(seperti yang diceritakan oleh seorang teman: A di J)
Hingga kisah ini aku tulis, aku
masih selalu merasa bahwa akulah orang yang terlahir sebagai orang yang
bernasib malang. Akulah lelaki yang paling banyak menangis, menitikan
air mata, meratapi nasib yang sungguh-sungguh tak dapat aku memikulnya.
Namun, semoga saja ketabahanku kelak akan dapat berbuah. Aku masih
berkeyakinan bahwa Tuhan menyayangi hamba-Nya. Aku berusaha untuk
menerima segala cobaan dan cabaran hidup ini.
Sesungguhnya
aku memiliki masa muda yang gemilang. Selain wajah yang tampan, aku
memiliki keterampilan berkendaraan. Aku sering berkumpul bersama grup
motor maupun jeef. Karena keterampilan ini pula aku mudah mencari kerja.
Kota-kota besar di Pulau Jawa; Jakarta, Bandung, Jogja hinggapun
Surabaya kerap kukunjungi hingga ke pelosoknya. Kujelajahi baik ketika
membawa mobil boks ataupun truk hingga mobil tanki minyak. Kepiawaianku
menyetir membawaku pada banyak pekerjaan di samping aku supel bergaul.
Kesupelanku
rupa-rupanya menarik hati gadis Ling Ling (bukan nama sebenarnya) yang
sebenarnya masih tetanggaku. Ia sering memintaku mengantar ke sana ke
mari, baik menggunakan motor maupun mobil. Ayahnya seorang pengusaha di
kotaku. Sebenarnya banyak yang jatuh hati padaku, bukan ge-er, tapi
memang demikian adanya. Walaupun begitu aku belum menjatuhkan pilihan.
Aku merasa perjalananku masih panjang. Aku masih ingin menikmati udara
kebebasanku sebagai lajang. Namun agresivitas Ling Ling dan sikap
posesipnya, hingga seolah aku sudah menjadi miliknya membuatku hilang
pilihan. Padahal aku belum begitu tahu pada sifat-sifatnya dan terus
terang aku tak begitu mencintainya. Atas desakan orangtuanya maka pada
tahun 1996 kami menikah. Sebuah pernikahan yang sangat meriah. Saat itu
aku bekerja di wilayah Jababeka, Bekasi. Setahun kemudian kami
dikaruniai seorang anak laki-laki.
Saat
reformasi bergulir aku mengalami kejadian mengerikan. Saat itu
mahasiswa dan masyarakat sipil mengepung parlemen. Bakar-bakaran ban
disusul peristiwa Mei kelabu itu. Kendaraan perusahaanku dicegat, uangku
diambil, hanya menyisakan ongkos untuk tiket jalan tol. Hanya atas jasa
baik seorang polisi aku berhasil membawa kendaraan berikut barang
bawaannya. Hari itu juga aku berhenti. Gelombang massa dan huru-hara di
Jakarta sangat menakutkanku. Ternyata saat aku pulang juga begitu,
dimana-mana kerusuhan. Dengan mengendarai ojeg yang harganya selangit
aku sampai ke rumah.
Di
tengah situasi ekonomi nasional yang tak menentu, kami membuka toko
sembako. Aku kembali menjadi sopir, kali ini aku mengemudi mobil tanki
minyak. Hal ini bukan pekerjaan baru, sebelumnya aku sudah juga
mengemudi tanki. Namun tak dinyana inilah awal malapetaka buat hidupku.
Aku masih ingat, saat itu tahun 2001, tanki yang kubawa sedang
diperbaiki di sebuah bengkel las. Kecelakaan itu begitu cepat, tanki itu
meledak. Aku dibawa ke RS Pertamina. Di sana aku menjalani operasi
untuk kedua pasang kakiku! Biaya operasi ini sangat besar begitu juga
perawatannya. Pemasangan vena di kedua kakiku dilakukan di RS Halmahera,
Bandung, menelan biaya yang tidak sedikit. Selama 6 bulan kedua kakiku
dibalut semen gif.
Kejadian
lainlah yang membuatku sangat terpukul. Sedang aku tak berdaya, istriku
ternyata tak setia. Dahulupun sebenarnya ada juga kudengar selentingan,
entah dengan sesama pedagang, pengusaha bahkan dengan sales.
Berita-berita yang tak sedap. Rekening telepon yang selalu besar pernah
sangat mencurigakanku. Dan tanpa sepengetahuannya aku pernah memprint
tagihan itu. Beberapa nomor asing sering benar dihubungi. Itulah, di
saat aku berdiripun tak mampu, kendali rumah tanggaku mulai pula oleng.
Pengobatan
alternatif juga aku jalani, untuk kesembuhanku. Semua yang terhitung
ahli kudatangi, mulai dari Pak Kad di Pilangsari, Jatitujuh, hingga Haji
Aa Cisepet, Ciamis. Di tengah itu aku sebenarnya sudah menyerahkan
istriku pada orangtuanya, mengingat keadaanku, juga mumpung ia masih
muda dan cantik, bercerai adalah pilihan terbaik. Daripada bermain di
belakangku sekaligus tidak mengurusku. Hidupku rasanya telah menjadi
gelap, masa depan tak lagi jadi harapan, hanya air mata yang menjadi
saksi ketidakberdayaanku. Atas permintaanku, aku pindah ke rumah ibuku,
yang sekaligus merawatku. Perceraian dengan istriku akhirnya terkabul
tahun 2005, setelah prosesnya sangat berlarut-larut, menguras energi dan
pikiran.
Saat
ini aku sudah kembali dapat berjalan dengan normal. Untuk bisa sampai
kembali normal prosesnya sangat-sangat lama. Melelahkan dan membosankan.
Namun kini aku tak punya apa-apa, dan tak punya siapa-siapa. Bekas
istriku sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Sungguh, dalam hal ini
aku sangat bersyukur, semoga ia mendapat kebahagiaan, sesuatu yang
mungkin selama ini tak dapat kuberikan. Saat ini aku sudah kembali
mendapat pekerjaan, menjadi sopir pribadi sebuah keluarga yang simpatik
pada nasibku. Budi baik ini melegakanku, paling tidak tertolonglah “hiji beuteung”,
satu perut, karena kepada keluarga ini aku menitip perut, menitipkan
hidupku. Jauh didalamnya aku membutuhkan waktu untuk menumbuhkan kembali
kepribadianku, bangkit dari keterpurukan, sekaligus membangun kembali
harga dirikusumber: http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/03/02/kecelakaan-membuat-istriku-lari-kisah-pilu-seorang-petualang-oom-somara-de-uci-539469.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com