Flickr.com
Ternyata sungai-sungai di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menyimpan misteri tersendiri. Termasuk juga sungai Angkinang.
Laporan : Akhmad Husaini (usaikdgn) dari Kandangan, Kalsel
Sungai Angkinang yang mengalir di beberapa desa di Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan cukup dikenal oleh masyarakat. Namun hanya sedikit yang tahu ternyata sungai ini menyimpan misteri tersendiri yang di luar nalar pikiran manusia.
Sungai Angkinang akan ramai bila bendungan Telaga Langsat, yang berada di bagian hulunya dibuka setiap satu atau dua kali dalam setahun. Saat itu berbagai jenis ikan akan dengan mudah diperoleh. Warga menyebutnya dengan istilah Buka Tabat.
Sungai Angkinang mempunyai lebar sekitar 5 meter dan berkedalaman sekitar 10 meter. Kini seiring perkembangan zaman kondisinya mengalami perubahan. Kalau dulu luas dan dalam kini menjadi sempit, surut dan banyak sampah.
Pada musim kemarau airnya seperti aliran selokan. Namun karena sungai ini sudah menjadi bagian hidup, warga tetap menggunakannya sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang hajat hingga sekarang.
Bila musim hujan air sungai akan meluap sampai ke halaman rumah warga. Namun dibalik keberadaan sungai itu tersimpan cerita-cerita yang berbau keanehan atau kegaiban.
Seperti yang pernah dialami seorang warga yang berasal dari Nagara. Saat itu di tahun 1970-an. Sungai Angkinang masih luas dan dalam. Dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang cukup potensial. Terutama jukung atau perahu yang membawa dagangan dari daerah Nagara ke Pasar Angkinang. Dulu jalan darat tidak semulus sekarang ini. Sehingga sungailah sarana alternatif satu-satunya.
Pada saat hari pasar yaitu setiap hari Kamis orang bertransaksi jual beli di Pasar Angkinang. Sebelumnya pada hari Rabu sore dan malamnya pedagang dari Nagara akan berdatangan naik perahu. Dengan membawa barang dagangan seperti dapur dan alat-alat hasil kerajinan industri Nagara. Juga buah-buahan seperti semangka, ubi, dan kacang-kacangan.
Maka tersebutlah ada satu pedagang dapur Nagara, sebut saja namanya Imbran. Usianya sekitar 45 tahun. Dia mengalami kejadian aneh sekaligus cukup menyeramkan.
Dimana saat menambatkan perahu dan mau membongkar barang dagangan tiba-tiba Imbran merasakan kegalauan dan kepanikan. Ia dikejutkan oleh suasana yang berbeda dari biasanya. Sungai Angkinang saat itu seperti diterjang gelombang.
Perahunya menjadi oleng. Kebetulan saat itu adzan Maghrib sedang berkumandang. Sementara juga di lanting yang berseliweran di sepanjang sungai Angkinang tidak ada lagi warga yang berada di sana setelah mandi sore.
Di sungai terasa begitu senyap saat itu. Tak ada hiruk-pikuk. Sayup-sayup Imbran mendengar suara aneh. Seperti ada yang tenggelam di sungai. Dan saat itu di tengah sungai tampak menyembul suatu benda aneh. Namun tak lama kemudian benda itu lenyap dengan sendirinya. Seiring dengan suara bergetar yang cukup memekikkan telinga bagi yang mendengarnya.
Melihat hal itu Imbran lantas naik ke atas. Lokasi peristiwa ini tepat berada di belakang Pasar Angkinang yang saat itu masih banyak semak belukar. Cerita tadi berdasar penuturan warga yang pada saat kejadian diberitahu sendiri oleh Imbran kepada mereka.
Cerita lainnya masih seputar sungai Angkinang adalah soal keberadaan sebatang pohon sangkuang yang ada di tepi sungai tersebut. Pohon itu memiliki buah yang bulat, berbentuk kecil-kecil dan rasanya masam.
Pohon itu berada di tepi sungai Angkinang. Anak-anak Desa Angkinang biasanya menjadikan kawasan sekitar pohon tersebut sebagai tempat bermain. Sambil memanjat pohon sangkuang biasanya mereka kemudian terjun bebas ke sungai. Itulah kegiatan anak-anak setiap harinya.
Tapi entah kenapa sore itu di atas pohon tersebut terlihat seorang anak kecil yang bertelanjang bulat sedang asyik memetik buah sangkuang dan memakannya di atas pohon itu. Dikira ia adalah anak-anak warga setempat.
Tapi sampai menjelang Maghrib anak itu masih saja berada di atas pohon tersebut. Ada warga yang terus mengamati anak itu karena memang rumah warga itu berada tak jauh dari pohon sangkuang itu berdiri. Tapi aneh sekali tak lama kemudian anak kecil itu menghilang dengan sendirinya.
Kalau bercebur ke sungai tidak mungkin karena pasti akan menimbulkan riak air. Kalau turun dari atas pohon juga tidak mungkin secepat itu. Lalu kemana anak kecil itu? Diduga anak kecil itu adalah jelmaan makhluk halus. Karena perilaku yang ditunjukkan tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak warga setempat.
Kejadian lain saat sungai Angkinang meluap. Warga yang berada di bantaran sungai itu pernah menyaksikan kehadiran binatang aneh. Dikatakan ular bukan, dikatakan naga juga bukan. Tapi tubuhnya menyerupai kedua binatang tersebut. Yang hanyut dibawa arus sungai.
Dan terlihat muncul kepermukaan. Dikira batang pohon yang dibawa hanyut oleh arus air yang deras. Karena saat itu hanya terlihat samar-samar. Kejadiannya usai shalat Isya ada warga yang menyaksikannya. Lalu kemudian diberitahukan kepada warga yang lain. Lalu berbondong-bondonglah warga ingin melihatnya. Setelah diteliti dengan menggunakan penerangan yang cukup tak dinyana itu adalah seekor ular tambun yang terkenal sangat ganas dan ukurannya cukup besar.
Peristiwa memilukan sekaligus menyedihkan terjadi tahun 1995 silam. Yadi Tiklu (16) warga Desa Angkinang Selatan tewas tenggelam di sungai Angkinang. Terjadi setelah ia terjatuh di lanting tempat ia mandi. Kebetulan saat itu penyakit ayannya sedang kambuh. Saat itu hanya dia sendiri yang ada di lanting.
Yadi sempat memegang bagian tali lanting. Tapi sial keburu diseret arus sungai yang saat itu sedang pasang. Ini seperti yang disaksikan oleh satu warga yang mau mandi dan menuju ke lanting itu. Warga itu kemudian berteriak minta tolong kepada warga lainnya.
Yadi baru ditemukan oleh warga yang mencarinya besok harinya setelah kejadian sekitar 300 meter dari tempat ia terjatuh pertama kali. Kondisinya sangat memilukan sekali bagi yang melihatnya. Juga tercium bau busuk yang cukup menyengat yang timbul dari kulit tubuhnya yang sudah terkelupas dan membusuk.
Firasat kematian Yadi Tiklu menurut penuturan warga sudah tercium sebelum kematiannya itu. Di lanting tempat Yadi jatuh itu ada yang mencium bau kemenyan dan bau wangi-wangian lainnya. Juga ada suara gemuruh orang seperti di pasar. Terasa ramai sekali waktu itu. Padahal suasana di sekitar lanting itu tidak ada orang banyak apalagi ditunjang dengan cahaya yang gelap. Diduga semua itu adalah petunjuk awal atau tanda-tanda kematian Yadi.
Kejadian terbaru seputar sungai Angkinang adalah peristiwa yang menimpa Taufikurrahman, warga Angkinang awal Januari 2010. Ia hilang di sungai Angkinang puluhan jam. Diperkirakan nyawanya tidak bisa ditolong lagi. Namun esok harinya ia muncul dengan keadaan selamat di sebuah kolam peninggalan jaman Jepang. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya bagi warga. Mungkin ia disembunyikan makhluk penunggu kolam Jepang.
Semua kejadian seputar sungai Angkinang ini semacam sebuah peringatan dimanapun kita berada harus berhati-hati. Kalau-kalau tempat itu dihuni oleh makhluk halus. Tinggal kesiagaan kita saja saat berada di tempat itu. Seperti halnya sungai Angkinang tadi. Agar tidak jadi korban keusilan makhluk halus.
Selain itu juga sungai adalah sahabat manusia yang memberi banyak keuntungan. Sungai adalah sarana transportasi, sebagai tempat mencari makan dan pemberi hidup. Oleh karena itulah sudah sepantasnya kita manusia menjaga dan melestarikan sungai dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Sungai Angkinang akan ramai bila bendungan Telaga Langsat, yang berada di bagian hulunya dibuka setiap satu atau dua kali dalam setahun. Saat itu berbagai jenis ikan akan dengan mudah diperoleh. Warga menyebutnya dengan istilah Buka Tabat.
Sungai Angkinang mempunyai lebar sekitar 5 meter dan berkedalaman sekitar 10 meter. Kini seiring perkembangan zaman kondisinya mengalami perubahan. Kalau dulu luas dan dalam kini menjadi sempit, surut dan banyak sampah.
Pada musim kemarau airnya seperti aliran selokan. Namun karena sungai ini sudah menjadi bagian hidup, warga tetap menggunakannya sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang hajat hingga sekarang.
Bila musim hujan air sungai akan meluap sampai ke halaman rumah warga. Namun dibalik keberadaan sungai itu tersimpan cerita-cerita yang berbau keanehan atau kegaiban.
Seperti yang pernah dialami seorang warga yang berasal dari Nagara. Saat itu di tahun 1970-an. Sungai Angkinang masih luas dan dalam. Dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang cukup potensial. Terutama jukung atau perahu yang membawa dagangan dari daerah Nagara ke Pasar Angkinang. Dulu jalan darat tidak semulus sekarang ini. Sehingga sungailah sarana alternatif satu-satunya.
Pada saat hari pasar yaitu setiap hari Kamis orang bertransaksi jual beli di Pasar Angkinang. Sebelumnya pada hari Rabu sore dan malamnya pedagang dari Nagara akan berdatangan naik perahu. Dengan membawa barang dagangan seperti dapur dan alat-alat hasil kerajinan industri Nagara. Juga buah-buahan seperti semangka, ubi, dan kacang-kacangan.
Maka tersebutlah ada satu pedagang dapur Nagara, sebut saja namanya Imbran. Usianya sekitar 45 tahun. Dia mengalami kejadian aneh sekaligus cukup menyeramkan.
Dimana saat menambatkan perahu dan mau membongkar barang dagangan tiba-tiba Imbran merasakan kegalauan dan kepanikan. Ia dikejutkan oleh suasana yang berbeda dari biasanya. Sungai Angkinang saat itu seperti diterjang gelombang.
Perahunya menjadi oleng. Kebetulan saat itu adzan Maghrib sedang berkumandang. Sementara juga di lanting yang berseliweran di sepanjang sungai Angkinang tidak ada lagi warga yang berada di sana setelah mandi sore.
Di sungai terasa begitu senyap saat itu. Tak ada hiruk-pikuk. Sayup-sayup Imbran mendengar suara aneh. Seperti ada yang tenggelam di sungai. Dan saat itu di tengah sungai tampak menyembul suatu benda aneh. Namun tak lama kemudian benda itu lenyap dengan sendirinya. Seiring dengan suara bergetar yang cukup memekikkan telinga bagi yang mendengarnya.
Melihat hal itu Imbran lantas naik ke atas. Lokasi peristiwa ini tepat berada di belakang Pasar Angkinang yang saat itu masih banyak semak belukar. Cerita tadi berdasar penuturan warga yang pada saat kejadian diberitahu sendiri oleh Imbran kepada mereka.
Cerita lainnya masih seputar sungai Angkinang adalah soal keberadaan sebatang pohon sangkuang yang ada di tepi sungai tersebut. Pohon itu memiliki buah yang bulat, berbentuk kecil-kecil dan rasanya masam.
Pohon itu berada di tepi sungai Angkinang. Anak-anak Desa Angkinang biasanya menjadikan kawasan sekitar pohon tersebut sebagai tempat bermain. Sambil memanjat pohon sangkuang biasanya mereka kemudian terjun bebas ke sungai. Itulah kegiatan anak-anak setiap harinya.
Tapi entah kenapa sore itu di atas pohon tersebut terlihat seorang anak kecil yang bertelanjang bulat sedang asyik memetik buah sangkuang dan memakannya di atas pohon itu. Dikira ia adalah anak-anak warga setempat.
Tapi sampai menjelang Maghrib anak itu masih saja berada di atas pohon tersebut. Ada warga yang terus mengamati anak itu karena memang rumah warga itu berada tak jauh dari pohon sangkuang itu berdiri. Tapi aneh sekali tak lama kemudian anak kecil itu menghilang dengan sendirinya.
Kalau bercebur ke sungai tidak mungkin karena pasti akan menimbulkan riak air. Kalau turun dari atas pohon juga tidak mungkin secepat itu. Lalu kemana anak kecil itu? Diduga anak kecil itu adalah jelmaan makhluk halus. Karena perilaku yang ditunjukkan tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak warga setempat.
Kejadian lain saat sungai Angkinang meluap. Warga yang berada di bantaran sungai itu pernah menyaksikan kehadiran binatang aneh. Dikatakan ular bukan, dikatakan naga juga bukan. Tapi tubuhnya menyerupai kedua binatang tersebut. Yang hanyut dibawa arus sungai.
Dan terlihat muncul kepermukaan. Dikira batang pohon yang dibawa hanyut oleh arus air yang deras. Karena saat itu hanya terlihat samar-samar. Kejadiannya usai shalat Isya ada warga yang menyaksikannya. Lalu kemudian diberitahukan kepada warga yang lain. Lalu berbondong-bondonglah warga ingin melihatnya. Setelah diteliti dengan menggunakan penerangan yang cukup tak dinyana itu adalah seekor ular tambun yang terkenal sangat ganas dan ukurannya cukup besar.
Peristiwa memilukan sekaligus menyedihkan terjadi tahun 1995 silam. Yadi Tiklu (16) warga Desa Angkinang Selatan tewas tenggelam di sungai Angkinang. Terjadi setelah ia terjatuh di lanting tempat ia mandi. Kebetulan saat itu penyakit ayannya sedang kambuh. Saat itu hanya dia sendiri yang ada di lanting.
Yadi sempat memegang bagian tali lanting. Tapi sial keburu diseret arus sungai yang saat itu sedang pasang. Ini seperti yang disaksikan oleh satu warga yang mau mandi dan menuju ke lanting itu. Warga itu kemudian berteriak minta tolong kepada warga lainnya.
Yadi baru ditemukan oleh warga yang mencarinya besok harinya setelah kejadian sekitar 300 meter dari tempat ia terjatuh pertama kali. Kondisinya sangat memilukan sekali bagi yang melihatnya. Juga tercium bau busuk yang cukup menyengat yang timbul dari kulit tubuhnya yang sudah terkelupas dan membusuk.
Firasat kematian Yadi Tiklu menurut penuturan warga sudah tercium sebelum kematiannya itu. Di lanting tempat Yadi jatuh itu ada yang mencium bau kemenyan dan bau wangi-wangian lainnya. Juga ada suara gemuruh orang seperti di pasar. Terasa ramai sekali waktu itu. Padahal suasana di sekitar lanting itu tidak ada orang banyak apalagi ditunjang dengan cahaya yang gelap. Diduga semua itu adalah petunjuk awal atau tanda-tanda kematian Yadi.
Kejadian terbaru seputar sungai Angkinang adalah peristiwa yang menimpa Taufikurrahman, warga Angkinang awal Januari 2010. Ia hilang di sungai Angkinang puluhan jam. Diperkirakan nyawanya tidak bisa ditolong lagi. Namun esok harinya ia muncul dengan keadaan selamat di sebuah kolam peninggalan jaman Jepang. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya bagi warga. Mungkin ia disembunyikan makhluk penunggu kolam Jepang.
Semua kejadian seputar sungai Angkinang ini semacam sebuah peringatan dimanapun kita berada harus berhati-hati. Kalau-kalau tempat itu dihuni oleh makhluk halus. Tinggal kesiagaan kita saja saat berada di tempat itu. Seperti halnya sungai Angkinang tadi. Agar tidak jadi korban keusilan makhluk halus.
Selain itu juga sungai adalah sahabat manusia yang memberi banyak keuntungan. Sungai adalah sarana transportasi, sebagai tempat mencari makan dan pemberi hidup. Oleh karena itulah sudah sepantasnya kita manusia menjaga dan melestarikan sungai dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com