Banyak diantara orang-orang yang lebih banyak menaruh curiga dan prasangka buruknya kepada pengemis di jalan daripada pemberian mereka kepada para pengemis tersebut. Bahkan banyak orang yang menganggap mereka mengganggu, menuduh mereka menjadikan mengemis itu sebagai profesi, menganggap mereka pemalas, dan lain sebagainya. Apakah saat ini mereka telah merasa lebih hebat dari para pengemis itu? dengan profesi mereka saat ini dan menumpuknya harta mereka? bukankah Imam Ali bin Abi Thalib as pernah berkata. “Aku tidak pernah melihat adanya kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali di sana ada hak yang terabaikan. Tiap kenikmatan yang dirasakan orang kaya adalah kelaparan yang diderita orang miskin.” Apakah orang – orang yang berkata seperti itu kepada para pengemis rela jika Allah membalikkan keadaan tersebut kepada mereka? Berpanas – panas diterik matahari, dengan balutan kain lusuh yang menutupi tubuh mereka, berseliwerannya kendaraan mewah didepan mereka, dengan sekali – sekali memakan makanan nikmat dibalik jendela mobil. atau melihat muka yang menunduk atau pandangan remeh sambil menolak dengan telapak tangan disaat dompet mereka penuh. Apa kita telah merasa hebat dengan keadaan kita saat ini? Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “”Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa kekuasaan yang telah diserahkan kepadamu itu adalah hasil buruan yang jatuh ke tanganmu. Itu adalah amanat yang diletakkan ke pundakmu. Pihak yang diatasmu mengharapkan engkau dapat menjaga dan melindungi hak-hak rakyat. Maka janganlah engkau berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat.” Mudah – mudahan kita tidak menjadi orang – orang yang bakhil dan lebih banyak su’udzon (prasangka buruk) daripada sedekahnya.
Suatu hari seorang pengemis datang kepada Rasulullah Saww lalu salah seorang Sahabat berkata, ” Wahai Rasulullah, apa engkau tidak takut pengemis itu berdusta kepadamu?” Rasulullah menjawab, “Apa kau tidak takut jika pengemis itu tidak berdusta?”
Abu Hamzah Ats-Tsumali suatu ketika shalat subuh di Madinah pada hari Jumat bersama Imam Ali Zainal Abidin. Ketika selesai, Imam langsung bangkit dan menuju ke rumahnya. Abu Hamzah mengikutinya hingga sampai rumah. Sampai di rumah, Imam memanggil budak perempuannya yang bernama Sakinah sambil berkata, “Jangan sampai ada seorang peminta yang melewati pintu rumahku melainkan engkau memberinya makan, karena hari ini adalah hari Jumat.”
Imam Ali Zainal Abidin as meneruskan, “Aku khawatir di antara para peminta tersebut ada yang memang laik untuk diberi, namun aku tidak memberinya dan menolaknya. Maka ditimpakanlah kepada kami, Ahlul Bait, sesuatu yang sebelumnya ditimpakan kepada Nabi Yaqub dan keluarganya.”
Dulu, setiap hari Jumat Nabi Yaqub selalu menyembelih kambing dan bersedekah dengannya. Ia dan keluarganya juga makan daging itu. Suatu kali tukang minta-minta yang lagi puasa dan patut untuk diberi datang ke rumah Nabi Yaqub.
Pada saat itu keluarga Nabi Yaqub mendengar seruan pengemis tapi mereka tidak mengetahui hak pengemis yang mestinya dikasih. Mereka tidak percaya dengan ucapan itu. pengemis itu kecewa dan melewati malam dengan lapar dan mengadu kepada Allah. Sementara Nabi Yaqub dan keluarga melewati malam dengan kenyang.
Menjelang subuh, Allah mewahyukan kepada Nabi Yaqub, “Wahai Yaqub, engkau telah merendahkan dan menghina hamba-Ku… Wahai Yaqub, sesungguhnya nabi-Ku yang paling Aku cinta dan paling mulia adalah yang mengasihi hamba-hambaku yang miskin serta berusaha menjalin kedekatan dengan mereka… Tidakkah engkau kasihan kepada hamba-Ku…? Demi keagungan-Ku sungguh akan Aku timpakan kepadamu bencana dari sisi-Ku dan Aku jadikan engkau dan keluargamu menanggung musibah.”
Kemudian Abu Hamzah bertanya, “Semoga aku menjadi tebusan Anda, kapankah Yusuf bermimpi?” Imam menjawab, “Demi Allah, pada malam itulah Yusuf bermimpi, di malam ketika Yaqub dan keluarganya melewati malamnya dengan perut kenyang namun pengemis itu kelaparan.”
Mimpi Nabi Yusuf itulah yang menjadi awal kisah dan awal musibah bagi keluarga besar Nabi Yaqub, yang disebabkan menolak permintaan seseorang. “Ya Allah, ampunilah aku… Sudah berapa banyak orang yang aku tolak permintaanya…”
Hammam bin Ghalib, seorang penyair besar yang lebih dikenal dengan nama Al-Farazdaq, pernah memberikan syair panjang dan indah kepada keluarga suci Nabi (Ahlul Bait), khususnya kepada Imam Ali Zainal Abidin.
كِلْتا يَدَيْهِ غِيَاثٌ عَمَّ نَفعُهُمَا
يُسْتَوْكَفانِ، وَلا يَعرُوهُما عَدَمُ
ما قال: لا قطُّ، إلاّ في تَشَهُّدِهِ
لَوْلا التّشَهّدُ كانَتْ لاءَهُ نَعَمُ
Uluran tangannya laksana hujan merata
Menebar manfaat kemana-mana
Tangannya tak pernah kosong hampa
Walaupun dermawan tiada tara
Tidak pernah ia berucap “Tidak”,
kecuali dalam syahadatnya.
Kalau bukan karena syahadatnya,
“Tidak”nya berubah menjadi “Ya”
Dampak sedekah terhadap kematian
Rasulullah saw bersabda: “Sedekah dapat menolak kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Pada suatu hari orang yahudi lewat dekat Rasulullah saw, lalu ia mengucapkan: Assam ‘alayka (kematian atasmu). Rasulullah saw menjawab: ‘Alayka (atasmu). Lalu para sahabatnya berkata: Ia mengucapkan salam atasmu dengan ucapan kematian, ia berkata: kematian atasmu. Nabi saw bersabda: “Demikian juga jawabanku.” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang yahudi ini tengkuknya akan digigit oleh binatang yang hitam (ular dan kalajengking) dan mematikannya. Kemudian orang yahudi itu pergi mencari kayu bakar lalu ia membawa kayu bakar yang banyak. Rasulullah saw belum meninggalkan tempat itu yahudi tersebut lewat lagi (belum mati). Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: Letakkan kayu bakarmu.” Ternyata di dalam kayu bakar itu ada binatang hitam seperti yang dinyatakan oleh beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Wahai yahudi, amal apa yang kamu lakukan? Ia menjawab: Aku tidak punya kerjaan kecuali mencari kayu bakar seperti yang aku bawa ini, dan aku membawa dua potong roti, lalu aku makan yang satu potong dan satu potong yang lain aku sedekahkan pada orang miskin. Maka Rasulullah saw bersabda: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkan dia.” Selanjutnya beliau bersabda: “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Muhammad bin Muslim berkata: Pada suatu hari aku pernah bersama Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berada di dalam masjid Rasulullah saw, kemudian jatuhlah potongan kayu masjid dan mengenai seseorang tapi tidak membayakannya padahal mengenai kakinya. Kemudian Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Tanyakan padanya apa yang dia amalkan.” Kemudian ia bertanya kepadanya, dan ia berkata: tadi aku keluar rumah dan membawa beberapa buah korma di sakuku, saat aku berjumpa dengan seorang pengemis aku sedekahkan padanya sebuah korma. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkanmu.” (Al-Wasail 6: 269, hadis ke 6)
Dampak sedekah terhadap penambahan rizki
Rasulullah saw bersabda: “Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik harta seseorang dan simpanannya adalah sedekah.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 14)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Mohon datangkan rizki dengan sedekah, barangsiapa yang meyakini hari esok ia akan bersikap dermawan dengan pemberian, sesungguhnya Allah menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar hari ini.” (Al-Wasail 6: 255)
Dampak sedekah terhadap hal-hal yang bahaya
Rasulullah saw bersabda: “Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah ia tidak akan terkena sasaran bala’.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 15)
Imam Ja’far sh-Shadiq (sa) berkata: “Obati penyakitmu dengan sedekah, tolaklah bala’ dengan doa, dan mohon datangkan rizkimu dengan sedekah, karena sesungguhnya sedekah dapat mengusir tujuh ratus setan dari depan dagu…” (Al-Wasail 6: 260, hadis ke 1)
Dampak Infak terhadap keimanan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba sehingga ia melakukan empat hal: Berakhlak baik, bersikap dermawan, menahan karunia dari ucapan, dan mengeluarkan karunia dari hartanya.” (Al-Wasail 6: 259, hadis ke 21)
Tangan Allah
Rasulullah saw bersabda: “Tangan itu ada tiga: tangan Allah paling atas, tangan pemberi yang berikutnya, dan tangan peminta paling bawah. Maka berikan karuniamu dan jangan lemahkan dirimu.” (Al-Wasail 6: 263, hadis ke 4)
Bersedekahlah walaupun Sedikit
Rasulullah saw bersabda: “Berdekahlah walaupun segantang korma, walaupun sebagian dari segantang, walaupun segenggam korma, walaupun sebiji korma, walaupun separoh korma. Barangsiapa yang belum mendapatkannya maka bersedakahlah dengan ucapan yang baik. Karena sesungguhnya kamu akan menjumpai Allah dan Dia akan bertanya kepadamu: ‘Apakah Aku belum berbuat sesuatu untukmu? Apakah Aku belum menciptakan pendengaran dan penglihatan untukmu? Apakah Aku belum mengkaruniakan padamu harta dan anak? Kamu tentu akan menjawab: Tidak (semuanya sudah). Kemudian Allah swt berfirman: ‘Lihatlah apa yang telah kamu lakukan pada dirimu. Kemudian ia akan melihat apa yang telah ia lakukan, ia melihat ke depan dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Maka saat itulah ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun yang dapat menjaga wajahnya dari api neraka.” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 1)
Sepotong Roti dengan Sepotong daging anak
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: Pada suatu masa menim pada pada Bani Israil musim kemarau panjang beberapa tahun berturut-turut. Saat itu ada seorang ibu memiliki sepotong roti, ia meletakkan di mulutnya untuk dimakan, lalu datanglah seorang pengemis dan berkata: wahai hamba Allah, aku lapar. Ibu itu berkata: Apakah saatnya zaman seperti ini bersedekah? Kemudian ia mengeluarkan sepotong roti itu dari mulutnya, lalu memberikan pada pengemis itu. Saat itu anaknya sedang mencari kayu bakar di padang pasir, lalu datanglah srigala dan membawa anak itu. Kemudian terjadilah teriakan, sang ibu terkejut lari ketakutan akan bahaya srigala. Maka Allah mengutus malaikat Jibril, lalu ia mengeluarkan anak itu dari mulut srigala dan memberikan pada ibunya. Jibril berkata pada sang ibu: wahai hamba Allah, apakah kamu ridha? sepotong roti digantikan dengan sepotong daging (keselamatan anakmu).” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 4)
Allah Yang Mengambil Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa Allah swt berfirman: “Segala sesuatu Aku wakilkan pada orang selain-Ku untuk menggenggamnya kecuali sedekah, Aku sendiri dengan tangan-Ku yang mengambilnya, sekalipun seseorang bersedekah dengan satu biji korma atau sebelah biji korma. Kemudian Aku menambahkan baginya sebagaimana ia menambahkan sebelum meninggalkan. Kemudian saat ia datang pada hari kiamat ia mendapat pahala seperti pahala perang Uhud bahkan lebih besar dari pahala perang Uhud.” (Al-Wasail 6: 265, hadis ke 7)
Awali Pagi hari dengan Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Awali pagi harimu dengan sedekah, gemarlah bersedekah. Tidak ada seorang mukmin pun yang bersedekah karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah untuk menolak keburukan yang akan turun dari langi ke bumi pada hari itu, kecuali Allah menjaganya dari keburukan apa yang akan turun dari langit ke bumi pada hari itu.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 3)
Sedekah dapat Merubah Takdir
Rasulullah saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Wahai Ali, sedekah itu dapat menolak takdir mubram (yang telah ditetapkan). Wahai Ali, silaturahim dapat menambah umur. Wahai Ali, tidak ada sedekah ketika keluarga dekatnya membutuhkan. Wahai Ali, tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali disertai perbuatan, dan tidak ada sedekah kecuali dengan niat (karena Allah).” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Sedekah Penolak hari Nahas
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Antara aku dan seseorang punya perhitungan tentang bumi. Orang itu ahli nujum, ia sengaja keluar rumah untuk suatu urusan pada saat “Al-Su’ud” (bulan berada di manazil Al-Su’ud), dan aku juga keluar rumah pada hari nahas. Lalu kami menghitungnya, lalu keluarlah untukku dua perhitungan yang baik. Kemudian orang itu memukulkan tangan kanannya pada tangan kirinya, kemudian berkata: Aku belum pernah sama sekali melihat hari seperti hari ini. Aku berkata: Celaka hari yang lain dan hari apa itu? Ia berkata: Aku ahli nujum, aku datang padamu pada hari nahas, aku keluar rumah pada saat Al-Su’ud, kemudian kami menghitung, lalu keluarlah untuk Anda dua perhitungan yang baik. Ketika itulah aku berkata kepadanya: “Tidakkah aku pernah menyampaikan suatu hadis yang disampaikan padaku oleh ayahku? Yaitu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari hari nahas, maka hendak mengawali harinya dengan sedekah, niscaya Allah menyelamatkannya dari hari nahas itu. Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari malam nahas, maka hendaknya mengawali malamnya dengan sedekah niscaya ia diselamatkan dari malam nahas itu. Kemudian aku berkata: “Sesungguhnya aku mengawali keluar rumah dengan sedekah; ini lebih baik bagimu daripada ilmu nujum.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 1)
Sedekah di Malam hari dan Siang hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Sesungguhnya sedekah di malam hari dapat memadamkan murka Allah, menghapus dosa besar dan mempermudah perhitungan amal; sedekah di siang hari dapat menumbuhkan harta dan menambah umur.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 2)
Sedekah yang tersembunyi
Rasulullah saw bersabda: “Sedekah yang tersembunyi dapat memadamkan murka Allah swt.” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 1)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa): “Sesungguhnya tawassul yang paling utama adalah bertawasul dengan keimanan kepada Allah …, dengan silaturrahim karena hal ini dapat menumbuhkan harta dan menambah umur; dengan sedekah yang tersembunyi karena hal ini dapat menghapuskan kesalahan dan memadamkan murka Allah Azza wa Jalla; dengan amal-amal yang ma’ruf (kebajikan) karena hal ini dapat menolak kematian yang buruk dan menjaga dari pertarungan kehinaan…” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 4)
Ahlul bait Nabi saw imam bagi para dermawan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Dalam kegelapan malam Ali bin Husein (sa) sering keluar rumah, membawa dan diletakkan di pundaknya kantongan yang berisi uang dinar dan dirham, kadang-kadang memikul di pundaknya karung yang berisi makanan atau kayu bakar. Ia mendatangi dan mengetok dari pintu ke pintu. Ia memberi setiap orang yang keluar dari pintu itu. Ia menutupi wajahnya ketika mendatangi rumah orang fakir agar ia tidak mengenalnya. Ketika beliau wafat mereka merasa kehilangan hal itu, dan mereka baru tahu bahwa yang sering mengetok pintunya itu adalah Ali bin Husein (sa). Ketika jenazahnya dimandikan kelihatan di pundaknya membekas hitam seperti pundak onta, karena seringnya memikul karung di pundaknya mendatangi rumah-rumah kaum fakir dan miskin. Pada suatu hari beliau keluar rumah membawa selengdang sutera. Kemudian datang seorang pengemis, beliau kalungkan selendang itu padanya lalu beliau pergi dan meninggalkannya. Kebiasaan beliau membeli kain sutera di musim dingin, jika datang musim panas beliau menjualnya dan mensedekahkan uangnya…
Di Madinah ada seratus keluarga Ahlul bait yang fakir. Mereka ta’ajjub
terhadap beliau, karena beliau datang membawakan makanannya untuk anak-anak yatim, orang-orang yang sengsara, orang-orang sakit yang merana, dan orang-orang miskin yang tak berdaya. Beliau memberikan
kepada mereka dengan tangannya sendiri. Jika ada keluarga dari mereka, beliau sendiri yang membawakan makanan pada keluarganya. Beliau tidak pernah makan sebelum memulai dan bersedekah seperti yang beliau makan.” (Al-Wasail 6: 276, hadis ke
Sufyan bin ‘Ayniyah bercerita bahwa Az-Zuhri pernah melihat Ali Zainal
Abidin (sa) berjalan kaki di malam yang dingin dalam kondisi hujan, memikul di pundaknya tepung gandum dan kayu bakar. Az-Zuhri bertanya kepadanya: Duhai putera Rasulullah, apa ini? Beliau menjawab: “Aku ingin safar (melakukan perjalanan) yang telah dijanjikan yaitu mencari bekal untuk aku bawa ke tempat yang terjaga. Az-Zuhri berkata: Ini pembantuku, biarlah dia yang menggantikanmu untuk membawanya, tapi beliau menolak tawaranku. Az-Zuhri berkata: Aku saja yang akan menggantikanmu untuk membawanya, dengan rasa hormatku padamu biarlah aku yang membawanya. Ali Zainal Abidin berkata: Aku tidak memikirkan kehormatanku untuk sesuatu yang menyelamatkan diriku dalam safarku, yang kuinginkan sangatlah baik untuk bekal perjalanan kepulanganku. Dengan hak aku mohonkan untukmu, semoga Dia memperkenankan hajatmu, silahkan tinggalkan aku. Kemudian Az-Zuhri meninggalkan beliau. Beberapa hari berikutnya Az-Zuhri berkata kepada beliau: Wahai putera Rasulullah, aku belum bisa merasakan dampak perjalanan yang pernah engkau ceritakan itu. Beliau berkata: Baiklah wahai Zuhri, tidak lain yang aku maksudkan hanyalah kematian. Untuk itu aku persiapkan. Tidak lain mempersiapkan untuk kematian adalah menjauhi segala yang haram, mencurahkan segala kemampuan untuk kedermawanan dan kebajikan. (Al-Wasail 6: 279,hadis ke 5)
Tangan Pemberi bersentuhan dengan tangan Allah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Tidak ada sesuatu pun yang paling memberatkan setan dari pada bersedekah kepada seorang mukmin. Karena tangannya bersentuhan dengan tangan Allah swt sebelum bersentuhan dengan tangan hamba-Nya.” (Al-Wasail 6: 283, hadis ke 1)
Dikisahkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin (sa) mencium tangannya setelah memberikan sedekah. Lalu beliau ditanyai tentangnya. Beliau menjawab: “Karena tangan itu bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan penerimanya.” (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 2)
Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah ada sedekah seorang mukmin kecuali tangannya bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan pemintanya. Kemudian beliau membacakan firman Allah swt: ‘Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah.” (At-Taubah: 104). (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 3)
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekah sepuluh, memberi pinjamanan modal delapan belas,
bersilaturrahim pada ikhwan dua puluh, dan silaturahim pada kerabat
dua puluh empat.” (Al-Wasail 6: 286, hadis ke 2)
Peminta tidak boleh ditolak
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Berilah peminta-minta walaupun hanya dinaikkan ke atas punggung kuda (numpang naik kendaraan)” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 1)
Beliau juga berkata:
“Sekiranya seorang pemberi mengetahui sesuatu yang ada dalam
pemberiannya, niscaya ia tidak akan menolak seorang pun peminta-minta.” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 2)
Berbagi rasa Persaudaraan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya di antara yang sangat ditekankan oleh Allah terhadap hamba-Nya dalam kewajiban adalah tiga hal: Sikap adil seorang mukmin terhadap dirinya sehingga ia tidak meridhai saudaranya kecuali apa yang ia ridhai untuk dirinya, berbagi rasa persaudaraan dalam hartanya, pengingat Allah dalam segala keadaan, tidak hanya bertasbih dan bertahmid kepada Allah tetapi juga menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah.” (Al-Wasail 6: 298, hadis ke 1)
Pengikut Ahlul Bait (sa) dan Kaum Fakir Muhammad bin ‘Ajlan berkata: Pada suatu hari aku bersama Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa), lalu datanglah seseorang dan mengucapkan salam. Kemudian Imam bertanya: Bagaimana saudara-saudaramu di masyarakatmu? Ia menjawab: mereka baik akhlaknya, bersih prilakunya, dan mereka sangat terpuji. Imam bertanya: Bagaimana tentang kunjungan orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir? Ia menjawab: Sedikit sekali. Imam bertanya: Bagaimana tentang keperdulian orang-orang kaya terhadap orang-orang yang fakir? Ia menjawab: Sedikit sekali. Imam bertanya: Bagaimana tentang silaturrahim orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir sehubungan dengan harta yang mereka miliki? Ia menjawab: Engkau menanyakan akhlak yang sangat sedikit dilakukan di kalangan kami. Imam menjawab: Bagaimana mungkin mereka mengaku pengikut Ahlul bait Nabi saw? (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 3)
Abu Ismail berkata: aku pernah bertanya kepada Imam Muhammad Al-Baqir (sa): Jadikan aku tebusanmu, para pengikut Ahlul bait (sa) di
masyarakat kami banyak sekali. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) bertanya: Apakah yang kaya bersikap kasih sayang pada yang fakir? Dan apakah orang yang berbuat baik memaafkan pada yang berbuat salah, dan saling menghibur di antara mereka? Aku menjawab: Tidak. Beliau berkata: “Bukan, mereka bukan pengikut Ahlul bait (sa). Pengikut Ahlul bait (sa) melakukan hal itu.” (Al-Wasail 6: 299, hadis ke 4)
Jangan Menyebut-nyebut Pemberian
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai bagiku dan para washiku dari
keturunanku juga bagi para pengikut mereka sesudahku: Bersikap sia-sia dalam shalat, berkata kotor dalam puasa, menyebut-nyebut pemberian sesudah bersedekah, mendatangi masjid dalam keadaan junub (hadas), memandang pintu kamar orang lain, dan tertawa di kuburan.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 4)
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bersedekah kepada saudaranya kemudian
menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan amalnya, dan menetapkan bebannya serta tidak berterima kasih atas usaha.” Kemudian beliau bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku mengharamkan surga atas orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang bakhil, dan mengadu-domba (namimah). Ingatlah, barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah, maka baginya timbangannya setiap dirham seperti gunung Uhud dari kenikmatan surga. Dan barangsiapa yang berjalan untuk mengantarkan sedekah pada orang yang membutuhkan, maka baginya juga pahala seperti pemberinya tanpa sedikit pun mengurangi pahalanya.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 5)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang berbuat kebajikan kepada seorang mukmin kemudian
menyakiti dengan ucapan atau menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan sedekahnya.” (Al-Wasail 6: 317, hadis ke 9)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Orang yang beriman memiliki empat tanda: wajahnya berseri-seri,
lisannya lembut, hatinya penyayang, dan tangannya pemberi.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Berbuatlah Kebajikan
Rasulullah saw bersabda:
“Setiap kebajikan itu sedekah.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 1)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menjelaskan tentang firman Allah swt surat An-Nisa’ 114: “Tidak ada kebaikan dalam bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf, atau mendamaikan di antara manusia. “Beliau berkata: yang dimaksud dengan berbuat yang ma’ruf adalah memberi qiradh (pinjaman modal dengan bagi hasil).” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Memberi Makanan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai orang yang memberi makan… (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Di antara amal yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla adalah
mengenyangkan orang mukmin yang lapar, atau meringankan deritanya atau menunaikan hutangnya.” (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 3)
Menjernihkan Iman
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sebaik-baik kalian adalah yang dermawan dan seburuk-buruk kalian
adalah yang bakhil. Barangsiapa yang ingin jernih imannya bersedekalah pada saudaranya dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Sesungguhnya orang yang bersedekah pada saudaranya ia dicintai oleh Yang Maha Pengasih, dan saat yang sama mengusir setan, selamat dari neraka dan masuk surga.” Kemudian beliau berkata kepada Jamil: Wahai Jamil, sampaikan hal ini pada sahabat-sahabatmu yang mulia! Jamil bertanya: Siapakah sahabat-sahabatku yang mulia? Beliau menjawab: “Mereka yang berbuat kebajikan (bersedekah) pada saudara-saudaranya dalam kesulitan dan kemudahan.” (Al-Wasail 6: 332, hadis ke 2)
(Disarikan dari kitab Zakat Mal, Allamah Muhammad Taqi Al-Mudarrisi)
(dari berbagai sumber)
Satu Tanggapan ke “Berburuk sangka dalam bersedekah membuat orang menjadi Bakhil (Pelit)”
Assalamu alaikum wr. wb.
Saudaraku tersayang di seluruh penjuru dunia maya…
Alhamdulillah, bulan Ramadhan telah tiba…
setelah sempat stagnant sampai sebulan lebih,
akhirnya ada yang menginspirasi saya untuk menulis ucapan…
& mengirim komentar spam-nya kepada Saudara2, he he he…
Tapi kali ini, insyaAllah… saya akan mencoba lebih sopan.
Hmm, mau tahu isi komen saya kali ini? Heee… rahasia…
Ya udah deh, nih saya kasih tau…
Tapi, beneran… mau tahu? Apa? Beneran… yakiin?
Ow… jangan ngambek donk, iya maaf-maaf…
Nih, saya kasih link comment-nya…
http://dir88gun0w.blogspot.com/2009/08/
ucapan-selamat-kemerdekaan-ramadhan.html
http://www.4shared.com/file/127273395/aafaeca/
Ucapan_Selamat_Kemerdekaan__Ramadhan.html
Selamat men-download & membaca komentar saya, ya!
Lho, kok jadi maksa sih? He he he…
Anggep aja ini cuma reminder & invitation dari saudara jauh,
jadi… nggak ditampilin juga nggak apa2, kok.
Semoga Allah senantiasa menyelamatkan kita sekeluarga…
dari kejamnya adzab & dahsyatnya fitnah…
yang Ia turunkan di dunia, di dalam kubur, & di akhirat.
Alhamdulillah, Saudaraku tersayang dimanapun kalian berada.
Jadikanlah Romadhon kali ini lebih istimewa bagi dirimu…
dengan mengamalkan Qur’an & Sunnah.
Selamat menunaikan ibadah puasa, secara Lahir Bathin…
serta raihlah kemenangan sejati untukmu.
Buat Saudaraku yang punya blog ini,
mohon maaf lahir bathin & ma kasih, ya…
Wassalamu alaikum wr. wb.
31 Agustus 2009 pada 01:13