by: http://fitrahislami.wordpress.com/2011/08/06/bahayanya-penyebar-berita-palsu-fitnah/
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar
berita yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang kadang isu kecil di
perbesarkan dalam berita yang di edarkan atau sebaliknya. Kadang kadang
berita itu berkait dengan kehormatan seseorang muslim. Bagaimanakah
sikap kita terhadap berita yang belum tahu kebenarannya dan bersumber
dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Dalam naskah berikut ini, penulis menjelaskan kepada kita, bagaimana
seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas
kebenarannya itu.
Allah berfirman, maksudnya:-
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman percaya
kepada berita angin. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran
berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita itu benar, dan juga
tidak semua berita yang disampaikan ada faktanya. Ingatlah, musuh-musuh
kamu senantiasa mencari kesempatan untuk menjatuhkan kamu. Maka wajib
atas kamu untuk selalu berwaspada, hingga kamu boleh kenal pasti orang
yang hendak menyebarkan berita yang tidak benar.
Allah berfirman, maksudnya:-
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”
Maksudnya, janganlah kamu menerima (begitu saja) berita dari orang
fasik, sebelum kamu periksa, teliti dan mendapatkan bukti kebenaran nya.
(Dalam ayat ini) Allah memberitahu, bahwa orang-orang fasik itu pada
dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang kala ia juga
benar. Karena, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga
tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai
dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan
larangan untuk mempercayai berita-berita tersebut. Allah berfirman.
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]
Terutama jika berita tersebut boleh menyebabkan punggungmu kena rotan.
Maksudnya isu yang kamu bicarakan boleh mengkibatkan kamu kena hukum
had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya.
Sesungguhnya semua kaum muslimin perlu menghayati ayat ini, untuk di
baca dan renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa
banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang
fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang
terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyak, akibat berita
yang tidak benar! Berita yang dibuat oleh para musuh Islam. Dengan
berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat Islam , dengan
menyemarakkan dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara, berpisah disebabkan berita bohong! Betapa
banyak suami-isteri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa
banyak bangsa bangsa, dan kumpulan kumpulan, parti parti,jemaah jemaah
dan negara negara saling memerangi, karena tertipu dengan berita bohong!
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah
meletakkan satu kaedah bagi umat ini untuk memelihara mereka dari
perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk
memelihara mereka dari api fitnah.
Tetapi sayang tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari
orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang
melihat kaum muslimin berbaik baik menjadi masyarakat yang bersatu dan
bersaudara.
Wajib atas kaum muslimin untuk berhati hati dan berwaspada dengan
musuh-musuh mereka. Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para
musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti) merancang tipu
daya terhadap kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa
waspada, sehingga boleh mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa
saling permusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin
dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih
berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu
menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka
telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka
berkata dan bertindak sesuai dengan berita itu. Mereka tidak peduli
dengan bencana yang bakal menimpa kaum muslimin akibat percaya kepada
orang munafiq.
Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah
menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengikuti
orang-orang munafiq yang dengki, sehingga boleh mengambil pelajaran
dari pengalaman orang-orang sebelum kita.
Bacalah Surat An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang
Allah ucapkan tentang kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah x dari tuduhan
kaum munafiq. Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur terikut ikut
menuduh tanpa meneliti bukti-buktinya. Allah berfirman.
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki adalah dari golongan kamu
juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia
adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan
dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu,
baginya adzab yang besar”. [An Nur : 11].
Ifki maksudnya ialah berita bohong. Dan ini merupakan kebohongan yang paling jelek.
“Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu”. [An Nur : 11].
Tidak semua perkara-perkara itu boleh dinilai hanya melalui zahirnya
saja. Karena terkadang kebaikan atau nikmat itu datang dalam satu bentuk
yang kelihatannya menyusahkan. Diantara kebaikan (yang dijanjikan Allah
buat keluarga Abu Bakar), ialah Allah menyebut mereka di malail a’la.
Dan Allah menurunkan beberapa ayat yang boleh dibaca mengenai keadaan
(keluarga Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu).
Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah
kegelapan itu. Lenyap sudah gunung kepedihan yang berlegar dalam kalbu
Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, suaminya, yaitu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahandanya. Sebagaimana juga
hilangnya kepedihan si penuduh, iaitu seorang shahabat yang jujur
Shafwan bin Mu’atthil.
Kemudian ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin, bagaimana menyikapi berita. Allah berfirman.
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang
mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,
dan (mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata.” [An Nur : 12].
Wahai kaum msulimin, inilah langkah pertama yang harus engkau
lakukan, jika ada berita buruk tentang saudaramu, yaitu berhusnuhan
(berperasangka baik) kepada dirimu. Jika engkau sudah husnuzhan kepada
dirimu, maka selanjutnya kamu wajib husnuzhan kepada saudaramu dan
(menyakini) kebersihannya dari cela yang disampaikan. Dan engkau
katakan,
“Maha Suci Engkau (Allah) , ini merupakan kedustaan yang besar”. [An Nur : 16].
Inilah yang dilakukan oleh sebagian shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ketika sampai berita kepada mereka tentang Ummul Mukminin.
Diceritakan dari Abu Ayyub, bahwa istrinya berkata,”Wahai Abu
Ayyub, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan banyak orang tentang
Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,”Ya. Itu adalah berita bohong. Apakah engkau
melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu Ayyub? Ummu Ayyub
menjawab,”Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan itu.” Abu
Ayyub berkata,”Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”
Kemudian Allah berfirman.
“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang
saksi atas berita bohong itu. Oleh karena mereka tidak mendatangkan
saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta”.
[An Nur : 13].
Inilah langkah yang kedua, jika ada berita tentang saudaranya.
Langkah pertama, mencari dalil yang bersifat batin, maksudnya
berhusnuzhan kepada saudaranya.
Langkah kedua mencari bukti nyata.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”. [Al Hujurat : 6].
Maksudnya mintalah bukti kebenaran suatu berita dari si pembawa
berita. Jika ia boleh mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia
tidak boleh membuktikan, maka tolaklah berita itu di depannya; karena ia
seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak menyampaikan
berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan demikian,
berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika
kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.
Seperti inilah Al Qur’an mendidik umatnya. Namun sayang sekali ,
banyak kaum muslimin yang tidak konsisten dengan pendidikan ini.
Sehingga jika ada seorang munafik yang menyebarkan berita bohong, maka
berita itu akan segera disebarkan di masyarakat samada melalui
percakapan atau melalui media termasuk melalui internet tanpa periksa
dan meniliti kebenarannya. Dalam hal ini Allah berfirman.
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut”.[An Nur : 15].
Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan.
Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di
tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut
tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang
didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar
luaskan.
“Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit
juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada
sisi Allah adalah besar”. [An Nur : 15].
Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada
mereka cara menghadapi berita serta cara membanterasnya, sehingga tidak
tersebar di masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin,
agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Allah juga
mengingatkan mereka, agar tidak menyertai bantu para pendusta penyebar
berita bohong. Allah berfirman.
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang
seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman”. [An Nur
: 17].
Kemudian Allah menjelaskan, membantu para pendusta bererti mengikuti langkah-langkah syaitan. Allah berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka
sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan
yang mungkar”. [An Nur : 21].
Dalam ayat selanjutnya Allah menerangkan, lisan dan semua anggota
badan lainnya akan memberikan kesaksian atas seorang hamba pada hari
kiamat. Allah berfirman.
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat
di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar, pada hari
(ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan
memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah
mereka, bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala
sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)”. [An Nur 23-25].
Wahai para penyebar berita palsu (fitnah)! Wahai para pendusta! Hai
orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling berbaik baik
sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin aman!
Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena
sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata yang engkau
ucapkan. Allah berfirman.
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. [Qaf : 18].
Tahanlah lidahmu! Jauhilah perbuatan bohong dan janganlah menyebar
fitnah! Janganlah menuduh kaum muslimin tanpa bukti, dan janganlah
berburuk sangka kepada mereka! Seakan-akan aku dengan engkau, wahai
saudaraku, berada pada hari kiamat; hari kerugian dan hari penyesalan.
Sementara para seterumu merebutmu. Yang ini mengatakan “engkau telah
menzalimiku”, yang lain mengatakan “engkau telah menfitnahku”, yang lain
lagi mengatakan, “engkau telah mengaibkanku”. Sementara engkau tidak
mampu menghadapi mereka. Engkau mengharap kepada Rabb-mu agar
menyelamatkanmu dari mereka, namun tiba-tiba engkau mendengar.
“
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang
diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya
Allah amat cepat hisabnya”. [Al Mukmin : 17].
Lalu engkaupun menjadi yakin dengan neraka. Engkau ingat firman Allah.
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai
dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah
memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata
(mereka) terbelalak” [Ibrahim : 42].
Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya.
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
[Diterjemahkan dari majalah Al Ashalah, edisi 34 tahun ke VI]
Tambahan:
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 83
wa-idzaa jaa-ahum amrun mina al-amni awi alkhawfi adzaa’uu bihi walaw
radduuhu ilaa alrrasuuli wa-ilaa ulii al-amri minhum la’alimahu
alladziina yastanbithuunahu minhum walawlaa fadhlu allaahi ‘alaykum
warahmatuhu laittaba’tumu alsysyaythaana illaa qaliilaan
83. Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri [1] di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) [2]. Kalau tidaklah
karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut
syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
[1] Ialah : tokoh-tokoh sahabat dan para cendekiawan di antara mereka.
[2] Menurut mufassirin yang lain maksudnya ialah : kalau suatu berita
tentang keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan Ulil
Amri, tentulah Rasul dan Ulil Amri yang ahli dapat menetapkan kesimpulan
(istimbat) dari berita itu.
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Muslim meriwayatkan dari Umar bin Khattab, katanya, “Tatkala Nabi saw.
mengucilkan para istrinya, aku masuk ke dalam mesjid, tiba-tiba kulihat
orang-orang (para sahabat) melempar-lempar batu kerikil ke tanah seraya
mengatakan Rasulullah telah menalak istri-istrinya, lalu aku berdiri
tegak di pintu mesjid dan kuserukan dengan sekuat suaraku bahwa Nabi
tidak menalak istri-istrinya, kemudian turunlah ayat ini, ‘Dan jika
datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan dan ketakutan, mereka
lalu menyiarkannya. Padahal seandainya mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil amri di antara mereka tentulah orang-orang yang ingin
menyelidiki duduk perkaranya akan dapat mengetahuinya dari mereka.’
(Q.S. An-Nisa 83). Maka saya termasuk di antara orang-orang yang
menyelidiki duduk perkaranya itu.”
Ibnu Katsir menafsirkan:
“(ayat tersebut) Adalah PENGINGKARAN terhadap orang yang BERSEGERA
dalam berbagai urusan SEBELUM MEMASTIKAN KEBENARAN, lalu ia
mengabarkannya, menyiarkannya, dan menyebarluaskannya, padahal terkadang
perkara itu TIDAK BENAR.”
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga bersabda,
”Cukuplah seseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan setiap yang dia dengar.”
(HR. Muslim).
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Maksudnya : Jangannlah kalian terima beritanya, sampai kalian teliti dan membuktikan kebenarannya.
Pada ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa hukum asal orang
fasik adalah dusta, akan tetapi ada kemungkinan dia jujur, maka dari itu
berita yang dibawanya tidak langsung diterima atau ditolak, kecuali
setelah dilakukan penelitian atas kebenaran berita tersebut. Jika telah
jelas kejujurannya melalui bukti dan keterangan yang ada, maka beritanya
diterima, akan tetapi jika sebaliknya, maka beritanya di tolak.
Kemudian Allah menjelaskan hikmah dari perintahNya untuk melakukan
pengecekan kebenaran suatu berita, serta hikmah laranganNya dari
mengekor kepada isu dan kabar burung seraya berfirman.
“Artinya : Kalian menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya” [Al-Hujurat : 6]
Maksudnya : Kemudian ternyata kalian yang salah dan kaum tersebut tidak bersalah apa-apa.
“Artinya : Sehingga kalian akan menyesali perbuatan kalian”
[Al-Hujurat : 6]
Terlebih , apabila perbuatan kalian tersebut menyebabkan
punggung-punggung kalian dicambuk, karena mungkin tuduhan kalian itu
menyebabkan hukuman tertentu, seperti tuduhan zina dan sebagainya.
(Maka,) Betapa perlunya kaum muslimin semuanya kepada ayat ini, mereka
MEMBACANYA, MERENUNGINYA dan BERAKHLAQ DENGANNYA.
- (Lihatlah) Berapa banyak tragedi terjadi karena sebuah berita bohong yang disebarkan oleh seorang fasik lagi membuat onar?!
- Betapa banyak darah yang ditumpahkan, nyawa berterbangan, harta
benda dirampas, kehormatan dicabik-cabik, disebabkan oleh sebuah berita
bohong yang sama sekali tidak ada buktinya!?
(Ketahuilah!!) Semua itu digulirkan oleh musuh-musuh Islam dan kaum
muslimin untuk memusnahkan persatuan mereka, mencabik-cabik kekuatan
mereka, serta menghembuskan permusuhan dan kebencian diantara mereka!
- Betapa banyak dua orang yang bersaudara dipisahkan oleh berita-berita bohong?!
- Berapa banyak pasangan suami-istri dipisahkan oleh berita-berita dusta?!
- Dan berapa banyak pula peperangan antara suku dan umat karena berita-berita palsu?!
Allah Yang Maha Halus dan Mengetahui memberi kaidah syariat untuk
umat ini, agar masyarakat ini tidak dirobek-robek, tidak dipecah belah
dan api fitnah tidak berkobar didalamnya, yang apabila telah berkobar
tidak akan bisa dipadamkan.
Syaikh Dr Abdul Azim Badawi melanjutkan:
Sungguh, di antara perkara yang sangat disayangkan adalah, bahwa
tidak satupun masyarakat kaum muslimin bebas dari kaum munafiq dan
pendengki, mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah merasa
tenang, jika melihat masyarakat muslimin saling berkasih sayang,
bersaudara serta merasa sebagai satu kesatuan, sehingga apabila seorang
yang biasa dari mereka, maka yang memiliki kedudukan pun ikut mengeluh.
Wajib bagi kaum muslimin untuk mempertajam kewaspadaan mereka dan
berhati-hati terhadap musuh mereka, serta hendaknya kaum muslimin
senantiasa mengingat, bahwa musuh-musuh mereka selalu begadang untuk
menyusun rencana dan makar terhadap kaum muslimin. Maka dari itu kaum
muslimin harus senantiasa waspada sehingga bisa mengetahui darimana
munculnya permusuhan dan bagaimana kebencian di antara mereka
dikobarkan!!
Sesungguhnya, keberadaan orang-orang munafik di dalam masyarakat
Islam merupakan bahaya laten yang besar, akan tetapi lebih berbahaya
dari itu adalah adanya orang-orang beriman yang senantiasa menerima
dikte dari kaum munafik, mereka juga MAU MENDENGAR GOSIP-GOSIP KAUM
MUNAFIQ, TANPA MENGHIRAUKAN DAMPAKNYA TERHADAP KAUM MUSLIMIN.
Al-Qur’an telah mencatat untuk kita sebagian bencana yang menimpa
kaum muslimin, akibat MENGEKORNYA SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN DIBELAKANG KAUM
MUNAFIQIN (dan) PARA PENDENGKI, sehingga kita bisa memetik hikmah dari
pengalaman orang-orang sebelum kita.
Jika berkenan, maka bacalah surat An-Nuur, kemudian renungilah
beberapa ayat mulia yang Allah firmankan untuk mengumumkan kesucian
Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha dari tuduhan kaum munafik, dan
ternyata beberapa orang yang benar-benar beriman ikut-ikutan menuduh
tanpa bukti.