GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Semua Tentang Ayah ( Sebuah Tulisan Bermakna Di Tiap Hati Seorang yang Sangat Menyadari Pentingnya Kehadiran Seorang Ayah )

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 14 Agustus 2013 | 13.04


http://kolomkita.detik.com/upload/father9.jpg
Tulisan dibawah ini diambil dari situs kompasiana oleh blog bagindaery dan ditiap judul sudah disertakan sumber tulisan masing-masing

Berlebaran Tanpa Bapak

Lebaran yang berbeda. Sejak menikah tahun 1996 silam, tiap tahun jadi momen spesial saat Lebaran tiba. Mulai dari adanya anggota keluarga baru, istri, anak, adik ipar hingga ponakan. Kegembiraan adalah tema tiap Lebaran di keluarga besar kami. Celotehan anak-anak, rebutan mainan, antrian angpao, hingga suasana sungkem dengan orang tua selalu jadi saat yang menyenangkan.
Namun tahun ini tampaknya Lebaran akan memiliki makna baru bagi kami sekeluarga. Jika biasanya ada penambahan anggota keluarga baru, kali ini justru sebaliknya. Sepuluh hari sebelum Lebaran Bapak pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan ibu, 3 anak, 3 menantu dan 7 cucunya.
Sedih itu pasti. Ada rasa yang tak mudah diceritakan. Kehilangan sosok orang tua ternyata memberi dampak yang dahsyat. Tiba-tiba ada kekosongan di hati. Kehilangan bukan sekedar fisiknya. Bayangkan saja seorang yang selalu ada dalam setiap momen hidup kita sejak kecil hingga kita dewasa dan memberikan cucu, kini tak ada lagi.
Saat malam takbiran adalah saat yang berat, karena tiap mendengar gema takbir dari pengeras suara mesjid, saya seperti mendengar suara bapak di situ. Karena hingga akhir hayatnya Bapak aktif di kegiatan mesjid komplek tempatnya tinggal, saya menganggap bapak seolah masih aktif menyiapkan sholat Iedul Fitri di sana.
Suasana Lebaran pun berbeda. Saat sungkem saling bermaafan, kursi sebelah ibu yang puluhan tahun diduduki bapak kini kosong. Kami semua larut dalam kesedihan dan kepedihan yang sama, karena menyadari Bapak tak lagi bersama kami di momen Lebaran tahun ini.
Yang paling terpukul dengan kepergian Bapak pastinya Ibu yang telah mendampingi lebih dari 40 tahun. Kepergian Bapak yang tergolong mendadak membuat kenangan terhadap Bapak tak mudah sirna dari ingatan.
Kami sudah ikhlas dengan kepergian Bapak karena memang sudah takdir dari Allah SWT. Bagi kami kepergian Bapak adalah jalan terbaik, lebih baik daripada melihat Bapak kesakitan atau menderita akibat stroke.
Minal aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir batin. Buat siapapun yang pernah mengenal sosok Bapak saya, mohon dengan segala kerendahan hati sudi memaafkan kesalahan yang pernah diperbuat Bapak semasa hidup, baik sengaja maupun tidak disengaja.
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/08/09/berlebaran-tanpa-bapak-583069.html

Surat Untuk Ayah

Ayah,
Tidak usah menangisi aku, karena aku sudah berhenti menyesali apa yang terjadi
Ayah,
Percayalah bahwa uang ratusan juta yang akan engkau keluarkan untuk memuluskan jalanku tidak akan menjamin kebahagiaanku
Ayah,
Berhentilah menangis, aku lebih bahagia uang yang banyak itu untuk biaya adik sekolah atau di tabung saja untuk hari tua ayah dan ibu..
Ayah,
Dari awal memang aku bercita-cita bisa menyembuhkan orang yang sakit, tapi melihat kenyataan yang ada akhirnya aku membatalkannya
Ayah,
Percayalah padaku bahwa masih banyak hal yang bisa aku lakukan dengan pilihanku sekarang
Ayah,
Pilihanku ini sudah bulat, aku tidak mau merepotkanmu dengan ego dan gengsiku
Ayah,
Aku senang engkau berhenti menangis karena sekarang aku juga sudah bahagia dengan apa yang aku jalani.
by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/11/surat-untuk-ayah-580194.html 


Pentingnya Figur Seorang Ayah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghB0Xp33f3wy9AGjLdWm-K5jn0kgc5uQvTNChZLQfqqCHj20adiQhrIcmmG1QmtXn6i0wZA0GBsEfxHfuaDHYtnb2A4sxCFcCxgdStSm3yvMeTEbMx4h3d9C-MoNuPApl42ST_t-NqQ5AY/s200/father.jpg 
Kali ini saya akan membahas efek dari Pentingnya figur seorang Ayah pada diri seseorang. Mengapa demikian? Pertama, Ada banyak karakter dan sifat pada setiap Anak. Dalam bertumbuhnya karakter itu sendiri berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor utama dalam pembentukan karakter berasal dari faktor Internal, diantaranya yaitu lingkup Keluarga. Betapa pentingnya peranan dari keluarga dalam membentuk suatu karakter. Suatu struktur sederhana yang hanya terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Tidak hanya itu, Faktor eksternal berasal dari ingkungan tempat tinggal juga berpengaruh terhadap pembentukan karakter Anak semasa kecil hingga dewasa nantinya.
Adanya karakter pada setiap Bayi yang baru lahir hingga dewasa adalah “kebiasaan” atau biasa disebut rutinitas. Keseimbangan jiwa yang dipanut oleh Orang Tuanya secara tidak langsung menjadi suatu karakter Anak. Misalnya saja dalam hal berbuat kebaikan, pengendalian diri, etika dan tatakrama merupakan suatu proses pertumbuhan karakter seorang Anak. Lantas, apa saja yang membuat Anak tersebut membutuhkan figur seorang Ayah? Apakah peran Ayah memang sebegitu krusialnya bagi pertumbuhan Anak? Apakah peranan Ibu juga sama pentingnya? Ada beberapa hal yang mungkin memang kurang maksimal dalam mengarahkan dan mendidik Anak, oleh karena itu Figur seorang Ayah tentunya sangat penting. Tugas seorang Ayah tidak hanya untuk menjadi pemimpin yang baik dalam Keluarga. Banyak hal yang harus dipelajari Ayah dalam membaca karakter Anak untuk membimbingnya. Hal penting apa saja yang harus dilakukan oleh seorang Ayah?
1. Kepedulian Seorang Ayah di Rumah
Banyak sekali Ayah yang pulang ke rumah hanya untuk beristirahat dan tidak mau peduli dengan apa yang anaknya lakukan dan bagaimana hari-harinya di luar lingkungan baik di lingkungan dekat rumah atau lingkungan sekolah. Sang Ayah terlalu sibuk dengan perkerjaannya dan segala urusannya selain Anak.
2. Kurangnya Komunikasi antara Ayah dan Anak
Kurangnya komunikasi tentu sangat tidak baik bagi kondisi mental seorang Anak. Yang memliki rasa segan atau enggan dan takut kepada Ayahnya. Memang tidak bias dipungkiri bahwa citra seorang Ayah harus punya rasa tegas sehingga Anaknya selalu diperhatikan dibimbing. Tetapi jika hanya ditakuti, maka ini menjadi salah satu kesalahan dalam mendidik Anak.
3. Menjadi Tempat Berlindung
Seorang Ayah sudah menjadi keharusan sebagai tempat berlindung untuk Anak. Komunikasi bias dibangun dengan cara mengobrol face to face, mendongeng saat sebelum tidur atau saat bersantai, menanyakan keseharian Anak dan senantiasa menanyakan hasil belajarnya di sekolah. Interaksi seperti ini yang harus dibangun oleh seorang Ayah.
4. Berikan Motivasi kepada Anak
Seringkali Anak mendapatkan tekanan baru diluar, padahal itu baru pertama kalinya. Misalnya saja bersaing dengan teman dalam hal mendapatkan rangking di Sekolahnya. Peranan Ayah disini bisa memberikan beberapa Motivasi agar Sang Anak bisa berani melangkah ke depan dan berani Maju melewati suatu rintangan. Ketegasan seorang Ayahlah disini memang sangat berperan penting.
5. Bisa menjadi panutan Anak
Memang dalam hal mendidik Anak laki-laki dan Perempuan sangatlah berbeda. Peran Ayah kepada Anak laki-laki adalah, memberikan beberapa karakter agar Sang Anak laki-laki kelak bisa menjadi seperti Ayahnya dan mempunyai sifat sesuai dengan gendernya. Lain hal-nya dalam memberikan peranan kepada Anak Perempuan. Anak perempuan cenderung sensitif dari berbagai hal., oleh karena itu disini seorang Ayah harus melunakkan sifatnya agar tidak terlalu keras, menjadi sosok Ibu sedikit dibuthkan, seperti sebuah kelembutan, agar Sang Anak Perempuan kelak bisa memilih laki-laki seperti Ayahnya, lembut dan bertanggung jawab.
Harus digarisbawahi, figur Ayah memang sangat penting bagi perkembangan jiwa Anak. Oleh karena itu, sesibuk apapun semua Ayah sebaiknya mereka menyempatkan diri berkumpul dalam acara-acara keluarga dan bisa berkumpul dengan Anak.
www.intananggraeni.com
by: http://filsafat.kompasiana.com/2013/05/08/pentingnya-figur-seorang-ayah-558498.html 



Yang Terdalam dari Ayah

http://aatblog.files.wordpress.com/2009/09/ayah29.gif
“Setiap hari adalah hari untuk Ayah.”
Rasanya tak cukup dengan rangkaian kata sederhana untuk melukiskan sosok beliau ini. Ibarat sebuah bumi, kepadanya aku selalu berotasi. Ayah punya cara sendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya pada keluarga. Kita tahu, Ayah dan Ibu memiliki peran dan kebijaksanaannya masing – masing. Namun biasanya sang Ibu lah yang sering menampakkan peran tersebut. Lantas bagaimana dengan Ayah?
Mungkin Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah-lah yang selalu mengingatkan Ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering menemanimu kemanapun dan mengajakmu bermain. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja, Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kamu lakukan seharian?
Ingatkah kamu, saat kamu menjadi malaikat kecil Ayah. Ayah adalah orang yang paling sabar mengajari malaikat kecilnya belajar bersepeda. Ketika Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu itu. Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” Ibu adalah orang yang paling khawatir malaikat kecilnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Ayah juga sangat mengkhawatirkanmu, beliau selalu menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia yakin malaikat kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta mainan yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Ingatkah kamu, Ayah juga satu – satunya orang yang mau betekuk lutut dihadapan malaikat kecilnya dulu sambil menalikan tali sepatu.
Saat kamu sakit, mungkin Ibu yang selalu memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah juga benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu, beliau ingin segera pulang kerja dan menengokmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja. Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah harta yang sangat - sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan saat itulah ibu datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah. Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan berusaha menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sebenarnya sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. Meskipun sesekali Ayah iseng menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau saat itu hati Ayah merasa sangat cemburu?
Saat kamu sudah bisa lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu. Kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan perasaan khawatir. Ketika melihat malaikat kecilnya telah pulang larut malam,  Ayah mendadak sinis dan memarahimu dengan nada tinggi. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang? “Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau apapun itu.Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.
Selain itu Ayah adalah seseorang yang selalu mendukungmu sepenuh hati, tatkala semua orang meremehkan jurusan yang kamu pilih.
Ketika kamu menjadi malaikat kecil yang beranjak dewasa. dan kamu harus pergi kuliah di luar kota. Ayah adalah orang yang paling berat melepasmu di terminal atau bandara. Tahukah kamu bahwa sesungguhnya badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?
Ayah berusaha menahan dengan tersenyum sembari memberi wewejangan ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati disana. Tahukah kamu? Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat. Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya anakku sayang”. Semua itu Ayah lakukan semata – mata agar kamu KUAT (kuat untuk pergi dan menjadi malaikat kecil yang tumbuh dewasa)
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta mainan baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak…. Tidak bisa nak!” Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Mungkin saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan mengembangkan senyumnya dengan bangga dan puas melihat “malaikat kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah adalah satu – satunya orang yang akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu, bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Hingga pada akhirnya, saat Ayah melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Saat itu Ayah menangis bahagia dan dalam lirih berdoa kepada Allah, Ayah berkata: “Ya Allah, Alhamdulillah, tugasku telah selesai dengan baik. Malaikat kecilku yang kucintai telah menjadi wanita yang dewasa. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang semakin memutih, kulit yang mengerut, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Ayah telah sukses menyelesaikan tugasnya.
Ayah, darimu aku belajar banyak hal. Terimakasih atas pengabdianmu selama ini, mendidik dan membimbingku tanpa pamrih. Kini malaikat kecilmu tumbuh menjadi wanita dewasa.
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/07/12/yang-terdalam-dari-ayah-572980.html 
gambar-gambar diatas disusun oleh: blog bagindaery

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...