GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Sebuah Konfil Abadi: Ajaran Tidak untuk Menghindarkan Konflik Abadi

Written By Situs Baginda Ery (New) on Kamis, 03 Oktober 2013 | 19.42

by: http://filsafat.kompasiana.com/2013/09/26/ajaran-tidak-untuk-menghindarkan-konflik-konflik-abadi-595319.html
Bisakah  manusia menghindar dari ‘konflik’ dengan sesama (?)
Manusia sebagai kodrat Illahi bersifat “dwi tunggal” atau mono dualis. Tunggal karena ia berwujud satu yang tampak lahir(raga) dengan mempunyai kemampuan indera, berupa pancaindra.  Tetapi yang tunggal itu sejatinya dwi atau dua yaitu menyatu dengan yang tidak tampak atau batin, yang tidak tampak yaitu jiwa atau ruhani atau budi, sedangkan kemampuan batin(jiwa) mempunyai sumber tiga jenis yaitu,  cipta, rasa dan karsa. Maka sifat dwi tunggal manusia itu lazim disebut lahir dan batin, jiwa-raga. Dan jiwa dengan sumber sumber kemampuan itu pula yang mendominasi perilaku dan aktifitas manusia, maka walaupun raganya cacat, kalau jiwanya kuat apapun yang dikehendaki akan dilakukan.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/22/Jakarta_riot_14_May_1998.jpg 
Kodrat manusia adalah sendiri/pribadi, namun adanya manusia  juga melalui orang lain (bapak-ibu),  sehingga manusia mempunyai  tiga sifat hidup,  sebagai individu/pribadi, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Maka  manusia “seutuhnya” secara konkrit  adalah : mempunyai raga, berjiwa, bercipta, berasa, berkarsa, berke(pribadi)an, bermakhluk social, dan bermakhluk Tuhan.  Oleh karenanya  hakekat manusia bersifat mono dualis, juga berhakekat  mono pluralis, “bhineka tunggal”. Manusia dengan memilki sumber kemampuan cipta, rasa dan karsa ini berarti bahwa manusia mempunyai kesadaran dan intelgensi yang tinggi, dengan kata lain manusia adalah makhluk yang berjiwa atau berakal budi.
Manusia terlahir dalam keadaan serba lemah tidak lengkap, berbeda dengan hewan, begitu lahir ada hewan yang dalam waktu singkat bisa berjalan, ada yang sudah lengkap punya taring, punya bisa/racun dan menggunaannya secara insting untuk mempertahankan hidupnya dll.  Sedangkan manusia dilengkapi peralatan sempurna yaitu jiwa yang mempunyai sumber sumber kemampuan, tetapi tidak bisa digunakan secepatnya.  Manusia dapat berjalan setelah belajar berjalan, dapat bicara setelah belacar bicara. Ini menunjukkan bahwa manusia  menjadi dewasa  memerlukan proses dalam waktu cukup  lama, dan harus terjamah oleh “ajaran”, dan sangat tergantung dengan orang lain.
Namun dalam perjalan hidup dan kehidupan manusia didalam jiwanya tumbuh konflik  yang tidak berkesudahan, atau dengan kata lain ,“konflik konflik abadi ada di dalam jiwa manusia”. Yaitu konfliknya dua kubu yang berseberangan, antara kubu baik dan kubu buruk, kubu benar dan salah, jujur dan khianat, adil dan serakah, haq dan batil, iman dan kufur.  Lantas bagaimana “peran ajaran” terhadap konflik konflik itu?  .
Ajaran (suci) tidak untuk menghindari konflik konflik tersebut,  apalagi mendelete secara permanent, ini artinya konflik akan terus  terjadi  sampai akhir hidup dan kehidupan manusia.  Jadi “peran ajaran”(hanya) menunjukkan, dan memberi tahu bahwa di dalam jiwa(mu) itulah (sebetulnya) wadah dan sumber konflik. Untuk ini secara garis besar Kitab Suci (al-Quran) menyatakan bahwa jiwa manusia  terbagi tiga, yaitu jiwa yang mendorong/memerintahkan  keburukan,  jiwa yang menyesali diri dan jiwa yang tenang.
Setelah ajaran menunjukkan ada dan terjadinya konflik pada jiwa manusia, maka disampaikan solusinya bagaimana menghadapinya berupa dogma, syariat, hukum, dll, “agar manusia terus-menerus  mencari penyelesaiannya dalam menghadapi konflik dengan suatu arus kebajikkan demi kebajikkan dan kebijaksanaan”, inilah salah satu yang di inginkan ajaran suci. Pada ajaran menerangkan pula eksistensi manusia dalam hubungannya antara daya natural dengan supernatural, hubungan antara manusia dan alam, manusia dan Penciptanya, bawah dan atas, tua dan muda, suami dan isteri, ayah dan anak, laki laki dan perempuan , guru dan murid, antara diri pribadi dan sesama.
Maka pertanyaan diatas : Bisakah  manusia menghindar dari ‘konflik’ dengan sesama? Menurut penulis “bisa” meskipun tidak semua “bisa dihindarkan”, karena konflik akan sambung menyambung sampai akhir kehidupan, seperti sambung menyambungnya “kepentingan” masing masing manusia, dan beda kepentingan itulah yang dominan menimbulkan konflik…..
———-pojok renungan———

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...