GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

SEJARAH: Wibawa Bung Karno Di Tengah Kemarahan Rakyat Surabaya

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 27 Oktober 2013 | 18.04

Kluget.com, Tengah malam di akhir bulan Oktober, Bung Karno dapat telegram dari Surabaya bahwa keadaan Surabaya sangat panas. Jam 23.00 malam tanggal 24 Oktober, Bung Karno manggil Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dan minta pendapat soal Surabaya. Jawab Amir agak panjang lebar, intinya Amir menyatakan bahwa Pasukan laskar di Surabaya terkendali. Amir merasa tau ini karena dia pengalaman membina laskar bawah tanah selama masa pendudukan Jepang, bahkan Amir sempat ditangkap Kempeitai.

Wibawa Bung Karno Di Tengah Kemarahan Rakyat Surabaya Bung Karno agak ragu mendengar penjelasan Amir, insting politiknya merasa ada sesuatu yang besar di Surabaya. Pagi-pagi jam 6, Bung Karno dapat laporan dari Sudiro bahwa Gudang Peluru di Surabaya (Kohara Butai) sudah digedor pemuda, banyak amunisi yang diambil. Sementara pasukan sekutu minta jaminan bahwa kondisi apapun dibekukan agar tidak terjadi perang.

Kondisi memanas, Inggris yang banyak dipengaruhi Belanda mengancam akan menindak tegas siapa yang membongkar gudang senjata Jepang, akan berhadapan dengan pasukan sekutu, alasan Inggris agar terjadi keamanan yang kondusif dalam peralihan kekuasaan.

Bung Karno sendiri harus bermain taktis disini, pertama ia tidak mau begitu saja menurut dikte sekutu, tapi Bung Karno nggak mau blunder, kalo seandainya permintaan sekutu dituruti, maka kemungkinan besar Indonesia nggak punya senjata. Bung Karno ambil jalan tengah, ia menghimbau agar pembebasan interniran Belanda jangan diganggu, tapi Bung Karno mendiamkan saja pemuda-pemuda bongkar gudang senjata Jepang.

Pada 26 Oktober Bung Karno menyatakan pada Hatta bahwa ia kuatir soal kondisi di Surabaya, akan terjadi perang besar karena laporan-laporan terus datang ke mejanya semakin memanas, ada pembakaran-pembakaran dengan skala besar terjadi di beberapa titik di Surabaya, Hatta diam saja tak menjawab kekuatiran Sukarno. Seperti biasa ia diam dan merenung. Tak lama kemudian ada laporan lagi bahwa NU sudah menyerukan jihad perang melawan sekutu.

Bung Karno kaget karena ini akan perang beneran, sementara Bung Karno masih ingin melihat bagaimana Sjahrir mendekati Inggris agar jangan sampai Inggris dipengaruhi Belanda, sebab kalau Inggris dipengaruhi Belanda maka akan mudah Indonesia masuk ke dalam pendudukan militer Belanda.

Benar saja kekuatiran Bung Karno, pada 27 Oktober meletus perkelahian massal antara rakyat Surabaya dengan Serdadu Sekutu. Keadaan di lapangan tidak seperti perang, tapi benar-benar sebuah perkelahian massal, rakyat Surabaya marah besar terhadap sekutu apalagi sudah adanya seruan jihad dari NU untuk melawan sekutu.

Sumarsono, sebagai pemimpin pasukan bersenjata yang paling utuh menguasai beberapa titik di Surabaya, termasuk di Embong. Sementara Bung Tomo terus memprovokasi massa agar terus maju berkelahi. Berita soal perkelahian massal yang juga disebut perang Surabaya itu didengar D.C. Hawthorn, Komandan Sekutu se Asia Tenggara di Singapura. Hawthorn mendapat radiogram dari Brigjen Mallaby yang meminta bantuan diplomasi perdamaian. Hawthorn langsung terbang ke Jakarta menemui Bung Karno dan dengan wajah memelas minta agar Bung Karno menghentikan rakyat di Surabaya.

Intelijen Inggris juga akan mempelajari, mana yang lebih didengar rakyat Indonesia, Belanda apa Sukarno? Dan mereka tercengang ketika Bung Karno keliling Surabaya dengan Wasis (seorang anak buah Bung Tomo) dengan mobil terbuka minta perang dihentikan. Rakyat yang tadinya berkelahi menyambut Bung Karno sorak sorai, praktis tanggal 29 Oktober 1945 perang berhenti karena Sukarno datang.

Dalam perjalanan keliling Surabaya dan mencengangkan itu ada seorang wartawan Amerika Serikat yang ikut Bung Karno, wartawan itu kemudian memberitakan bahwa kerusuhan Surabaya bisa dihentikan karena wibawa Bung Karno, berita ini kemudian dibaca oleh pejabat-pejabat Deplu AS yang kemudian mulai meriset "Siapakah yang berkuasa sesungguhnya di Indonesia" sejak saat itu AS percaya Bung Karno yang pegang kendali, jelas kesimpulan AS ini membuat Stalin telat langkah, karena Stalin baru terima laporan soal Indonesia tahun 1947 dan Stalin dengan naifnya masih percaya Inggris dan Belanda pegang kendali Jawa.

(Foto : Bung Karno dan Amir akan pulang ke Djakarta, 29 Oktober 1945 setelah mendinginkan penduduk Surabaya yang panas)

-Anton DH Nugrahanto-.

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...