GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Waktu Adalah Segalanya: Jeda Waktu yang Harus Bisa Kumaksimalkan (zero TO zero 7)

Written By Situs Baginda Ery (New) on Kamis, 03 Oktober 2013 | 19.59

by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/06/29/jeda-waktu-yang-harus-bisa-kumaksimalkan-zero-to-zero-7-573114.html
Stop! Kita berhentikan sejenak semua aktivitas yang memeras keringat beberapa hari kemarin. Hari ini. Kita ambil jeda untuk menarik dalam dalam udara yang bersih, biarkan bersilkuklasi di hati dan otak, duduk dan memperhatikan angin memainkan rimbun pohon di sebuah bukit. Kita biarkan angin masuk dan menghembus ruang ruang di tubuh kita. Kita biarkan lelah kita terbang sampai ke suatu tempat yang jauh.
Sabtu! Aku hargai hari ini sebagai ruang sirkulasi dari semua kesibukan yang membuat sibuk kaki, pikiran, kepala dan tangan. Aku hampir putus asa ketika aktivitas formal merobek robek hobi, mengacak acak setiap keinginan dan sepi yang memang sering kupelhara.
Kali ini aku jatuhkan hasrat kepada sebuah bukit yang penuh dengan rimbun pohon dan rumput rumput untuk menerbangkan lelah aktivitas di hari hari sebelumnya. Menyendiri memang masih menjadi primadona dalam hidupku, masih menjadi kebiasaan yang menyenangkan, berbicara penuh pada diri sendiri tentang kemauan hati dan mendengarkan hasrat jiwa dan keluh kesah dada sendiri.
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/-_110423104521-508.jpg
Kupandang laut dari atas sebuah bukit, lautan yang tanpa batas walau padangan terbatas, mata hanya bisa menangkap bahwa garis pantai yang lurus adalah adalah tepinya. Betapa indah memandang segala pemandangan yang bisa kita pandang, ini sebenarnya nikmat yang besar anugerah yang tak berbatas.
Teluk Lampung memang indah untuk ditelisik lebih dalam, jauh. Jauh seperi saat kita selami dalamnya. Angin terlihat jelas bermain di atas air laut, menggiring ombak ombak sampai pada bibir pantai, berkali, berulang membasahi butir pasirnya. Angin terlihat jelas menjadi unsur yang paling berbahagia bermain di pantai, lihatlah kemana mereka membawa setiap layar yang mengembang pergi atau kembali, lihatlah ke mana ia membawa udara yang kering bergerak, lihatlah ke mana ia menjatuhkan panas mentari di air dan pasir.
Aku memang dilahirkan ketika ombak yang sama menyentuh batas pasir pantai di teluk Lampung, ketika angin yang sama menggerakkan bau asin yang sama di udara halaman rumahku, aku dilahirkan ketika layar yang sama mengembang ketika setiap tujuan berakhir di dermaga teluk Lampung. Tapi aku tak berteman akrab, aku tak bisa untuk bercakap cakap satu sama lainnya. Kami hanya satu tetanga yang dibedakan dua sekat: masa lalu dan masa kini.
Masih terlihat gambar ibu pada masa itu di bayang bayangku saat ini, teriakan anak anak yang berlarian bermain, laju kapal yang sampai pada sebuah galangan. Oh teluk Lampung, aku tahu kau kenal siapa pemilik dua mata yang memperhatikanmu saat ini.
Lautan adalah misteri yang tak banyak bisa kuceritakan, masih samakah ia dengan yang hampir saja merenggut masa kecilku, masih samakah ia dengan yang diselami saudara saudaraku. Tak banyak yang berubah jika secara kasat mata kuperhatikan, kecuali sedikit demi sedikit aku dan semua gambaran yang kuceritak tadi—masa lalu dan masa kini adalah pembedanya.
Betapa indahnya teluk Lampung, lautnya yang tak pernah berneko neko, ombaknya yang datar datar saja dan aktivitasnya yang seperti itu itu saja. Kapal seperti ikan paus yang naik ke atas air untuk mengambil udara. Perahu perahu nelayan seperti ikan ikan kecil yang berlari lari bersama deru ombak. Gunung gunung seperti atap rumah warga yang hidup di tepi daratannya.
Selesai sudah jeda yang bisa kuambil hari ini, walau tanpa bersentuhan langsung dengan apa yang kuceritakan namun mata dan pikranku belum amnesia untuk menceritakan masa lalu di masa sekarang ini. Teluk Lampung, ranah di mana masa kecilku sempat bermain dan segenap keluargaku dititipkan Tuhan dalam satu atap yang sama: Bumi Lampung……..,
Nanti kita Bicarakan nasib masyarakat teluk Lampung di antara perkembangan jaman!

“At times life’s unfair and you know it’s plain to see, Hey God I know I’m justa dot in this world, Have you forgot about me? Whatever life brings I’ve beenthrough everything And now I’m on my knees again
Children, Don’t Stop Dancing….BelieveYou can fly, away…”
—Creed: Don’t Stop Dancing—
Sabtu, 29 Juni 2013
Salam,
Sam Sagarmatha.

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...