sejarah Perjuangan Suku Bangsa Dayak

Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.

Tahun 1620, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kerajaan Demak, agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah - daerah tersebut ialah: Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman.

Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekal Kapuas, Kota Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa, diantaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.

Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Tahun 1917, Pemerintah Penjajah mulai mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan petugas - petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad Seman terbunuh di Sungai Menawing dan dimakamkan di Puruk Cahu.

Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu menguasai Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan mengadakan perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku Dayak Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran diakhiri dengan perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah Belanda.

Menurut Hermogenes Ugang, pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan ketekunannya hilir mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang telah dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa, ia berhasil membapbtiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik. Pekerjaan beliau dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh pekerjaan beliau terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan pembunuhan adalah karena Pastor Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat itu orang - orang Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan Banjarmasin.

Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu - ribu umat Katholik orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada merek Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat sebagai penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebut, lapak lampinak dalam bahasa Dayak atau cacak burung dalam bahasa: Banjar.

Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah sekalipun telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe, Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.

Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anto Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, ( Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya: Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.

Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh J. Uvang Uray, EJ. Palaunsuka, A. Djaelani, T Brahim, ED. Leiden Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhimya Partindo Kalimantan Barat melebur diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia dibawah pimpinan Kamuk Tupak, W Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih banyak lainnya.

Sumber : Maneser Tatau Tatu Hiang (Dra. Nila Riwut)


BONUS TERAKHIR TAK KALAH MENARIK DARI ARTIKEL-ARTIKEL DIATAS


Misteri Panglima Burung Panglima Perang Orang Dayak



Hai bro beberapa hari ini kita diramaikan berita tentang kematian orang yang paling di buru di muka bumi ini oleh Amerika yaitu Osama bin laden, kenapa jadi rame ya bro, mungkin karena kontroversi perlakuan jasad obama yang di benamkan kelaut dan juga foto-foto yang beredar di media masa di yakini palsu, ahh nggk habis-habis membahas masalah tersebut ya bro, sekarang kita ke misteri yang satu ini dulu ya bro, up,s mengenai foto panglima burung yang di atas, itu palsu bro..nggk papakan, seep langsung aja ya.



Dalam masyarakat Dayak, dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat Agung, Sakti, Ksatria, dan Berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, dan sosok tersebut selalu bersinggungan dengan alam gaib. Kemudian sosok yang sangat di dewakan tersebut oleh orang dayak dianggap sebagai Pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah panglima perang Dayak, Panglima Burung, yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman.
Ada banyak sekali versi cerita mengenai sosok ini, terutama setelah namanya mencuat saat kerusuhan Sambas dan Sampit. Ada yang menyebutkan ia telah hidup selama beratus-ratus tahun dan tinggal di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ada pula kabar tentang Panglima Burung yang berwujud gaib dan bisa berbentuk laki-laki atau perempuan tergantung situasi. Juga mengenai sosok Panglima Burung yang merupakan tokoh masyarakat Dayak yang telah tiada, namun rohnya dapat diajak berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga cerita yang menyebutkan ia adalah penjelmaan dari Burung Enggang, burung yang dianggap keramat dan suci di Kalimantan.

Ada juga versi yang menceritakan bahwa Panglima Burung adalah gelar yang diberikan kepada seorang Panglima di tanah Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kehidupan sehari-hari panglima ini seperti orang biasa (cuma tidak menikah) dan sosok panglimanya akan hadir jika terjadi kekacauan di tanah Dayak. Begitu juga dengan Panglima Naga. Panglima Naga adalah warga Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Panglima Naga sudah berpulang, namun beliau memiliki keponakan dan keluarga. Salah satu Keponakan Panglima Naga adalah anggota Dewan Kabupaten Sekadau 2004-2009. Jadi Panglima Burung, Panglima Naga adalah sosok yang benar-benar ada. Begitu versi yang di ceritakan.

Selain banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Panglima Burung, entah di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak.
Namun setiap pengakuan itu hanya diyakini dengan tiga cara yang berbeda; ada yang percaya, ada yang tidak percaya, dan ada yang ragu-ragu. Belum ada bukti otentik yang memastikan salah satunya adalah benar-benar Panglima Burung yang sejati.

Banyak sekali isu dan cerita yang beredar, namun ada satu versi yang menurut saya sangat pas menggambarkan apa dan siapa itu Penglima Burung. Ia adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum. Panglima Burung adalah perlambang orang Dayak. Baik itu sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya.
Lalu bagaimanakah seorang Panglima Burung itu, bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak?. Selain sakti dan kebal, Panglima Burung juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar, dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang juga ramah dan penyabar, bahkan kadang pemalu. Cukup sulit untuk membujuk orang Dayak pedalaman agar mau difoto, kadang harus menyuguhkan imbalan berupa rokok kretek.


Dan kenyataan di lapangan membuyarkan semua stereotipe terhadap orang Dayak sebagai orang yang kejam, ganas, dan beringas. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Dayak bisa dibilang cukup pemalu, tetap menerima para pendatang dengan baik-baik, dan senantiasa menjaga keutuhan warisan nenek moyang baik religi maupun ritual. Seperti Penglima Burung yang bersabar dan tetap tenang mendiami pedalaman, masyarakat Dayak pun banyak yang mengalah ketika penebang kayu dan penambang emas memasuki daerah mereka.
Meskipun tetap kukuh memegang ajaran leluhur, tak pernah ada konflik ketika ada anggota masyarakatnya yang beralih ke agama-agama yang dibawa oleh para pendatang.
Riuh rendah kehidupan para pendatang tak membuat mereka marah dan tak berubah menjadi ketegangan di ruang yang lingkungannya adalah orang Dayak Ngaju disebut Danum Kaharingan.
Kesederhanaan pun identik dengan sosok Panglima Burung. Walaupun sosok yang diagungkan, ia tidak bertempat tinggal di istana atau bangunan yang mewah. Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Masyarakat Dayak pedalaman pun tidak pernah peduli dengan nilai nominal uang. Para pendatang bisa dengan mudah berbarter barang seperti kopi, garam, atau rokok dengan mereka.

Panglima Burung diceritakan jarang menampakkan dirinya, karena sifatnya yang tidak suka pamer kekuatan. Begitupun orang Dayak, yang tidak sembarangan masuk ke kota sambil membawa mandau, sumpit, atau panah. Senjata-senjata tersebut pada umumnya digunakan untuk berburu di hutan, dan mandau tidak dilepaskan dari kumpang (sarung) jika tak ada perihal yang penting atau mendesak.

Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu?

Ada satu perkara Panglima Burung turun gunung, yaitu ketika setelah terus-menerus bersabar dan kesabarannya itu habis.
Panglima burung memang sosok yang sangat penyabar, namun jika batas kesabaran sudah melewati batas, perkara akan menjadi lain. Ia akan berubah menjadi seorang pemurka. Ini benar-benar menjadi penggambaran sempurna mengenai orang Dayak yang ramah, pemalu, dan penyabar, namun akan berubah menjadi sangat ganas dan kejam jika sudah kesabarannya sudah habis.


Panglima Burung yang murka akan segera turun gunung dan mengumpulkan pasukannya. Ritual adat yang di Kalimantan Barat dinamakan Mangkuk Merah akan dilakukan untuk mengumpulkan para prajurit Dayak dari saentero Kalimantan. Tarian-tarian perang bersahut-sahutan, mandau melekat erat di pinggang. Mereka yang tadinya orang-orang yang sangat baik akan terlihat menyeramkan. Senyum di wajahnya menghilang, digantikan tatapan mata ganas yang seperti terhipnotis. Mereka siap berperang, Mengayau (memenggal kepala) dan membawa kepala yang di anggap musuhnya tersebut kemana-mana dan baru bisa berhenti apabila kepala adat yang dianggap perwakilan Panglima Burung menyadarkan mereka.


Inilah yang terjadi di kota Sampit Kalimantan Tengah beberapa tahun silam, ketika pemenggalan kepala terjadi di mana-mana hampir di tiap sudut kota.
Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, Penglima Burung sebagaimana halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah agama manapun dengan merusaknya atau membunuh di dalamnya.
Karena kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi atau pilihan terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh, begitu yang mereka yakini dalam sudut pandang mereka.
Pembunuhan, dan kegiatan mengayau, dalam hati kecil mereka itu tak boleh dilakukan, tetapi karena didesak ke pilihan terakhir dan untuk mengubah apa yang menurut mereka salah, itu memang harus dilakukan. Dan inilah budaya kekerasan yang sebenarnya patut ditakuti itu.

Kemisteriusan memang sangat identik dengan orang Dayak. Stereotipe ganas dan kejam pun masih melekat. Memang tidak semuanya baik, karena ada banyak juga kekurangannya dan kesalahannya. Terlebih lagi kekerasan, yang apapun bentuk dan alasannya entah itu balas dendam, ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain-lain tetap saja tidak dapat dibenarkan. Mata dibalas mata hanya akan berujung pada kebutaan bagi semuanya. Terlepas dari segala macam legenda dan mitos, atau nyata tidaknya tokoh tersebut.
Panglima Burung bagi saya merupakan sosok perlambang sejati orang Dayak.

Amun ikam kada maulah sual awan ulun, ulun gen kada handak jua bahual lawan pian malah ulun maangkat dingsanak awan pian, begitu yang di ucapkan orang kalimantan khususnya orang Banjar untuk menggambarkan sikap dari orang-orang Dayak.

Oke bro sampai disini dulu cerita tentang Panglima Burung terima kasih atas kunjungannya di blog yang sederhana ini, sampai jumpa. Peace from Kalimantan.

sumber : ( koran banjar, rg.com)



12.22 | 0 komentar | Read More

Pohon Kurma Dapat Dijadikan Sebagai Motivasi Terbaik,,

Hidup Yang Benar Diibaratkan Seperti Pohon Kurma

Orang Benar akan bertunas seperti pohon Kurma… (Mazmur 92:13)

Pernahkah terpikirkan oleh kita tentang bagaimana cara pohon kurma tumbuh di tengah gurun pasir??? Atau bagaimanakah cara menanam pohon kurma di tengah gurun pasir???

Pohon kurma yang tumbuh di tengah gurun pasir di mana hawa panas begitu menyengat dan selebihnya adalah hamparan pasir yang seolah tak berujung akan menjadi satu di antara beberapa harapan bagi orang-orang yang tersesat di tengah gurun yang artinya masih ada harapan hidup untuk melanjutkan perjalanan hingga ke tempat tujuan. Harapan hidup yang berarti ada makanan yaitu buah kurma dan air.

Pohon Kurma di tengah gurun menandakan kehidupan. Dan merupakan satu-satunya tanaman yang mampu bertahan untuk tidak tumbang meskipun ditengah badai sekalipun. Apa sebabnya? Akar pohon kurma bisa tertanam dan tumbuh hingga puluhan bahkan ratusan meter ke dalam tanah hingga menemukan sumber air. Ada pohon kurma yang tumbuh di tengah gurun pasir memberikan sebuah pertanda bahwa di bawahnya ada air.

Bagaimanakah cara pohon kurma tumbuh di tengah gurun pasir? Pohon Kurma tumbuh di tengah gurun pasir bukan dengan menumbuhkan tunas terlebih dahulu seperti pohon buah pada umumnya, melainkan akan menumbuhkan akar terlebih dahulu ke dalam tanah sampai menemukan air, tak peduli berapa dalam sumber air itu ada maka sedalam itulah akar kurma akan tumbuh. Baru Kemudian ia akan menumbuhkan tunasnya ke atas. Cara menanam biji kurma di tengah gurun dengan cara ditanam di dalam tanah sedalam 2-3 meter, kemudian ditimbun dengan bebatuan. Setelah akar yang tumbuh ke dalam tanah menemukan sumber air, maka biji kurma itu akan menumbuhkan tunas dan memecahkan bebatuan yang menimbunnya hingga tunasnya tumbuh dan hidup berjuang tak kenal rasa takut akan hawa panas karena sudah mempunyai modal yang kuat yaitu akar yang begitu panjang dan dalam hingga ke sumber mata air di bawah gurun pasir.

Pohon kurma tahu akan sumber kebenaran yaitu Tuhan yang menciptakan air kehidupan. Maka ia tumbuh dengan begitu kuat dan kokoh di atas kebenaran. Sebuah Pondasi kehidupan yang begitu kokoh hingga menghasilkan buah-buah kehidupan yang begitu manis saat usianya dewasa hingga masa tuanya. Begitu diberkati oleh Tuhan.

Hendaknya hidup kita sebagai manusia pun demikian halnya seperti pohon kurma yang tumbuh di tengah gurun pasir. Di dalam bidang kehidupan apapun, kuatkanlah terlebih dahulu pondasi kehidupan kita sampai menemukan sumber kehidupan kita yaitu Tuhan. Dengan pondasi hidup yang kuat dan kokoh, guncangan dan terpaan yang bagaimanapun tidak akan menggoyahkan kita dalam menjalani kehidupan ini. Mengapa tak akan goyah? Karena hidup kita telah diberkati saat kita menemukan sumber dari segala sumber kehidupan yaitu Tuhan.

12.14 | 0 komentar | Read More

Kenapa Orang Miskin “Dilarang Lewat” Suramadu?

SEBAGIAN reng Madhura semakin senang sejak adanya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Mereka tidak perlu susah untuk bepergian. Mobil pribadi tersedia di garasi. Mau naik bis cepat (patas) tinggal pergi ke terminal. Apalagi mereka bisa berangkat dan lewat Suramadu kapan saja. Tidak peduli siang hari maupun malam hari. Itu berlaku bagi pang radja Madhura (orang kaya Madura), tepatnya orang berduit.
Berbeda dengan “pang radja”, “reng ta’ andhi’” (rakyat kecil) yang kebanyakan Madura tidak memiliki mobil maupun ongkos bis patas. Mereka naik bis ekonomi. Perjalanan dari Madura ke Jawa menghabiskan waktu lebih lama daripada “pang radja” karena perjalanan transportasi (bis ekonomi) ini “tidak diperbolehkan memasuki Suramadu” terutama siang hari. Bis ekonomi harus “naik feri” untuk sampai ke Surabaya.
“Pernah, siang hari, bis ini melewati Suramadu. Di sebuah tempat (Surabaya) bis ini dilempari batu. Saya tidak mengerti apa maksudnya. Tapi beberapa teman saya cerita mereka (diduga orang tidak senang dengan rute ini) sengaja melempar agar kami tidak melewati jalan tersebut,” kata Darmo—nama samaran– seorang kondektur bis ekonomi Jurusan Madura-Surabaya-Banyuwangi (21/5/2012).
Para awak bis terus merugi karena perjalanan Surabaya-Madura tidak efektif dan efesien. Perjalanan ini menghabiskan dana besar terutama biaya perjalanan yang semakin jauh dan waktu yang semakin lama karena “wajib melalui (terminal) Bangkalan”. Awak bis tidak bisa berbuat banyak meskipun merugi karena harus mengongkosi perjalanan berangkat-kembali ke garasi bis. Dalam satu perjalanan penumpang penuh namun ketika kembali hanya mengangkut tiga orang penumpang. Tidak jarang mereka (awak bis) meminta maaf karena harus dipindahkan ke bis berikutnya karena tidak mencukupi biaya perjalanan dan waktu. Meskipun hal ini tidak terjadi pada setiap hari tapi mengganggu terhadap penumpang bis ekonomi.
Kejadian lain terjadi pada saya yang melakukan perjalanan dari Pamekasan ke Surabaya. Pada hari Senin (7/4/2012), saya janjian bertemu dengan saudara di Surabaya. Karena masih harus mengajar, saya berangkat jam 13, setelah sholat Dzuhur. Saya naik bis ekonomi. Bis patas tidak beroperasi. Sebelum pertigaan Tol Suramadu (Bangkalan), saudara menelpon dan kami sepakat bertemu di sebuah masjid di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Waktu semakin sore, perjalanan melewati laut pun tertunda karena kapal yang beroperasi hanya dua feri. Bis ekonomi mengantri. Satu jam berlalu, saya menunggu. Padahal saudara sudah satu jam menunggu. Kami harus bersabar karena perjalanan yang tidak efektif dan efisien. Kami pun menjadi korban.
Korban perjalanan Surabaya-Madura pun akan semakin berjatuhan, terutama menjelang mudik Lebaran 1433 H. “Reng ta’ andhi’” (rakyat kecil) semakin banyak yang menjadi korban.
Ironisnya, meskipun Suramadu, yang membentang di atas laut sejauh 5,438 km menghabiskan dana 3,4 trilyun disedot dari uang rakyat, kenyataannya Suramadu tidak merakyat. Benar rasanya gerundelan ini, “orang miskin dilarang lewat Suramadu”.

12.08 | 0 komentar | Read More

DILARANG TIDUR Setelah SUBUH,bagi yg menurut

Jangan Tidur Setelah Subuh

Setelah sholat subuh, apakah yang Anda kerjakan berikutnya? Mengaji hingga matahari terang menyinari, berolahraga, atau bahkan tidur kembali? Bila Anda memilih untuk terjaga dengan melakukan berbagai aktifitas maka itu sangat saya anjurkan daripada Anda tidur kembali.

Hasil dari berbagi cerita antara teman-teman dan saya sendiri, ada beberapa hal yang terjadi saat Anda meneruskan untuk tidur kembali setelah subuh, di antaranya :

  1. Bermimpi dengan mimpi yang aneh-aneh dan cenderung menyeramkan. Kedalaman mimpi tersebut juga hampir seperti nyata. Bila Anda mimpi dikejar-kejar banci, maka Anda akan terasa lelah saat terbangun. Bila Anda mimpi sepeda motor atau notebook Anda hilang, maka Anda akan mengalami kesedihan hingga akhirnya Anda terbangun dan sadar.
  2. Tidur setelah subuh sangat susah untuk bangun kembali, sehingga sering kali setelah bangun sebentar, tidur kembali.
  3. Mimpi saat Anda tidur setelah subuh juga menjadi mimpi yang sering berseri dan bersambung. Memang aneh, tetapi pengalaman mimpi bersambung ini pernah terjadi juga pada saya.
  4. Badan menjadi tidak fresh saat terbangun. Berbeda bila kita terbangun saat sebelum subuh dan tetap terjaga hingga siang.

Efek tidur setelah sholat subuh, nyaris sama dengan efek bila Anda tidur setelah sholat ashar dan bangun menjelang maghrib. Bedanya, bila terbangun saat matahari merah menjelang terbenam, saya pernah merasakan disorientasi waktu. Sampai-samapis aya tidak bisa membedakan ini sore atau pagi. Akibatnya saat SMP dulu, saya pernah melompat dari tempat tidur saat terbangun untuk segera berangkat sekolah karena takut terlambat.

Mungkin benar kata nenek saya dulu, agar jangan tidur setelah sholat subuh dan ashar. Menurut beliau, tidur pada saat matahari akan terbit dan teggelam membuat kita “teberis pekker” (Bahasa Madura untuk gangguan pikiran), bahkan bisa gila. Tidur setelah subuh juga cenderung untuk fakir karena malas untuk bangun, akibatnya malas juga untuk menyambut rejeki yang keduluan dipatok ayam.

Begitulah opini dan pengalaman saya terkait waktu-waktu tidur yang harus dihindari. Memang tidak ilmiah, jadi jangan tanya dalil naqli, referensi atau rujukan dari jurnal ilmiah semacam EBSCO.

Semoga bermanfaat bagi saya dan Anda.

11.50 | 0 komentar | Read More

Wow Dapat Berlian Karena Menulis Di Kompasiana,Benarkah?

Ini Dia Penulis Yang Dapat Berlian di Kompasiana

http://a2.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/s720x720/424998_3405011404823_2140827211_n.jpg

Siapa sih orang yang tak menyukai perhiasan sebagai asesoris tubuh manusia ini? Sepertinya perhiasan memang sudah menyatu dalam kehidupan manusia sejak zaman purbakala, mulai perhiasan dari tulang belulang, gigi
binatang hingga perhiasan buatan manusia dari bermacam logam temuannya.

Emas barangkali perhiasan manusia yang paling populer di dunia ini, dan CINCIN sepertinya menduduki urutan pertama yang paling dekat dengan manusia abad ini, apalagi banyak ritual perkawinan menggunakan cincin
sebagai tanda ikatan yang resmi dan sah bila sudah mengenakannya.

Bagaimana dengan berlian? Banyak wanita menyukainya, namun untuk mendapatkannya tidak sedikit uang yang harus dikeluarkannya. Lalu ketika ada yang mendapatkan BERLIAN dengan tanpa sengaja, apa yang harus
dilakukannya? Memilikinya, menjualnya, disumbangkan, atau mengembalikan kepada yang berhak?

Jawabannya barangkali tak seperti yang kita duga, namun untuk tahu jawabnya Anda harus memiliki buku “Kucing Hitam dan Sebutir Berlian” karya perdana Kompasianer Leil Fataya.

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/prf/13369604791244491730.jpg

Bagi pembaca setia Kompasiana tentu tidak asing lagi dengan karya-karya fiksi yang berupa cerpen karya mbak Leil Fataya ini. Cerpen Leil memang unik menarik dan kompleks dengan berbagai permasalahan yang diangkatnya.
Untuk membaca buku kumpulan cerpen dalam buku Kucing Hitan dan Sebutir Berlian ini, bila Anda tidak terbiasa membaca karya-karyanya atau tidak terbiasa membaca sebuah cerpen, mulailah membaca dengan pikiran jernih,
tenang dan hati-hati serta teliti, sebab cerpen-cerpen Leil Fataya ini tidak semua pembaca meresepsinya dengan baik. Bahkan harus mengulanginya membaca lagi bila konsentrasinya buyar.

Cerpen-cerpen Leil Fataya struktur plotnya dibangun dengan berbagai tahapan, namun mampu menghadirkan sebuah cerita yang progresif maupun regresif. Membaca buku Kucing Hitam dan Sebutir Berlian dengan cover yang
KEREN ini kita akan dibawa ke berbagai setting yang berbeda.

Pada awalnya saya seperti membaca sebuah cerpen terjemahan dari luar negeri namun semakin ke dalam saya seperti dibawa ke dalam cerita yang sebenarnya, bahwa penulisnya bukan orang luar tapi Leil Fataya yang berasal dari Indonesia.

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/prf/13357016351200059250.jpg

Dalam membingkai sebuah cerita, Leil Fataya mampu membuat semua artefak menjadi bermakna, aspek-aspek kebudayaan setempat yang menjadi setting cerita mampu ia pahami dengan baik. Keberhasilan strukturalisme
pergeseran paradigma dari pengarang ke pembaca seolah-olah membuat pembaca terlibat dalam kemauan penulisnya mampu ia hadirkan.

Saya cukup mudah menebak ending dari cerpennya di halaman 15 “Doa Seekor Sapi Kepada Tuhan”, namun saya harus mengulangi membaca lagi untuk memahami maksud cerita tersebut “Osturk” (hal. 21) atau Perjamuan Teh yang Sempurna” (hal. 39), dan saya puas mampu menangkap struktur ceritanya yang luar biasa itu. Tapi Leil tampak tergesa-gesa untuk mengakhiri ceritanya dalam “Para Penyembah Batu” (hal 51). Atau membiarkan pembaca untuk menebak kelanjutannya dalam cerita “Di Bawah Merah Langit Papua” (hal. 33).

Walau berlatar Sarjana Hukum, rupanya bakat Leil sebagai penulis fiksi memang sudah tampak kematangannya, terlihat karya-karyanya menyimpan estetis yang berkualitas. Ia mampu merangkai kata dan kalimat dengan
mengalir lancar walau penuh kelok yang membuat pembaca terus mengikutinya hingga akhir cerita. Kisah yang cukup mengharukan bisa Anda nikmati pada hal. 27 “Peri Chelsea” dan tentu saja kisah “Kucing Hitam dan Sebutir Berlian” yang dijadikan judul buku perdananya ini.

Ketika membaca cerpen yang berjudul “Osturk”, sambil membaca saya membayangkan sebuah film fiksi ilmiah yang dibintangi Arnold Schwarzenegger yang berjudul “Total Recall”, dan sang penari Rumi itulah yang kubayangkan sebagai salah satu penghuni Planet Mars dalam film tersebut.

http://coolpapaesreviews.files.wordpress.com/2012/01/total-recall-george-kuato1.jpg

Tidak semua cerpennya dalam buku tersebut sudah dimuat di Kompasiana, dari 20 cerpen yang terdapat dalam Daftar Isi, hanya 5 yang sudah pernah di posting di sini, artinya stok fiksi mbak Leil memang cukup banyak dan
tidak semuanya di publish dalam media gratis ini. Namun Anda tidak akan kecewa untuk memiliki buku ini, sebab sudah banyak pembaca di sini yang tahu kualitas seorang Leil Fataya. Buktinya banyak yang JATUH CINTA
dengan karya-karyanya, banyak yang sudah terinspirasi setelah membacanya, bahkan ada yang mengatakan Leil Fataya layak disebut Sastrawan Perempuan yang lahir dari Kompasiana.

Apalagi di Kompasiana cerpen Leil Fataya sering masuk HL, padahal cerpen jarang yang dijadikan HL, artinya apa? Ada nilai sastranya yang bisa Anda pelajari.

Saya semakin kagum, disamping lincah menulis cerpen, mbak Leil Fataya yang cantik ini rupanya MODIS juga lho. Terbukti tips-nya dalam mengenakan KERUDUNG maupun BERHIJAB sudah dipublikasikan di media cetak
Tabloid Bintang Indonesia Edisi 1.104, Tahun XXII, Minggu Keempat, Juli 2012 hal. 17-19. Nah, Anda pengin tahu caranya mengenakan HIJAB TANPA JARUM dan PENITI, mbak Leil punya tipsnya.

Maaf, saya belum tuntas membaca buku tersebut karena memang saya ingin menikmatinya tidak dengan cepat-cepat. Silahkan Anda pesan bukunya pada penerbitnya, agar Anda bisa berbagi dengan saya, betapa buku ini LAYAK Anda miliki.

Illustrasi : Facebook.co, coolpapae.com

http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/179565_4304815539364_1779102390_n.jpg

Yogyakarta : Leutika Prio 2012
vi + 134 Hlm ; 13 x 19 cm.
Certakan Pertama, Juli 2012

Penulis : Leil Fataya
Pemerhati Aksara : F. Winiarum
Deasin Sampul : Anto
Tata Letak : AGA

LeutikaPrio
Jl. Nogotirto 117 Yogyakarta 55292
Telp. (0274) 627100 (Hunting 4 Lines)
www.leutikaprio.com
e-mail: marketing@leutikaprio.com

11.45 | 0 komentar | Read More

Disini akan dibongkar Rahasia Kesuksesan JOKOWI sebagai PEMIMPIN & PAMONG

Inilah “RAHASIA” sukses “JOKOWI” sebagai PEMIMPIN & PAMONG

Belajar dari kesuksesan kepemimpinan jokowi di kota solo dan bagaimana dia memular balikkan prediksi awal lembaga2 survey Pilkada di DKI, memperlihatkan bahwa rakyat indonesia merindukan sosok pemimpin yg sederhana, merakyat dan tetapi memiliki empati yg tinggi rakyatnya.

Rakyat kini sdh semakin pandai membedakan kapan seorang pemimpin itu “TULUS” memberikan perhatian ato kapan mereka hanya sekedar mencari simpati ataupun sensasi…soal kepandaian dan strategi apa yg akan dijalankan sepertinya sekarang menjadi no.2

Rakyat cenderung mencari bukti, sekalipun mungkin bukti yg diberikan kecil, tetapi itu jauh lbh baik drpd hanya sekedar mengedepankan visi dan strategi.

Filosofi “Ngluruk tanpa bala, Menang tanpa Ngasorake” (menyerbu tnp bala bantuan dan menang tanpa merendahkan orng lain) yg sedikit banyak terlihat dari cara hidup Jokowi yg sepertinya sdh menjadi barang langka para pemimpin indonesia didlm mendapatkan ataupun mempergunakan kekuasaan.

Ada bbrp hal yg sy amati menarik didalam kepemimpinan Jokowi di kota Solo, bagaimana kesederhanaannya ketika berbaur dng rakyat kecil, misalnya ketika acr koes plus-an di sriwedari, dia berbaur dng Tukang Becak (bahkan katanya hampir tidak bs dibedakan dng Tukang Becak beneran….wkwkw, Peace, lho pak..!).

Bahkan saya melihat sendiri, pada suatu minggu pagi minggu, Jokowi jadi kusir dng kereta kuda kemudian para pemuda, berteriak “pak…pak…saya naik ya”, dng tersenyum dia mengiyakan…dan teman-teman yg lainnyapun berbondong2 utk “nunut”, kereta yg Jokowi kusir-i..Ketulusan seorang pemimpin itulah dirindukan rakyat Indonesia dan pasti suatu saat ketulusan itupun dikembalikan rakyat dalam wujud rasa HANDARBENI (Merasa memiliki) rakyat pada pemimpinnya.

Nggak heran jika dlm pilkada terakhir di solo dimenangkannya dengan lebih dari suara 90 persen, tanpa kampanye.Bukti lain adalah ketika kasus “Saripetojo” mencuat dimana Jokowi dikatakan “bodoh”, sebenarnya mungkin pak Jokowinya sih… santai2 saja, tapi waktu itu sangat terlihat gelora amarah masyarakat solo yg tidak bisa merima pernyataan tsb, penghinaan terhadap pemimpinnya dirasakan sbg penghinaan kpd rakyat (mungkin krn terbawa rasa cinta pemimpinnya).Bahkan ketika awal ada isu bahwa Jokowi akan ikut dlm Pilkada DKI sbnrnya bnyk warga solo yg tdk setuju bahkan protes dan enggan merelakan (bs dilihat di twitter yg mention jokowi).

Pemandangan yg sungguh jarang dilihat,ternyata ketika rakyat bangga terhadap pemimpinnya, mereka akan melakukan apa saja demi sang pemimpin. Rasa EMPATI akan menumbuhkan KETULUSAN dan dengan ketulusan akan tercipta hubungan EMOSIONAL yg positif antara pemimpin dan rakyat. Suasana SUPEKET ini adlh modal utama suatu perubahan yg baik.

Sesungguhnya Indonesia membutuhkan pemimpin yg sungguh mau untuk KOMPAK dng rakyatnya, bermodalkan rasa EMPATI yg tulus, ORA GELEM GOROH (Jujur) disertai dengan niat yang semata-mata ditujukan untuk NGENTAS PAPA CINTRAKANING BANGSA (Kesengsaraan dan Penderitaan bangsa) disingkat KEONG, sy yakin pasti pemimpin tersebut akan mendapatkan WAHYU ILAHI yg akan membuatnya pemimpin besar, seperti Gajah Mada dan Ir.Soekarno (bagi saya ini adalah 2 pemimpin terbesar sepanjang sejarah bangsa ini.) dan Kejayaan bangsa dan negara ini akan berulang kembali….

Jayalah Indonesiaku…!!!

Sumber Gambar : Tribunews.com

11.43 | 0 komentar | Read More

Keledai pun Mampu Mengungkap & Menyuarakan Kebenaran

Terdapatlah sosok seorang pria berparas biasa - biasa saja yang bertempat tinggal di daerah pedesaan yang tak begitu jauh dari kota kecil di wiliyah dia tinggal. Dia hidup dilingkungan pesantren yang orang bilang katanya pesantren adalah tempat para penimba ilmu utamanya ilmu untuk meraih suatu tempat yang begitu diimpikan oleh banyak orang.

http://01picture.com/wp-content/uploads/shrek_6471_1.jpg

Oleh sebab debu - debu yang ditiup angin dari pesantren jadilah sebab sesosok yang saya sebut saja dengan Kodrat tergiur dan jadilah dia juga bagian dari hirup pikuk dari kehidupan pesantren, mulailah dia belajar ilmu - ilmu yang katanya jurus bagaimana agar bisa menjadi orang yang selamat setelah kematiannya. Dan Kodratpun mulai mengikuti semua prosesi yang ada dipesantren dimana selama mengikuti proses penyampaian yang orang bilang penyampaian ilmu dia bisanya hanya manggut - manggut menelan mentah - mentah apa yang dia dengar dari sang mentor pesantren dan dia juga telan mentah - mentah bacaan - bacaan yang dibacakan sang mentor kepada dirinya.

Akhirnya lambat laun namun amat sangat pasti terbentuklah Kodrat menjadi sosok yang dibenaknya dan fikiranya dipenuhi dan disesaki dengan ilmu - ilmu yang telah dia telan mentah - mentah selama ini dari sang mentor yang siap untuk dia ledakkan sewaktu - waktu bila saat telah tiba.

Dan benarlah satu saat dia ledakkan isi fikiranya dan benaknya dia ledakkan dalam ceramah 7 menit sebagai langkah awal dia memulai meledakkan petasan - petasannya. Dilain waktu dia mulai berani ceramah diatas mimbar yang diikuti banyak orang sebagaimana saat dia juga mengalami hal demikian dari para mentornya dulu, dan sekarang dia mulai beranjak juga menjadi mentor.

Lambat laun mulailah dia melebarkan sayapnya guna meledakkan isi fikiran dan isi benaknya diacara - acara yang disitu tiap dia datang selalu disalami amplop, dan amplot - amplop yang dia terima lambat laun semakin tebal saja. Maka berbahagialah Kodrat beserta keluarga karena sebab amplop - amplop itu telah mampu mencukupi kebutuhannya selama ini.

Disatu waktu Kodrat terantuk masalah yang jadi sebab dia mulai merenung arti hidup dan kehidupan, dia mulai mencerna dan bertanya - tanya apa yang dia terima selama ini dari mentornya dahulu saat berada dipesantren, sudahkah benar - benar dia fahami dan kuasai. Kalau tidak bukankah orang yang mengajak orang lain namun diri ini belum faham dan merasakan apa yang dia pelajari ibarat orang buta menuntun orang buta, bisa juga diibaratkan keledai membawa kitab menyuarakan kebenaran.

Dan apakah benar semua yang dikemukakan oleh mentornya dulu kepada dirinya, karena pada kenyataanya setelah dicerna banyak yang tidak sesuai kenyataan dan bahkan ada yang mengandung kebohongan. Kodratpun mulai berfikir dalam hati, benar saja saat ini semakin banyak kelompok penelaah ilmu keselamatan hidup setelah mati namun kok manusianya semakin rusak perilakunya, dan moralnya. Lalu apa manfaat apa yang dia pelajari selama ini ternyata tidak lebih dari sekedar doktrin - doktrin yang mematikan rasa kemanusiaan manusia yang paling haqiqi sehingga tidak mampu lagi membaca kebenaran dari sebuah kenyataan hidup yang sebenarnya yang dihendaki oleh Tuhan (Allah SWT).

Orang belajar ilmu Ibarat orang belajar teori dan resep masakan, apakah cukup hanya dengan membaca resep makanan otomatis bisa tahu bahwa rasa makanannya keasinan atau enak. Begitu juga belajar satu ilmu tidak cukup hanya dengar dan baca terus jadi seperti apa yang dia dengar dan baca, itu namanya cara belajar orang dungu yang merindukan ketemu Tuhan, atau bongguk merindukan memeluk bulan.

Seandainya cara meraih sesuatu itu semudah yang diangankan manusia maka Tuhan tidak perlu membuat iming - iming untuk memancing manusia berbuat kebaikan.

Maka bacalah dengan hati, fikiran, dan nalar lalu rasakan apa yang sebenarnya terjadi dengan semua kodrat Tuhan yang ada di Alam semesta khususnya yang terdapat dalam diri kita manusia itu yang lebih utama untuk diperhatikan
11.39 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...