GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

KETAHUILAH PENDEKATAN DALAM SISTEM PEMBELAJARAN

Written By Situs Baginda Ery (New) on Selasa, 01 Oktober 2013 | 14.47

by: http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/09/pendekatan-dalam-sistem-pembelajaran.html
I. PENDAHULUAN
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangakan, desain pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi pada kuriklum, sedangkan desain berorientasi pada proses pembelajaran.
http://stainparepare.ac.id/sites/default/files/imagecache/im380/e-learning_s.jpg
Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem.[1] Jika kita berbicara tentang sistem, maka tidak akan lepas dari yang namanya unsur/komponen dan ciri-cirinya, serta bagaimana pendekatan sistem itu dipalikasiakan dalam pembelajaran PAI. Oleh karena itu, Agar mengetahui lebih lanjut mengenai Pendekatan dalam Sistem Pengajaran, akan dipaparkan lebih detail dalam makalah ini.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pengajaran?
B. Apa Saja Unsur-unsur Sistem?
C. Apa Saja Ciri-ciri Sistem?
D. Bagaimana aplikasi Unsur-unsur dan Ciri-ciri Sistem dalam Pembelajaran PAI?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pengajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat dua pendekatan terhadap pembelajaran yaitu yang berpusat kepada guru (teacher centered approaches) dan yang berpusat kepada siswa (student centered approaches).[2]
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian : 1. Suatu keseluruhan yang tesusun dari sekian banyak bagian. 2 Hubungan yang berlangsung di antara satuan satuan atau komponen komponen secara teratur. Dari kedua pengertian itu dapat di tarik satu pengertian lagi bahwa sistem adalah suatu keseluruhan / keutuhan yang terdiri atas sejumlah bagian, atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang biasa juga disebut sebaga sub sistem.[3]
Istilah sistem sering didefinisikan suatu bangunan atau organisasi atau lembaga yang terdiri dari sub komponen/elemen, yang berinteraksi, berinterdependensi, dimana salah satu elemen/komponen rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen yang lainnya serta mengganggu kualitas kinerja dari organisasi tersebut.[4] Sistem bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah sebagian kecil dari suatu sistem. Jadi yang dimaksud dengan sistem adalah sebagai suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.[5]
Pendekatan sitem (System Approach), adalah suatu proses yang dengan kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil evaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga kebutuhan dapat tercapai.[6]
Makna sistem dalam pembelajaran berarti adanya pemahaman atau asumsi guru bahwa pembelajaran harus didukung oleh berbagai elemen secara utuh dan komprehensif, meninggalkan salah satu elemen akan menimbulkan kegagalan proses pembelajaran. Artinya dalam pembelajaran guru tidak cukup hanya menguasai materi saja, guru juga tidak cukup hanya pandai menggunakan media dan metode saja, tetapi guru harus benar-benar mampu melaksanakan semua faktor yang ada dalam pembelajaran secara komprehensif.[7]
Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan pengajar yang menekankan hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistematik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk kesatuan. Hubungan sistematik atau penekanan kepada sistem, merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri kedua adalah penekanan kepada perilaku yang dapat di ukur atau di amati.[8]

B. Unsur-unsur Sistem
Keberadaan unsur dalam sistem memiliki kedudukan yang sangat penting. Agar perencanaan dalam sebuah sistem dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-unsur yang harus ada didalamnya, berikut unsur-unsur dalam suatu sistem yaitu:
1. Input (masukan) yaitu unsur-unsur yang sumber-sumbernya diterapkan atau dimanfaatkan, misalnya: sumber, biaya, personal.
2. Output (keluaran) yaitu hasil konversi dari proses suatu sistem, misalnya: hasil, produk atau keuntungan.[9]
Adapun unsur-unsur dalam sistem pembelajaraan yaitu:
1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahka untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
2. Tujuan
Tujuan adalah unsur terpenting dalam pembelajaran setelah unsur siswa sebagai subyek belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri. Misalnya,
  • a. Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang tertentu
  • b. Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa
  • c. Memberikan jaminan agar menjadi lulusan tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativias yang tinggi dan sebagainya.
Adapun tujuan yang bersifat khusus yang direncanakan oleh guru meliputi:
  • a. Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif
  • b. Sikap dan apresiasi, sebagai tujuan bidang afektif
  • c. Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan khusus dirumuskan sebagai teknik untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
4. Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
5. Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.[10]
Unsur merupakan sinonim kata komponen. Dilihat dari fungsinya setiap komponen ada yang bersifat integral dan ada unsur yang tidak integral.
1. Unsur integral adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Misalnya komponen siswa dan guru. Kita akan sulit menganggap bahwa sekolah itu ada manakala di sekolah itu tidak ada siswa yang diajar atau tidak ada guru yang mengajar.
2. Komponen tidak integral adalah kmponen pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada, maka tidak akan memengaruhi keberadaan suatu sistem, walaupun mungkin akan mengganggu perjalanan sistem itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan dalam suatu lembaga sekolah. Walaupun sekolah tidak memiliki perpustakaan, akan tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.[11]

C. Ciri-ciri Sistem
Dari pengertian sistem yang telah dijabarkan di atas dapat diambil ciri utama suatu sistem, yaitu:
1. Setiap sistem memiliki tujuan
Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai setiap tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan sistem.
2. Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Adapun agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan.
3. Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya tiap sistem pasti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi atau meteri pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat.[12]
Jenis-jenis sistem bisa ditinjau dari aspek-aspek tertentu. Dalam hal ini hanya ditinjau dari aspek yaitu aspek terbuka (suatu sistem yang dapat menerima input dari luar sistem, misal berupa informasi dari luar)[13] dan tertutup yang berarti kebalikan dari aspek terbuka. Perencanaan pendidikan berkaitan dengan sistem terbuka. Oleh sebab itu yang dibahas adalah sistem terbuka. Berikut ini ciri-ciri sistem terbuka:
1. Mengimport energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan pengajar atau pendidik, uang, alat-alat belajar, para siswa/ mahasiswa dan sebagainya dari luar sekolah dan erguruan tinggi.
2. Memiliki proses pendidikan akan memproses para siswa/ mahasiswa sebagai bahan mentah dalam proses belajar mengajar untuk menjadi bahan jadi beupa lulusan-lulusan.
3. Menghasilkan output atau mengeksport materi, energi, dan informasi.
4. Merupakan kejadian yang berantai, input diproses mengeluarkan output.
5. Memiliki negatif entropy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat import lebih besar daripada eksport.
6. Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.
7. Ada kestabilan yang dinamis.
8. Memiliki diferensi yaitu spesialisasi-spesialisasi.
9. Ada prinsip equifinalty yaitu banyak jalan untuk mencapai tujaan yang sama. Pemerintah memberi kesempatan kepada pendidik untuk berkreasi menciptakan cara-cara yang lebih baik dalam usaha memajukan pendidikan.[14]
D. Aplikasi Unsur-unsur dan Ciri-ciri Sistem dalam Pembelajaran PAI
Unsur-unsur serta ciri sistem pasti ada dalam suatu sistem, karena adanya sistem tidak akan lepas dari unsur dan ciri tersebut. Aplikasi dalam pembelajaran berarti suatu proses untuk menerapkan makna sistem dalam proses pembelajaran. Aplikasi dalam pembelajaran mengandung makna:
1. Adanya pemahaman secara utuh, komprehensif dan terpadu, bahwa proses pembelajaran itu sangat tergantung dari berbagai elemen, jika salah satu elemen terganggu atau rusak maka akan mengganggu keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian guru mampu memberdayakan seluruh elemen yang ada dalam pembelajaran.
2. Adanya sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kritik atau informasi dari luar, kita harus menerima kritik atau masukan dari pendapat orang lain. Jika merasa dirinya benar dan orang lain salah maka sistem tidak akan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.
Jika berfikir sistem diterapkan dalam pembelajaran, maka seorang guru harus melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Tujuan adalah suatu rencana atau rumusan yang akan diperoleh. Rumusan tujuan akan sangat membantu guru dalam menentukan arah atau strategi dalam pembelajaran. Dengan demikian, menentukan tujuan pembelajaran berarti menentukan arah tentang proses pembelajaran
2. Melakukan proses pengumpulan data dan proses analisisnya. Data yang dikumpulkan adalah data menyangkut tentang (a) anak didik yang meliputi kemampuan awalnya (entry behavior), tingkat perhatian, kualitas motivasi, konsentrasi, kedisiplinan, latar belakang sosial, ekonominya. (b) data tentang materi pelajaran (mata pelajaran) yang meliputi jenis materinya baik bersifat logika, etika, dan lain-lain. (c) data tentang guru yang meliputi masalah kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik, gaya yang dilakukan dalam mengajar, cara mengevaluasi, kemampuan pengelola kelas dan kemampuan memahami landasan kependidikan. (d) data tentang sistem kepemimpinan yang meliputi pola dalam menyusun perencanaan, cara dalam mengidentfikasi permasalahan, cara mengambil keputusan. Seluruh data tersebut dianalisis sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran.
3. Hasil analisis terhadap data tersebut di atas, kemudian dijadikan dasar atau landasan guru dalam menyusun materi dan melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran benar-benar berjalan secara efektif dan efisien. [15]
Dalam pembelajaran PAI, misalkan seorang guru dalam menentukan materi atau sistem pembelajaran yang akan di terapkan kepada murid-muridnya, hendaknya seorang guru mengetahui karakter muridnya dan mengetahui meteri yang akan di ajarkan sehingga materi dapat terserap oleh murid dan pembelajaran berjalan secara efektif.
Salah satu unsur dari sistem yaitu tujuan. Dalam pembelajaran PAI pun tidak terlepas dari yang namanya tujuan. Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu bertujuan meningkatkan keimanan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Fungsi pengajaran Agama Islam yaitu:
1. Pengembangan: yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Penyaluran: yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat untuk orang lain
3. Perbaikan: yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekuranan pemahaman dalam ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pencegahan: yaitu untuk mengkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahyakan dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuaian: yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
6. Sumber nilai: yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
7. Pengajaran: yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.[16]
Dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepaa tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat ,berilmu, cakap, kreatif, mandiri ,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Menurut tafsir (2002), bagi umat islam dan khususnya dalam pendidikan islam, kompetensi iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentinganya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan islam. dalam pandanngan islam, peran kekholifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal yaitu:
1. Landasan yang kuat berupa iman dan takwa
2. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Akhlak mulia
Dari beberapa pendapat diatas, maka pendekatan sistem pengajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi , saling berfungsi secara kooperatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas beriman dan bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia.[17]
                                

[1] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 9.
[2] Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 380.
[3] M. Chabib Thoha dan Abdul mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998), hal. 3-4.
[4] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 17.
[5] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 1-2.
[6] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46.
[7] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 18.
[8] R.Ibrahim dan Nana syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, (Jakata: Rineka Cipta, 2003), hal. 51.
[9] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46-47.
[10] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 9-13.
[11] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 4
[12] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 2-3.
[13] Harjanto, Perencanaan Pengajaran,...hlm. 45
[14] Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 18-19.
[15] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 19-21
[16] M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan..., hal. 181-182.
[17] http://catatanmerita43.blogspot.com/2013/05/system-approach.html, diunduh pada 26/09/2013 pkl. 16:00.

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...